Anda di halaman 1dari 45

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Manusia adalah makhluk sosial yang eksploratif dan potensial.

Manusia dikatakan makhluk yang eksploratif karena manusia memiliki

kemampuan untuk mengembangkan diri baik secara fisik maupun psikis.

Manusia sebagai makhluk potensial karena pada diri manusia tersimpan

sejumlah kemampuan bawaan yang dapat dikembangkan secara nyata.

Sebagai akhir dari masa remaja adalah masa dewasa, atau biasa

disebut dengan masa adolesen. Ketika manusia menginjak masa

dewasanya sudah terlihat adanya kematangan dalam dirinya. Kematangan

jiwa tersebut menggambarkan bahwa manusia tersebut sudah menyadari

makna hidupnya. Dengan kata lain masa dewasa adalah masa dimana

sudah mulai memilih nilai – nilai atau norma yang telah dianggap mereka

baik untuk dirinya serta mereka berupaha untuk mempertahankan nilai –

nilai atau norma – norma yang telah dipilihnya tersebut.

Setiap individu akan mengalami proses perkembangan yang tidak

akan dapat ditolak, terlepas dari kehendak individu yang bersangkutan.

Masa dewasa adalah masa dimana individu telah menyelesaikan

pertumbuhannya dan siap menerima kedudukannya dalam masyarakat

bersama begitupun dengan orang dewasa lainnya. Secara fisik, seorang

dewasa menampilkan profil yang sempurna dalam arti bahwa

pertumbuhan dan perkembangan aspek-aspek secara fisiologis telah

1
mencapai posisi puncak. Mereka memiliki daya tahan dan taraf kesehatan

yang prima sehingga dalam melakukan berbagai kegiatan yang tampak

inisiatif, kreatif, energik, cepat, dan proaktif.

Selain itu masa dewasa juga merupakan masa yang sering

mengalami ketegangan emosional. Ketegangan ini ditampakkan melalui

ketakutan ataupun kekhawatiran terhadap persoalan persoalan yang

dihadapi nya.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana tinjauan masa dewasa melalui pendekatan aspek psikologis

dan sosial budaya dalam kebidanan?

2. Bagaimana uraian hasil jurnal dari kasus tersebut?

3. Bagaimana masalah dari uraian hasil jurnal kasus tersebut?

4. Apakah ada kaitan masalah tersebut dengan aspek psikologi dan sosio

budaya?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui tinjauan masa dewasa melalui pendekatan aspek

psikologis dan sosial budaya dalam kebidanan.

2. Untuk mengetahui bagaimana uraian hasil jurnal dari kasus tersebut.

3. Untuk mengetahui masalah dari uraian hasil jurnal kasus tersebut.

4. Untuk mengetahui kaitan masalah tersebut dengan aspek psikologi dan

sosio budaya

2
1.4 Manfaat

Sebagai sarana memperluas wawasan utamanya mahasiswa yaitu

mengenai Masa Dewasa melalui pendekatan aspek psikologi dan sosio

budaya.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Mengidentifikasi Masa Dewasa melalui Pendekatan Aspek Psikologis

dan Sosio Budaya dalam Asuhan Kebidanan

1. Dewasa Awal

a. Pengertian masa dewasa awal

Istilah adult atau dewasa berasal dari kata kerja latin yang

berarti tumbuh menjadi dewasa. Oleh karena itu orang dewasa

adalah seseorang yang telah menyelesaikan pertumbuhannya dan

siap menerima kedudukannya di dalam masyarakat bersama

dengan orang dewasa lainnya (Elizabeth Hurlock, Developmental

Psychology, 1991). Dewasa awal adalah masa peralihan dari masa

remaja. Hurlock (1986) mengatakan bahwa dewasa awal dimulai

pada usia 18 tahun sampai kira-kira usia 40tahun. Secara umum,

mereka yang tergolong dewasa awal ialah mereka yang berusia 20-

40 tahun. (Encep, 2018)

Masa dewasa awal adalah masa pencarian kemantapan dan

masa reproduktif yaitu suatu masa yang penuh dengan masa yang

penuh dengan masalah dan ketegangan emosional, periode isolasi

social, periode komitmen, dan masa ketergantungan, perubahan

nilai-nilai, kreativitas, dan penyesuaian diri pada pola hidup yang

baru. (Encep, 2018)

b. Ciri-ciri masa dewasa awal

4
Menurut (Pieter, 2011) Dewasa awal merupakan suatu masa

penyesuaian terhadap pola-pola kehidupan yang baru dan harapan-

harapan sosial yang baru. Masa dewasa awal adalah kelanjutan dari

masa remaja, sehingga ciri-ciri masa dewasa awal tidak jauh

berbeda dengan masa remaja. Ciri-ciri masa dewasa awal menurut

Hurlock (1986):

1) Masa dewasa awal sebagai usia reproduktif.

Masa dewasa awal adalah masa usia reproduktif. Masa ini

ditandai dengan membentuk rumah tangga. Pada masa ini

khususnya wanita, sebelum usia 30 tahun, merupakan masa

reproduksi, dimana seorang wanita siap menerima tanggung

jawab sebagai seorang ibu. Pada masa ini, alat-alat reproduksi

manusia telah mencapai kematangannya dan sudah siap untuk

melakukan reproduksi.

2) Masa dewasa awal sebagai masa bermasalah. Setiap masa

dalam kehidupan manusia, pasti mengalami perubahan,

sehingga seseorang harus melakukan penyesuaian diri kembali

terhadap diri maupun lingkungannya. Demikian pula pada

masa dewasa awal ini, seseorang harus banyak melakukan

kegiatan penyesuaian diri dengan kehidupan perkawinan, peran

sebagai orang tua dan sebagai warga negara yang sudah

dianggap dewasa secara hukum.

5
3) Masa dewasa awal sebagai masa yang penuh dengan

ketegangan emosional. Ketegangan emosional seringkali

ditampakkan dalam ketakutan-ketakutan atau kekhawatiran-

kekhawatiran. Ketakutan atau kekhawatiran yang timbul ini

pada umumnya bergantung pada tercapainya penyesuaian

terhadap persoalan-persoalan yang dihadapi pada suatu saat

tertentu atau sejauh mana sukses atau kegagalan yang dialami

dalam penyelesaian persoalan.

4) Masa dewasa awal sebagai masa ketergantungan dan

perubahan nilai. Ketergantungan disini mungkin

ketergantungan kepada orang tua, lembaga pendidikan yang

memberikan beasiswa atau pada pemerintah karena mereka

memperoleh pinjaman untuk membiayai pendidikan mereka.

Sedangkan masa perubahan nilai masa dewasa awal terjadi

karena beberapa alasan seperti ingin diterima pada kelompok

orang dewasa, kelompok-kelompok sosial dan ekonomi orang

dewasa.

c. Tugas perkembangan masa dewasa awal

Menurut (Pieter, 2011) Sebagian besar golongan dewasa

muda telah menyelesaikan pendidikan sampai taraf universitas dan

kemudian mereka segera memasuki jenjang karier dalam

pekerjaannya. Kehidupan psikososial dewasa muda makin

kompleks dibandingkan dengan masa remaja. Karena selain

6
bekerja, mereka akan memasuki kehidupan pernikahan,

membentuk keluarga baru, memelihara anak-anak, dan tetap harus

memperhatikan orang tua yang makin tua. Adapun tugas-tugas

perkembangan pada masa dewasa awal adalah sebagai berikut:

1) Mencari dan menemukan calon pasangan hidup

Setelah melewati masa remaja, golongan dewasa muda

semakin memiliki kematangan fisiologis (seksual) sehingga

mereka siap melakukan tugas reproduksi, yaitu mampu

melakukakn hubungan seksual denga lawan jenisnya, asalkan

memnuhi persyaratan yang sah (perkawinan yang resmi).

Untuk sementara waktu, dorongan biolohid tersebut mungkin

akan ditahan terlebih dahulu.

