Anda di halaman 1dari 6

PERBANDINGAN DAYA DUKUNG PONDASI MENERUS PADA TANAH PASIR BERLAPIS

DENGAN METODE ANALITIS DAN METODE ELEMEN HINGGA


Yudha Pramudika1 dan Ika Puji Hastuty2
1
Mahasiswa, Teknik Sipil, Universitas Sumatera Utara,Jl. Perpustakaan No. 1 Kampus USU Medan
Email: pramudikayudha@gmail.com
2
Staf Pengajar Departemen Teknik sipil, Universitas Sumatera Utara, Jl. Perpustakaan No. 1 Kampus USU
Medan
Email: ikapuji@gmail.com
ABSTRAK
Analisa daya dukung tanah pada umumnya berasumsi bahwa lapisan tanah itu homogen (satu lapis saja). Akan
tetapi, tanah yang berlapis – lapislah yang sering kita jumpai pada keadaan sebenarnya. Tulisan ini menyajikan
analisa daya dukung tanah pada pondasi menerus pada tanah pasir berlapis (dua lapis) dengan metode analitis
dalam hal ini menggunakan persamaan Terzaghi, Meyerhof, dan Vesic, dan metode elemen hingga
menggunakan bantuan program Plaxis.
Metodologi dalam penulisan ini yaitu memodelkan pondasi sedemikian rupa pada tanah pasir 2 lapis. Kemudian
divariasikan lah nilai dari tebal lapisan tanah pasir yang berada tepat di bawah pondasi. Rasio perbandingan nilai
ketebalan lapisan tanah pasir pertama dengan lebar pondasi adalah A (H/B=0,5), B (H/B=1,0), C (H/B=1,5), dan
D (H/B=2,0).
Dari hasil perhitungan dan analisa pada metode analitis dan metode elemen hingga menghasilkan nilai – nilai
sebagai berikut: metode analitis dengan cara Terzaghi menghasilkan qu: 308,772 kN/m2 (kondisi A); 302,627
kN/m2 (kondisi B); 297,7105 kN/m2 (kondisi C); 297,7105 kN/m2 (kondisi D), untuk Meyerhof menghasilkan
qu: 358,836 kN/m2 (kondisi A); 352,209 kN/m2 (kondisi B); 346,907 kN/m2 (kondisi C); 346,907 kN/m2
(kondisi D), untuk Vesic menghasilkan qu: 272,526 kN/m2 (kondisi A); 266,988 kN/m2 (kondisi B); 262,558
kN/m2 (kondisi A); 262,558 kN/m2 (kondisi A). Pada metode elemen hingga menghasilkan nilai qu sebagai
berikut: 262,035 kN/m2 (kondisi A); 258,095 kN/m2 (kondisi B); 234,329 kN/m2 (kondisi C); 233,189 kN/m2
(kondisi D). Terdapat perbedaan yang tidak terlalu mencolok dikarenakan setiap metode terdapat perbedaan –
perbedaan dalam hal perhitungan daya dukung batasnya.
Kata Kunci: daya dukung ultimit pada pasir berlapis, Terzaghi, Meyerhof, Vesic, Plaxis

