Anda di halaman 1dari 14

Agama Islam merupakan agama terbesar di dunia.

Agama ini pada awalnya dibawa dan


disebarluaskan oleh Nabi Muhammad SAW. Dari kota Mekah Arab Saudi, agama ini mulai
berkembang untuk pertama kalinya. Setelah beberapa waktu hingga Islam tersebar ke
seluruh dunia hingga kini, bisa dibilang Indonesia adalah satu dari sekian negara yang
penduduknya beragama Islam, bahkan Indonesia merupakan penduduk dengan pemeluk
agama Islam terbesar di dunia.

Awal mula masuk agama Islam ke Indonesia adalah dengan kegiatan perdagangan dan
pelayaran yang dilakukan oleh bangsa Arab pada waktu itu. Saat awal perkembangan Islam
di Indonesia, para pedangang itu mengajarkan ajaran Islam kepada masyarakat dengan
tidak memaksa, sopan santun dan ramah. Hal ini membuat ajaran Islam cepat menyebar
dikalangan masyarakat setempat, sehingga ajaran Islam masuk di lingkungan kerajaan-
kerajaan pada waktu itu. Semua kerajaan pada waktu itu akhirnya berubah menjadi
kerajaan-kerajaan Islam.

Kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia

Saat kerajaan-kerajaan Islam mulai terbentuk, ajaran Islam pun semakin cepat
penyebarannya di Indonesia. Adapun kerajaan-kerajaan Islam yang terbentuk pada waktu
itu, antara lain sebagai berikut.
1. Kerajaan Islam Samudra Pasai

Kerajaan Islam Samudra Pasai merupakan kerajaan Islam pertama di Indonesia. Kerajaan
ini berdiri pada abad ke 13 dan didirikan oleh Sultan Malik al Saleh yang sekaligus menjadi
raja pertama kerajaan ini. Letak geografis kerajaan ini berada di Aceh utara tepatnya di
kabupaten Lokseumawe.

Pada tahun 1927 Sultan Makik al Saleh meninggal, kemudian untuk meneruskan
pemerintahan yang sudah ada ditunjuklah putranya yang bernama Sultan Mahmud untuk
menggantikan posisi Ayahnya sebagai raja. Selang 29 tahun kemudian, tepatnya pada
tahun 1326 Sultah Mahmud juga meninggal. kemudian untuk meneruskan pemerintahan
Kerajaan Islam Samudera Pasai ditunjuklah Sultan Ahmad untuk menggantikan posisi
beliau. Pada masa pemerintahan Sultan Ahmad, kerajaan Islam Samuderai Pasai
mendapat kunjungan dari utusan Sultan Delhi, yaitu Ibnu Batuta. Beliau memberitahukan
bahwa Samudra Pasai adalah bandar utama pelabuhan yang sangat penting. Sebab, di
pelabuhan ini menjadi tempat segala aktifitas bongkar muat seluruh barang dagangan yang
dibawa oleh para pedagang baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Sehingga, hal ini
tentu harus dimanfatkan oleh Samudra pasai untuk mendongkrak perekonomian
pemerintahannya.

2. Kerajaan Aceh Darussalam


Pada mulanya, Kerajaan Aceh Darussalam merupakan daerah taklukan dari
kerajaan Pedir. Kerajaan Darussalam itu mulai melakukan perkembangan pesat ketiaka
malaka telah jatuh di tangan Portugis pada tahun 1511. Sesudah malaka Jatu mengalami
runtuh karena Portugis, maka para pedagang muslim kemudian beralih berdagang dari
Malaka ke Bandar Laut Aceh Darussalam. Maka dengan demikian akan membuat Kerajaan
Aceh Darussalam mulai melakukan perkembangan yang pesat dan mampu melepaskan diri
dari kerajaan Pedir di tahun 1520.

Sultan pertama yang telah memerintah dan sekaligus menjadi sebagai pendiri dari
kerajaan Aceh Darussalam ialah Sultan Ibrahim atau Sultan Ali Mughayat Syah pada tahun
1514 sampai 1528. Kerajaan Aceh Darussalam itu berusaha dalam memperluas pengaruh
dengan mulai merebut beberapa daerah yang ada disekitarnya. Di tahun 1524, Samudra
Pasai dan Pedir mulai ditaklukkan. Sesudah Sultan Ali Mughayat Syah akhirnya wafat maka
tahta kerajaan Aceh Darussalam secara berturut-turut mulai digantikan oleh Sultan Alaudin
Riayat Syah al Kahar pada tahun 1537 sampai 1571, selanjutnya Sultan Alaudin Mansur
Syah pada tahun 1571 sampai di tahun 1585, Kemudian dipimpin oleh Sultan Alaudin
Ri’ayat Syah Ibn Sultan Munawar Syah yang telah memerintah sampai pada tahun 1588,
dan Sultan Alaudin Riayat Syah Ibn Firman Syah. Di masa kepemerintahan Sultan Alaudi
Riayat Syah Ibn Firman Syah, orang inggris dan belanda kemudian diterima dengan baik
sebagai suatu mitra perdagangan lada. Sesudah Sultan Alaudin Riayat Syah Ibn Firman
Syah akhirnya wafat, maka sultan yang akan memerintah selanjutnya ialah Sultan Muda
dengan lama sampai pada tahun 1607. Kemudian, tahta selanjutnya diambil alih oleh
Sultan Iskandar Muda yang sudah lama memerintah selama 29 tahun yaitu dari tahun 1607
sampai pada tahun 1636.