Mereka akan berupaya mencari calon teman hidup yang

cocok untuk dijadikan pasangan dalam perkawinan ataupun

untuk membentuk kehidupan rumah tangga berikutnya. Mereka

akan menentukan kriteria usia, pendidikan, pekerjaan, atau

suku bangsa tertentu, sebagai persyaratan pasangan hidupnya.

Setiap orang mempunyai kriteria yang berbeda-beda.

2) Membina kehidupan rumah tangga

Sikap yang mandiri merupakan langkah positif bagi mereka

karena sekaligus dijadikan sebagai persiapan untuk memaasuki

kehidupan rumah tangga yang baru. Namun, lebih dari itu,

mereka juga harus dapat membentuk, membina,

7
danmengembangkan kehidupan rumah tangga dengan sebaik-

baiknya agar dapat mencapai kebahagiaan hidup.

3) Meniti karier dalam rangka memantapkan kehidupan ekonomi

rumah tangga

Usai menyelesaikan pendidikan formal setingkat SMU,

akademi atau universitas, umumnya dewasa muda memasuki

dunia kerja, guna menerapkan ilmu dan keahliannya, mereka

berupaya menekuni karier sesuai dengan minat dan bakat yang

dimiliki, sertamemberi jaminan masa depan keuangan yang

baik.

4) Menjadi warga negara yang bertanggung jawab

Warga negara yang baik adalah dambaan bagi setiap orang

yang ingin hidup tenang, damai, dan bahagia ditengah-tengah

masyarakat. Syarat-syarat untuk menjadi warga negara yang

baik harus dipenuhi oleh seseorang, sesuai dengan norma sosial

budaya yang berlaku di masyarakat.

d. Peran gender

Keberadaan peran wanita sangat berperan penting dalam

menentukan masa depan generasinya. Membahas tentang peran

wanita, ada tiga peran besar wanita yang harus dijalankan dengan

baik, diantaranya sebagai berikut :

1) Ibu

8
Wanita adalah pembangun sejati dari sebuah masyarakat

kecil di dalam keluarga. Keluarga merupakan asas dan fondasi

masyarakat. Karena pilar dalam keluarga adalah seorang ibu,

maka ibu memiliki peran dan tanggung jawab yang besar

dalam membina anak. Banyak aktivitas wanita yang tidak bisa

dijalankan oleh laki-laki, diantaranya mengasuh, mengajar

anak-anak, merawat, dan memenuhi kebutuhan anak.

Peran wanita di dalam keluarga sebagai ibu sekaligus

pendidik utama bagi anak-anaknya. Peran yang harus dilakukan

oleh wanita tidak mudah, salah satu peran wanita yang tidak

boleh dipindah tangankan adalah mendidik anak. Dalam

mendidik anak, wanita memiliki potensi yang berpengaruh

besar membentuk warna dan corak generasi yang akan datang.

2) Istri

Selain sebagai pendidik bagi anak-anaknya, wanita juga

berperan sebagai pendamping hidup bagi suami. Sebagai

manusia, suami sjuga membutuhkan istri untuk menghadapi

kemajuan dalam bidang pekerjaannya, disini peran istri dapat

menjadi mitra kerja lelaki, akan tetapi istri tidak boleh yang

terlalu ambisi terhadap pekerjaan yang sampai melupakan

perannya pertama yaitu sebagai pendidik yang utama.

Kesibukan seorang wanita dalam pekerjaan memicu dampak

yang kurang baik terhadap anak. Anak akan kehilangan kasih

9
sayang dari seorang ibu. Hilangnya kasih sayang seorang ibu

membawa resiko yang besar bagi perkembangan anak

selanjutnya

3) Ibu Rumah Tangga

Ibu rumah tangga bagian dari sebuah profesi. Profesi yang

diperuntukkan khusus untuk perempuan yang telah berkeluarga

dan konsentrasi penuh di dalam rumah tangga. Mungkin

profesi yang satu ini berbeda dengan profesi lain. Tidak seperti,

sekretaris, dokter, pengusaha, dan lain sebagainya yang

semuanya bisa membantu income keluarga. Output kinerja IRT

tidak bisa dinominalkan dengan uang, melainkan ada nilai yang

begitu besar, karya yang tumbuh dalam kedamaian hidup,

generasi yang berkarakter dan masyarakat yang santun.

Oleh karena itu di tengah ramai memperbincangkan soal

perempuan harus ikut terlibat dalam berbagai lini kehidupan

seperti sosial, budaya, politik dan lingkungan, tentunya sosok

perempuan yang hanya memutuskan berkiprah di rumah tangga

pun sebagai IRT juga perlu disupport. Ibu rumah tangga pada

hakikatnya justru adalah sebuah medan aktualisasi diri seorang

perempuan yang sungguh-sungguh membutuhkan dedikasi

yang cukup tinggi.

Menjadi IRT adalah keputusan yang harus dijalankan

dengan bijak. Tidak usah tanggung-tanggung dan ragu-ragu.

10
Jika dijalankan secara profesional dan totalitas hasilnya tentu

akan luar biasa mengagumkan. Status IRT bukanlah suatu hal

yang harus disayangkan.

e. Perempuan bekerja

Masih banyak orang yang beranggapan bahwa perempuan

kodratnya hanya di dapur, mengurus anak dan suami. Atau jika

perempuan bekerja, sifatnya hanya sebagai pencari nafkah

tambahan saja untuk membantu pendapatan suami. Di jaman yang

penuh dengan emansipasi ini, sudah tidak berlaku lagi anggapan

kuno itu. Sudah saatnya para perempuan berpikir maju kedepan.

Perempuan bisa disamakan dengan laki-laki dalam bekerja atau

berpenghasilan lebih besar daripada suaminya. Atau kalau

mungkin, bisa saja perempuan bekerja sebagai pencari nafkah

utama, dan suami sebagai pencari nafkah tambahan.

Di jaman yang sudah semakin maju ini, hampir semua

pekerjaan bisa dikerjakan oleh perempuan selama perempuan

tersebut mampu mengerjakannya.

f. Kondisi yang mungkin akan terjadi

1) Perceraian

Pengertian Perceraian adalah cerai hidup atau perpisahan

hidup antara pasangan suami istri sebagai akibat dari kegagalan

mereka menjalankan obligasi peran masing-masing. Dalam hal

ini perceraian dilihat sebagai akhir dari suatu ketidakstabilan

11
perkawinan dimana pasangan suami istri kemudian hidup

terpisah dan secara resmi diakui oleh hukum yang berlaku

(Erna, 1999). Perceraian merupakan terputusnya keluarga

karena salah satu atau kedua pasangan memutuskan untuk

saling meninggalkan sehingga mereka berhenti melakukan

kewajibannya sebagai suami istri. (Pieter, 2011)

2) Single woman

Single woman atau wanita lajang adalah status wanita yang

masih sendiri yang tidak pernah terikat dengan pernikahan

karena belum menemukan pasangan yang tepat atau

memutuskan untuk hidup sendiri.

g. Perkembangan psikologi masa dewasa awal

Menurut (Pieter, 2011) Dewasa awal merupakan usia yang

menentukkan tentang langkah dalam mencapai suatu kesuksesan,

usia 18 hingga 25 tahun merupakan masa reproduktif dalam

menangani suatu perjalanan kehidupan yang berkaitan dengan

emosionalitas usia. Dewasa awal sering disebut dewasa dini

maupun remaja akhir. Perkembangan psikologi di antaranya yakni

1) Kestabilan Bertambah

Pemuda-pemudi dalam masa ini telah menunjukkan

kestabilan yang bertambah,bilaman dibandingkan dengan masa

remaja awal. Pada masa remaja akhir/dewasa awal/dewasa dini,

perubahan yang tejadi seperti dalam hal minat-minatnya,

12
pemilihna jabatan, pakaian dan rekreasi. Dalam masalah

pergaulan, pemilihan dalam menjalin suatu persahabatan

dengan anak lawan jenis maupun dengan jenis kelamin yang

sama menjadi stabil. Demikian pula tingkah laku yang

berhubungan dengan emosinya. Sikap-sikapnya tidak lagi dapat

dipengaruhi dengan mudah oleh pendirian orang-orang lain dan

propaganda seperti pada masa remaja awal.

