Anda di halaman 1dari 32

BAB 1

PENDAHULUAN

Tulang belakang atau columna vertebralis terletak ditengah bagian belakang dari
tubuh.Merupakan bagian yang penting dari tubuh dan mempunyai banyak fungsi.Tulang
belakang sangat diperlukan untuk membentuk struktur tubuh, fleksibilitas, penyangga dan
pergerakan tubuh.Selain itu, tulang belakang berfungsi sebagai tempat melekatnya otot-otot
punggung dan costae posterior.Tulang belakang juga menutupi dan membantu melindungi
spinal cord.1
Berdasarkan gambaran radiologi, columna vertebralis tidak sepenuhnya lurus. Ketika
dilihat dari arah samping cenderung melengkung ke antero-posteriordan membentuk
“S”.Bentukan tersebut adalah normal dan membantu aktivitas sehari-hari dengan menjaga
keseimbangan dan fleksibilitas. Bentuk curve tersebut juga membantu menyangga beban
tubuh dari pengaruh aktivitas seperti berlari dan melompat. Berdasarkan National Scoliosis
Foundation, 2%-3% populasi memiliki bentuk tulang belakang yang tidak normal yang
disebut skoliosis.2
Di setiap negara diperkirakan kira-kira 3% penduduk mengalami skoliosis dan
cenderungdiderita perempuan daripada laki-laki dengan perbandingan antara 3:1.3 Menurut
ahli orthopedic dan rematologi RSU Dr Soetomo Surabaya, Dr Ketut Martiana Sp.Ort.(K),
4,1% dari 2000 anak SD hingga SMP di Surabaya, setelah diteliti ternyata mengalami tulang
bengkok. Hasil rongten sebagai bentuk pemeriksaan lanjutan diketahui yang kebengkokanya
mencapai 10 derajat sebanyak 1,8%, sedangkan yang lebih dari 10 derajat sebanyak
1%.4Seringkali seseorang dengan skoliosis telah mengalami kondisi ini sejak masa kanak-
kanak, namun karena skoliosis berkembang sangat cepat, kebanyakan kasus skoliosis tidak
terdiagnosa sampai usia 10-14 tahun.5
Skoliosis merupakan kelainan tulang belakang dimana tulang belakang mengalami
pembengkokan ke arah samping (lateral curvature) membentuk huruf ‘S’ atau ‘C’, dapat
dilihat ketika kelengkungannya semakin parah dan juga mengakibatkan
ketidaknyamananan.5Tulang belakang mempunyai lekukan-lekukan yang normal ketika
dilihat dari samping, namun ia harus Nampak lurus ketika dilihat dari depan.Hal itu dapat
disertai kifosis tulang belakang (kifoskoliosis) atau lordosis (lordoskoliosis).6
Deteksi dini terhadap gejala dan tanda skoliosis merupakan awal prognosa yang baik
terhadap kelanjutan terapi.Penatalaksanaan yang utama pada skoliosis adalah non bedah yaitu
dengan dilakukan fisioterapi baik dengan modalitas maupun terapi latihan. Prinsip terapi

1
latihan pada skoliosis adalah untuk mengembalikan mobilitas sendi, memutar balik dari rotasi
deformitas vertebra, meregangkan otot yang kontraktur dan meningkatkan kekuatan
otot.Selain itu, dilakukan pemeriksaan fisis dan radiologi tiap 3-6 bulan, untuk progressive
tipe maka penggunaan gips atau brace (salah satu ortesa) merupakan pilihan meskipun tidak
bisa mengembalikan dengan sempurna.7
Penanganan secara rehabilitasi medik masih bisa dilakukan bila lengkung
curvaturenya dibawah 400, bila lebih dari itu harus dilakukan pembedahan.Jika
kelengkungannya sudah menjadi sangat parah akhirnya dapat menganggu fungsi pernapasan
dan jantung.Juga dapat merusak persendian tulang belakang serta rasa sakit di masa
tua.Sehingga pembedahan adalah pilihan terapi yang utama untuk mengatasi hal tersebut.7

BAB II
2
STATUS PASIEN

I. IDENTIFIKASI
Nama : Nn. PA
Umur : 21 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Mahasiswa
Alamat : Palembang
Agama : Islam
Kunjungan : 7 Januari 2019
No. MedRec : 1077109

II. ANAMNESIS
a. Keluhan Utama
Nyeri pada leher dan punggung

b. Riwayat Penyakit Sekarang


Sejak ± 1 bulan yang lalu pasien sering mengeluh nyeri pada leher bagian kiri
dan punggung. Nyeri terutama dirasakan setelah pasien duduk lama dan berkurang
bila pasien meluruskan badannya dengan berbaring. Awalnya nyeri terasa seperti
pegal-pegal di sekitar bahu dan leher. Pasien sering mengalami pegal-pegal di leher
dan punggung sejak SMP. Pasien mengaku pernah berobat dan dilakukan rontgen,
dikatakan skoliosis. Pasien dipasang brace dan tidak diberi obat, pasien tidak
pernah melakukan fisioterapi.

c. Riwayat Penyakit/Operasi Dahulu


- Riwayat trauma : (-)
- Riwayat hipertensi : (-)
- Riwayat kolesterol : (-)
- Riwayat diabetes mellitus :(-)
- Riwayat penyakit jantung :(-)
- Riwayat operasi : (-)
d. Riwayat Penyakit pada Keluarga
- Riwayat hipertensi : disangkal
3
- Riwayat diabetes mellitus :disangkal
- Riwayat penyakit jantung : disangkal
- Riwayat alergi obat/ makanan : disangkal
- Riwayat asma : disangkal

e. Riwayat Pekerjaan
Pasien merupakan mahasiswa yang mempunyai kebiasaan duduk setengah
bersandar dan pasien menulis dengan posisi sedikit menunduk dan sedikit miring
kekiri.

f. Riwayat Sosial Ekonomi


Pasien tinggal dengan kedua orang tua dan beraktivitas seperti biasa.