Sejak di bawah kepemimpinan Sultan ALi Mughayat Syah, Aceh Darussalam sudah
berusaha dalam merebut Malaka dari Portugis. Telah beberapa kali serangan dilakukan
oleh kerajaan Aceh Darussalam kepada Malaka. DI bawah kepemimpinan Sultan Alaudin
Riayat Syah al Kahar, maka secara perlahan Kerajaan Darussalam mulai berkembang
menjadi sebuah kerajaan yang sangat kuat. Dia mengembangkan dan mulai memperkuat
angkatan perang. Kemudian, mempererat hubungan diplomatik dengan kerajaaan yang di
luar negeri semisal kerajaan Islam yang berada di Timur Tengah (india dan turki).
Hubungan tersebut dijalankan untuk dapat mempererat hubungan politik dan dapat
memajukan hubungan perdagangan. Sultan Alaudin Riayat Syah al Kahar juga
mengirimkan utusan kepada Konstantinopel untuk dapat meminta bantuan didalam
berusaha melawan pada kekuasaan Portugis. Dengan adanya kekuatan militer yang begitu
semakin besar, maka Sultan Alaudin Riayat Syah al Kahar sudah mulai memperluas
wilayah kekuasaannya. Ada beberapa kerajaan yang ada dilingkungan Aceh sudah satu
persatu ditaklukkannya, seperti Kerajaan Barat, Aru dan Babat.

Dengan adanya bantuan dari peralatan dan tentara perang yang berasal dari turki
pada tahun 1537 sampai tahun 1568, tentara Aceh Darussalam akhirnya melakukan
penyerangan ke Malaka dan Johar. Sesudah Sultan Alaudin Riayat Syah al Kahar wafat
maka para penggantinya mulai meneruskan upaya-upayanya dalam memperkuat
pengaruhnya dengan juga menyerang Johar dan melakukan hubungan persahabatan
kepada kerajaan Islam yang ada di Jawa.Di masa bawah pemerintahan dari SUltan
Iskandar Muda maka perlawanan kepada Portugis mulai digalakkan kembali. Aceh
Darussalam terus berusaha dalam menguasai kebali daerah-daerah yang sudah direbut
oleh Portugis. Dimasa kepemimpinan Sultan Iskandar Muda maka kerajaan Aceh
Darussalam mulai mengalami puncak kejayaan. Ditahun 1636, Sultan Iskandar Muda
akhirnya meninggal, selanjutnya Tahta kerajaan Aceh Darussalam selanjutnya diambil oleh
Iskandar Thani yang mulai berkuasa di tahun 1636 sampai pada tahun 1641. Dimasa
kepemimpinan Sultan Iskanadr Thani, daerah-daerah kekuasaan yang jaraknya jauh dari
pemerintahan pusat ternyata banyak yang ingin berusaha dalam melepaskan diri dari
kekuasaan Kerajaan Aceh Darussalam.
Letak kerajaan Aceh Darussalam sangat strategis sehingga mneyebabkan
perdagangannya meningkat pesat. Pada bidang perdagangan yang maju tersebut telah
menjadikan Aceh Darussalam semakin makmur. Setelah bisa menaklukkan pedir yang kaya
dengan lada putih maka Aceh Darussalam semakin bertambah makmur. Dengan adanya
kekayaan yang sangat melimpah maka Aceh Darussalam berusaha untuk mampu
membangun kekuatan persenjataan yang kuat. Adapun sumber pemasukan yang utama
dari Kerajaan Aceh Darussalam adalah emas dan Lada.kemudian untuk mata Pencaharian
yang utama pada penduduk Aceh Darussalam yaitu di bidang perdagangan, terutama pada
perdagangan emas dan lada. Selain melakukan perdagangan maka rakyat Aceh
Darussalam juga mulai menggantungkan diri di sektor pertanian dan kelautan.

Pada kebudayaan masyarakat dari kerajaan Aceh Darussalam juga semakin


bertambah meningkat disebabkan adanya hubungan dengan bangsa-bangsa yang lainnya.
kemajuan tersebut telah terbukti dengan adanya hukum adat yang telah dilandasi oleh
ajaran Islam yang dikenal sebagai Hukum Adat Makuta Alam. Berdasarkan Hukum Adat
Makuta Alam bahwa pada pengangkatan Sultan itu mesti semufakat hukum dengan adat.
Didalam menjalankan kekuasaan maka sultan mendapatkan pengawasan yang berasal dari
Alim Ulama, kadi dan para dewan kehakiman. Mereka akan bertugas untuk memberikan
peringatan untuk Sultan terkait adanya pelanggaran hukum dan adat yang sudah dilakukan.