Karena keadaanya yang lebih stabil, anak remaja pada masa

ini lebih dapat mengadakan penyesuaian-penyeseuaian dari

pada dahulu, pada masa ini lebih well-adjusted. Saat kapan

seorang anak remaja berganti keadaanya dari keadaan tidak

stabil ke keadaan stabil, tergantung dari sekitarnya. Anak yang

hidup jauh dari orang tuanya, yang hidup di asrama akan lebih

cepat mencapai keadaan stabil, karena lebih banyak mendapat

kesempatan untuk mengambil keputusan-keputusan sendiri dan

juga karena orang-orang lain tidak selalu mau menerima sikap-

sikap yang disebabkan oleh ketidak-stabilan anak remaja

sebagai orang tuanya sendiri. Maka hal ini pun merupakan

dorongan bagi anak remaja yang hidup jauh dari orang tuanya

untuk mencapai kestabilan.

2) Lebih matang dalam cara menghadapi masalah

Masalah-masalah yang dihadapi oleh dewasa pada masa ini

menyerupai masalah yang dihadapi oleh anak remaja dalam

13
remaja awal, akan tetapi cara-caranya menghadapi masalah-

masalah adalah lebih matang. Berat atau ringannya masalah

yang dihadapinya tergantung dari pola kehidupan yang

dijalaninya, artinya apakah dia masih belajar atau sudah

bekerja dan apakah dia masih hidup bersama orang tuanya atau

bertempat tinggal jauh dari rumah.

Pemuda-pemuda dalam masa ini semakin lama semakin

dapat mnyelesaikan masalah-masalah sendiri. Akibatnya ialah,

bahwa dia lebih pandai mnyesuaikan diri, lebih berbahagia dan

lebih mudah dan mnyenangkan dalam pergaulan daripada anak

remaja dan masa remaja awal, yang lekas jengkel, lekas marah

disebabkan karena dia mengalami kesukaran dalam

menyelesaikan masalah-masalahnya.

3) Pikiran realistis bertambah

Anggapan yang tinggi yang tidak realistis,yang dimilki oleh

anak remaja dalam masa remaja awal,dari dirinya,temannya

maupun orang tuanya merupakan salah satu sebab abak remaja

menjadi sangat emosional. Namun saat menginjak dewasa awal

pada masa ini seseorang akan bertambah pengalamannya dan

kemampuannya untuk berfikir secara realistis ,mampu melihat

keadaan dirinya. Sehingga seseorang akan merasa

lebih enjoy atau lebih bahagia ,tidak menderita karena

kekecewan dimasa lampau.

14
h. Bahaya psikologis pada masa dewasa awal

Konflik psikologis di masa dewasa awal menurut Erikson

adalah keintiman vs isolasi (intimacy versus isolation) yang

tercermin dalam pikiran dan perasaan anak muda tentang membuat

komitmen tetap pada pasangan dekat. Mereka mulai merasakan

keinginan untuk berhubungan lebih intim/akrab dengan individu

lainnya. Pada tahap ini, mereka akan mulai mengembangkan gairah

seksual dalam hubungan timbal balik dengan orang yang mereka

cintai. Lawan dari perasaan itu, apabila mereka gagal

melaksanakan hal tersebut adalah isolasi yaitu menarik diri dari

lingkungan karena ketidak inginan untuk terlibat keintiman dengan

individu lainnya. (Pieter, 2011)

2. Dewasa Madya

a. Pengertian masa dewasa madya

Masa dewasa madya merupakan merupakan masa transisi,

dimana pria maupun wanita meninggalkan ciri-ciri jasmani dan

perilaku dewasa dan mulai memasuki suatu periode kehidupan

baru. Batasan usia dewasa madya secara umum ialah 35-45 tahun.

Ciri-ciri dinamika kehidupan orang dewasa madya ialah keluarga

dan pasangannya. Pada sisi lain, mereka mengalami kemajuan

pekerjaan, perkawinan, sosial ekonomi dan aktif mengikuti

kegiatan sosial. Akan tetapi, orang dewasa madya, kerap kali

mengurangi kegiatan-kegiatannya yang banyak membutuhkan

15
gerakan fisik. Sekalipun orang dewasa madya mempunyai

kemajuan dalam seksual (puber kedua). Namun mereka sering

merasa cemas atas keadaan kondisi fisiknya (Herri, 2017).

b. Ciri-ciri masa dewasa madya

Menurt (Encap, 2018) Ciri-ciri fisik masa dewasa madya yaitu

sebagai berikut:

1) Berat badan bertambah, bahu seringkali membentuk bulat, dan

terjadi penggemukan seluruh tubuh yang membuat perut

kelihatan menonjol sehingga seorang kelihatan lebih pendek

2) Otot menjadi lembek dan mengendur disekitar dagu, pada

lengan dibagian atas dan perut.

3) Mulai menurunnya kekuatan fisik, fungsi motorik dan sensori

4) Gangguan pada persendian, tungkai, lengan yang membuat

mereka sulit berjalan dan memegang benda yang jarang terjadi

pada usia muda

5) Mulai terjadi proses menua secara gradual, maksudnya terlihat

tanda-tanda bahwa dirinya mulai tua, seperti tumbuhnya uban

dikepala, rambut pada wajah tumbuh lebih lambat dan kurang

subur, adanya kerutan pada bagian wajah, kemampuan fungsi

mata berkurang

6) Rambut pada pria mulai jarang menipis dan terjadi kebotakan

pada bagian atas kepala, rambut dihidung, telinga, dan bulu

mata menjadi lebih kaku.

16
7) Rambut pada wanita semakin tipis dan rambut diatas bibir dan

dagu bertambah banyak

8) Terjadinya perubahan-perubahan seksual. Kaum laki-laki dapat

mengalami Climacterium dan wanita dapat mengalami

Menopause. Climacterium dan Menopause merupakan tanda

berhentinya kemampuan menghasilkan keturunandan dapat

menimbulkan penyakit Melancholia involutive (cemas dan

merasa diri tak berguna) peristiwa ini bagi laki-laki lebih

lambat datangnya dari pada wanita .

Ciri-ciri lain dari masa dewasa madya yaitu sebagai berikut:

1) Masa yang “ditakuti” karena pada masa ini terjadi kliaterium

pada wanita maupun pria, menurunnya kemampuan seksual,

berbagai mitos berhentinya produksi, kerusakan mental, dan

lain-lain.

2) Masa transisi : pria mengalami perubahan keperkasaan dan

wanita perubahan kesuburan dari ciri-ciri dan perilaku dewasa

kelansia.

3) Masa stres : penyesuaian radikal terhadap peran dan pola

hidup yang berubah disertai berbagai perubahan fisik, stres

stomatik, stres budaya, stres ekonomi dan stres psikolog.

4) Masa “berbahaya” orang berusia madya berusa mencari

kegiatan atau pengalaman baru. Misal hubungan ekstramarital,

penggunaan zat adiktif, kekerasan mumpung belum tua.

17
5) Masa berprestasi. Menurut erikson selama usia madya orang

akan lebih sukses sampai kepuncak prestasi hidupnya atau

sebaliknya,berhenti dan tidak mengerjakan sesuatu apapun

lagi.

6) Masa evaluasi : karena sampai pada masa puncak prestasinya,

orang mengevaluasi diri apakah sesuai dengan cita-citanya

atau harapan orang lain terhadapnya.

7) Masa sepi (sindrom kehampaan, emptiness syndrome) dengan

keluarnya anak terakhir dirumah, orang merasa sepi dan

hampa. Juga orang dalam kesibukan penuh di puncak

prestasinya, sering mengalami kesepian dan kehampaan.

