Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sebelum agama Islam masuk ke Indonesia, berbagai macam agama dan
kepercayaan seperti Animisme, Dinamisme, Hindu, dan Budha telah dianut
oleh masyarakat Indoesia. Bahkan pada abad 7-12 M di beberapa wilayah
Indonesia telah berdiri kerajaan-kerajaan Hindu dan Budha.

B. Permasalahan
Menjelaskan tentang begaimana Islam datang ke Indonesia.
1. Menjelaskan tentang bagaimana caranya Islam bisa berkembang di
Indonesia.
2. Menjelaskan tentang apa saja hikmah bagi Indonesia setelah Islam datang.

C. Tujuan
1. Untuk mengingat kembali tentang bagaimana Islam masuk ke Indonesia.
2. Supaya kita bisa mencontoh bagaimana cara berdakwah yang baik
3. Mengenang kembali jasa-jasa para pejuang terdahulu

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Awal Masuknya Islam di Indonesia


Ketika Islam datang di Indonesia, berbagai agama dan kepercayaan seperti
animisme, dinamisme, Hindu dan Budha, sudah banyak dianut oleh bangsa
Indonesia bahkan dibeberapa wilayah kepulauan Indonesia telah berdiri
kerajaan-kerajaan yang bercorak Hindu dan Budha. Misalnya kerajaan Kutai di
Kalimantan Timur, kerajaan Taruma Negara di Jawa Barat, kerajaan Sriwijaya
di Sumatra dan sebagainya. Namun Islam datang ke wilayah-wilayah tersebut
dapat diterima dengan baik, karena Islam datang dengan membawa prinsip-
prinsip perdamaian, persamaan antara manusia (tidak ada kasta),
menghilangkan perbudakan dan yang paling penting juga adalah masuk
kedalam Islam sangat mudah hanya dengan membaca dua kalimah syahadat
dan tidak ada paksaan.
Tentang kapan Islam datang masuk ke Indonesia, menurut kesimpulan
seminar “ masuknya Islam di Indonesia” pada tanggal 17 s.d 20 Maret 1963 di
Medan, Islam masuk ke Indonesia pada abad pertama hijriyah atau pada abad
ke tujuh masehi. Menurut sumber lain menyebutkan bahwa Islam sudah mulai
ekspedisinya ke Nusantara pada masa Khulafaur Rasyidin (masa pemerintahan
Abu Bakar Shiddiq, Umar bin Khattab, Usman bin Affan dan Ali bin Abi
Thalib), disebarkan langsung dari Madinah.

B. Cara Masuknya Islam di Indonesia


Islam masuk ke Indonesia, bukan dengan peperangan ataupun penjajahan.
Islam berkembang dan tersebar di Indonesia justru dengan cara damai dan
persuasif berkat kegigihan para ulama. Karena memang para ulama berpegang
teguh pada prinsip Q.S. al-Baqarah ayat 256 :
َ‫سكَ بِ ْالعُ ْر َوةِ ْال ُوثْقَى ال‬
َ ‫ت َويُؤْ ِمن بِاهللِ فَقَ ِد ا ْستَ ْم‬ َّ ‫ي فَ َمن يَ ْكفُ ْر بِال‬
ُ ‫طا‬
ِ ‫غو‬ ِِّ َ‫الر ْشد ُ ِمنَ ْالغ‬
ُّ َ‫ِّين قَد تَّبَيَّن‬ِ ‫آلَإِ ْك َراهَ فِي ال ِد‬
َ ُ‫ام لَ َها َوهللا‬
‫س ِمي ٌع َع ِلي ٌم‬ َ ‫ص‬َ ‫ا ْن ِف‬

2
“Tidakadapaksaanuntuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnyatelahjelasjalan
yang benar dari pada jalan yang sesat. Karena itu barang siapa yang ingkar kepada
Thaghut dan berimank epada Allah, maka sesungguhnya dia telah berpegang
kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha
Mendengar lagi Maha Mengetahui.”(Al-Baqarah: 256).
Adapun cara masuknya Islam di Indonesia melalui beberapa cara antara lain ;
1. Perdaganga
Jalur ini dimungkinkan karena orang-orang melayu telah lama menjalin
kontak dagang dengan orang Arab. Apalagi setelah berdirinya kerajaan
Islam seperti kerajaan Islam Malaka dan kerajaan Samudra Pasai di Aceh,
maka makin ramailah para ulama dan pedagang Arab datang ke Nusantara
(Indonesia). Disamping mencari keuntungan duniawi juga mereka mencari
keuntungan rohani yaitu dengan menyiarkan Islam. Artinya mereka
berdagang sambil menyiarkan agama Islam.
2. Kultural
Artinya penyebaran Islam di Indonesia juga menggunakan media-media
kebudayaan, sebagaimana yang dilakukan oleh para wali sanga di pulau
jawa. Misalnya Sunan Kali Jaga dengan pengembangan kesenian wayang.
Ia mengembangkan wayang kulit, mengisi wayang yang bertema Hindu
dengan ajaran Islam. Sunan Muria dengan pengembangan gamelannya.
Kedua kesenian tersebut masih digunakan dan digemari masyarakat
Indonesia khususnya jawa sampai sekarang. Sedang Sunan Giri
menciptakan banyak sekali mainan anak-anak, seperti jalungan, jamuran,
ilir-ilir dan cublak suweng dan lain-lain.
3. Pendidikan
Pesantren merupakan salah satu lembaga pendidikan yang paling strategis
dalam pengembangan Islam di Indonesia. Para da’i dan muballig yang
menyebarkan Islam diseluruh pelosok Nusantara adalah keluaran
pesantren tersebut. Datuk Ribandang yang mengislamkan kerajaan Gowa-
Tallo dan Kalimantan Timur adalah keluaran pesantren Sunan Giri. Santri-
santri Sunan Giri menyebar ke pulau-pulau seperti Bawean, Kangean,