III. PEMERIKSAAN FISIK


a. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : GCS 15
Tinggi Badan/ Berat Badan : 158 cm/55 kgBMI: 22,03
Cara berjalan/Gait
- Antalgik gait : tidak ada
- Hemiparesegait : tidak ada
- Steppage gait : tidak ada
- Parkinson gait : tidak ada
- Tredelenburg gait : tidak ada
- Waddle gait : tidak ada
- Lain-lain : tidak ada

Bahasa/ Bicara
Komunikasi verbal : normal
Komunikasi non verbal : normal

Tanda Vital
Tekanan Darah : 120/80 mmHg
Nadi : 85x/menit, isi cukup irama teratur
Pernafasan : 18x/menit
4
Suhu : 36,6oC
VAS :3

Kulit : normal

Status Psikis
Sikap : kooperatif Orientasi : normal
Ekspresi wajah : wajar Perhatian : normal

b. Saraf-saraf Otak
Nervus Kanan Kiri
I. N. Olfaktorius Tidak Tidak
dilakukan dilakukan
II. N. Opticus Tidak Tidak
dilakukan dilakukan
III. N. Occulomotorius Tidak Tidak
dilakukan dilakukan
IV. N. Trochlearis Tidak Tidak
dilakukan dilakukan
V. N. Trigeminus Tidak Tidak
dilakukan dilakukan
VI. N. Abducens Tidak Tidak
dilakukan dilakukan
VII. N. Fasialis Tidak Tidak
dilakukan dilakukan
VIII. N. Tidak Tidak
Vestibulocochlearis dilakukan dilakukan
IX. N. Tidak Tidak
Glossopharyngeus dilakukan dilakukan
X. N. Vagus Tidak Tidak
dilakukan dilakukan
XI. N. Accesorius Tidak Tidak
dilakukan dilakukan
XII. N. Hypoglossus Tidak Tidak
dilakukan dilakukan

c. Kepala
Bentuk : normal
Ukuran : normosefali

Posisi
- Mata : normal
- Hidung : normal, simetris
5
- Telinga : normal, simetris
- Mulut : simetris
- Wajah : simetris
- Gerakan abnormal : tidak ada
d. Leher
Inspeksi : statis, simetris, struma (-), trakea di tengah
Palpasi :NT (+) di otot scalenus, tidakteraba pembesaran
KGB, kaku kuduk (-), tumor (-), JVP 5-2 cmH2O
Luas Gerak Sendi
Ante /retrofleksi(n 65/50) :65/50
Laterofleksi (D/S)(n 40/40) :40/40
Rotasi (D/S)(n 45/45) : 45/45
Tes Provokasi
Lhermitte test/ Spurling :negatif
Test Valsava :negatif
Distraksi test :negatif
Test Nafziger :negatif
e. Thorax
Bentuk : simetris
Pemeriksaan Ekspansi Thoraks : Eks.&Ins. Maksimum (tidak dilakukan)

Paru-paru
- Inspeksi : statis dan dinamis simetris, retraksi (-)
- Palpasi : stem fremitus kanan=kiri, pelebaran sela iga (-)
- Perkusi : sonor di kedua lapangan paru
- Auskultasi : vesikuler (+) normal, ronkhi (-), wheezing (-)
Jantung
- Inspeksi : iktus kordis tidak terlihat
- Palpasi : iktus kordis tidak teraba
- Perkusi : batas-batas jantung normal
- Auskultasi :BJ I & II (+) normal, HR 85x/menit, reguler, murmur (-),
gallop (-)

f. Abdomen
- Inspeksi : datar
6
- Palpasi : lemas, nyeri tekan (-), hepar & lien tidak teraba
- Perkusi : timpani, shifting dullness (-)
- Auskultasi : bising usus (+) normal
g. Trunkus
Inspeksi
- Simetris : deviasi prosessus spinosus v.thorakolumbal (+)
ke arah kanan, tampak bahu kiri lebih rendah, asimetris skapula (skapula kanan
tampak lebih tinggi), rib hump (-)
- Deformitas : tidak ada
- Lordosis : tidak ada
- Scoliosis : ada, pada v.thorakolumbal, ke arahkanan
- Gibbus : tidak ada
- Hairy spot : tidak ada
- Pelvic tilt : tidak ada
Palpasi
- Spasme otot-otot para vertebrae: tidak ada
- Nyeritekan (lokasi) :NT(+) di otot paralumbal dan trapezius DS
Luas gerak sendi lumbosakral
- Ante/retro fleksi (95/35) : 95/35
- Laterofleksi (D/S) (40/40) : 40/40
- Rotasi (D/S) (35/35) : 35/35

Test provokasi
- Valsava test : (-)
- Tes Laseque : (-)
- Test: Bragard dan Sicard : (-)
- Niffziger test : (-)
- Test LSR : (-)
- Test: O’Connell : (-)
- FNST : (-)
- Test Patrick : (-)
- Test Kontra Patrick : (-)
- Tes gaernslen : (-)
- Test Thomas : (-)
- Test Ober’s : (-)
7
- Nachalasknee flexion test : (-)
- Mc.Bride sitting test : (-)
- Yeoman’s hyprextension : (+)
- Mc. Bridge toe to mouth sitting test : (-)
- Test schober : (-)

h. Anggota Gerak Atas


Inspeksi Dextra Sinistra
- Deformitas : tidak ada tidak ada
- Edema : tidak ada tidak ada
- Tremor : tidak ada tidak ada
- Nodus herbenden : tidak ada tidak ada

Palpasi
Neurologi
Motorik Dextra Sinistra
Gerakan Luas Terbatas
Kekuatan
Abduksi lengan 5 5
Fleksi siku 5 5
Ekstensi siku 5 5
Ekstensi wrist 5 5
Fleksi jari-jari tangan Tidak bisa dinilai 5
karena nyeri
Abduksi jari tangan 5 5
Tonus Eutoni Eutoni
Tropi Eutropi Eutropi
Refleks Fisiologis
Refleks tendon biseps Normal Normal
Refleks tendon triseps Normal Normal
Refleks Patologis
Hoffman Tidak ada Tidak ada
Tromner Tidak ada Tidak ada
Sensorik
Protopatik Normal
Proprioseptik Normal
Vegetatif Tidak ada kelainan

Penilaian fungsi tangan Dextra Sinistra


Anatomikal normal normal
Grips normal normal

8
Spread normal normal
Palmar abduct normal normal
Pinch normal normal
Lumbrical normal normal

Luas Gerak Sendi Aktif Aktif Pasif Pasif


Dextra Sinistra Dextra Sinistra
Abduksi Bahu 0-110 0-180 0-110 0-180
Adduksi Bahu 180-110 180-0 180-110 180-0
Fleksi bahu 0-110 0-180 0-110 0-180
Extensi bahu 0-30 0-60 0-30 0-60
Endorotasi bahu (f0) 90-45 90-0 90-45 90-0
Eksorotasi bahu (f0) 0-45 0-90 0-45 0-90
Endorotasi bahu (f90) 90-45 90-0 90-45 90-0
Luas Gerak Sendi Aktif Aktif Pasif Pasif
Dextra Sinistra Dextra Sinistra
Eksorotasi bahu (f90) 0-45 0-90 0-45 0-90
Fleksi siku 0-150 0-150 0-150 0-150
Ekstensi siku 150-0 150-0 150-0 150-0
Ekstensi pergelangan tangan 0-70 0-70 0-70 0-70
Fleksi pergelangan tangan 0-80 0-80 0-80 0-80
Supinasi 0-90 0-90 0-90 0-90
Pronasi 0-90 0-90 0-90 0-90
Fleksi jari-jari tangan 0-90 0-90 0-90 0-90