Masa jenuh ; pada usia 40-tahun pria merasa jenuh dengan

pekerjaan rutin dan kehidupan bersama keluarga yang hanya

memberikan sedikit hiburan. Wanita juga jenuh dengan

kesibukan memelihara keluarga dan membesarkan anak-

anaknya. (Yudrik, 2011)

c. Tugas dan perkembangan masa dewasa madya

Menurut (Yudrik, 2011) Masalah-masalah tertentu yang

timbul dalam penyesuaian diri merupakan ciri dari usia madya

pada kebudayaan masa kini. Masalah utama yang harus dipecahkan

dan disesuaikan secara memuaskan selama usia madya mencakup

apa saja yang menjadi tugas-tugas perkembangan selama periode

18
ini. Havirgust membagi tanggung jawab ini jadi empat kategori

utama, yaitu sebagai berikut:

1) Tugas yang berkaitan dengan perubahan fisik

Tugas ini meliputi kemauan untuk mau melakukan penerimaan

dan penyesuaian dengan berbagai perubahan fisik yang normal

terjadi pada usia madya.

2) Tugas-tugas yang berkaitan dengan perubahan minat

Orang yang berusia madya sering kali mengamsumsikan

tanggung jawab warga negara dan sosial,serta mengembangkan

minat pada waktu luang yang berorientasi pada kedewasaan

pada tempat kegiatan-kegiatan yang berorientasi pada keluarga

yang biasa dilakukan pada masa dewasa ini.

3) Tugas-tugas yang berkaitan dengan penyesuaian kejuruan tugas

ini berkisar pada pemantapan dan pemeliharaan standar hidup

yang relatif mapan.

Tugas-tugas yang berkaitan dengan kehidupan keluarga tugas

yang penting dalam kategori ini meliputi hal-halyang bekaitan

dengan seseorang sebagai pasangan, menyesuaikan diri dengan

orang tua yang lanjut usia, dan membantu anak remaja untuk

jadi orang dewasa yang bertanggung jawab dan bahagia.

d. Kondisi yang dapat terjadi pada masa dewasa madya

1) Sangkar Kosong

19
Usia madya juga disebut periode “sarang kosong”, yaitu

suatu periode dimana perubahan peran secara drastik terjadi

baik yang menyebabkan traumatik daripada sebab yang

ditimbulkan oleh kepercayaan yang sudah popular dalam

masyarakat tentang periode sarang kosong yang mengerikan.

Periode sarang kosong disebut juga Empty Nest Syndrome.

Santrock (2002) menjelaskan bahwa: “Sindrom sarang

kosong (Empty Nest Syndrome) adalah kepuasan pernikahan

akan mengalami penurunan karena orang tua memperoleh

banyak kepuasan dari anak-anaknya, dan oleh karena itu,

kepergian anak dari keluarga akan meninggalkan orang tua

dengan perasaankosong. Meskipun sindrom sarang kosong

tersebut berlaku bagi beberapa orang tua yang hidup melalui

anak-anaknya, sarang yang kosong tersebut biasanya tidak

menurunkan kepuasan pernikahan. Melainkan, sebaliknya

yang terjadi, kepuasan pernikahan meningkat pada tahun-

tahun pasca membesarkan anak. (Jamaludin, 2014).

Lilian dalam penelitiannya terhadap perempuan

Amerika menemukan, perempuan yang hanya melakukan

tugas tradisionalnya secara eksklusif di rumah dan tidak

memiliki kegiatan lain di luar rumah, menderita sindroma

lebih parah, bahkan sampai ketingkat depresi karena “rasa

tidak dibutuhkan lagi” yang sedemikian pekat. Pada

20
perempuan yang memiliki kegiatan lain diluar rumah,

sindroma itu menjadi lebih cair. (Jamaludin, 2014).

Fase empty nest pada usia dewasa madya tidak

selamanya menyebabkan seseorang mengalami sindrome atau

stress, tetapi fase empty nest bisa dianggap sebagai suatu

keberhasilan dalam menjalankan tugas-tugas sebagai orangtua.

Hal ini didukung oleh Feldman (1989) menyatakan bahwa

untuk beberapa orang, empty nest dapat diterima karena

pasangan mendapatkan kembali kebebasan mereka. Bagi yang

lainnya, bagaimanapun masa ini tidak terlalu membahagiakan.

Bagi yang hidup berpusat pada keluarga, kepergian anak-anak

bisa jadi merupakan hasil dari tugas mereka dalam

mengurus anak-anak telah selesai. (Jamaludin, 2014).

Efek dari sarang kosong pada pasangan suami istri dapat

memberikan kesempatan untuk lebih dekat dikarenakan waktu

yang dimiliki lebih banyak bagi satu sama lain. Sarang kosong

dapat dikatakan sebagai transisi yang memiliki efek negatif

yang sedikit dikarenakan masa postparental ini sering kali

memberikan suatu kebebasan bagi pasangan untuk saling

memberikan perhatian, serta banyak pasangan dewasa madya

menggunakan fase sarang kosong atau empty nest ini sebagai

kesempatan ntuk berpetualang ataupun mengembangkan

minat-minat baru menuju satu level lebih tinggi dalam

21
kehidupan mereka. Empty nest ini bukanlah suatu tanda

bahwa tugas sebagai orang tua akan berakhir, melainkan hal

tersebut merupakan suatu transisi menuju tahap baru, yaitu

hubungan antara orang tua dengan anakyang telah dewasa.

Reaksi negatif atas datangnya situasi sarang kosong bagi

usia dewasa madya. Sementara, pihak yangmerasa bahwa

masa transisi itu lebih berdampak negatif, ternyata bukanlah

disebabkan oleh empty nest-nya, namun lebih berkaitan

dengan masalah perkawinan yang mewarnai hubungan antara

suami istri dan keluarga selama ini. Fase sarang kosong ini

akan nampak lebih berat pada pasangan dewasa madya yang

bergantung satu sama lain dalam hal mengasuh anak, ataupun

mereka yang memiliki masalah dalam hubungan pernikahan

yang sebelumnya mereka kesampingkan ataupun ditekan

untuk kepentingan pengasuhan anak. Pengisian sarang kosong

yang tersisi kembali oleh anak-anak mereka yang sudah

dewasa memang terlihat wajar-wajar saja, apalagi melihat

iklim ekonomi saat ini, orang tua akan membantu secara

finansial, emosional maupun psikis, dan anak-anak

menghargai bantuan tersebut. Namun kembalinya anak-anak

yang telah dewasa ke tempat tinggal orang tuanya

membutuhkan bayak penyesuaian. Keluarga butuh

22
menyeimbangkan, penyesuaian dan pengaturan ulang dan

tentunya tidak mudah. (Jamaludin, 2014).

2. Pekerjaan

Masa dewasa madya merupakan salah satu periode dari

perkembangan manusia. Masa dewasa madya merupakan

masa perubahan dari masa dewasa ke masa dewasa madya

yang meliputi perubahan penampilan fisik yang dikarenakan

penuaan, kesepian yang disebabkan oleh kehilangan pasangan

hidup dan anak-anak yang sudah berkeluarga. Selain itu

pekerjaan yang sudah purna jabatan yang sangat

dimungkinkan pendapatan sudah tidak lagi diperoleh seperti

saat masa muda.

pada usia akhir dewasa madya adalah penyesuaian

secara radikal terhadap peran dan pola hidup yang berubah,

khususnya bila disertai dengan berbagai perubahan fisik, serta

sejumlah penyesuaian yang harus dilakukan di rumah,

pekerjaan dan berbagai aspek sosial kehidupan seseorang

maka fase ini sangat rentan dengan masalah gangguan

kesehatan mental. (Jamaludin, 2014).

Pekerjaan biasanya dipilih berdasarkan pada beberapa

hal, antara lain: pengetahuan yang dimiliki, kondisi pasar,

kebiasaan, tradisi, dan harapan keluarga, kelas sosial, peran

gender, serta diri dari individu itu sendiri. Ketika seseorang

23
menemukan karir yang sesuai dengan kepribadiannya, mereka

akan lebih lama daripada rekan mereka yang bekerja pada

pekerjaan yang tidak sesui dengan kepribadian mereka.