3
Madura, Haruku, Ternate, hingga ke Nusa Tenggara. Dan sampai sekarang
pesantren terbukti sangat strategis dalam memerankan kendali penyebaran
Islam di seluruh Indonesia.
4. Kekuasaan politik
Artinya penyebaran Islam di Nusantara, tidak terlepas dari dukungan yang
kuat dari para Sultan. Di pulau Jawa, misalnya keSultanan Demak,
merupakan pusat dakwah dan menjadi pelindung perkembangan Islam.
Begitu juga raja-raja lainnya di seluruh Nusantara. Raja Gowa-Tallo di
Sulawesi selatan melakukan hal yang sama sebagaimana yang dilakukan
oleh Demak di Jawa. Dan para Sultan di seluruh Nusantara melakukan
komunikasi, bahu membahu dan tolong menolong dalam melindungi
dakwah Islam di Nusantara. Keadaan ini menjadi cikal bakal tumbuhnya
negara nasional Indonesia dimasa mendatang.

C. Perkembangan Islam di Beberapa Wilayah Nusantara


1. Di Sumatra
Kesimpulan hasil seminar di Medan tersebut di atas, dijelaskan bahwa
wilayah Nusantara yang mula-mula dimasuki Islam adalah pantai barat
pulau Sumatra dan daerah Pasai yang terletak di Aceh utara yang kemudian
di masing-masing kedua daerah tersebut berdiri kerajaan Islam yang
pertama yaitu kerajaan Islam Perlak dan Samudra Pasai.
2. Di Jawa
Benih-benih kedatangan Islam ke tanah Jawa sebenarnya sudah dimulai
pada abad pertama Hijriyah atau abad ke 7 M. Hal ini dituturkan oleh Prof.
Dr. Buya Hamka dalam bukunya Sejarah Umat Islam, bahwa pada tahun
674 M sampai tahun 675 M. sahabat Nabi, Muawiyah bin Abi Sufyan
pernah singgah di tanah Jawa (Kerajaan Kalingga) menyamar sebagai
pedagang. Bisa jadi Muawiyah saat itu baru penjajagan saja, tapi proses
dakwah selanjutnya dilakukan oleh para da’i yang berasal dari Malaka atau
kerajaan Pasai sendiri. Sebab saat itu lalu lintas atau jalur hubungan antara
Malaka dan Pasai disatu pihak dengan Jawa dipihak lain sudah begitu

4
pesat.
Adapun gerakan dakwah Islam di Pulau Jawa selanjutnya dilakukan
oleh para Wali Sanga, yaitu sbb :
a. Maulana Malik Ibrahim atau Sunan Gresik
Beliau dikenal juga dengan sebutan Syeikh Magribi. Ia dianggap
pelopor penyebaran Islam di Jawa. Beliau juga ahli pertanian, ahli tata
negara dan sebagai perintis lembaga pendidikan pesantren. Wafat
tahun 1419 M.(882 H) dimakamkan di Gapura Wetan Gresik
b. Raden Ali Rahmatullah (Sunan Ampel)
Dilahirkan di Aceh tahun 1401 M. Ayahnya orang Arab dan ibunya
orang Cempa, ia sebagai mufti dalam mengajarkan Islam tak kenal
kompromi dengan budaya lokal. Wejangan terkenalnya Mo Limo yang
artinya menolak mencuri, mabuk, main wanita, judi dan madat, yang
marak dimasa Majapahit. Beliau wafat di desa Ampel tahun 1481 M.
Jasa-jasa Sunan Ampel :
1) Mendirikan pesantren di Ampel Denta, dekat Surabaya. Dari
pesantren ini lahir para mubalig kenamaan seperti : Raden Paku
(Sunan Giri), Raden Fatah (Sultan Demak pertama), Raden
Makhdum (Sunan Bonang), Syarifuddin (Sunan Drajat) dan
Maulana Ishak yang pernah diutus untuk menyiarkan Islam ke
daerah Blambangan.
2) Berperan aktif dalam membangun Masjid Agung Demak yang
dibangun pada tahun 1479 M.
3) Mempelopori berdirinya kerajaan Islam Demak dan ikut
menobatkan Raden Patah sebagai Sultan
c. Sunan Giri (Raden Aenul Yaqin atau Raden Paku)
Ia putra Syeikh Yakub bin Maulana Ishak. Ia sebagai ahli fiqih dan
menguasai ilmu Falak. Dimasa menjelang keruntuhan Majapahit, ia
dipercaya sebagai raja peralihan sebelum Raden Patah naik menjadi
Sultan Demak. Ketika Sunan Ampel wafat, ia menggantikannya
sebagai mufti tanah Jawa.