Test Provokasi Dextra Sinistra


- Yergason test : (-) (-)
- Apley scratch test : (-) (-)
- Moseley test : (-) (-)
- Adson maneuver : (-) (-)
- Tinel test : (-) (-)
- Phalen test : (-) (-)
- Prayer test : (-) (-)
- Finkelstein : (-) (-)
- Promet test : (-) (-)

i. Anggota Gerak Bawah


Inspeksi Dextra Sinistra
- Deformitas : tidak ada tidak ada
- Edema : tidak ada tidak ada
9
- Tremor : tidak ada tidak ada

Palpasi
- Nyeri tekan (lokasi) : tidak ada tidak ada
- Diskrepansi : tidak ada tidak ada

Neurologi
Motorik kanan Kiri
Gerakan Luas Luas
Kekuatan
Fleksi paha 5 5
Ekstensi paha 5 5
Ekstensi lutut 5 5
Fleksi lutut 5 5
Dorsofleksi pergelangan kaki 5 5
Dorsofleksi ibu jari kaki 5 5
Plantar fleksi pergelangan kaki 5 5
Tonus Eutoni Eutoni
Tropi Eutropi Eutropi
Refleks Fisiologis
Refleks tendo patella Normal Normal
Refleks tendo Achilles Normal Normal
Refleks Patologis
Babinsky Tidak ada Tidak ada
Chaddock Tidak ada Tidak ada
Sensorik
Protopatik Normal
Proprioseptik Normal
Vegetatif Tidak ada Kelainan

Luas Gerak Sendi


Luas Gerak Sendi Aktif Aktif Pasif Pasif
Dextra Sinistra Dextra Sinistra
Fleksi paha 0-125 0-45 0-125 0-45
Ekstensi paha 0-30 0-30 0-30 0-30
Endorotasi paha 0-40 0-180 0-110 0-180
Adduksi paha 0-30 0-60 0-30 0-60
Abduksi paha 0-45 0-45 0-45 0-45
Fleksi lutut 0-135 0-135 0-135 0-135

Luas Gerak Sendi Aktif Aktif Pasif Pasif


Dextra Sinistra Dextra Sinistra
Ekstensi lutut 0-120 0-120 0-120 0-120
10
Dorsofleksi pergelangan kaki 0-20 0-20 0-20 0-20
Plantar fleksi pergelangan kaki 0-50 0-50 0-50 0-50
Inversi kaki 0-35 0-35 0-35 0-35
Eversi kaki 0-20 0-20 0-20 0-20

Tes Provokasi Sendi Lutut Dextra Sinistra


Stes test tidak dilakukan tidak dilakukan
Drawer’s test tidak dilakukan tidak dilakukan
Test tunel pada sendi lutut tidak dilakukan tidak dilakukan
Test homan tidak dilakukan tidak dilakukan
Test lain-lain tidak dilakukan tidak dilakukan

IV. Pemeriksaan Penunjang


A. Radiologis : Direncanakan pemeriksaan rontgen vertebrae
thorakolumbal
B. Laboratorium : (-)
C. Lain-lain CT-Scan/ MRI : (-)

V. EVALUASI
No Level ICF Kondisi saat ini Sasaran
1 Struktur dan Nyeri pada leher dan bahu Mengembalikan fungsi
fungsi tubuh fisiologis otot yang terganggu.
2 Aktivitas Tidak nyaman saat duduk lama Mengembalikan kemampuan
karena mengalami nyeri pada pasien untuk dapat beraktivitas
leher dan punggung. secara normal sehari-hari.
Saat sholat, gerakan sholat
tidak sempurna.
3 Partisipasi Pekerjaan sebagai mahasiswa Mengembalikan kemandirian
terganggu karena mengalami dan partisipasi aktif pasien
nyeri bila duduk terlalu lama dalam lingkungan sosialnya.
sehingga tidak dapat
berpartisipasi dalam hal yang
mengharuskan duduk terlalu
lama
Catatan: ICF International Clasification of Function (WHO 2002)

11
VI. DIAGNOSIS KLINIS
Diagnosis: Skoliosis Torakolumbal

VII. PROGRAM REHABILITASI MEDIK


Fisioterapi
Terapi Panas :
- Ultrasound otot scalenus sinistra dan paraservikal
- IRR torakolumbal
Terapi Dingin :tidakdilakukan
Stimulasi Listrik : TENS torakolumbal
Terapi Latihan :Melakukan peregangan mandiri di rumah(scoliosis
excercise)

Okupasi Terapi
ROM Exercise : Tidak ada
ADL Exercise : Tidak ada

Ortotik Prostetik
Ortotic : Tidak ada
Prostetik : Tidak ada
Alat bantu ambulansi : Tidak ada

Terapi Wicara
Afasia : Tidak Dilakukan
Disartria : Tidak Dilakukan
Disfagia : Tidak Dilakukan

Social Medik : Memberikan support mental dan memberikan terapi


latihan
Edukasi : Edukasi pasien mengenai cara beraktivitas, cara
berjalan, dudu, dan tidur, edukasi keluarga untuk
membantu pasien melakukan aktivitas sehari-hari.