Pemilihan pekerjaan yang tepat bagi seorang dewasa juga

akan mendatangkan kepuasan individu dewasa.

Kaum dewasa madya meperoleh kepuasan bekerja

berarti memiliki koordinasi yang harmonis antara pengalaman,

minat-minat, keterampilan-keterampilan, kecakapan-

kecakapan dorongan dan kata hatinya sendiri. Pekerjaan bisa

mendatangkan keutuhan pribadi bagi seseorang, yang pada

akhirnya bisa mewujudkan keseimbangan psikis.

Dunia kerja bisa menimbulkan perasaan tenang, tegang,

bahagia atau cemas pada diri kaum dewasa madya, yang

menjadi satu pembelajaran dalam menjalani kehidupannya.

Kaum dewasa madya yang bekerja juga dapat berinteraksi

dengan lingkungannya dan tubuh dan perkembangan dalam

pribadi yang terpadu, bisa merealisasi diri, dan merasa diri

lebih berarti dalam lingkungannya. Manfaat dari bekerja inilah

yang menjadi salah satu cara untuk menemukan makna hidup.

(Jamaludin, 2014).

e. Perubahan psikologis masa dewasa madya

Kangas dan bradway (dalam Hulock, 1987) menyimpulkan

bahwa saat periode dewasa madya terdapat kenaikan pada

24
intelektual, terutama pada kecerdasan. Pria akan menunjukan

perubahan kapsitas intelektual lebih tinggi dibandingkan wanita.

Pria akan menunjukan peningkatan nilai intelegensi saat tua.

(Herri, 2011).

Erickson (dalam Hurlock, 1987) mengatakan bahwa masa

dewas madya adalah masa krisis antara fase generativitas dan

stagnasi. Generativiitas berate orang dewasa madya memiliki

kemauan yang besar utuk berhasil lagi dan mencoba memungut

keberhasilan dari pekerjaan sebelumnya. Ukuran tingkat

kesuksesandewasa madya adalah keberhasilan dalam keuangan ,

kekuasaan, dan prestasi. Adapun periode dewasa madya

merupakan akibat perubahan tugas, tanggung jawab, kesehatan dan

partisipasi pada kehidupan sehari-hari sehingga perubahan

minatnya lebih tegas dibandingkan dengan fase sebelumnya.

Fakktor penyebab adalah mengembangkan minat yang sebelumnya

pernah tertinggal, mencari kontribusi yang lebih baik, mengarah

pada kemandirian, memperdalam keagamaan dan kebudayaan, atau

wawasan pribadi. Jenis-jenis minat masa dewasa madya adalah

minat penampilan dan pakaian, minat uang, minat agama, minat

simbol status dengan cara mencari harta sebanyak mungkin, minat

sekolah kembali atau menulis buku dan ikut kegiatan social dengan

aktif dalam kegiatan organisasi, partai politik, atau kegiatan

kemasyarakatan. (Herri, 2011).

25
Karena pada masa madya adalah selalu berpikir dan mawas

diri, sebagai generasi pemimpin menyebabkan mereka berusaha

untuk memiliki harta yang banyak dan mebuktikan memiliki

symbol status yang lebih tinggi. Walaupun sebagian besar orang

dewas madya mengetahui bahwa periode ini merupakan masa

mencari status symbol diri, namun pada kenyataannya masih

banyak yang belum mendapatkan status symbol. (Herri, 2011).

Faktor-faktor penyebab perubahan symbol status dan sosial

adalah pendapatan, biaya pendidikan, sekolah, kesehatan, gender,

dan status pernikahan. Semakin tinggi kecemasan dalam

meningkatkan status sosio-ekonomi, maka semakin besar

dirasakannya makna status symbol dan sosial. (Herri, 2011).

Kondisi-kondisi yang menghambat proses penyesuaian diri

bagi dewasa madya adalah penurunan kesehatan dan penampilan

diri yang kurang menarik, minimnya keterampilan dan rendahnya

status sosio-ekonomi, kurangnya relasi sosial, tekanan-tekanan

dimasa lalu, tekanan psikologis dari keluarga, tingkat popularitas

yang tidak tercapai, mobilitas sosial (perpindahan rumah ataupun

pekerjaan), dan karakter kepribadian. (Herri, 2011).

f. Bahaya psikologis masa dewasa madya

Menurut (Herri, 2011) Banyak orang dewasa madya

khususnya pada pria yang selalu konstan untuk menentang

pengelompokan usia dalam pola perilaku. Sikap memberontak dan

26
menolak adalah kelanjutan sikap pemberontakan masa mudanya.

Meskipun usia madya secara emosi telah stabil, namun akibat

penyesuaian diri yang radikal dalam peran dan kehidupan yang

berubah-ubah terutama pada perubahan fisik bisa mengganggu

homeostatis fisik, ketegangan emosi, dan stress. Pada usia 40 an

wanita lebih sering mengalami stress daripada pria. Bentuk-bentuk

stress dewasa madya yaitu stress budaya, stress somatic, stress

psikologis, dan stress ekonomi.

Kecanggungan pada masa dewas madya juga berakibat

kepada pemberian label sebagai generasi pemberontak senior

sehingga dia merasa menderita atas keberdaannya dan menilai

keberadaannya kurang menyenangkan dan memalukan. Hampir

seluruh pria dan wanita mengalami kejenuhan antara usia 30-an

dan 40-an. Para pria dewasa akan jenuh pada pekerjaan rutin

sehari-hari dan kehidupan bersama keluarga yang hanya sedikit

memberikan hiburan. Adapun sumber kejenuhan bagi wanita ialah

manakal dia dituntut untuk menghabiskan waktu mengurus rumah

dan membesarkan anak-anak.

Masa dewasa madya sering merasa kesepian (empty nest)

adalah saat mengundurkan diri atau pension lebih awal yang

menyebabkan retirement shock dan post-power syndrome. Factor

lain yang membuat kesepian adalah adanya aspirasi-aspirasi yang

27
tidak realistic sehingga membuatnya mengalami masalah, terutama

saat menyadari bahwa aspirasinya sudah tidak tercapai.

g. Kesehatan psikologis masa dewasa madya

Menurut (Yudrik, 2011) Pada tahap ini perkembangan

intelektual dewasa sudah mencapai titik akhir puncaknya yang

sama dengan perkembangan tahap sebelumnya (tahap pemuda).

Semua hal yang dialami sebenarnya merupakan perluasan,

penerapan, dan penghalusan dari pola pemikirannya. Orang dewasa

dalam menyelesaikan masalahnya juga memikirkannya terlebih

dahulu secara teoritis. Ia menganalisis masalahnya dengan

penyelesaian berbagai hipotesis yang mungkin ada. Atas dasar

analisanya ini, orang dewasa lalu membuat suatu strategi

penyelesaian secara verbal. Yang kemudian mengajukan pendapat-

pendapat tertentu yang sering disebut sebagai proporsi, kemudian

mencari sintesa dan relasi antara proporsi yang berbeda-beda tadi.

Dengan demikian, kemampuan kognitif terus berkembang

selama masa dewasa. Akan tetapi, bagaimana pun tidak semua

perubahan kognitif pada masa dewasa yang mengarah pada

peningkatan potensi. Bahkan kadang-kadang beberapa kemampuan

kognitif mengalami kemerosotan seiring bertambahnya usia. Meski

pun demikian, sejumlah para ahli percaya bahwa kemunduran

keterampilan pada masa dewasa madya dan akhir dapat

ditingkatkan kembali melalui serangkaian pelatihan khusus.

28
h. Kesehatan mental masa dewasa madya

Menurut (Yudrik, 2011) Usia madya ditandai dengan

menurunnya kesegaran fisik secara umum dan memburuknya

kesehatan. Di mulai pada usia pertengahan empat-puluh tahunan

terdapat peningkatan ketidakmampuan dan ketidakabsahan yang

berlangsung dengan cepat dan seterusnya.