Dimasa pemerintahan Sultan Iskandar Thani muncullah ahli tasawuf yang begitu
terkenal yakni Hamzah Fansyuri dan muridnya yang bernama Syamsuddin as Sumatrani.
Mereka banyak menulit buku yang berbentuk prosa atau syair. Pada saat kepemimpinan
Sultan Iskandar Thani, muncullah ahli tasawuf itu terkenal berasal dari Gujarat yaitu
bernama Nurruddin ar Raniri. Adapun hasil karyanya yang sangat terkenal yaitu Bustanus
Salatin yang berisikan sejarah Aceh Darussalam. Ajaran Nurrudin ar Ranirini ini
bertentangan dengan ajaran dari Hamzah Fansyuri dan Syamsuddin as Samtrani. Hal
tersebut telah menyebabkan adanya perpecahan di kerajaan Aceh Darussalam. Di tahun
1641, Sultan Iskandar Thani wafat, sesudah Sultan Iskandar Thani wafat, maka Aceh
Darussalam akhirnya mengalami kemunduran di segala bidang.

3. Kerajaan Islam Demak

Kerajaan Islam Demak merupakan kerajaan Islam pertama di Pulau Jawa. Kerajaan ini
berdiri pada abad ke 15 dan didirikan oleh seseorang yang bernama Raden Patah. Beliau
sebenarnya merupakan salah seorang Bupati di kerajaan Majapahit yang berada di Demak
waktu itu dan sudah memeluk Islam. Pada waktu itu Kerajaan Majapahit sedang dalam
kondisi terpuruk, hal ini mendorong seorang Raden Patah untuk mendirikan kerajaan Islam
Demak. Akhirnya Raden Patah bisa mendirikan kerajaan Islam ini, dengan hal ini berarti
membuat dia telah melepaskan diri dan terbebas dari belenggu kekuasaan Majapahit.
Selain itu, hadirnya kerajaan Demak ini mendapatkan dukungan dari daerah di sekitar Jawa
Timur yang sudah terlebih dahulu menganut agama Islam, seperti Gesik, Jepara dan
Tuban.

Hanya dalam waktu singkat, kerajaan Demak sudah berkembang menjadi sebuah kerajaan
besar yang banyak disegani. Selain itu, kerajaan Demak juga menjadi pusat penyebaran
agama Islam di Jawa. Apalagi sesudah Malaka jatuh berada di kekuasaan Portugis pada
tahun 1511, maka peranan dan kedudukan Demak sangatlah penting dalam perkembangan
agama Islam di Jawa.

Sultan Demak merasa tidak senang terhadap kedatangan penjajah Portugis pada waktu itu
di Malaka, sebab hal ini juga merupakan ancaman terhadap kerajaan Demak secara tidak
langsung. Pada tahun 1513 kerajaan Demak mulai melancarkan peperangan terhadap
kaum penjajah portugis, dengan diawali mengirimkan armada dibawah pimpinan Pati Unus.
Namun ternyata langkah pertamanya itu gagal, sebab Portugis memiliki armada yang jauh
lebih kuat serta memiliki persenjataan yang lebih lengkap. Walaupun usaha pertama
mengusir penajajah Portugis di Malaka mengalami kegagalan, akan tetapi peristiwa ini patut
dibanggakan sebab mereka dengan gagah berani menghadapi para Penjajah walaupun
dengan senjata seadanya.

Pati Unus pada waktu itu juga diberi gelar Pangeran Sabrang Lor yang mempunyai arti
yaitu pangeran yang menyebrangi laut ke utara. Penghargaan itu ia dapat sebab
keberaniannya sebagai panglima yang memimpin penyerangan ke Malaka.

Raden Patah meninggal Pada tahun 1518. Kemudian dia digantikan oleh putranya yang
bernama Pati Unus. Namun pemerintahan kerajaan Demak di bawah Pati Unus hanya
berlangsung selama 3 tahun, sebab sesudah itu beliau meninggal. Setelah meninggalnya
Pati Unus, Kerajaan Demak dipimpin oleh adik Pati Unus yang bernama Sultan Trenggono.

Sultan Trenggono dikenal sebagai seorang raja yang arif, bijaksana dan tegas. Sebab
akhlaknya yang disenangi semua orang serta mempunyai jiwa kepimpinan yang bagus,
pemerintahan Demak pada waktu itu mengalami puncak kejayaan. Kekuasaan kerajaan
Demak menyebar ke hampir semua daerah Jawa Timur bahkan sampai ke Jawa Barat.