VIII. TERAPI MEDIKA MENTOSA


12
- Ibuprofen 3 x 400 mg bila perlu

IX. PROGNOSA
- Quo ad Vitam : Bonam
- Quo ad Fungtionam : Bonam
- Quo ad Sanationam : dubia ad Bonam
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

2.1Anatomi Vertebra
Tubuh bagian belakang terdiri dari ruas-ruas yang disebut vertebrae.Masing-masing
dari keempat vertebrae (cervical, thoracal, lumbal dan sacral) memiliki lengkung curvature
tersendiri bila dilihat dari lateral.Columna vertebrae bentuknya tidak lurus seperti tiang, tetapi
terdapat pembengkokan-pembengkokan. Pada Gambar 1, tampak tulang belakang dalam
posisi lateral dan menunjukkan primer normal dan kompensasi kurva tulang belakang. Poin A
mewakili daerah cervical dan menunjukkan sedikit lordotic.Poin B mewakili thoracal dan
menunjukkan kyphotyc normal.Poin C merupakan daerah pinggang dan poin D merupakan
daerah sacral atau panggul yang masing-masing menunjukkan masing-masing kurva
normalnya.2

Gambar 1. Posisi lateral tulang belakang

13
Bentuk columna vertebralis tidak lurus, di beberapa tempat membentuk lengkungan, yaitu:
• Lordosis cervikalis:melengkung ke anterior didaerah cervical
• Kyphosis torakalis: melengkung ke dorsal didaerah torakal
• Lordosis lumbalis: melengkung ke anterior daerah lumbal
• Kyphosis sacralis: melengkung kedaerah sacral

Apabila kita lihat sebelah lateral, columna vertebralis itu berbentuk huruf “S”.
Lordosis : pembengkokan ke arah anterior lordosis
Kyphosis : pembengkokan ke arah posterior
kyphosis
Apabila columna vertebralis kita lihat dari sebelah posterior, tampak juga tidak lurus.
Terjadi juga pembengkokan meskipun hanya sedikit. Pembengkokan itu disebut
skoliosis(tampak pada gambar 2). Skoliosis merupakan pembengkokan vertebrae ke arah
lateral.Ini terjadi karena penggunaan badan yang tidak simetris antara dextra dan sinistra.2

Gambar 2 Normal spine dan Scoliotic spine

2.2 Skoliosis
2.2.1 Definisi Skoliosis
Skoliosis berasal dari bahasa Yunani yang berarti “lengkungan” dan mengandung arti
suatu kondisi patologik.Vertebra servikal,torakal, dan lumbal membentuk columna vertikal
dengan pusat vertebra berada pada garis tengah. Skoliosis adalah deformitas tulang belakang
yang menggambarkan deviasi vertebra kearah lateral dan rotasional. Bentuk skoliosis yang
paling sering dijumpai adalah deformitas tripanal dengan komponen lateral,anterior posterior
dan rotasional.8
Skoliosis merupakan kelainan tulang belakang dimana tulang belakang mengalami
pembengkokan ke arah samping (lateral curvature) membentuk huruf ‘S’ atau ‘C’, dapat

14
dilihat ketika kelengkungannya semakin parah dan juga mengakibatkan
ketidaknyamanan.5Skoliosis adalah suatu kelainan kelengkungan tulang belakang atau spinal
kurvatura yang terdiri darikelengkungan kearah lateral yang disertai dengan pemutaran atau
rotasi dari tulang belakang.6

2.2.2 Epidemiologi
Angka kejadian Skoliosis adalah kira-kira dua kali lebih sering pada perempuan
daripada laki-laki.Hal ini dapat dilihat pada semua umur, namun sering terlihat pada usialebih
dari 10 tahun. Seringkali seseorang dengan skoliosis telah mengalami kondisi ini sejak masa
kanak-kanak, namun karena skoliosis berkembang sangat cepat, kebanyakan kasus skoliosis
tidak terdiagnosa sampai usia 10-14 tahun.5
Menurut ahli Orthopedic dan Rematologi RSUD dr. Soetomo Surabaya,dr. Ketut
Martiana, Sp.Ort (K), 4,1% dari 2000 anak SD hingga SMP di Surabaya, setelah diteliti
ternyata mengalami tulang bengkok. Hasil foto rontgen sebagai bentuk pemeriksaan lanjutan
diketahui yang kebengkokannya mencapai 100sebanyak 1,8%, sedangkan yang lebih dari
100sebanyak 1%.4

2.2.3 Etiologi
Walaupun penyebab skoliosis adalah idiopatik, namun beberapa perbedaan teori yang
menunjukkan penyebabnya yaitu seperti faktor genetik, hormonal, abnormalitas pertumbuhan,
gangguan biomekanik dan neuromuscular tulang, otot dan jaringan fibrosa.9
 Faktor genetik
Dilaporkan bahwa adanya peningkatan insiden pada keluarga pasien dengan skoliosis
idiopatik dibandingkan dengan pasien yang tidak mempunyai riwayat keluarga dengan
skoliosis.
 Faktor hormonal
Defisiensi melatonin menjadi salah satu penyebab skoliosis.Sekresi melatonin pada
malam hari menyebabkan penurunan progresivitas skoliosis dibandingkan dengan
pasien tanpa progresivitas.Hormon pertumbuhan juga diduga mempunyai peranan
pada perkembangan skoliosis.Kecepatan progresivitas skoliosis pada umumnya
dilaporkan pada pasien dengan gangguan hormone pertumbuhan.
 Perkembangan spinal dan teori biomekanik
Abnormalitas dari mekanisme pertumbuhan spinal juga menunjukkan penyebab dari
perkembangan dan progresivitas skoliosis.Dimana dihubungkan dengan waktu
kecepatan pertumbuhan pada remaja.
15
 Abnormalitas jaringan
Beberapa teori menyatakan bahwa komponen struktural pada komponen tulang
belakang (otot, tulang, ligamentum dan atau discus) bila terdapat kelainan maka bisa
menjadi penyebab skoliosis.Beberapa teori didasari atas observasi pada kondisi seperti
Marfan syndrome (gangguan fibrillin), duchenne muscular dystrophy (gangguan otot)
dan displasia fibrosa pada tulang.