ABSTRACT
Analysis of soil bearing capacity is generally assumed that the layer of soil was homogenous (one layer only).
However, land plated that we often encounter on the real situation. This paper presents an analysis of the
carrying capacity of the land to the foundation of continuous improvement in soil-coated sand (two layers) with
the analytical method in this case using the equation Terzaghi, Meyerhof, and Vesic, and the finite element
method using the assistance program Plaxis.
The methodology in this writing is modeled in such a way the foundation on sand soil 2 layers. Then varied was
the value of a thick layer of sandy soil that is right under the foundation. The ratio of the value of the first sand
soil layer thickness with the width of the foundation is A (H / B = 0.5), B (H / B = 1.0), C (H / B = 1.5), and D
(H / B = 2.0).
From the calculation and analysis of the analytical method and the finite element method produces values -
values as follows: the analytical method by means Terzaghi qu: 308.772 kN / m2 (condition A); 302.627 kN / m2
(condition B); 297.7105 kN / m2 (condition C); 297.7105 kN / m2 (condition D), Meyerhof qu: 358.836 kN / m2
(condition A); 352.209 kN / m2 (condition B); 346.907 kN / m2 (condition C); 346.907 kN / m2 (condition D),
Vesic qu: 272.526 kN / m2 (condition A); 266.988 kN / m2 (condition B); 262.558 kN / m2 (condition A);
262.558 kN / m2 (condition A). In the finite element method produces a value qu as follows: 262.035 kN / m2
(condition A); 258.095 kN / m2 (condition B); 234.329 kN / m2 (condition C); 233.189 kN / m2 (condition D).
There are differences in the not too noticeable because every method there is a difference - a difference in the
calculation of the carrying capacity limits.
Keywords: ultimate bearing capacity on the sand coated, Terzaghi, Meyerhof, Vesic, Plaxis
1. PENDAHULUAN
Pondasi merupakan bagian yang penting dari
sebuah konstruksi. Apabila suatu pondasi dapat
menyalurkan kekuatan dari beban konstruksi di
atasnya ke tanah bagian bawah dan tidak melebihi Df
kekuatan tanah yang bersangkutan maka pondasi
tersebut dapat dikatakan benar perencanaannya. Gambar 1 : Pondasi
Oleh sebab itu, para perencana konstruksi harus
mempertimbangkan segala sesuatu yang 2.2 Partikel Tanah
berpengaruh pada daya dukung tanah tempat di
Ukuran dari partikel tanah sangat beragam dengan
mana pondasi akan di bangun.
variasi yang cukup besar. Untuk mengklasifikasikan
Pondasi dangkal adalah pondasi dimana transfer tanah terhadap ukuran – ukuran partikelnya,
beban dari struktur ketanah terjadi dekat dengan beberapa organisasi telah mengembangkan batasan –
permukaan (Coduto, 1994). Sedangkan menurut batasan ukuran golongan jenis tanah. pada Tabel 2.1
Terzaghi (1943), pondasi dangkal adalah pondasi ditunjukkan batasan – batasan ukuran golongan jenis
yang mempunyai perbandingan antara kedalaman tanah yang telah dikembangkan oleh Massachussetts
dengan lebar sekitar kurang dari empat (Braja M. Institute of Technology (MIT), U.S. Department of
Das, 1994). Agriculture (USDA), American Association of State
Highway and Transportation Officials (AASHTO)
Dengan adanya berbagai metode baru yang menjadi dan oleh U.S. Army Corps of Engineers dan U.S.
penunjang dalam penghitungan daya dukung Bureau of Reclamation yang kemudian
pondasi secara cepat maka diperlukan pula menghasilkan apa yang disebut sebagai Unified Soil
perbandingan atau perbedaan antara metode baru ini Classification System (USCS).
(metode elemen hingga) dengan metode yang telah
ada sebelumnya (metode analitis). 2.3 Standard Penetration Test (SPT)

2. TINJAUAN PUSTAKA Standard Penetration Test (SPT) merupakan uji


penetrasi standar untuk memperoleh informasi jenis
2.1 Umum serta kekuatan tanah. Percobaan ini dilakukan dalam
satu lubang bor dengan memasukkan tabung sampel
Setiap bangunan sipil memiliki 2 bagian, yaitu yang berdiameter 35 mm sedalam 304,5 mm dengan
struktur atas (supper structure) dan struktur bawah memakai suatu beban penumbukan (drive weight)
(substructure). Struktur bagian bawah disebut seberat 63 kg yang dijatuhkan dari ketinggian 750
dengan pondasi. Pondasi ialah bagian dari suatu mm. Kemudian banyaknya pukulan palu untuk
sistem rekayasa yang meneruskan beban yang memasukkan tabung sampel sedalam 304,5 mm
ditopang oleh pondasi dan beratnya sendiri kepada disebut dengan N.
dan ke dalam tanah dan batuan yang terletak di
bawahnya Bowles (1988). Fungsi pondasi ini adalah Standard Penetration Test (SPT) ini bertujuan untuk
meneruskan beban konstruksi ke lapisan tanah yang menentukan kepadatan relatif lapisan dari tanah
berada di bawah pondasi. Suatu perencanaan dengan pengambilan contoh tanah dengan tabung,
pondasi dikatakan benar apabila beban yang sehingga jenis tanah dan ketebalan setiap lapisan
diteruskan oleh pondasi ke tanah tidak melampaui tanah dapat diketahui.
kekuatan tanah yang bersangkutan (Braja M Das,
1995). 2.4 Keruntuhan Pondasi

