Bab 1
Bab 1
BAB 1
PENDAHULUAN
satu pekerjaan dalam waktu tertentu. Setiap kelainan memerlukan motivasi dalam
bentuk yang berbeda khususnya dalam proses belajar mengajar tidak terkecuali
(Pieter, Herri Zan & Lubis, Namora Lumongga, 2013: 95). Menurut Dewi (2013)
menyatakan tiga macam terapi yang digunakan untuk penanganan anak hiperaktif
yaitu terapi wicara, perilaku, bermain, dan terapi sensory integration. Fenomena
yang didapat pada anak hiperaktif mereka cenderung untuk tidak mampu dalam
ADHD merupakan masalah psikologis yang paling banyak terjadi akhir-akhir ini,
sekitar 3-10% terjadi di Amerika Serikat, 3-7% di Jerman, 5-10% di Kanada dan
1
2
Selandia Baru. Populasi anak Sekolah Dasar (SD) yang mengalami ADHD di
Indonesia berjumlah 16,3% dari total populasi yaitu 25,85 juta anak. Berdasarkan
data tersebut diperkirakan tambahan kasus baru ADHD sebanyak 9000 kasus.
Tengah, jumlah siswa-siswi yang terdaftar masuk ke Sekolah Luar Biasa (SLB)
tahun ajaran 2014/2015 sebanyak 184 orang dengan murid hiperaktif berkisar 74
orang anak. Hasil survey pendahuluan pada tanggal 27 Februari 2018 pada 7
(tujuh) orang tua anak hiperaktif di TK Melati Ceria Palangka Raya semua orang
tua mengatakan anak mereka tidak pernah fokus dengan satu hal yang dikerjakan.
3 (30%) diantaranya mengatakan jika anak tidak fokus belajar maka orang tua
tidak mampu maka akan membiarkan saja karena mereka percaya bahwa anak
pembelajaran bagi siswa normal lainnya. Mudjiman (2007: 43) mengatakan dalam
mereka untuk belajar dengan senang serta belajar secara sungguh-sungguh yang
pada akhirnya mereka mampu untuk proses belajar siswa yang sistematis, penuh
3
kegelisahan yang akut Siswa yang mengalami perilaku hiperaktif sejak kecil akan
dimungkinkan tidak mandiri, tidak percaya diri, tidak memiliki konsep diri yang
dibiarkan berlanjut dapat merugikan berbagai pihak seperti orang tua, guru, teman
Saat bermain, anak mempelajari banyak hal penting serta hal baru yang
permainan yang tidak hanya berfungsi sebagai hiburan, tetapi juga dapat melatih
(Baras, 2015: 15). Dengan terbiasa bermain puzzle, lambat laun mental anak akan
sesuatu. Oleh karena itu peneliti tertarik dan ingin meneliti tentang “Pengaruh
Palangka Raya?”.
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Pengaruh Terapi
1.4.1 Teoritis
Sebagai bahan masukan ilmiah yang dapat mendukung teori konsep yang
telah ada sehingga dapat menjadi sumber yang dapat dipertanggung jawabkan
secara ilmiah dan dapat dijadikan acuan dalam pelaksanaan terapi bermain pada
anak hiperaktif.
1.4.2 Praktis
Hasil penelitian ini dapat dipergunakan sebagai bahan acuan dan dijadikan
kesehatan tentang terapi bermain bagi anak dengan gangguan pemusatan perhatian
hiperaktif.
penelitian berikutnya.
Hasil penelitian ini dapat menjadi sumber pengetahuan dan informasi bagi
responden yaitu aseptor sehingga lebih memahami terapi bermain bagi anak