Kerajaan Demak di bawah pemerintahan Sultan Trenggono tetap antipati dan memusuhi
kepada penjajah Portugis. Apalagi saat itu Portugis terus meluaskan jajahannya sampai ke
seluruh wilayah Indonesia. Pada tahun 1522 Portugis tiba di Sunda Kelapa yang
merupakan pelabuhan utama kerajaan Pajajaran. Ketika itu Portugis menjalin kerja sama
dengan Raja Pajajaran dengan membuat sebuah perjanjian dimana didalamnya kedua
belah pihak akan bekerja sama dan menyerang kerajaan Islam Demak. Pada waktu itu
Portugis berencana membangun sebuah benteng di Sunda Kelapa.

Pada tahun 1527 Kerajaan Islam Demak di bawah pimpinan Fatahillah mengirimkam
tentara untuk memerangi dan menghancurkan Portugis yang menguasai Sunda kelapa.
Akhirnya setelah terjadi pertarungan hebat, Fatahillah bersama pasukannya berhasil
mengusir penjajh dari Sunda kelapa. Selanjutnya, Fatahillah mngganti nama Sunda kelapa
menjadi Jayakarta yang berarti Kemenangan. Seiring berjalannya waktu, Jayakarta berubah
mnenjadi Jakarta yang merupakan Ibukota Indonesia.

Selain berhasil menaklukkan Sunda Kelapa, kerajaan Demak juga berhasil menguasi
seluruh Jawa timur pada waktu itu. Penaklukkan Jawa timur ini dipimpin langsung oleh
Sultan Trenggono, akan tetapi pada tahun 1546 dalam peperangan di Pasuruan, Sultan
Trenggono meninggal.

Setelah meninggalnya Sultan Trenggono, terjadi konflik di keluarga kerajaan sendiri, konflik
itu terjadi tentang siapa yang berhak meneruskan kekuasaan dan menjadi raja. Kerajaan
Islam Demak berakhir seteah Pangeran Adiwijoyo atau lebih dikenal dengan Joko Tingkir
berhasil mengalahkan Arya Penangsang yang suka bertindak sesuka hati dia, sehingga
banyak orang yang menentang tindakannya itu. Akhirnya pangeran Adiwijoyo
memindahkan keraton Demak ke pajang. Dengan perpindahan ini pula berakhirlah riwayat
kerajaan Demak pada tahun 1568.

4. Kerajaan Islam Pajang

Kerajaan Islam Pajang berdiri pada tahun 1586, pendirinya adalah Sultan Adiwijoyo atau
yang sering dikenal Joko Tingkir. Dia berhasil mengalahkan Raja Demak pada waktu itu
yaitu Arya Penangsang. Setelah berhasil mengalahkan Arya Penangsang, kemudia dia
memindahkan pusat kerajaan dari Demak Menuju Pajang. Jadi, kerajaan Islam Pajang
sebenanrya erat sekali kaitannya dengan Kerajaan Demak.

Seorang Joko Tingkir atau Sultan Adiwijoyo merupakan seorang yang suka menghargai
pengikut atau pendukung yang turut bertempur bersamanya ketika melawan Arya
Penangsang. Mereka yang sudah berjasa dan melakukan banyak pengorbanan oleh Sultan
Adiwijoyo diberi penghargaan. Ada dua orang yang dinilai sangat berjasa yaitu Kiai Panjawi
yang diberi tanah di daerah pati. Sedangkan Ki Ageng Pemanahan diberi tanah di daerah
Mataram. Selain itu mereka juga diangkat menjadi bupati oleh sultan Adiwijoyo di
daerahnya masing-masing.
Kiai Ageng Pemanahan yang menjadi Bupati Mataram memiliki seorang putra yang
bernama Sutowijoyo, dia mempunyai kemampuan di bidang kemiliteran. Sutowijoyo sendiri
lebih dikenal dengan sebutan Senapti Ing Alaga (Sang panglimahan Perang). Pada tahun
1575 Kiai Ageng Pemanahan meninggal, setelah itu pemerintahan diteruskan oleh putranya
yaitu Sutowijoyo.

Dalam perkembangannya, kerajaan Islam di Pajang mengalami pergolakan hebat. Sesudah


Sultan Adiwijoyo meninggal pada tahun 1582, maka Arya Pangiri anak dari Sunan Prawoto
dari demak mencoba menggulingkan kekuasaan pangeran Benowo yang saat itu menjadi
Raja menggantikan ayahnya yaitu Sultan Adiwijoyo. Dalam menghadapi Arya Pangiri,
Pangeran Benowo meminta bantuan kepada kepada Sutowijoyo, sehingga percobaan
penggulingan kekuasaan yang dilakukan oleh Arya Pangiri tidak berhasil sama sekali.
Selanjutnya Pangeran Benowo menyerahkan kekuasaan kerajaan Pajang Sutowijoyo yang
tak lain adalah saudara angkatnya karena dia merasa tidak mampu lagi melanjutkan
pemerintahan. Akhirnya Sutowijoyo memindahkan pusat pemerintahan Pajang ke mataram.
Dengan perpindahan pusat pemerintahan itu, maka berakhirlah kerajaan Pajang.