2.2.4 Faktor Resiko


Ada beberapa hal yang termasuk dalam faktor resiko yang mengakibatkan terjadinya
skoliosis, yaitu2:
a. Jenis kelamin : Lengkung curvature tulang belakang pada anak perempuan
progresivitasnya cenderung cepat memburuk daripada anak laki-laki.
b. Usia : Semakin muda usia munculnya skoliosis, semakin besar kemungkinannya
menjadi lebih parah lengkung curvaturenya.
c. Sudut kurva : Semakin besar sudut, semakin besar kemungkinan akan memburuk
keadaan tulang belakangnya.
d. Lokasi : Skoliosis di tulang belakang bagian atas lebih besar kemungkinannya
menjadi buruk daripada skoliosis di tulang belakang bagian bawah.
Resiko tinggi perkembangan lengkung curvature dikaitkan dengan jenis kelamin, pola
kurva (toraks kanan dan kurva ganda pada anak perempuan dan kurva lumbal pada
anak laki-laki), waktu terjadinya (anak perempuan sebelum menstruasi), usia (waktu
percepatan pubertas) dan lengkung kurvanya (>30 derajat), disisi lain kurva toraks kiri
menunjukkan kecenderungan lemah untuk mengalami perbaikan.9

2.2.5 Klasifikasi
Deskripsi kurva skoliosis yaitu :
a. Arah skoliosis ditentukan berdasarkan letak apexnya.
b. Kurva mayor/kurva primer adalah kurva yang paling besar, dan biasanyastruktural.
Umumnya pada skoliosis idiopatik terletak antara T4 s/d T12
c. Kurva kompensatori adalah kurva yang lebih kecil, bisa kurva structuralmaupun non
struktural. Kurva ini membuat bahu penderita sama tingginya.
d. Kurva mayor double, disebut demikian jika sepadan besar
e. Apex kurva adalah vertebra yang letaknya paling jauh dari garis tengah tulang
belakang.10

16
Adapun klasifikasi dari derajat kurva skoliosis :
a.  Skoliosis ringan : kurva kurang dari 20º
b. Skoliosis sedang : kurva 20º – 40º/50º. Mulai terjadi perubahan struktural vertebra
dan costa.
c. Skoliosis berat : lebih dari 40º /50º. Berkaitan dengan rotasi vertebra yang lebih
besar, sering disertai nyeri, penyakit sendi degeneratif, dan pada sudut lebih dari 60º -
70º terjadi gangguan fungsi kardiopulmonal bahkan menurunnya harapan hidup.6

Menurut bentuknya dapat diklasifikasikan menjadi :


a. Kurva C : umumnya di thoracolumbal, tidak terkompensasi, kemungkinan karena
posisi asimetri dalam waktu lama, kelemahan otot, atau sitting balance yang tidak baik.
b. Kurva S : lebih sering terjadi pada skoliosis idiopati, di thoracal kanan dan lumbal kiri,
umumnya struktural.10
Skoliosis pada klasifikasi berdasarkan usia penderita terdiri atas tipe; Infantileterjadi
pada usia 0 hingga 3 tahun, Juvenile muncul di antara usia 4 hingga 9
tahun,danAdolescent kelainannya muncul di antara usia 10 tahun hingga akhir
masapertumbuhan tulang (16-17 tahun). Sebab-sebab pembengkokan (skoliosis)
belumseluruhnya diketahui.9
a. Nonstruktural
Skoliosis tipe ini bersifat reversibel (dapat dikembalikan ke bentuk semula) dan tanpa
perputaran (rotasi) dari tulang belakang
a. Skoliosis postural : disebabkan oleh kebiasaan postur tubuh yang buruk
b. Spasme otot dan rasa nyeri yang dapat berupa:
 Nyeri pada spinal nerve roots : skoliosis skiarik
 Nyeri pada tulang belakang : dapat disebabkan oleh inflamasi atau
keganasan
 Nyeri pada abdomen : dapat disebabkan oleh apendisitis
c. Perbedaan panjang antara tungkai bawah
 Actual shortening
 Apparent shortening
 Kontraktur adduksi pada sisi tungkai yang lebih pendek
 Kontraktur abduksi pada sisi tungkai yang lebih panjang
b. Struktural
Skoliosis tipe ini bersifat irreversibel dan dengan rotasi dari tulang belakang
a) Idiopatik (tidak diketahui penyebabnya) : 80% dari seluruh skoliosis

17
 Bayi : dari lahir-3 tahun
 Anak-anak : 4-9 tahun
 Remaja : 10-19 tahun (akhir masa pertumbuhan)
 Dewasa : > 19 tahun

b) Osteopatik
 Kongenital (didapat sejak lahir)
 Terlokalisasi :
 Kegagalan pembentukan tulang belakang (hemivertebrae)
 Kegagalan segmentasi tulang belakang (unilateral bonny bar)
 General
 Osteogenesis imperfecta
 Arachnodactily
 Didapat
 Fraktur dislokasi dari tulang belakang, trauma
 Rickets dan Osteomalasia
 Emfisema, Thoracoplasty
c) Neuropatik
 Congenital
 Spina bifida
 Neurofibromatosis
 Didapat
 Poliomielitis
 Paraplegia
 Cerebral palsy
 Friedreich’s ataxia
 Syringomielia

Sedangkan menurut letaknya, dapat diklasifikasikan menjadi thoracal, lumbal, atau


kombinasi.11
.

18
Gambar 3.Skoliosis berdasarkan letak vertebraenya.

2.2.6 Patofisiologi
Skoliosis diakibatkan salah satunya dari posisi tubuh yang salah misalnya duduk
dengan berulang-ulang, punggung terlalu membungkuk, kepala terlalu terangkat,
menyandarkan tubuh pada posisi yang salah pada satu sisi tubuh, maka hal tersebut kerja otot
tidak akan pernah seimbang. Sikap tubuh yang tidak natural atau tidak baik bisa disebabkan
oleh berbagai faktor antara lain peralatan kerja, lingkungan kerja, jenis pekerjaan atau
ketidaktahuan seseorang tentang sikap tubuh yang optimal baik dalam pengertian statis
maupun dinamis.10
Skoliosis merupakan kelainan postur dimana sekilas penderita tidak mengeluh sakit
atau yang lain, tetapi suatu saat dalam posisi yang dibutuhkan suatu kesiapan tubuh membawa
beban tubuh misalnya berdiri, duduk dalam waktu yang lama maka kerja otot tidak akan
pernah seimbang. Hal ini akan mengakibatkan suatu mekanisme proteksi dari otot-otot tulang
belakang untuk menjaga keseimbangan, manifestasinya yang terjadi justru overuse pada salah
satu sisi otot yang dalam waktu terus menerus dan hal yang sama terjadi ketidak seimbangan
postur tubuh ke salah satu sisi tubuh. Jika hal ini berlangsung terus-menerus pada sistem
musculoskeletal tulang belakang akan mengalami bermacam-macam keluhan antara lain nyeri
otot, keterbatasan gerak, dari tulang belakang, back pain, kontraktur otot, dan menumpuknya
masalah yang lebih serius seperti gangguan pada sistem pernapasan, sistem pencernaan dan
system kardiovaskuler.5
Pembengkokan yang disebabkan karena salah sikap terjadi pada masa anak-anak
antara umur 6-17 tahun dan dapat disebabkan karena kebiasaan yang salah, terutama dalam
sikap duduk di sekolah. Ketegangan otot pada vertebra salah satu sisi dapat meningkatkan
derajat lengkungan ke arah lateral atau skoliosis.10

2.2.7 Tanda dan Gejala


Berikut ini merupakan gejala-gejala klinis yang dapat dijumpai pada penderita skoliosis :
a.       Badan condong ke lateral flexion
b.     Salah satu bahunya lebih tinggi dari yang lain
c.       Salah satu hip lebih tinggi dari yang lain
d.      Terdapat penonjolan salah satu scapula (shoulder blade)
19
e.       Payudara yang asimetris pada wanita
f.       Rib cage menonjol di satu sisi
g.      Kepala tidak sejajar langsung dengan panggul(Harjono, 2005).