5
d. Sunan Bonang (Makhdum Ibrahim)
Putra Sunan Ampel lahir tahun 1465. Sempat menimba ilmu ke Pasai
bersama-sama Raden Paku. Beliaulah yang mendidik Raden Patah.
Beliau wafat tahun 1515 M.
e. Sunan Kalijaga (Raden Syahid)
Ia tercatat paling banyak menghasilkan karya seni berfalsafah Islam. Ia
membuat wayang kulit dan cerita wayang Hindu yang diislamkan.
Sunan Giri sempat menentangnya, karena wayang Beber kala itu
menggambarkan gambar manusia utuh yang tidak sesuai dengan ajaran
Islam. Kalijaga mengkreasi wayang kulit yang bentuknya jauh dari
manusia utuh. Ini adalah sebuah usaha ijtihad di bidang fiqih yang
dilakukannya dalam rangka dakwah Islam.
f. Sunan Drajat
Nama aslinya adalah Syarifudin (putra Sunan Ampel, adik Sunan
Bonang). Dakwah beliau terutama dalam bidang sosial. Beliau juga
mengkader para da’i yang berdatangan dari berbagai daerah, antara
lain dari Ternate dan Hitu Ambon.
g. Syarif Hidayatullah
Nama lainnya adalah Sunan Gunung Jati yang kerap kali dirancukan
dengan Fatahillah, yang menantunya sendiri. Ia memiliki keSultanan
sendiri di Cirebon yang wilayahnya sampai ke Banten. Ia juga salah
satu pembuat sokoguru masjid Demak selain Sunan Ampel, Sunan
Kalijaga dan Sunan Bonang. Keberadaan Syarif Hidayatullah dengan
kesultanannya membuktikan ada tiga kekuasaan Islam yang hidup
bersamaan kala itu, yaitu Demak, Giri dan Cirebon. Hanya saja Demak
dijadikan pusat dakwah, pusat studi Islam sekaligus kontrol politik
para wali.
h. Sunan Kudus
Nama aslinya adalah Ja’far Sadiq. Lahir pada pertengahan abad ke 15
dan wafat tahun 1550 M. (960 H). Beliau berjasa menyebarkan Islam
di daerah kudus dan sekitarnya. Ia membangun masjid menara Kudus

6
yang sangat terkenal dan merupakan salah satu warisan budaya
Nusantara.
i. Sunan Muria
Nama aslinya Raden Prawoto atau Raden Umar Said putra Sunan
Kalijaga. Beliau menyebarkan Islam dengan menggunakan sarana
gamelan, wayang serta kesenian daerah lainnya. Beliau dimakamkan di
Gunung Muria, disebelah utara kota Kudus.
Raja-raja Maluku yang masuk Islam seperti :
a. Raja Ternate yang bergelar Sultan Mahrum (1465-1486).
b. Setelah beliau wafat digantikan oleh Sultan Zaenal Abidin yang
sangat besar jasanya dalam menyiarkan Islam di kepulauan
Maluku, Irian bahkan sampai ke Filipina.
c. Raja Tidore yang kemudian bergelar Sultan Jamaluddin.
d. Raja Jailolo yang berganti nama dengan Sultan Hasanuddin.
e. Pada tahun 1520 Raja Bacan masuk Islam dan bergelar Zaenal
Abidin.

D. Peranan Umat Islam dalam Mengusir Penjajah.


Ketika kaum penjajah datang, Islam sudah mengakar dalam hati bangsa
Indonesia, bahkan saat itu sudah berdiri beberapa kerajaan Islam, seperti
Samudra Pasai, Perlak, Demak dan lain-lain. Jauh sebelum mereka datang,
umat Islam Indonesia sudah memiliki identitas bendera dan warnanya adalah
merah putih. Ini terinspirasi oleh bendera Rasulullah saw. yang juga berwarna
merah dan putih. Rasulullah saw pernah bersabda :” Allah telah menundukkan
pada dunia, timur dan barat. Aku diberi pula warna yang sangat indah, yakni
Al-Ahmar dan Al-Abyadl, merah dan putih “. Begitu juga dengan bahasa
Indonesia. Tidak akan bangsa ini mempunyai bahasa Indonesia kecuali ketika
ulama menjadikan bahasa ini bahasa pasar, lalu menjadi bahasa ilmu dan
menjadi bahasa jurnalistik.
Beberapa ajaran Islam seperti jihad, membela yang tertindas, mencintai
tanah air dan membasmi kezaliman adalah faktor terpenting dalam