5. Kerajaan Islam Mataram

Kerajaan Islam Mataram berdiri pada tahun 1586, pendirinya adalah Sutowijoyo yang
mempunyai gelar Panembahan Senopati Ing Alaga Sayidin Pantagama. Posisi kerajaan ini
berada di Kotagede, sebelah tenggara kota Yogyakarta. Saat memerintah di Kerajaan
Mataram, banyak Bupati yang ingin membebaskan diri dari kekuasannya. Salah satu Bupati
yang ingin membebaskan diri dari kekuasaannya adalah Bupati Cirebon, Galuh, Madiun,
Kediri, Ponorogo, Madiun dan Surabaya. Akan tetapi usaha mereka membebaskan diri
tidak berhasil sama sekali karena Sutowijoyo dikenal hebat mempunyai keahlian di bidang
kemiliteran. Sutowijoyo akhirnya berhasil mengatasi segala pemberontakan yang ada.

Sutowijoyo meninggal pada tahun 19601. Kemudian dia dimakamkan di Kotagede.


Walaupun demikian, banyak yang menilai dia berhasil meletakkan pondasi yang kokoh bagi
Kerajaan Mataram saat itu. Setelah Sutowijoyo meninggal, Kemudian Kerajaan Mataram
dipimpin oleh Mas Jolang yang mempunyai gelar Penembahan Seda ing Krapyak.

Di awal pemerintahan terjadi lagi pemberontakan-pemberontakan yang dilakukan oleh


Ponorogo dan Demak. Namun Mas Jolang masih bisa menghentikan pemberontakan
tersebut. Nampaknya pemberontakan masih berlanjut. Pada tahun 1612 SUrabaya
melakukan pemberontakan. Sementara upaya menghentikan pemberontakan terus terjadi
dan belum bisa dihentikan. Akhirnya Mas Jolang meninggal. Kemudian dia dimakamkan di
Kotagede.
Mas Jolang digantikan oleh seseorang yang bernama Adipati Martapura. Namun
penggantinya ini tidak mampu menjalankan tugasnya dengan baik karena kondisi fisiknya
yang lemah. Kemudian agar pemerintahan tetap berlangsung, Adipati Martapura akhirnya
digantikan oleh Mas Rangsang. Penggantian pemimpin ini sangat tepat, karena Mas
Rangsang bisa membawa Kerajaan Mataram menuju puncak kejayaan. Saat itu Kerajaan
Mataram merupakan kerajaan terhormat dan sangat disegani oleh kerajaan-kerajaan lain
yang ada di pulau Jawa maupun luar Jawa.

Selain seorang pemimpin yang hebat, Mas Rangsang juga merupakan seorang Sastrawan
yang sudah sudah menulis buku berjudul Sastra Gending. Saat itu kesenian wayang
berkembang pusat dan merupakan kesenian yang sangat digemari oleh rakyat. Pada tahun
1633, pemerintahan Mas Rangsang menetapkan perhitungan tahun Islam. Oleh karena itu,
Mas Rangsang yang merupakan seorang raja lebih dikenal dengan sebutan Sultan Agung.

6. Kerajaan Islam Cirebon

kerajaan Islam Cirebon bediri pada tahun 1522. Kerajaan ini didirikan oleh Fatahillah yang
sekaligus menjadi raja pertamanya. Di bawah pemerintahan Fatahillah, Kerajaan Islam
Cirebon mencapai puncak kejayaannya. Dia sangat berjasa dalam mengislamkan daerah
jawa Barat. Selain itu, Kerajaan Islam Cirebon juga mempunyai hubungan yang baik
dengan Kerajaan Islam Mataram.

Fatahillah meninggal pada tahun 1570. Kemudian dia digantikan oleh Pangeran Pasarean
yang merupakan putranya. Dalam perkembangannya, Kerajaan Islam Cirebon pada tahun
1679 dibagi menjadi dua, yakni Kanoman dan Kasepuhan.

Pada masa itu keudukan VOC Belanda di Batavia semakin kuat sehingga ingin meluaskan
kekuasaannya sampai ke Cirebon. Mereka kemudian mengatur strategi dengan
menerapkan politik adu domba atau yang sering biasa disebut Devide et Impera. Strategi ini
bertujuan untuk memecah belah kekuatan Kerajaan Islam Cirebon. Saat itu Kerajaan Islam
Cirebon yang sudah terbagi menjadi dua kemudia dipecah lagi menjadi tiga. Yakni,
Kanoman, Kasepuhan dan Kacirebonan.

Akibat semakin terpecahnya Kerajaan Islam Cirebon ini membuat kekuatannya semakin
lemah. Hal ini dimanfaatkan oleh Belanda VOC yang akhirnya melakukan penyerangan
sehingga pada abad ke-17, Kerajaan Islam Cirebon berhasil diduduki oleh Belanda VOC.
7. Kerajaan Islam Banten

kerajaan Islam Banten bediri pada tahun 1522. Kerajaan ini didirikan oleh seseorang yang
bernama Hasanuddin. Dia menjadi seorang raja setelah mendapat perintah dari ayahnya
yaitu Fatahillah. Raja fatahillah ini pada awalnya menguasai daerah Banten, Cirebon dan
Sunda Kelapa.