Terdapat banyak bentuk pondasi diantaranya adalah: Untuk dapat memahami prinsip daya dukung batas
pondasi dangkal dan pondasi dalam. Secara umum, (ultimate) serta perilaku tanah (keruntuhan geser)
pondasi dangkal mempunyai perbandingan antara pada saat permulaan pembebanan hingga mencapai
kedalaman dengan lebar pondasi sekitar kurang dari keruntuhan, dapat di perhatikan pada permodelan
empat (D_f/B≤4) sedangkan pondasi dalam sebagai berikut: Pembebanan pondasi dilakukan
mempunyai perbandingan (D_f/B), dimana Df secara bertahap.
adalah kedalaman pondasi dan B adalah lebar
Menurut Vesic (1963), terdapat 3 tipe keruntuhan
pondasi. Oleh sebab itu, diperlukan kemampuan
pondasi (Gambar 2.5), sebagai berikut:
untuk menganalisa pondasi yang sesuai ditempatkan
pada suatu konstruksi. Terdapat 2 hal penting dalam  Keruntuhan geser umum (general shear
perencanaan suatu pondasi, yaitu: failure)
 Keruntuhan geser lokal (local shear
 Daya dukung pondasi lebih besar dari
failure)
beban yang bekerja
 Keruntuhan penetrasi (penetration failure
 Penurunan akibat pembebanan tidak
atau punching shear failure)
melebihi dari penurunan yang diijinkan.
B = lebar pondasi (m)
Nc, Nq, Nγ = faktor daya dukung tanah
sc, sq, sγ= faktor bentuk pondasi
dc, dq, dγ = faktor kedalaman pondasi
ic, iq, iγ = faktor kemiringan beban
Secara analitis, untuk penentuan faktor – faktor
kapasistas dukung yang diusulkan Meyerhof adalah:
Nc = (Nq – 1) ctg φ
Nq = tg2 (45o + φ /2) e(π tgφ)
Nγ = (Nq – 1) tg (1,4 φ)
Gambar 2 : Fase – fase keruntuhan pondasi
2.5.3 Vesic
2.5 Teori Daya Dukung Tanah
qu = ScdcicbcgccNc + SqdqiqbqgqpoNq +
2.5.1 Terzaghi Sγdγiγbγgγ0,5BγNγ
1
𝑞𝑢 = 𝑞𝑐 + 𝑞𝑞 + 𝑞𝛾 = 𝑐𝑁𝑐 + 𝑞𝑁𝑞 + 𝛾𝐵𝑁𝛾
2
dimana : po = Dfγ = tekanan di dasar pondasi
Sc, Sq, Sγ = faktor – faktor bentuk pondasi
dimana :qu = daya dukung pondasi (kN/m2)
dc, dq, dγ = faktor – faktor kedalaman
c = kohesi tanah (kN/m2) pondasi

q = berat persatuan luas pondasi (kN/m2) ic, iq, iγ = faktor – faktor kemiringan
beban
γ = berat volume (kN/m3)
bc, bq, bγ = faktor – faktor kemiringan dasar
B = lebar efektif pondasi (m)
gc, gq, gγ =faktor – faktor kemiringan
Secara analitis faktor kapasistas dukung tersebut permukaan
dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Secara matematis faktor kapasitas daya dukung
a2 menurut vesic adalah sebagai berikut :
Nq = φ
2cos 2 45+
2
φ
0,75π− tan φ Nc = (Nq – 1) ctg φ
a= e 2

Nc = Nq − 1 cotφ
φ
tan 2 Kp γ Nq = tg2 (45o + φ /2) e(π tgφ)
Nγ = −1
2 co s 2 φ
Nγ = 2(Nq + 1) tg φ

dimana : Nq, Nc, Nγ = faktor daya dukung tanah 2.6 Pondasi Dangkal pada Tanah Pasir Berlapis

e = bilangan Euler = 2,71828182 2.6.1 Pasir Padat di Aatas Pasir Lepas

φ = sudut geser tanah (o) Pada keadaan H > B :