7
membangkitkan semangat melawan penjajah. Bisa dikatakan bahwa hampir
semua tokoh pergerakan, termasuk yang berlabel nasionalis radikal sekalipun
sebenarnya terinspirasi dari ruh ajaran Islam. Sebagai bukti misalnya Ki Hajar
Dewantara (Suwardi Suryaningrat) tadinya berasal dari Sarekat Islam (SI);
Soekarno sendiri pernah jadi guru Muhammadiyah dan pernah nyantri dibawah
bimbingan Tjokroaminoto bersama S.M Kartosuwiryo yang kelak dicap
sebagai pemberontak DI/TII; RA Kartini juga sebenarnya bukanlah seorang
yang hanya memperjuangkan emansipasi wanita. Ia seorang pejuang Islam
yang sedang dalam perjalanan menuju Islam yang kaaffah. Ketika sedang
mencetuskan ide-idenya, ia sedang beralih dari kegelapan (jahiliyah) kepada
cahaya terang (Islam) atau minaz-zulumati ilannur (habis gelap terbitlah
terang). Patimura seorang pahlawan yang diklaim sebagai seorang Nasrani
sebenarnya dia adalah seorang Islam yang taat. Tulisan tentang Thomas
Mattulessy hanyalah omong kosong. Tokoh Thomas Mattulessy yang ada
adalah Kapten Ahmad Lussy atau Mat Lussy, seorang muslim yang memimpin
perjuangan rakyat Maluku melawan penjajah. Demikian pula Sisingamangaraja
XII menurut fakta sejarah adalah seorang muslim.
Semangat jihad yang dikumandangkan para pahlawan semakin terbakar
ketika para penjajah berusaha menyebarkan agama Nasrani kepada bangsa
Indonesia yang mayoritas sudah beragama Islam yang tentu saja dengan cara-
cara yang berbeda dengan ketika Islam datang dan diterima oleh mereka,
bahwa Islam tersebar dan dianut oleh mereka dengan jalan damai dan persuasif
yakni lewat jalur perdagangan dan pergaulan yang mulia bahkan wali sanga
menyebarkannya lewat seni dan budaya. Para da’i Islam sangat paham dan
menyadari akan kewajiban menyebarkan Islam kepada orang lain, tapi juga
mereka sangat paham bahwa tugasnya hanya sekedar menyampaikan. Hal ini
sesuai dengan Q.S. Yasin ayat 17 :”Tidak ada kewajiban bagi
Di bawah ini hanya sebagian kecil contoh atau bukti sejarah perjuangan umat
Islam Indonesia dalam mengusir penjajah.

8
1. Penjajah Portugis
Kaum penjajah yang mula-mula datang ke Nusantara ialah Portugis dengan
semboyan Gold (tambang emas), Glory (kemulyaan, keagungan), dan
Gospel (penyebaran agama Nasrani).
Untuk menjalankan misinya itu Portugis berusaha dengan menghalalkan
semua cara. Apalagi saat itu mereka masih menyimpan dendamnya
terhadap bangsa Timur (Islam) setelah usai Perang Salib.
2. Penjajah Belanda
Belanda pertama kali datang ke Indonesia tahun 1596 berlabuh di Banten
dibawah pimpinan Cornelis de Houtman, dilanjutkan oleh Jan Pieterszoon
Coen menduduki Jakarta pada tanggal 30 Mei 1619 serta mengganti nama
Jakarta menjadi Batavia. Tujuannya sama dengan penjajah Portugis, yaitu
untuk memonopoli perdagangan dan menanamkan kekuasaan terhadap
kerajaan-kerajaan di wilayah Nusantara. Jika Portugis menyebarkan agama
Katolik maka Belanda menyebarkan agama Protestan. Betapa berat
penderitaan kaum muslimin semasa penjajahan Belanda selama kurang
lebih 3,5 abad. Penindasan, adu domba (Devide et Impera), pengerukan
kekayaan alam sebanyak-banyaknya dan membiarkan rakyat Indonesia
dalam keadaan miskin dan terbelakang adalah kondisi yang dialami saat
itu. Maka wajarlah jika seluruh umat Islam Indonesia bangkit dibawah
pimpinan para ulama dan santri di berbagai pelosok tanah air, dengan
persenjataan yang sederhana: bambu runjing, tombak dan golok. Namun
mereka bertempur habis-habisan melawan orang-orang kafir Belanda
dengan niat yang sama, yaitu berjihad fi sabi lillah. Hanya satu pilihan
mereka : Hidup mulia atau mati Syahid. Maka pantaslah almarhum Dr.
Setia Budi (1879-1952) mengungkapkan dalam salah satu ceramahnya di
Jogya menjelang akhir hayatnya antara lain mengatakan : “Jika tidak
karena pengaruh dan didikan agama Islam, maka patriotisme bangsa
Indonesia tidak akan sehebat seperti apa yang diperlihatkan oleh sejarahnya
sampai kemerdekaannya”.

9
Sejarah telah mencatat sederetan pahlawan Islam Indonesia dalam melawan
Belanda yang sebagian besar adalah para Ulama atau para kyai antara lain:
Di Pulau Jawa misalnya Sultan Ageng Tirtayasa, Kiyai Tapa dan Bagus
Buang dari kesultanan Banten, Sultan Agung dari Mataram dan Pangeran
Diponegoro dari Jogjakarta memimpin perang Diponegoro dari tahun 1825-
1830 bersama panglima lainnya seperti Basah Marto Negoro, Kyai Imam
Misbah, Kyai Badaruddin, Raden Mas Juned, dan Raden Mas Rajab.
Konon dalam perang Diponegoro ini sekitar 200 ribu rakyat dan prajurit
Diponegoro yang syahid, dari pihak musuh tewas sekitar 8000 orang
serdadu bangsa Eropa dan 7000 orang serdadu bangsa Pribumi. Dari Jawa
Barat misalnya Apan Ba Sa’amah dan Muhammad Idris (memimpin
perlawanan terhadap Belanda sekitar tahun 1886 di daerah Ciomas)
Di pulau Sumatra tercatat nama-nama : Tuanku Imam Bonjol dan
Tuanku Tambusi (Memimpin perang Padri tahun 1833-1837), Dari
kesultanan Aceh misalnya Teuku Syeikh Muhammad Saman atau yang
dikenal Teuku Cik Ditiro, Panglima Polim, Panglima Ibrahim, Teuku Umar
dan istrinya Cut Nyak Dien, Habib Abdul Rahman, Imam Leungbatan,
Sultan Alaudin Muhammad Daud Syah, dan lain-la
3. Penjajahan Jepang
Pendudukan Jepang di Indonesia diawali di kota Tarakan pada tanggal 10
januari 1942. Selanjutnya Minahasa, Balik Papan, Pontianak, Makasar,
Banjarmasin, Palembang dan Bali. Kota Jakarta berhasil diduduki tanggal 5
Maret 1942.
Untuk sementara penjajah Belanda hengkang dari bumi Indonesia,
diganti oleh penjajah Jepang. Ibarat pepatah “Lepas dari mulut harimau
jatuh ke mulut buaya”, yang ternyata penjajah Jepang lebih kejam dari
penjajah manapun yang pernah menduduki Indonesia. Seluruh kekayaan
alam dikuras habis dibawa ke negerinya. Bangsa Indonesia dikerja
paksakan (Romusa) dengan ancaman siksaan yang mengerikan seperti
dicambuk, dicabuti kukunya dengan tang, dimasukkan kedalam sumur,
para wanita diculik dan dijadikan pemuas nafsu sex tentara Jepang (Geisha)