2.2.8 Diagnosa
 Anamnesa
Pertanyaan yang sebaiknya ditanyakan pada pasien antara lain :
 “Pada umur berapa kelengkungan tulang belakang pertama kali terlihat?”(Penting
untuk menentukan prognosis dan derajat keparahan skoliosis)
 “Bagaimana keadaan ibunya ketika sedang mengandung dulu?”(apakah ada kelainan
atau suatu masalah  ketika kehamilan dulu)
 “Apakah pasien mengalami perkembangan yang normal?”(berjalan, berbicara)
 “Apakah ada riwayat keluarga yang menderita skoliosis atau masalah tulang belakang
lainnya?”(karena 20 % akan mewarisi kelainan ini, bila dalam keluarganya ada yang
menderita skoliosis)
 “Apakah pasien mengalami nyeri punggung?(Biasanya skoliosis pada anak atau
remaja tidak menimbulkan nyeri.Bila terdapat nyeri,pemeriksaan selanjutnya harus
dilakukan untuk mengetahui adanya kelainan-kelainan yang lain.)
 Pemeriksaan Fisik
 Inspeksi
Terdapat ciri- ciri penting, yaitu :
1. Tulang belakang melengkung secara abnormal ke arah samping.
2. Bahu kanan dan bahu kiri tidak simetris. Salah satu bahu ada yang letaknya
lebih tinggi.
3. Pinggang yang tidak simetris, salah satu pinggul lebih tinggi atau lebih
menonjol daripada yang lain.
4. Ketika membungkuk ke depan, terlihat dadanya tidak simetris.
5. Badan miring ke salah satu sisi, paha kirinya lebih tinggi daripada paha kanan .
6. Ketika memakai baju, perhatikan lipatan baju yang tak rata,batas celana yang
tak sama panjang.
7. Untuk skoliosis yang Idiopatik kemungkinan terdapat kelainan yang
mendasarinya, misalnya neurofibromatosis yang harus diperhatikan adalah

20
bercak “café au lait” atau Spina Bifida yang harus memperhatikan tanda hairy
patches (sekelompok rambut yg tumbuh di daerah pinggang).
8. Pasien berjalan dengan kedua kaki lebar.
9. Perut menonjol.
10. Sedangkan pada kasus yang berat dapat menyebabkan :
 Kepala agak menunduk ke depan
 Punggung lurus dan tidak mobile
 Pangggul yang tidak sama tinggi
 Palpasi
Pada palpasi dapat kita raba apakah terdapat krepitasi, adanya tanda-tanda
inflamasi dan ada tidaknya gibus.
 Pemeriksaan Penunjang
X-rayProyeksi
Foto polos: Harus diambil dengan posterior dan lateral penuh terhadap tulang belakang
dan krista iliaka dengan posisi tegak, untuk menilai derajat kurva dengan metode Cobb dan
menilai maturitas skeletal dengan metode Risser. Kurva structural akan memperlihatkan
rotasi vertebra ; pada proyeksi posterior-anterior, vertebra yang mengarah ke puncak
prosessus spinosus menyimpang kegaris tengah; ujung atas dan bawah kurva diidentifikasi
sewaktu tingkat simetri vertebra diperoleh kembali.2

Gambar 4.Rontgen skoliosis


 Pemeriksaan Spesifik
a. “The Adam’s Forward Bending test”
Pemeriksaan dilakukan dengan melihat pasien dari belakang yaitu dengan
menyuruhnya membungkuk 90° ke depan  dengan lengan menjuntai ke bawah dan

21
telapak tangan berada pada lutut.Temuan abnormal berupa asimetri ketinggian iga atau
otot-otot paravertebra pada satu sisi, menunjukan rotasi badan yang berkaitan dengan
kurvatura lateral. Skoliosis torakalis kanan akan menunjukkan lengkung konveks ke
kiri pada daerah torak yang merupakan tipe kurva idiopatik yang umum. Deformitas
tulang iga dan asimetri garis pinggang tampak jelas pada kelengkungan 30° atau lebih.
Jika pasien dilihat dari depan asimetri payudara dan dinding dada mungkin
terlihat. Tes ini sangat sederhana, hanya dapat mendeteksi kebengkokannya saja tetapi
tidak dapat menentukan secara tepat kelainan bentuk tulang belakang. Pemeriksaan
neurologis (saraf) dilakukan untuk menilai kekuatan, sensasi atau reflex.7

Gambar 5The Adam’s Forward Bending test


b. Metode Cobb
Test ini digunakan untuk mengukur sudut kelengkungan dari tulang belakang .
Caranya:
- Mengukur sudut Cobb dengan menggambar garis tegak lurus dari lempeng
ujung superior dari vertebra paling atas pada lengkungan (mengukur dari
puncak T9)
- Dan garis tegak lurus dari lempeng akhir inferior vertebra paling bawah dari
lengkungan (mengukur dari alas L3 )
- Perpotongan dari kedua garis ini membentuk suatu sudut yang diukur.