Kpγ = koefisien tekanan tanah pasif qu = qu(t) =γ1DfNq(1) + ½ γ1B Nγ(1)

2.5.2 Meyerhof (untuk pondasi lajur)

𝑞𝑢 = 𝑞𝑐 + 𝑞𝑞 + 𝑞𝛾 = 𝑠𝑐 𝑑𝑐 𝑖𝑐 𝑐𝑁𝑐 + qu = qu(t) = γ1DfNq(1) + 0,3 γ1B Nγ(1)


1
𝑠𝑞 𝑑𝑞 𝑖𝑞 𝑞𝑁𝑞 + 𝑠𝛾 𝑑𝛾 𝑖𝛾 𝛾𝐵𝑁𝛾 (untuk pondasi bentuk lingkaran dan bujur sangkar)
2

dimana: c = kohesi tanah (kN/m2) qu = qu(t) = γ1DfNq(1) + ½ [1 – 0,4 (B/L)] γ1BNγ(1)

q = berat persatuan luas pondasi (kN/m2)


(untuk pondasi bentuk persegi panjang)
γ = berat isi tanah (kN/m3)
Pada keadaan H < B :
2𝐷 𝑓 𝑡𝑔 𝜑 1 (untuk pondasi lajur)
qu = qu(b) + γ1H2 1 + Ks – γ1H ≤ qu(t)
𝐻 𝐵
qu = qu(t’) = γ1DfNq(1) + 0,3 γ1BNγ(1)
(untuk pondasi lajur)
2𝐷 𝑓 𝐾𝑠 𝑡𝑔 𝜑 1
(untuk pondasi bentuk lingkaran dan bujur sangkar)
qu = qu(b) + 2γ1H2 1 + Sγ’ – γ1H ≤ qu(t)
𝐻 𝐵 𝐵
qu = qu(t’) = γ1DfNq(1) + ½ 1 − 0,4( ) γ1BNγ(1)
𝑙

(untuk pondasi bentuk lingkaran dan bujur sangkar)


𝐵 2𝐷 𝑓 𝐾𝑠 𝑡𝑔 𝜑 1
(untuk pondasi bentuk persegi panjang)
qu = qu(b) + 1 + γ1H2 1 + Sγ’ –
𝐿 𝐻 𝐵
Pada keadaan H < B :
γ1H ≤ qu(t)
qu = qu(t’) + (qu(b’) – qu(t’)) (1-H/Hf)2
(untuk pondasi bentuk persegi panjang)
dengan :
dimana :Ks = koefisien geser coblos
qu(b’) = γ2DfNq(2) + ½ γ2 BNγ(2)
Sγ = faktor bentuk
(untuk pondasi lajur)
qu(b) = daya dukung batas dari lapisan
bawah qu(b’) = γ2DfNq(2) + 0,3 γ2 BNγ(2)
qu(t) = daya dukung batas dari lapisan atas (untuk pondasi bentuk lingkaran dan bujur sangkar)
𝐵
qu(b’) = γ2DfNq(2) + ½ 1 − 0,4( ) γ2 BNγ(2)
𝑙

(untuk pondasi bentuk persegi panjang)