10
Pada awalnya Jepang membujuk rayu bangsa Indonesia dengan
mengklaim dirinya sebagai saudara tua Bangsa Indonesia (ingat gerakan 3
A yaitu Nippon Cahaya Asia, Nippon Pelindung Asia dan Nippon
Pemimpin Asia). Mereka juga paham bahwa bangsa Indonesia kebanyakan
beragama Islam. Karena itu pada tanggal 13 Juli 1942 mereka mencoba
menghidupkan kembali Majlis Islam A’la Indonesia (MIAI) yang telah
terbentuk pada pemerintahan Belanda (September 1937). Tapi upaya
Jepang tidak banyak ditanggapi oleh tokoh-tokoh Islam. Banyak tokoh-
tokoh Islam tidak mau kooperatif dengan pemerintah penjajah Jepang
bahkan melakukan gerakan bawah tanah misalnya dibawah pimpinan Sutan
Syahrir dan Amir Syarifuddin.
4. Sekutu dan NICA
Tanggal 17 Agustus 1945 kemerdekaan Indonesia baru saja
diproklamirkan, tanggal 15 september 1945 datang lagi persoalan baru,
yaitu datangnya tentara sekutu yang diboncengi NICA (Nederland Indies
Civil Administration). Mereka datang dengan penuh kecongkakan seolah-
olah paling berhak atas tanah Indonesia sebagai bekas jajahannya.
Kedatangan mereka tentu saja mendapat reaksi dari seluruh bangsa
Indonesia. Seluruh umat Islam bergerak kembali dengan kekuatan senjata
seadanya melawan tentara sekutu dan NICA yang bersenjatakan lengkap
dan modern. Perlawanan terhadap sekutu dan NICA antara lain: Dengan
taktik perang gerilya, pertempuran arek-arek Surabaya, Bandung lautan
Api, pertempuran di Ambarawa dan lain-lain.
5. Peranan Umat Islam dalam Mempersiapkan dan Meletakkan Dasar-
dasarIndonesia Merdeka.
Dalam upaya mempersiapkan kemerdekaan Indonesia, tidak
disangsikan lagi peran kaum muslimin terutama para ulama. Mereka
berkiprah dalam BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha Persiapan
Kemerdekaan Indonesia) yang dibentuk tanggal 1 maret 1945. Lebih jelas
lagi ketika Badan ini membentuk panitia kecil yang bertugas merumuskan
tujuan dan maksud didirikannya negara Indonesia. Panitia terdiri dari 9

11
orang yang semuanya adalah muslim atau para ulama kecuali satu orang
beragama Kristen. Mereka adalah Ir. Soekarno, Drs.Moh.Hatta,
Mr.Moh.Yamin, Mr.Ahmad Subardjo, Abdul Kahar Mujakir, Wahid
Hsyim, H.Agus Salim, Abi Kusno Tjokrosuyono dan A.A. Maramis
(Kristen)
Meski dalam persidangan-persidangan merumuskan dasar negara
Indonesia terjadi banyak pertentangan antar (mengutip istilah Endang
Saefudin Ansori dalam bukunya Piagam Jakarta) kelompok nasionalis
Islamis dan kelompok nasionalis sekuler. Kelompok Nasionalis Islamis
antara lain KH. Abdul Kahar Muzakir, H. Agus Salim, KH.Wahid Hasyim,
Ki Bagus dan Abi Kusno menginginkan agar Islam dijadikan dasar negara
Indonesia. Sedangkan kelompok nasionalis sekuler dibawah pimpinan
Soekarno menginginkan negara Indonesia yang akan dibentuk itu netral
dari agama. Namun Akhirnya terjadi sebuah kompromi antara kedua
kelompok sehingga melahirkan sebuah rumusan yang dikenal dengan
Piagam Jakarta tanggal 22 Juni 1945, yang berbunyi :
1. Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syareat Islam bagi pemeluk-
pemeluknya
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Rumusan itu disetujui oleh semua anggota dan kemudian menjadi
bagian dari Mukaddimah UUD 45. Jadi dengan demikian Republik
Indonesia yang lahir tanggal 17 Agustus 1945 adalah republik yang
berdasarkan ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syareat Islam bagi
pemeluk-pemeluknya Meskipun keesokan harinya 18 Agustus 1945 tujuh
kata dalam Piagam Jakarta itu dihilangkan diganti dengan kalimat “Yang
Maha Esa”. Ini sebagai bukti akan kebesaran jiwa umat Islam dan para
ulama. Muh. Hatta dan Kibagus Hadikusumo menjelaskan bahwa yang