22
Gambar 6.Metode Cobb
c. Scoliometer (inclinometer)
Scoliometer (inclinometer) adalah sebuah alat untuk mengukur sudut kurva padatulang
belakang pada procesus spinosus yang asimetris.12 Cara pengukuran dengan inclinometer
dilakukan pada pasien dengan posisi membungkuk, kemudian atur posisi pasien karena
posisi ini akan berubah-ubah tergantung pada lokasi kurvatura scoliosis, sebagai contoh
kurva dibawah vertebra lumbal akan membutuhkan posisi membungkuk lebih jauh
dibanding kurvapada thorokal.Kemudian letakkan inclinometer pada apeks kurva, biarkan
inclinometer tanpaditekan, kemudian baca angka derajat kurva. Pada screening,
pengukuran ini signifikan apabila hasil yang diperoleh labih besar dari 5 derajat, hal ini
biasanya menunjukkan derajat adanya rib hump. Ini disebabkan karna adanya rotasi pada
daerah vertebra thorakal, dan ini juga dapat menunjukan kelengkungan vertebra.Perlu
dicatat hal ini hanya menunjukan adanya kelainan pada spine akan tetapi tidak menunjukan
tingkat keparahan dan deformitas tersebut.12

Gambar 7. Scoliometer/Inclinometer
2.2.9 Terapi
Jenis terapi  yang dibutuhkan untuk skoliosis tergantung pada banyak faktor. Sebelum
menentukan jenis terapi yang digunakan, dilakukan observasi terlebih dahulu.Terapi
disesuaikan dengan etiologi,umur skeletal, besarnya lengkungan, dan ada tidaknya
progresivitas dari deformitas.Keberhasilan terapi sebagian tergantung pada deteksi dini dari
skoliosis.
Fisioterapi
23
1. Modalitas Fisik misalnya Cotrel traction

Gambar 8. Cotrel traction


2. Terapi Latihan
Prinsip terapi latihan pada skoliosis adalah:
o Mengembangkan mobilitas sendi-sendi yang telah hilang
o Meregangkan otot yang kontraktur
o Meningkatkan kekuatan otot
o Memutar balik dari rotasi deformitas vertebra
o Mengembangkan muscular seluruh badan supaya mampu memelihara curve
yang telah dikoreksi
o Memelihara keseimbangan dan keindahan sikap yang telah dikoreksi
semaksimal mungkin
o Membuat kompensasi apabila koreksi tidak mungkin
Latihan peregangan sisi concave, Latihan elongasi trunk Latihan peregangan otot
leher, bahu atau hip, Latihan penguatan otot sisi convex, Latihan deep breathing untuk
meningkatkan fungsi paru, dapat dilakukan bersamaan dengan latihan penguatan abdominal,
stretching trunk, dan saat stretching otot pectoralis , Latihan derotasi trunk, Sambil deep
breathing exercise dan lateral fleksi trunk (untuk meregangkan sisi concave), Latihan Yoga
disarankan melakukan derotasi vertebra.13
Macam-macam gerakan terapi latihan pada skoliosis adalah sebagai berikut:
Gambar 9. Macam-macam terapi latihan skoliosis

24
25
Orthotik
Alat penyangga, digunakan untuk skoliosis dengan kurva 25°-40° dengan skeletal
yang tidak matang (immature). Alat penyangga tersebut antara lain :
“Penyangga Milwaukee”
Alat ini tidak hanya mempertahankan tulang belakang dalam posisi lurus, tetapi alat
ini juga mendorong pasien agar menggunakan otot-ototnya sendiri untuk menyokong dan
mempertahankan proses perbaikan tersebut. Penyangga harus dipakai 23 jam sehari. Alat
penyangga ini harus terus digunakan terus sampai ada bukti objektif yang nyata akan adanya
kematangan rangka dan berhentinya pertumbuhan tulang belakang selanjutnya.10

26
Gambar 10. Milwaukee Brace
“Penyangga Boston”
Suatu penyangga ketiak sempit yang memberikan sokongan lumbal atau torakolumbal
yang rendah.Penyangga ini digunakan selama 16-23 jam sehari sampai skeletalnya
matur.Terapi ini bertujuan untuk mencegah dan memperbaiki deformitas yang tidak
dikehendaki oleh pasien.10

Medikamentosa
Tujuan pemberian obat adalah untuk mengurangi atau menghilangkan rasa nyeri dan
kemungkinan infeksi baik dari alat ataupun pembedahan, bukan untuk mengobati skoliosis.
Obat yang digunakan antara lain :
1. Analgesik (Paracetamol, asam asetil salisilat)
2. NSAID

Tindakan Pembedahan
Umumnya, jika kelengkungan lebih dari 40 derajat dan pasien skeletalnya imatur,
operasi direkomendasikan.Lengkung dengan sudut besar tersebut, progresivitasnya meningkat
secara bertahap, bahkan pada masa dewasa.Tujuan terapi bedah dari skoliosis adalah
memperbaiki deformitas dan mempertahankan perbaikan tersebut sampai terjadi fusi vertebra.
Beberapa tindakan pembedahan untuk terapi skoliosis antara lain :
Penanaman Harrington rods (batangan Harrington)
Batangan Harrington adalah bentuk peralatan spinal yang dipasang melalui
pembedahan yang terdiri dari satu atau sepasang batangan logam untuk meluruskan atau
menstabilkan tulang belakang dengan fiksasi internal.Peralatan yang kaku ini terdiri dari
pengait yang terpasang pada daerah mendatar pada kedua sisi tulang vertebrata yang letaknya
di atas dan di bawah lengkungan tulang belakang.
27
Keuntungan utama dari penggunaan batangan Harrington adalah dapat mengurangi
kelengkungan tulang belakang ke arah samping (lateral), pemasangannya relatif sederhana
dan komplikasinya rendah. Kerugian utamanya adalah setelah pembedahan memerlukan
pemasangan gips yang lama. Seperti pemasangan  pada spinal lainnya , batangan Harrington
tidak dapat dipasang pada penderita osteoporosis yang signifikan.1

Gambar11.Pemasangan peralatan Cotrell-Dubousset

Peralatan Cotrell-Dubousset meliputi pemasangan beberapa batangan dan pengait


untuk menarik, menekan, menderotasi tulang belakang.Alat yang dipasang melintang antara
kedua batangan untuk menjaga tulang belakang lebih stabil.Pemasangan peralatan Cotrell-
Dubousset spinal dikerjakan oleh dokter ahli bedah yang berpengalaman dan asistennya.