Masalah kesehatan secara umum pada usia madya

mencakup kecenderungan untuk mudah lelah, telinga berdengung,

sakit pada otot, kepekaan kulit, pusing-pusing biasa, sakit pada

lambung (konstipasi, asam lambung dan sendawa), kehilangan

selera makan, serta insomnia.

Bagaimana usia madya mempengaruhi kesehatan individu,

tergantung pada banyak faktor, seperti faktor keturunan, riwayat

kesehatan masa lampau, tekanan emosi dalam hidup, dan kemauan

untuk menyesuaikan diri dengan pola hidup untuk mengubah

kondisi jasmani. Misalnya, orang yang agresif dan ambisi mungkin

dapat mengelak dari permasalahan kesehatan selama masa dewasa

dini, akan tetapi setelah berusia empat puluh tahun mereka

tampaknya lebih banyak yang mengalami serangan jantung dari

pada mereka yang relatif santai dan melakukan sedikit pekerjaan.

Bagi wanita, perubahan biologis yang utama terjadi selama

masa pertengahan dewasa adalah perubahan dalam hal kemampuan

reproduktif, yakni mulai mengalami menopause atau berhentinya

29
menstruasi dan hilangnya kesuburan. Pada umunya, menopause

mulai terjadi pada usia sekitar 50 tahun, tetapi ada juga yang sudah

mengalami menopause pada usia 40 tahun. Peristiwa menopause

disertai dengan berkurangnya hormone estrogen. Bagi sebagian

besar perempuan, menopause tidak menimbulkan problem

psikologis. Tetapi, bagi sebagian yang lain, menopause telah

menyebabkan munculnya sejumlah besar gejala psikologis,

termasuk depresi dan hilang ingatan. Sejumlah studi belakang ini

menunjukkan bahwa problem-problem tersebut sebenarnya lebih

disebabkan oleh reaksi terhadap usia tua yang dicapai oleh wanita

dalam suatu masyarakat yang sangat menghargai anak-anak muda

dari pada peristiwa menopause itu sendiri.

Bagi laki-laki, proses penuaan selama pertengahan dewasa

tidak begitu nampak jelas, karena tidak ada tanda-tanda fisiologis

dari peningkatan usia seperti berhentinya haid pada perempuan.

Lebih dari itu, , laki-laki tetap subur dan mampu menjadi ayah

anak-anak sampai memasuki usia tua. Hanya beberapa

kemunduran fisik juga terjadi secara berangsur-angsur, seperti

berkurangnya produksi air mani.

3. Dewasa Akhir

a. Pengertian masa dewasa akhir

Batasan usia dewasa akhir adalah usia 45-65 tahun dengan

perubahan fisik yang menonjol di bandingkan dengan perubahan

30
psikologis. Bagi pria yang memasuki periode ini di tandai dengan

memasuki fase klimakteria, sedangkan wanita di tandai dengan

fase menopause (Pieter, 2011).

Menurut (sudirjo,2018) Masa dewasa akhir merupakan

masa lanjutan atau masa dewasa lanjut usia. Menurut tahap

dewasa akhir memasuki tahap integrity vs despair yaitu

kemampuan perkembangan lansia mengatasi krisis psikososialnya.

b. Ciri-ciri masa dewasa akhir Menurut (sudirjo,2018):

1) Adanya periode penurunan atau kemunduran. Yang disebabkan

oleh faktor fisik dan psikologis.

2) Perbedaan individu dalam efek penuaan. Ada yang

menganggap periode ini sebagai waktunya untuk bersantai dan

ada pula yang menganggapnya sebagai hukuman.

3) Ada stereotip-stereotip mengenai usia lanjut, yang

menggambarkan masa tua tidaklah menyenangkan.

4) Sikap sosial terhadap usia lanjut. Kebanyakan masyarakat

menganggap orang berusia lanjut tidak begitu di butuhkan

karena energinya sudah melemah. Tetapi, ada juga masyarakat

yang masih menghormati orang yang berusia lanjut terutama

yang di anggap berjasa bagi masyarakat sekitar.

5) Mempunyai status kelompok minoritas. Adanya sikap sosial

yang negatif tentang lanjut usia.

31
6) Adanya perubahan peran. Karena tidak dapat bersaing lagi

dengan kelompok yang lebih muda.

7) Penyesuaian diri yang buruk. Timbul karena adanya konsep

diri yang negatif yang di sebabkan oleh sikap sosial yang

negatif.

8) Ada keinginan untuk menjadi muda kembali. Mencari segala

cara untuk memperlambat penuaan.

c. Tugas-tugas perkembangan masa dewasa akhir Menurut

(sudirjo,2018):

1) menyesuaikan diri terhadap perubahan fisik. Misalnya adanya

perubahan penampilan pada wajah, menggunakan kosmetik

untuk menutupi tanda-tanda penuaan pada wajah. Kemudian

untuk bagian tubuh khususnya kerangka tubuh, mulai

mengerasnya tulang sehingga tulang menjadi mengapur dan

mudah retak atau patah

2) menyesuaikan diri dengan masa pensiun dan berkurangnya

penghasilan keluarga.

3) Menyesuaikan diri dengan kematian pasangan hidup.

4) Menjalin hubungan dengan orang sekitar.

5) Membentuk pengaturan kehidupan fisik yang memuaskan.

6) Menyesuaikan diri dengan peran sosial secara luwes dan

harmonis

d. Perubahan fisik masa dewasa akhir

32
Perubahan fisik pada masa dewasa akhir di tandai dengan

bertambahnya berat badan, rontoknya rambut, beruban, kulit

wajah, leher,lengan dan tangan, mengendurnya otot, dagu, lengan,

dan perut, gigi mulai copot dan berwarna kuning, dan mata kurang

bersinar dan mengeluarkan kotoran mata.

Perubahan lainnya yaitu perubahan pada tubuh bagian luar

yang terjadi seiring dengan perubahan tubuh bagian dalam, seperti

pada dinding saluran arteri menjadi rapuh, naiknya tekanan darah,

komplikasi sakit jantung. Fungsi kelenjar tubuh lamban, gerakan

tubuh lamban, fungsi pencernaan makin lamban dan kosntipasi.

Usia dewasa akhir di tandai dengan menurunnya kesegaran

fisik secara umum dan memburuknya kondisi kesehatan. Mulai

usia pertengahan 40-an tahun peningkatan ketidakmampuan fisik

semakin cepat. Masalah-masalah kesehatan yang muncul adalah

mudah lelah, penglihatan makin berkurang, telinga mendengung,

tuli, sakit otot, sering pusing, konstipasi, sendawa, asam lambung,

berkurangnya selera makan dan sulit tidur.

Kemudian Kemunduran daya seksual pada sebagian besar

dewasa akhir di akibatkan penurunan kondisi kesehatan yang

makin buruk dan defisiensi gonad. Usia 50-an tahun berangsur-

angsur segala aktivitas gonad akan mengalami kemunduran.

Namun meskipun telah mencapai usia 70-80an tahun bagi pria

dewasa akhir masih dapat membuahi wanita. (Pieter, 2011)

33
e. Perubahan psikologis masa dewasa akhir

Menurut (Pieter, 2011) Perubahan psikologi masa dewasa

akhir yaitu di tandai dengan depresi menstrual, peningkatan gairah

seks, namun di ikuti dengan penurunan daya seksual, penurunan

fungsi intelektual terutama pada wanita atau orang dewasa yang

malas membaca, timbulnya perilaku aneh, seperti menggunakan

pakaian di masa mudanya atau berpenampilan norak, adanya

obsesi melahirkan lagi, sehingga mereka sangat peduli dengan

kehamilan dan perawatan hamil, menurunnya higienis personal di

tanda dengan semakin malas mandi dan aroma tubuh yang semakin

bau dan instablitas emosi, seperti mudah marah dan tersinggung

(hipersensitif)

f. Kondisi yang mungkin akan terjadi (ditinggal pasangan atau

androgini) pada masa dewasa akhir

Androgini adalah istilah seseorang dimana menunjukkan

pembagian peran dalam karakter maskulin dan feminin pada saat

yang bersamaan. Berdasarkan hasil paparan dari Seminar Nasional

mengenai perkembangan peran gender dalam perspektif teori

androgini menyatakan bahwa androgini dapat terjadi pada lakilaki

maupun perempuan (Andi Tenri dalam agustang, 2015).