12
dimaksud dengan” Yang Maha Esa” tersebut tidak lain adalah tauhid.
Saat proklamasipun peran umat Islam sangat besar. 17 Agustus 1945 itu
bertepatan dengan tangal 19 Ramadhan 1364 H. Proklamasi dilakukan juga
atas desakan-desakan para ulama kepada Bung Karno. Tadinya Bung
Karno tidak berani. Saat itu Bung Karno keliling menemui para ulama
misalnya para ulama di Cianjur Selatan, Abdul Mukti dari Muhammadiyah,
termasuk Wahid Hasyim dari NU. Mereka mendesak agar Indonesia segera
diproklamasikan tanggal 17 Agustus 1945.
6. Peranan Organisasi-organisasi Islam dan Partai-partai Politik Islam
Dalam perjuangan membela bangsa, Negara dan menegakkan Islam di
Indonesia, Umat Islam mendirikan berbagai organisasi dan partai politik
dengan corak dan warna yang berbeda-beda. Ada yang bergerak dalam
bidang politik, sosial budaya, pendidikan, ekonomi dan sebagainya. Namun
semuanya mempunyai tujuan yang sama, yaitu memajukan bangsa
Indonesia khususnya umat Islam dan melepaskan diri dari belenggu
penjajahan. Tercatat dalam sejarah, bahwa dari lembaga-lembaga tersebut
telah lahir para tokoh dan pejuang yang sangat berperan baik di masa
perjuangan mengusir penjajah, maupun pada masa pembangunan.
a. Sarekat Islam (SI)
Sarekat Islam (SI) pada awalnya adalah perkumpulan bagi para
pedagang muslim yang didirikan pada akhir tahun 1911 di Solo oleh H.
Samanhudi. Nama semula adalah Sarekat Dagang Islam (SDI).
Kemudian tanggal 10 Nopember 1912 berubah nama menjadi Sarekat
Islam (SI). H.Umar Said Cokroaminoto diangkat sebagai ketua,
sedangkan H.Samanhudi sebagai ketua kehormatan. Latar belakang
didirikannya organisasi ini pada awalnya untuk menghimpun dan
memajukan para pedagang Islam dalam rangka bersaing dengan para
pedagang asing, dan juga membentengi kaum muslimin dari gerakan
penyebaran agama Kristen yang semakin merajalela. Dengan nama
Sarekat Islam dibawah pimpinan H.O.S. Cokroaminoto organisasi ini
semakin berkembang karena mendapat sambutan yang luar biasa dari

13
masyarakat. Daya tarik utamanya adalah asas keislamannya. Dengan SI
mereka (umat Islam) yakin akan dibela kepentingannya.
Keanggotaan SI terbuka untuk semua golongan dan suku bangsa yang
beragama Islam. Berbeda dengan Budi Utomo yang membatasi
keanggotaannya pada suku bangsa tertentu (Jawa). Sehingga banyak
sejarawan mengatakan bahwa tanggal berdirinya SI ini lebih tepat
disebut sebagai Hari Kebangkitan Nasional, dan bukan tahun 1908
dengan patokan berdirinya Budi Utomo.
b. Muhammadiyah
Muhammadiyah secara etimologi artinya pengikut Nabi Muhammad.
Adalah sebuah organisasi non-politis yang bertujuan mengembalikan
ajaran Islam sesuai dengan al-Quran dan Sunnah Nabi Muhammad saw;
memberantas kebiasaan yang tidak sesuai dengan ajaran agama (bid’ah)
dan memajukan ilmu agama Islam di kalangan anggotanya. Organisasi
ini didirikan oleh KH. Ahmad Dahlan di Yogyakarta pada 18
Nopember 1912. Dalam Anggaran Dasar Muhammadiyah yang baru,
telah disesuaikan dengan UU no.8 tahun 1985 dan hasil Muktamar
Muhammadiyah ke-41 di Surakarta pada tanggal 7-11 Desember 1985,
Bab 1 pasal 1 disebutkan bahwa Muhammadiyah adalah gerakan Islam
dan dakwah amar ma’ruf nahi munkar yang berakidah Islam dan
bersumber pada al-Quran dan Sunnah. Sifat gerakannya adalah non-
politik, tapi tidak melarang anggotanya memasuki partai politik. Hal ini
dicontohkan oleh pendirinya sendiri, KH Ahmad Dahlan, dimana beliau
juga adalah termasuk anggota Sarekat Islam.
Banyak anggota Muhammadiyah yang berjuang baik pada masa
penjajahan Belanda, Jepang, masa mempertahankan kemerdekaan,
masa Orde Lama, Orde Baru dan Masa Reformasi. Mereka tersebar di
berbagai organisasi pergerakan, organisasi partai politik dan lembaga-
lembaga negara. Tokoh-tokoh Muhammadiyah yang kita kenal seperti
KH. Mas Mansur, Prof. Kahar Muzakir, Dr. Sukirman Wirjosanjoyo
adalah para pejuang yang tidak asing lagi. Demikian pula seperti Buya