dimana:
Hf = diasumsikan (2 x B)
2.7Metode Elemen Hingga
Metode elemen hingga merupakan metode yang
membagi – bagi suatu daerah yang akan dianalisis
menjadi bagian – bagian yang lebih kecil, kemudian
bagian – bagian inilah yang nantinya disebut
sebagai elemen. Sehingga, semakin banyak
pembagian – pembagian yang dilakukan, akan
semakin mendekati hasil yang teliti.Pada
pemograman metode elemen hingga digunakan
Gambar 3 : Nilai Ks berdasarkan nilai φ, γ, dan Nγ program bantu yang bernama Plaxis 8.2.
Nilai Ks dapat dicari dengan menggunakan 3. METODE PENELITIAN
Gambar dan untuk nilai qu(b) dapat dicari dengan
persamaan berikut: Diagram alir dalam proses pelaksanaan
penulisan ini:
qu(b) =γ1(Df + H)Nq(2) + ½ γ2B Nγ(2)
1. Menentukan latar belakang masalah
(untuk pondasi lajur) 2. Melakukan studi literatur
qu(b) = γ1(Df + H)Nq(2) + 0,3 γ2B Nγ(2) 3. Melakukan pengumpulan data
4. Melakukjan pemodelan kasus
(untuk pondasi bentuk lingkaran dan bujur sangkar) 5. Melakukan pengolahan data
6. Menganalisa hasil perhitungan
qu(b) = γ1 (Df + H)Nq(2) + ½ [1 – 0,4 (B/L)] γ2BNγ(2) 7. Menyimpulkan hasil analisa yang telah
dilakukan
(untuk pondasi bentuk persegi panjang) 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
2.6.2 Pasir Lepas Berada di Atas Pasir Padat 4.1 Daya Dukung Pondasi pada Tanah Pasir
Berlapis Secara Analitis
Pada keadaan H > B :
qu = qu(t’) = γ1DfNq(1) + ½ γ1BNγ(1)
Daya dukung tanah secara analitis dengan untuk perhitungan secara analitis menghasilkan hasil
metode Terzaghi, Meyerhof dan Vesic (pasir lepas yang sama dikarenakan keruntuhan hanya terjadi
di atas pasir padat) pada lapisan 1 saja. Sedangkan untuk metode
elemen hingga tidak menunjukkan hasil yang sama.
Daya Dukung Tanah (qu) (kN/m2)
Kondisi
Terzaghi Meyerhof Vesic
A
𝐻 308,772 358,836 272,526
= 0,5
𝐵
B (B<H)
𝐻 302,627 352,209 266,988
= 1,0
𝐵
B (B>H)
𝐻 297,7105 346,907 262,558
= 1,0
𝐵
C
𝐻 297,7105 346,907 262,558
= 1,5
𝐵
D
𝐻 297,7105 346,907 262,558 Gambar 5 : Deformasi tanah akibat beban pondasi
= 2,0 𝐻
𝐵
dangkal pada keadaan A = 0,5
𝐵

4.2 Daya Dukung Pondasi pada Tanah Pasir


Berlapis Secara Metode Elemen Hingga
Nilai qu berdasarkan metode elemen hingga (Plaxis)
pada kondisi pasir lepas berada di atas pasir padat

Initial Load
Kondisi qu (kN/m2)
Load (kN/m2)
A 0.448 584.9 262.035
B 0.36 716.93 258.095
C 0.356 658.23 234.329 Gambar 6 : Kontur tegangan akibat beban pondasi
D 0.309 754.96 233.189 pada kondisi A
𝐻
= 0,5
𝐵

400
300
200 Terzaghi
100 Meyerhof
0
Vesic
Plaxis

Gambar 7 : Kurva perbandingan daya dukung


Gambar 4 : Salah satu dari keluaran pemograman
metode analitis dan metode elemen hingga
berupa grafik beban dan perpindahan
5. KESIMPULAN DAN SARAN
4.3 Perbandingan Metode Analitis dan Metode
Elemen Hingga 5.1 Kesimpulan
Perhitungan menggunakan metode analitis dan Berdasarkan perhitungan daya dukung
metode elemen hingga menghasilkan estimasi nilai dengan cara metode analitis dan metode elemen
daya dukung (qu) yang berbeda pada kondisi tanah hingga terdapat perbedaan
pasir berlapis dengan keadaan pasir lepas berada di
atas pasir padat. Hasilnya menunjukkan perbedaan  Pada metode Analitis
daya dukung (qu) pada kedua metode tidak terlalu o Daya dukung batas menurut Terzaghi
mencolok, dimana hasil perhitungan pada metode menghasilkan :
analitis rata – rata lebih besar dibandingkan hasil
dari metode elemen hingga. Pada kondisi C dan D, qu pada kondisi A (H/B=0,5) = 308,772 kN/m2
qu pada kondisi B (H/B=1,0) = 302,627 kN/m2 Hardiyatmo, Hary Christady, 2002. Mekanika Tanah
1. Yogyakarta : Gadjah Mada University
qu pada kondisi C (H/B=1,5) = 297,7105 kN/m2 Press
qu pada kondisi D (H/B=2,0) = 297,7105 kN/m2 Hardiyatmo, Hary Christady, 2002. Mekanika Tanah
o Daya dukung batas menurut Meyerhof 1. Yogyakarta : Gadjah Mada University
menghasilkan : Press