Keberadaan androgini di Indonesia sendiri mulai diketahui oleh

masyarakat seiring dengan munculnya berita-berita lesbian, gay,

biseksual, dan transgender (LGBT).

34
g. Perkembangan masa dewasa akhir menurut (Sudirjo, 2018) :

1) fisik

Berkurangnya tingkat metabolisme dan menurunnya

kekuatan otot-otot juga mengakibatkan pengaturan suhu badan

menjadi sulit. Selain itu, pada usia lanjut terjadi penurunan

dalam jumlah waktu tidur dan kelebihan waktu tidur. Karena

orang lansia pada umumnya menderita gangguan susah tidur

(insomnia). Lalu, perubahan dalam pencernaann mungkin

merupakan perubahan yang paling kelihatan dalam fungsi

pengaturan pencernaan. Kesulitan dalam makan sebagian

diakibatkan pada gigi yang tanggal yang merupakan gejala

umum bagi orang usia lanjut dan juga karena daya penciuman

dan perasa yang menjadi kurang tajam. Sehingga menyebakan

jenis makanan yang paling lezat menjadi terasa enak.

Menurut Hurlock (1990) terjadi perubahan fisik berupa

penampilan pada usia dewasa akhir, diantaranya adalah daerah

kepala, daerah tubuh dan persendian.

Akibat perubahan fisik yang semakin menua maka

perubahan ini akan sangat berpengaruh terhadap peran dan

hubungan dirinya dengan lingkungannya. Dengan semakin

lanjut usia seseorang secara berangsur-angsur ia mulai

melepaskan diri dari kehidupan sosialnya karena berbagai

keterbatasan yang dimilikinya. Keadaan ini mengakibatkan

35
terjadinya kehilangan dalam berbagai hal yaitu: kehilangan

peran ditengah masyarakat, hambatan kontak fisik dan

berkurangnya komitmen.

1) Kognitif

Kecepatan memproses informasi mengalami penurunan pada

masa dewasa akhir. Ada beberapa bukti bahwa orang-orang dewasa

lanjut kurang mampu mengeluarkan kembali informasi yang telah

disimpan dalam ingatannya. Meskipun kecepatan tersebut perlahan-

lahan menurun, namun terdapat variasi individual di dalam

kecakapan ini. Dan ketika penurunan itu terjadi hal ini tidak secara

jelas menunjukkan pengaruhnya terhadap kehidupan kita dalam

beberapa segi substansial.

Pendidikan, pekerjaan, dan kesehatan adalah tiga komponen yang

paling berpengaruh dalam fungsi kognitif dari orang-orang dewasa

lanjut. Pada saat ini mereka telah memperoleh pendidikan yang lebih

baik. Pendidikan memiliki korelasi positif dengan skor-skor pada tes

tes intelegensi. Orang orang dewasa lanjut mungkin melanjutkan

pendidikan untuk sejumlah alasan.

Pengalaman kerja menekankan pada orientasi kognitif.

Peningkatan penekanan pada proses informasi di dalam pekerjaannya

mungkin mempertinggi kecakapan intelektual individu. Sedangkan

kesehatan yang buruk berkaitan dengan tes intelegensi pada masa

dewasa akhir. Olahraga terkait dengan perbaikan fungsi kognitif

36
diantara orang dewasa lanjut. Dan yang harus diperhatikan dalam

aktifitas olahraga pada dewasa lanjut ini adalah pemilihan jenis

olahraga yang akan dijalani, dan harus disesuaikan dengan usia

subjek dalam arti kondisi fisik individu.

2) Psikis Dan Intelektual

Menurut david wechsler dalam desmita (2008) kemunduran

kemampuan mental merupakan bagian dari proses penuaan

organisme secara umum, hampir sebagian besar penelitian

menunjukan bahwa setelah mencapai puncak pada usia antara 45-55

tahun, kebanyakan kemampuan seseorang secara terus-menerus

mengalami penurunan.

Kemerosotan intelektual lansia ini pada umumnya merupakan

sesuatu yang tidak dapat dihindarkan, disebabkan berbagai faktor

seperti penyakit, kecemasan atau depresi. Tetapi kemampuan

intelektual lansia tersebut pada dasarnya dapat dipertahankan. Salah

satu faktor untuk dapat mempertahankan kondisi tersebut salah

satunya adalah dengan menyediakan lingkungan yang dapat

merangsang ataupun melatih keterampilan intelektual mereka

3) Emosional

Menurut (widyastuti, 2000) memasuki masa tua, sebagian besar

lanjut usia kurang siap menghadapi dan menyikapi masa tua tersebut,

sehingga menyebabkan para lanjut usia kurang dapat menyesuaikan

diri dan memecahkan masalah yang dihadapi. Munculnya rasa

37
tersisi, tidak dibutuhkan lagi, ketidak ikhlasan menerima kenyataan

baru seperti penyakit yang tidak kunjung sembuh, kematian

pasangan, merupakan sebagian kecil dari keseluruhan perasaan yang

tidak enak yang harus dihadapi lanjut usia. Sejalan dengan

bertambah usia, terjadinya gangguan fungsional, keadaan depresi dan

ketakutan akan mengakibatkan lanjut usia semakin sulit melakukan

penyelesaian suatu masalah. Sehingga lanjut usia yang masa lalu

nya sulit dalam menyesuaikan diri cenderung menjadi semakin sulit

penyesuian diri pada masa selanjutnya.

Yang dimaksud dengan penyesuain diri pada lanjut usia adalah

kemampuan orang yang berusia lanjut untuk menghadapi tekanan

akibat perubahn fisik, maupun sosial psikologis yang dialaminya.

Kemampuan untuk mencapai keselarasan antara tuntutan dari dalam

diri dengan tuntutan dari dalam lingkungan, yang disertai dengan

kemampuan mengembangkan mekanisme psikologi yang tepat

sehingga dapat memenuhi kebutuhan dirinya tanpa menimbulkan

masalah baru.

4) Perkembangan spritual

sebuah penelitian menyatakan bahwa lansia yang lebih dekat

dengan agamamenunjukkan tingkatan yang tinggi dalam hal

kepuasan hidup, harga diri dan optimisme. kebutuhan spiritual

(keagamaan) sangat berperan memberikanketenangan batiniah,

khususnya bagi para lansia.

38
5) Minat

 Minat dalam diri sendiri: orang menjadi semakin dikuasai oleh

diri sendiri apabila semakin tua.

 Minat terhadap pakaian: minat terhadap pakaian tergantung pada

sejauh mana orang berusia lanjut terlibat dalam kegiatan sosial.

 Minat terhadap uang: pensiun atau pengangguran mungkin akan

menjalani masa tuanyadengan pendapatan yang kurang bahkan

mungkin tanpa pendapatan sama sekali.

 Minat untuk rekreasi: beberapa perubahan dalam kegiatan sering

dilakukan karena memang tidak dapat dielakkan.

 Minat keagamaan: dalam hal ini beberapa penelitian

menunjukkan bahwa orang usia lanjut ternyata tidak harus selalu

semakin kuat kehidupan keagamaannya. Disimpulkan bahwa

kehidupan beragama ini akan sangat ditentukan oleh bagaimana

individu tersebut menjalankan kehidupan beragama di masa

sebelumnya.