14
Hamka, KH AR. Fakhruddin, Dr. Amin Rais, Dr. Syafi’i Ma’arif dan
Dr. Din Syamsudin adalah tokoh–tokoh Muhammadiyah yang sangat
berperan dalam pentas nasional Indonesia.
Bidang-bidang yang ditangani Muhammadiyah antara lain :
a. Sosial
Dalam bidang sosial Muhammadiyah mendirikan :
1) Panti asuhan untuk anak yatim piatu
2) Bank Syari’ah untuk membantu pengusaha lemah
3) Organisasi wanita yang bernama Aisiyah dan organisassi
kepanduan Hizbul wathan, Pemuda Muhammadiyah, Ikatan
Mahasiswa Muhammadiyah, dan ikatan Pelajar Muhammadiyah
b. Pendidikan
Dalam bidang pendidikan, Muhammadiyah mendirikan lembaga-
lembaga pendidikan mulai dari TK sampai perguruan tinggi. Data
tahun 1985 Muhammadiyah sudah memiliki 12400 lembaga
pendidikan yang terdiri dari 37 perguruan tinggi dan sisanya adalah
TK sampai SLTA. Tahun 1990 jumlah perguruan tinggi
Muhammadiyah bertambah menjadi 78 buah.
c. Kesehatan
Dalam bidang kesehatan Muhammadiyah mendirikan Poliklinik,
Rumah Sakit dan Rumah Bersalin. Data tahun 1990 telah memiliki
215 Rumah Sakit, Poliklinik dan Rumah Bersalin.
c. Al Irsyad
Organisasi ini berdiri tanggal 6 September 1914 di Jakarta, dua tahun
setelah Muhammadiyah berdiri, dan bisa dibilang sebagai sempalan
dari Jami’atul Khair. Diantara tokoh al-Irsyad yang terkenal adalah
syeikh Ahmad Surkati, berasal dari Sudan yang semula adalah pengajar
di Jami’atul Khair. Al Irsyad ini mengkhususkan diri dalam perbaikan
(pembaharuan) agama kaum muslimin khususnya keturunan Arab
Sebagian tokoh Muhammadiyah pada awal berdirinya juga adalah
kader-kader yang dibina dalam lembaga pendidikan AlIrsyad. Saat itu

15
al-Irsyad sudah memiliki Madrasah Awaliyah (3 tahun), Madrasah
Ibtidaiyah (4 tahun), Madrasah Tajhiziyah (2tahun), dan Madrasah
Mu’allimin yang dikhususkan untuk mencetak guru.
Al-Irsyad bergerak bukan hanya dalam bidang pendidikan, tapi juga
bidang-bidang lain seperti rumah sakit, panti asuhan dan rumah yatim
piatu.
d. Nahdlatul Ulama
(NU) artinya kebangkitan para ulama. Adalah sebuah Organisasi sosial
keagamaan yang dipelopori oleh para ulama atau kiyai. Mereka itu
ialah K.H.Hasyim Asy’ari, K.H.Wahab Hasbullah, K.H.Bisri Syamsuri,
K.H.Mas Alwi , dan K.H.Ridwan. Lahir di Surabaya pada tanggal 31
Januari 1926 dan kini menjadi salah satu organisai dan gerakan Islam
terbesar di tanah air. Bertujuan mengupayakan berlakunya ajaran Islam
yang berhaluan Ahlussunnah Waljama’ah dan penganut salah satu dari
empat mazhab fiqih (Imam Hanafi, Imam Syafi’i, Imam Hambali dan
Imam Maliki).
Pada mulanya NU ini tidak mencampuri urusan politik. Ia lebih
memfokuskan diri pada pengembangan dan pemantapan paham
keagamaannya dalam masyarakat yang saat itu sedang gencar-
gencarnya penyebaran faham Wahabiyah yang dianggap
membahayakan paham ahli Sunnah Waljama’ah. Hal ini tersirat dalam
salah satu hasil keputusan kongresnya di Surabaya pada bulan Oktober
1928.
NU semakin berkembang dengan cepat. Pada tahun 1935 telah
memiliki 68 cabang dengan anggota 6700 orang. Pada kongres tahun
1940 di Surabaya dinyatakan berdirinya organisasi wanita NU atau
Muslimat dan Pemuda Anshar.
e. Majlis Islam A’la Indonesia (MIAI)
MIAI ini sebenarnya berdiri pada masa pemerintahan Belanda, yaitu
tanggal 21 September 1937 di Surabaya sebagai organisasi federasi
yang diprakarsai oleh K.H. Mas Mansur, K.H. Ahmad Dahlan