qu pada kondisi A (H/B=0,5) = 358,836 kN/m2 Irawan, Siska Rustiani, dkk., 2013.
DayaDukungPondasiMeneruspada Tanah
qu pada kondisi B (H/B=1,0) = 352,209 kN/m2 LempungBerlapisMenggunakanMetode
“Meyerhoffdan Hanna” danMetode Element
qu pada kondisi C (H/B=1,5) = 346,907 kN/m2 Hingga
(Plaxis).JurnalUniversitasKatolikParahyang
qu pada kondisi D (H/B=2,0) = 346,907 kN/m2
an
o Daya dukung batas menurut Vesic
Lambe, William T., 1969. Soil Mechanics.Newyork:
menghasilkan :
Jhon Wiley and Sons Inc
qu pada kondisi A (H/B=0,5) = 272,526 kN/m2
Lim, Aswin, 2013.
qu pada kondisi B (H/B=1,0) = 266,988 kN/m2 KajianDayaDukungPondasiMenerusTerhad
apJarakAntarPondasidanKondisi Tanah
qu pada kondisi C (H/B=1,5) = 262,558 kN/m2 yang
Berlapis.JurnalLembagaPenelitiandanPenga
qu pada kondisi D (H/B=2,0) = 262,558 kN/m2 bdiankepadaMasyarakatUniversitasKatolikP
 Pada metode elemen hingga arahyangan.

qu pada kondisi A (H/B=0,5) = 253,197 kN/m2 Nakazawa, Kazuto, dkk., 2005. Mekanika Tanah
danTeknikPondasi.Jakarta : PT
qu pada kondisi B (H/B=1,0) = 251,464 kN/m2 PradnyaParamita
qu pada kondisi C (H/B=1,5) = 261,915 kN/m2 PlaxisVersi 8 Manual Latihan
qu pada kondisi D (H/B=2,0) = 302,971 kN/m2 Purwana, YusipMuslih, dkk., 2008.
MetodeKeseimbangan Batas
Dalam menganalisis daya dukung tanah dengan vsMetodeElemenHinggauntukAnalisisPonda
metode analitis dan metode elemen hingga diperoleh siDangkalMeneruspada Tanah
hasil yang berbeda. Hal ini mungkin disebabkan Kohesif.Jurnal FT UNS
penggunaan koefisien yang berbeda – beda pada
setiap metode. Sosrodarsono, S. dan Nakazawa, K., 2000.
Mekanika Tanah dan Teknik Pondasi.
5.2 Saran Jakarta : PT Pradnya Paramita
Saran untuk penelitian selanjutnya adalah Sutarman, E., 2013.
dapat divariasikan lapisan dimana lapisan pasir KonsepdanAplkasiPengantarTeknikSipil.Ba
padat berada di atas lapisan pasir lepas dan dapat ndung :Andi Offset
divariasikan terhadap lebar pondasi serta sudut geser
tanahnya. Taslim, 2015. Analisis Perhitungan Daya Dukung
Aksial Pondasi Tiang Bor
6. DAFTAR PUSTAKA Tunggal Diameter 0,6 Meter Menggunakan
Bowless, Joseph E., Data Sondir, SPT, Uji Beban
1993.Analisadandesainpondasijilid 1.Jakarta Statik, PDA dan Metode Elemen Hingga
:Erlangga Pada Proyek Pembangunan
Hotel Sapadia Medan. Skripsi, Universitas
Das, B. M., 1994. Mekanika Tanah (Prinsip – Sumatera Utara.
PrinsipRekayasaGeoteknis) I.Jakarta
:Erlangga
Das, B. M., 1994. Mekanika Tanah (Prinsip –
PrinsipRekayasaGeoteknis) II.Jakarta
:Erlangga
Hardiyatmo, HaryChristady, 2002. TeknikPondasi 1.
Yogyakarta : Beta Offset

Anda mungkin juga menyukai