Perkembangan dan perubahan yang terjadi ini mengakibatkan

interaksi sosial para lansia menurun, baik secara kualitas maupun

kuantitasnya sehingga hal ini secara perlahan mengakibatkan

terjadinya kehilangan dalam berbagai hal yaitu: kehilangan peran

ditengah masyarakat, hambatan kontak !isik dan berkurangnya

komitmen. Menurut Erikson (2009), perkembangan psikososial

masa dewasa akhir ditandai dengan tiga gejala penting yaitu:

39
1. Perkembangan keintiman.

keintiman dapat diartikan sebagai suatu kemampuan

memperhatikan orang lain dan membagi pengalaman dengan

mereka. Orang-orang yang tidak dapat menjalin hubungan intim

dengan orang lain akan terisolasi. Menurut Erikson (2009)

pembentukan hubungan intim ini merupakan tantangan utama

yang dihadapi oleh orang yang memasuki masa dewasa akhir.

2. Perkembangan generatif

generativitas adalah tahap perkembangan psikososial ketujuh

yang dialami individu selama masa pertengahan masa dewasa.

ketika seseorang mendekati usia dewasa akhir, pandangan

mereka mengenai jarak kehidupan cenderung berubah. Mereka

tidak lagi memandang kehidupan dalam pengertian waktu masa

anak-anak, seperti cara anak muda memandang kehidupan,

tetapi mereka mulai memikirkan mengenai tahun yang tersisa

untuk hidup. Pada masa ini, banyak orang yang membangun

kembali kehidupan mereka dalam pengertian prioritas,

menentukan apa yang penting untuk dilakukan dalam waktu

yang masih tersisa.

3. Perkembangan integritas

integritas merupakan tahap perkembangan psikososial Erikson

yang terakhir. integritas paling tepat dilukiskan sebagai suatu

keadaan yang dicapai seseorang setelah memelihara benda-benda,

40
orang-orang, produk dan ide, serta setelah berhasil melakukan

penyesuaian diri dengan berbagai keberhasilan dan kegagalan

dalam kehidupannya. lawan dari integritas adalah keputusan

tertentu dalam menghadapi perubahan siklus kehidupan individu,

terhadap kondisi sosial dan historis.

h. Kerawanan masa dewasa akhir

Kerawanan pada periode dewasa akhir antara lain:

1) Kerawanan pribadi, Banyak keluhan yang tidak real yang pada

dasarnya ingin mendapatkan perhatian.

2) Kerawanan social

a) Mulai menarik diri dari aktivitas-aktivitas yang bersifat

kompetitif.

b) Perasaan bersalah karena tidak menyumbangkan tenaga lagi

bagi masyarakat.

c) Merasa terisolir karena kurangnya kontak social yang

diakibatkan dari kesehatan yang tidak memungkinkan atau

keadaan financial yang terbatas.

2.2 Pembahasan Hasil Jurnal

Jurnal yang diambil yaitu tentang “Perkawinan tradisi merariq dan

tradisi salembra suku sasak ”. Dalam jurnal tersebut dijelaskan mengenai

tradisi kawin merariq yang merupakan tradisi turun –temurun jika seorang

pria mempunyai niat menikah atau rasa suka terhadap gadis tersebut.

41
Istilah merariq merupakan istilah bahasa setempat untuk menyebutkan

proses pernikahan dengan cara diculik. apabila sehari semalam perempuan

tersebut tanpa kabar maka dianggap gadis tersebut telah menikah.

Tradisi merariq ini merupakan tradisi suku sasak lombok dimana

keinganan seorang pria untuk menikah tetapi dengan cara menculik atau

membawa lari perempuan tersebut tanpa sepengetahuan keluarganya. Bagi

masyarakat setempat, menculik gadis dengan cara melarikan dari rumah

menjadi prosesi pernikahan yang lebih terhormat dibandingkan harus

meminta persetujuan keluarganya, karena ada rasa ksatria jika pria tersebut

bisa melalui proses penculikan. Dalam proses penculikan ini harus ada

kerabat atau teman dari laki-laki tersebut sebagai saksi, kemudian setelah

melakukan penculikan gadis itu dititipkan dirumah kerabat laki-laki

tersebut. Setelah sehari menginap, pihak kerabat akan diutus pergi ke pihak

keluarga perempuan bahwa anak gadisnya diculik dan kini berada di suatu

tempat yang tidak boleh diketahui oleh keluarga perempuan itu sendiri.

Untuk mencegah terjadinya konflik atas peristiwa penculikan tersebut,

maka oleh tetua adat disediakan sarana alternatif penyelesaian masalah

berupa membayar denda sebagai bentuk perdamaian atau bisa juga

berujung pembatalan yang dikarenakan pihak keluarga mempelai tidak

setuju dengan calon pria. (Hilman, 2016)

2.3 Masalah

Masalah dari kasus tersebut yaitu akibat rasa ketakutan jika

perempuan yang disukainya akan menjadi milik orang lain, maka dari pihak

42
laki-laki meculik perempuan tersebut tanpa sepengatahuan keluarganya hal

ini yang dinamakan tradisi merariq

2.4 Keterkaitan masalah dengan aspek psikologi dan sosio budaya

Kaitan masalah tersebut dengan aspek psikologi dan sosio budaya

yaitu terdapat pada point tugas perkembangan dimana pada saat masa

dewasa awal akan punya keinginan untuk mencari dan menemukan calon

pasangan hidup. Selain itu, masa dewasa awal juga ditandai dengan

ketegangan emosional. Ketegangan ini ditampakkan melalui ketakutan

ataupun kekhawatiran terhadap persoalan persoalan yang dihadapi. Yang

tentunya Dalam hal ini memiliki keterkaitan masalah dengan tradisi kawin

merariq tersebut yaitu keinganan seorang pria untuk menikah tetapi dengan

cara menculik atau membawa lari perempuan tersebut tanpa sepengetahuan

keluarganya hal itu dipengaruhi karena rasa ketakutan atau kekhawatiran

seorang pria jika perempuan yang disukainya tersebut menjadi milik orang

lain.

43
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Makhluk hidup mempunyai fase dimana manusia yang paling besar

adalah fase manusia dewasa awal yang merupakan masa dewasa atau satu

tahap yang dianggap kritikal selepas alam remaja yang berumur dua

puluhan (20-an) sampai tiga puluhan (30 an). Ia dianggap kritikal karena

disebabkan pada masa ini manusia berada pada tahap awal pembentukan

karir dan keluarga. Pada peringkat ini, seseorang perlu membuat pilihan

yang tepat demi menjamin masa depannya terhadap pekerjaan dan

keluarga. Pada masa ini juga masa dimana seseorang akan menghadapi

dilema atau ketegangan emosional yang ada. Berbagai masalah mulai

timbul terutama dalam perkembangan karir dan juga hubungan dalam

keluarga. Ketika manusia menginjak masa dewasa tentu sudah adanya

kematangan dalam dirinya. Dengan kata lain manusia dewasa sudah mulai

memilih nilai – nilai atau norma yang telah dianggap mereka aik untuk

dirinya serta mereka berusaha untuk mempertahankan nilai – nilai atau

norma – norma yang telah dipilihnya tersebut..

3.2 Saran

Tentunya, setelah mempelajari mengenai perkembangan masa

dewasa melalui pendekatan psikologi dan sosio budaya, diharapkan kita

sebagai mahasiswa dapat memahami tahapan perkembangan manusia

khususnya pada tingkatan dewasa.

44
DAFTAR PUSTAKA

Sudirjo, Encep. 2018. Pertumbuhan dan Perkembangan Motorik. Bandung: UPI

Sumedang Press

Pieter, Herri zan. 2017. Dasar-dasar Komunikasi Bagi Perawat. Jakarta:

Kencana

Pieter, Herri zan. 2011. Pengantar Psikopatologi Untuk Keperawatan. Jakarta:

Kencana

Jahja, Yudrik. 2011. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Prenamedia Group

Oktarina, Mika. 2018. Buku Ajar Komunikasi Dalam Praktik Kebidanan. Jakarta:

KDT

45

Anda mungkin juga menyukai