Hasanuddin mewarisi sifat ayahnya yang gemar menyebarluaskan ajaran Islam. Saat itu
Kerajaan Pakuan Pajajaran masih mempercayai agama Hindu. Di bawah pemerintahan
Hasanuddin, Kerajaan Islam Banten makin hari makin besar pengaruhnya. Di sisi lain
Kerajaan Pakuan makin lemah kedudukannya. Walaupun demikian, Hasanuddin tidak
memanfaatkan keadaan itu untuk menyerang Kerajaan Pakuan Pajajaran. Hasanuddin
kemudian meluaskan pengaruhnya sampai ke lampung. Bahkan dia akhirnya menikah
dengan Putri Sultan Indrapura. Kemudian oleh mertuanya Hasanuddin diberi hadiah tanah
di wilayah Selabar.

Kemudian Hasanuddin meninggal dan digantikan oleh putranya yaitu Pangeran Yusuf. Di
bawah pemerintahan Pangeran Yusuf, kekuasaan Kerajaan Islam Banten makin menyebar
hingga pada tahun 1579 bisa menaklukan Kerajaan Pakuan Pajajaran. Akhirnya pangeran
Yusuf meninggal pada tahun 1580

Selanjutnya yang menggantikan Pangeran Yusuf untuk memimpin kerajaan Islam Banten
adalah Maulana Muhammad. Pada masa pemerintahan Maulana Muhammad, pada tahun
1596 mencoba meluaskan daerah kekuasaannya dengan mencoba merebut wilayah
Palembang yang saat itu merupakan saingan utama Banten dalam hal perdagangan. Ketika
itu Palembang dipimpin oleh ki Gede ing Suro yang berasal dari Surabaya. Dalam
pertempurannya, Palembang hampir jatuh ke dalam kekuasaan Maulana Muhammad.
Namun karena Maulana Muhammad meninggal di tengah pertempuran, akhirnya serangan
dihentikan dan pasukan Banten ditarik mundur kembali ke Kerajaan Banten.

Sepeninggalnya Maulana Muhammad, timbul persoalan di kalangan Kerajaan tentang siapa


yang harus menggantikan Maulana Muhammad. Saat itu yang seharusnya menggantikan
adalah putranya yang bernama Abdul Mufakkkir. Namun pada waktu itu dia masih bayi
yang berumur 5 bulan. Sehingga untuk mengisi kekosongan pemimpin, maka pemerintahan
waktu itu dipimpin oleh seorang Mangkubumi.

Dalam perjalanannya, muncul orang hebat yang bernama Pangeran Ranamenggala. Dia
mendampingi Abdul Mufakkir yang belum dewasa mengendalikan pemerintahan Kerajaan
Islam Banten. Pada tahun 1624 Pangeran Ranamenggala meninggal dunia.
Puncak kejayaan Kerajaan Islam Banten terjadi sekitar tahun 1600 Masehi. Ketika itu
Banten adalah bandar pelabuhan terbesar yang ada di pulau Jawa. Banyak para pedagang
dari dalam maupun luar pulau Jawa yang singgah untuk menjual maupun membeli
cengkeh, lada dan pala.

Awal kemunduran Kerajaan Islam Banten terjadi saat masa pemerintahan Sultan Abdul
Mufakkir. Saat itu Belanda terus melakukan blokade dan pengepungan yang berakibat
menyempitnya ruang gerak Kerajaan Islam Banten. Meskpiun begitu, semangat rakyat
Banten yang tidak mau ingin dijajah tetap menyala.

8. Kerajaan Islam Ternate dan Tidore

Pada abad ke 13 di Maluku telah berdiri beberapa kerjaan seperti Bacan, Obi, dan yang
paling terkenal adalah Kerajaan Islam Ternate dan Tidore. Penyebab Kerajaan Islam
Ternate dan Tidore lebih maju adalah karena dua kerajaan ini memiliki hasil rempah-
rempah yang begitu melimpah terutama cengkeh. Tak sedikit pedagang yang datang dari
berbagai penjuru di Indonesia berlayar ke Ternate. Para pedagang ini membawa barang-
barang dagangan seperti beras, pakaian, dan yang lainnya untuk ditukarkan dengan
rempah-rempah.

Agama Islam mulai berkembang pesat di Ternate pada abad ke 14. Dahulu Ternate bukan
merupakan kerajaan Islam, akan tetapi saat dipimpin oleh Sultan Harun kerjaan ini mulai
berubah menjadi kerajaan Islam. Selanjutnya orang-orang Portugis mulai berdatangan ke
Maluku untuk berdagang. Namun dalam aktifitasnya orang-orang Portugis ini sering
membuat onar seperti bertindak sewenang-wenang, mencampuri urusan pemerintahan
waktu itu dan sering melakukan monopoli secara paksa. Akibatnya, sering terjadi
peperangan antara orang-orang Portugis dengan penduduk asli Maluku. Untuk mengakhiri
peperangan ini, pada tahun 1570 akhirnya Sultan Ternate dengan Portugis membuat suatu
perjanjian damai. Namun ternyata Portugis menipu Sultan Harun dan melanggar perjanjian
itu. Akhirnya Sultan Harun meninggal karena dibunuh oleh orang Portugis.