Edukasi
1. Hindari posisi punggung terlalu membungkuk, kepala terlalu terangkat, bersandar
pada salah saru sisi tubuh saat duduk
2. Jangan duduk dengan tegang dan kaku
3. Lakukan relaksasi jika duduk terlalu lama
4. Pakailah tempat duduk yang ergonomi saat bekerja
5. Lakukan latihan peregangan dan penguatan otot secara rutin di rumah
6. Pakailah brace secara benar untuk koreksi tulang belakang

2.2.10 Komplikasi

28
Skoliosis adalah penyakit 3 dimensi yang sangat komplek walaupun prinsipnyaberasal
dari kurva ke arah lateral yang kemudian membuat vertebra berputar. Perputaran vertebra
merubah bentuk dan volume dari rongga thorak maupun rongga abdominal.Sehingga berujung
pada organ di dalamnya misalnya berkurangnya sistem kerja kardiopulmonal dan dapaat
menimbulkan nyeri.14
Komplikasi-komplikasi yang dapat timbul antara lain :
a.Gangguan jantung dan paru karena adanya perubahan struktur rib cage
b. Gangguan punggung terkait dengan struktur terlibat misalnya spasme otot, saraf
terjepit yang menyebabkan nyeri, fatigue, ataupun muscle weakness.  
c.Deformitas berat
d.Memperburuk penampilan
e.Penyakit sendi degeneratif

2.2.11 Prognosis
Prognosis tergantung atas besarnya derajat kurva, deformitas dan maturitas.Derajat
kurva yang ringan dengan skeletal yang sudah matur umumnya tidak mengalami
progresif.Pada umumnya skoliosis tidak akan memburuk dalam waktu yang singkat. Semakin
muda usia munculnya skoliosis, semakin besarkemungkinan menjadi lebih parah, sebab
waktu perkembangan skoliosis jugamenjadi lebih lama. Semakin besar sudut, semakin besar
skoliosis kemungkinan akan memburuk. Adapun kondisi yang dapat memperburuk scoliosis
adalah:10
a. Kegemukan
Kelebihan berat badan dapat memperberat beban terhadap tulang belakangdisamping
memengaruhi keberhasilan pemakaian brace dan latihan.
b. Usia
Semakin muda usia munculnya skoliosis, semakin besar kemungkinan gangguanini akan
menjadi semakin parah jika tidak diperbaiki.
c. Sudut kurva
Semakin besar sudut, semakin besar kemungkinan akan mengalami perburukanapabila
tidak dilakukan tindakan.
d. Lokasi
Skoliosis di bagian tengah atau bawah tulang punggung lebih kemungkinanmenjadi
buruk ketimbang skoliosis di bagian atas karena beban berat badan dibagian bawah lebih
besar.

29
BAB IV
ANALISIS KASUS

Nn. MSRS usia 21 tahun dating ke Poliklinik Rehabilitasi Medik dengan keluhan nyeri
pada leher dan punggung. Pada riwayat perjalanan penyakitnya didapatkan sejak ± 1 bulan
yang lalu pasien sering mengeluh nyeri pada leher bagian kiri dan punggung. Nyeri terutama
dirasakan setelah pasien duduk lama dan berkurang bila pasien meluruskan badannya dengan
berbaring. Awalnya nyeri terasa seperti pegal-pegal di sekitar bahu dan leher. Pasien sering
mengalami pegal-pegal di leher dan punggung sejak SMP. Pasien mengaku pernah berobat dan
dilakukan rontgen, dikatakan skoliosis. Pasien dipasang brace dan tidak diberi obat, pasien
tidak pernah melakukan fisioterapi. Pasien merupakan mahasiswa yang mempunyai kebiasaan
duduk setengah bersandar dan pasien menulis dengan posisi sedikit menunduk dan sedikit
miring kekiri.

Keadaan umum baik dan pada pemeriksaan tanda vital dan status gizi dalam batas
normal. Pada pemeriksaan leher didapatkan nyeri tekan (+) pada otot scalenus, luas gerak
sendi normal, dan tes provokasi negatif. Pada pemeriksaan trunkus tampak adanya skoliosis v.
torakolumbal dengan deviasi prosessus spinosus v.thorakolumbal (+) ke arah kanan, tampak
bahu kiri lebih rendah, asimetris skapula (skapula kanan tampak lebih tinggi), rib hump (-),
selain itu didapatkan juga nyeri tekan (+) di otot paralumbal dan trapezius, luas gerak sendi
normal, Yeoman’s hyprextension (+). Hasil pemeriksaan lain dalam batas normal.

Hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik tersebut mengarahkan pasien pada skoliosis
torakolumbal, perlu dilakukan pemeriksaan penunjang berupa rontgen vertebrae
torakolumbal. Pasien direncanakan untuk fisioterapi berupaultrasound otot scalenus sinistra

30
dan paraservikal, IRR torakolumbal, TENS torakolumbal, dan terapi latihan berupa scoliosis
excercise.

DAFTAR PUSTAKA

1. Ballinger P, Frank E. 2015.Merrill’s Atlas of Radiographic Positions and


Radiographic Procedures. 10th ed. St. Louis, MO: Mosby Inc.

2. Anderson S. 2014.Spinal Curves and Scoliosis Radiologic TechnologySeptember-


October Vol.79/No.1. Virginia.

3. Jamaludin.2006. Pertumbuhan Tulang Tidak Normal. Medan.

4. Parjoto, S. 2007. Pentingnya Memahami Sikap Tubuh Dalam Kehidupan. Majalah


Fisioterapi Indonesia Vol. 7 No. 11/Mei 2007. Jakarta: IFI Graha Jati Asih.

5. Suyono, Slamet KE. dkk. 2013. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid ll Edisi Kelima.
Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

6. Tirza Z.Tamin. 2010. Bahan Mata Ajar Fisioterapi Pediatri. Fisioterapi UI. Jakarta:
Vokasi Kedokteran

7. Yohanes, P. 2009. Terapi latihan pada penderita skoliosis dengan metode klapp.
FKUA: Surabaya.

8. Satria M. 2011. Deskripsi Gangguan Bentuk Tulang Belakang. FKUI: Jakarta.

9. Soultanis K. 2008. Identification of a high-risk young population for


progressiveidiopathic scoliosis.from5th International Conference on Conservative
Management of Spinal DeformitiesAthens, Greece. 3–5 April 2008

10. Suriani S. 2013. Tesis “Swiss Ball Exercise dan Koreksi Postur Tidak Terbukti Lebih
Baik Dalam Memperkecil Derajat Skoliosis Idiopatik Daripada Klapp Exercise dan
Koreksi Postur Pada Anal Usia 11-13 tahun. Udayana Denpasar.

31
11. Sabatini. 2002. Radiologic Evaluation of Scoliosis in Young People. Harvard Medical
School Year III.

12. Gordon.C.M., Katzman. D.K., Rausen. D.S., Woods.E.R. 2009. Adolescent Health
Care A practical Guide. Fifth Edition.

13. Kaiser. 2011. Scoliosis Exercises Physical Therapy Department.Harvard Medical


School.

14. Harjono, J. 2008 .Scoliosis Temu Ilmiah Tahunan Fisiterapi XX. Cirebon

32

Anda mungkin juga menyukai