16
(Muhammadiyah), K.H. Wahab Hasbullah (NU) dan Wondoamiseno
(PSII).
Tujuan didirikan MIAI ini adalah agar semua umat Islam
mempunyai wadah tempat membicarakan dan memutuskan semua soal
yang dianggap penting bagi kemaslahatan umat dan agama Islam.
Keputusan yang diambil MIAI harus dilaksanakan oleh semua
organisasi yang menjadi anggotanya.
Pembentukan MIAI mendapat sambutan dari berbagai organisasi
Islam di Indonesia seperti PSII, Muhammadiyah, NU, Persis, dan
organisasi-organisasi yang lebih kecil lainnya. Pada waktu dibentuk
anggotanya hanya 7 organisasi, tapi empat tahun kemudian jumlahnya
sudah mencapai duapuluh.
Pada akhir pemerintahan Hindia Belanda MIAI memberikan dukungan
terhadap aksi Indonesia berparlemen yang dicanangkan oleh GAPI
(Gabungan Politik Indonesia).
MIAI berkembang menjadi organisasi yang cukup penting pada masa
pendudukan Jepang. Para tokoh Islam dan para Ulama
memanfaatkannya sebagai tempat bermusyawarah membahas masalah-
masalah yang penting yang dihadapi umat Islam. Semboyannya
terkenal Berpegang teguhlah kepada tali Allah dan janganlah bercerai
berai.
Diantara tugas MIAI ialah:
a. Menempatkan umat Islam pada kedudukan yang layak dalam
masyarakat Indonesia
b. Mengharmoniskan Islam dengan kebutuhan perkembangan zaman
f. Masyumi
Masyumi kepanjangan dari Majlis Syura Muslimin Indonesia berdiri
tahun 1943. Dalam Muktamar Islam Indonesia tanggal 7 Nopember
1945 disepakati bahwa Masyumi adalah sebagai satu-satunya partai
Islam untuk rakyat Indonesia. Saat itu juga Masyumi mengeluarkan
maklumat yang berbunyi :” 60 Milyoen kaum muslimin Indonesia siap

17
berjihad fi sabilillah “, Pernyataan ini direkam dengan baik oleh harian
Kedaulatan Rakyat pada tanggal 8 Nopember 1945. Organisasi ini
dipimpin oleh K.H. Mas Mansur dan didampingi K.H.Hasyim Asy’ari.
Tergabung dalam organisasi ini adalah Muhammadiyah, Nahdlatul
Ulama, Persis, dan Sarekat Islam. Tokoh-tokoh lain yang penting
misalnya Ki Bagus Hadikusumo, Abdul Wahab dan tokoh-tokoh muda
lainnya misalnya Moh. Natsir, Harsono Cokrominoto, dan Prawoto
Mangunsasmito.
Visi Masyumi bahwa setiap umat Islam diwajibkan jihad Fi
sabilillah dalam berbagai bidang, termasuk dalam bidang politik. Para
pemuda Islam, khususnya para santri dipersiapkan untuk berjuang
secara fisik maupun politis. Masyumi dibubarkan oleh Soekarno pada
tahun 1960. Sementara organisasi-organisasi yang semula bergabung
dalam Masyumi sudah mengundurkan diri sebelumnya, seolah-olah
mereka tahu bahwa Masyumi akan dibubarkan.
g. Mathla’ul Anwar
Organisasi ini berdiri tahun 1905 di Marus, Menes Banten. Bergerak
dalam bidang sosial keagamaan dan pendidikan. Pendirinya adalah KH.
M. Yasin. Tujuannya adalah untuk mengembangkan pendidikan Islam
khususnya di kalangan masyarakat sekitar Menes Banten. Aspirasi
politik organisasi ini pernah disalurkan melalui Sarekat Islam (SI), tapi
perkembangan selanjutnya organisasi ini menjadi netral, artinya tidak
ikut dalam kegiatan politik, tapi hanya mengkhususkan diri pada
kegiatan sosial dan pengembangan pendidikan Agama. Berkat
memfokuskan diri pada pendidikan, organisasi ini sekarang sudah
menjadi organisasi berskup nasional. Lembaga-lembaga pendidikannya
berupa madrasah-madrasah dari mulai TK sampai Madrasah Aliyah
(setingkat SMA) tersebar di seluruh Nusantara.
h. Persatuan Islam (Persis)
Persis adalah organisasi sosial pendidikan dan keagamaan. Didirikan
pada tanggal 17 September 1923 di Bandung atas prakarsa KH.

18
Zamzam dan Muhammad Yunus, dua saudagar dari kota Palembang.
Organisasi ini diketuai pertama kali oleh A. Hassan, seorang ulama
yang terkenal sebagai teman dialog Bung Karno ketika ia dipenjara.
Bung Karno banyak berdialog dengan A.Hassan lewat surat-suratnya.
Pemikiran-pemikiran keagamaan Bung Karno selain dari HOS
Cokroaminoto, juga banyak berasal dari A.Hassan ini.
Diantara tujuan Persis ini adalah :
a. Mengembalikan kaum Muslimin kepada Al-Quran dan Sunnah
(hadis nabi)
b. Menghidupkan ruh jihad dan ijtihad dalam kalangan umat Islam
c. Membasmi bid’ah, khurafat dan takhayul, taklid dan syirik dalam
kalangan umat Islam
d. Memperluas tersiarnya tabligh dan dakwah Islam kepada segenap
lapisan masyarakart.

19
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Sesungguhnya allah swt menciptakan manusai untuk barpasang- pasangan
menjadikan umat bersuku-suku untuk adanya persatuan bangsa, dan perlu
di ingat untuk menyebarkan perkembangan umat islam di indonesia perlu
waktu berangsur-angsur lamanya dan adanya perlakuan suwenang-wenang
antar sesama manusia.

B. Kritik Dan Saran


Demikian makalah yang saya buat, semoga dapat bermanfaat bagi
pembaca. Apabila ada saran dan kritik yang ingin di sampaikan, silahkan
hubungi saya.

20
DAFTAR PUSTAKA

http:/www.saufudin.info/2008/12/perkembangan-islam-di-indonesia.html?m=1
Haludi, Khuslan dan abdirrohim. 2007. Integrasi Budi Pekerti dalam Pendidikan
Agama Islam. Solo: Tiga Serangkai.

21

Anda mungkin juga menyukai