Setelah Sultan Harun meninggal, kemudian dia digantikan oleh putranya yang bernama
Sultan Baabullah. Peristiwa meninggal Sultan harun yang disebabkan pengkhianatan
bangsa Portugis menimbulkan kemarahan dari Sultan Baabaullah dan rakyat Maluku. Saat
itu Sultan Baabullah bersumpah akan membalas kematian ayahnya dengan cara
menghabisi bangsa portugis di bumi Maluku. Dengan tekad yang kuat dan semangat yang
berapi-api, Sultan Baabullah memimpin pasukannya bertempur memerangi bangsa
Portugis. Peperangan ini terjadi selama 4 tahun yakni dari tahun 1570 – 1574. Akhirnya
setelah bertempur mati-matian, Sultan Baabullah dan pasukannya berhasil menguasai
benteng Portugis. Bangsa Portugis waktu itu yang masih hidup menyerah dan diusir dari
bumi Maluku. Sejak saat itu, wilayah Maluku utara khususnya Tenate bersih dan tak ada
gangguan lagi dari orang-orang Portugis. Pada masa itu pula Kerajaan Islam Ternate
mencapai puncak kejayaannya.

Sementara itu Kerajaan Tidore juga mengalami perkembangan yang pesat. Dahulunya
Ternate juga bukan merupakan Kerajaan Islam, namun dalam perjalannya akhirnya
berubah menjadi Kerajaan Islam Tidore seperti halnya Ternate. Awal mulanya dua kerajaan
ini hidup berdampingan dengan damai dan saling menghormati satu sama lain. Namun oleh
bangsa Spanyol dan Portugis dua kerajaan ini saling diadu domba sehingga nyaris terjadi
peperangan antata keduanya. Tetapi hal ini tidak sampai terjadi, yang ada kedua kerajaan
ini bersatu dan saling bekerja sama dalam menghadi bangsa Portugis dan Spanyol.

9. Kerajaan Islam di Makassar

Di Sulawesi Selatan tepatnya pada abad ke 16, sudah berdiri beberapa kerajaan seperti
Luwu, Soppeng, Waju dan Bone. Adapun dalam perkembangannya, Kerajaan Tallo dan
Gowa mengalami kemajuan yang begitu pesat dibanding dengan kerajaan yang lainnya.
Hal ini disebabkan karena posisi kerajaan ini sangat strategis dan sangat menguntungkan
yaitu posisinya berada di tengah-tengah lalu lintas perlayaran antara Maluku dan Malaka.
Kedua Kerajaan yakbi Tello dan Gowa yang rajanya sudah memeluk agama Islam
membuat kesepakatan akan menyatukan kedua kerajaan mereka menjadi satu kerajaan
yakni menjadi Kerajaan Islam Makassar. Kerajaan ini mempunyai raja yang bernama Sultan
Alauddin. Raja Gowa bernama Daeng Manrabia. Raja Tallo bernama Karaeng Matoaya.
Sedangkan yang menjadi Mangkubumi adalah Sultan Abdullah.

Selain memimpin pemerintahan pada waktu itu, raja dan mangkubumi Kerajaan Islam
Makassar tersebut sangat rajin dalam menyebarkan ajaran Islam. Berkat kegigihannya itu,
Makassar menjadi sebuah Kerajaan Islam yang sangat kuat dan disegani. Wilayah
kekuasaannya juga bukan hanya meliputi daerah Sulawesi dan pulau-pulau disekitarnya
saja, melainkan sampai ke wilayah Nusa Tenggara bagian timur.

Di bawah pemerintahan Sultan Hasanuddin yang berkuasa dari tahun 1654-1669, Kerajaan
Islam Makassar mencapai puncak kejayaan. Dia merupakan cucu dari pendiri Kerajaan
Islam Makassar yakni Sultan Alauddin. Sultan Hasanuddin terkenal sangat berani melawan
penjajahan Belanda. Pada waktu itu Belanda dengan VOC-nya meminta kepada Sultan
Hasanuddin agar rakyatnya tidak melakukan aktifitas perdagangan di Maluku. Namun saat
itu Sultan Hasanuddin dengan tegas menolak permintaan tersebut.

Belanda dengan segala upaya ingin menaklukkan Sultan Hasanuddin. Saat itu sedang
terjadi perselisihan antara Sultan Hasanuddin dengan Raja Bone, Soppeng dan Aru Palaka.
Kondisi ini dimanfaatkan oleh Belanda dengan membuat politik adu domba antara mereka.
Dalam strateginya Belanda memihak kepada pihak Aru Palaka dan bekerja sama melawan
Sultan Hasanuddin. Selanjutnya terjadilah peperangan hebat yang terjadi pada tahun 1666-
1669 yang terjadi antara Sultan Hasanuddin dan Malaka dengan pihak Belanda (VOC) yang
bekerja sama dengan Aru Palaka. Saat itu Makassar hampr bisa direbut oleh Belanda.
Sultan Hasanuddin terdesak, akhirnya dia bersedia membuat perjanjian damai yang dikenal
sebagai perjanjian Bongaya pada tahun 1667.

Meskipun perjanjian itu sudah disepakati, akan tetapi Belanda melanggar perjanjian itu.
Belanda bertindak sewenang-wenang dan berbuat dzhalim. Hal ini membangkitkan kembali
kemarahan Sultan Hasanuddin. Akhirnya Sultan Hasanuddin kembali memerangi Belanda.

Dalam pertempuran kali ini Sultan Hasanuddin mendapat serangan hebat dari pasukan
Belanda, hingga pada tahun 1669 Sultan Hasanuddin terpaksa menyerah sampai Belanda
akhirnya bisa menguasai Makassar. Walaupun begitu rakyat Makassar tetap menyimpan
semangat anti penajajahan. Oleh karena itu banyak diantara mereka yang pergi
meninggalkan Makassar dan merantau pergi ke Banten, Madura dan yang lainnnya untuk
membantu daerah yang masih berperang memerangi Belanda.

Sumber : http://www.qolbunhadi.com/kerajaan-islam-di-indonesia/

Kerajaan-kerajaan islam yang pernah ada di Indonesia

Daerah Nama Kerajaan


Sematera 1. Kerajaan Jeumpa
2. Kesultanan Peureulak
3. Kesultanan Samudera Pasai
4. Kesultanan Lamuri
5. Kerajaan Pedir
6. Kerajaan Daya
7. Kerajaan Linge
8. Kesultanan Aceh
9. Kerajaan Malayu Tambayung(abad ke 6 akhir) Bintan
10. Kesultanan Indrapura
11. Kerajaan Pasaman
12. Kerajaan Pagaruyung
13. Kerajaan Siguntur
14. Kerajaan Sungai Pagu
15. Kerajaan Pulau Punjung
16. Kerajaan Jambu Lippo
17. Kerajaan Koto Anau
18. Kerajaan Bungo Setangkai
19. Kesultanan Jambi
20. Kesultanan Serdang
21. Kesultanan Asahan
22. Kesultanan Deli

Jawa 1. Kesultanan Cirebon (1430 - 1666)


2. Kesultanan Demak (1500 - 1550)
3. Kesultanan Banten (1524 - 1813 )
4. Kesultanan Pajang (1568 - 1618)
5. Kesultanan Mataram (1586 - 1755)
6. Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat (1755-sekarang)
7. Kasunanan Surakarta Hadiningrat (1755-sekarang)

Maluku 1. Kerajaan Nunusaku


2. Kesultanan Ternate (1257)
3. Kesultanan Tidore (1110 - 1947)
4. Kesultanan Jailolo
5. Kesultanan Bacan
6. Kerajaan Loloda
7. Kerajaan Sahulau
8. Kerajaan Tanah Hitu (1470-1682)
9. Kerajaan Iha
10. Kerajaan Honimoa/ Siri Sori
11. Kerajaan Huamual

Sulawesi 1. Kesultanan Gowa (awal abad ke-16 - 1667)


2. Kesultanan Buton (1332 - 1911)
3. Kesultanan Bone (abad 17)
4. Kerajaan Banggai (abad 16)

Kalimantan 1. Kesultanan Pasir (1516)


2. Kesultanan Banjar (1526-1905)
3. Kesultanan Kotawaringin
4. Kerajaan Pagatan (1750)
5. Kesultanan Sambas (1671)
6. Kesultanan Kutai Kartanegara ing Martadipura
7. Kesultanan Berau (1400)
8. Kesultanan Sambaliung (1810)
9. Kesultanan Gunung Tabur (1820)
10. Kesultanan Pontianak (1771)
11. Kerajaan Tidung (1076-1916)
12. Kerajaan Tidung Kuno (1076-1551)
13. Dinasti Tengara (1551-1916)
14. Kesultanan Bulungan (1731)

Papua 1. Kerajaan Waigeo


2. Kerajaan Misool/Lilinta (marga Dekamboe)
3. Kerajaan Salawati (marga Arfan)
4. Kerajaan Sailolof/Waigama (marga Tafalas)
5. Kerajaan Fatagar (marga Uswanas)
6. Kerajaan Rumbati (marga Bauw)
7. Kerajaan Atiati (marga Kerewaindżai)
8. Kerajaan Sekar (marga Rumgesan)
9. Kerajaan Patipi
10. Kerajaan Arguni
11. Kerajaan Wertuar (marga Heremba)
12. Kerajaan Kowiai/kerajaan Namatota
13. Kerajaan Aiduma
14. Kerajaan Kaimana

Sumber :
https://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_Nusantara_pada_era_kerajaan_Islam#Kerjaan_Islam_
di_Sumatera

Anda mungkin juga menyukai