PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Akses ke pelayanan kesehatan merupakan hak asasi manusia dan
negara bertanggung jawab untuk memenuhinya. Di beberapa negara di dunia,
termasuk Indonesia, pelayanan kesehatannya tumbuh menjadi industri yang
tak terkendali dan menjadi tidak manusiawi. Mengalami hal yang oleh Badan
Kesehatan Dunia (WHO) sebagai “the commercialization of health care in
unregulated health systems”. Kondisi ini ditandai dengan maraknya
komersialisasi pelayanan dan pendidikan, yang dipicu oleh pembiayaan
kesehatan yang belum baik. Setelah deklarasi Alma Ata (1978), program
kesehatan menjadi gerakan politik universal. Deklarasi ini telah menjadi
tonggak sejarah peradaban manusia. Kesehatan diakui sebagai hak asasi
manusia tanpa memandang status sosial ekonomi, ras dan kewaranegaraan,
agama serta gender.
Pelayanan kesehatan primer atau PHC merupakan pelayanan
kesehatan essensial yang dibuat dan bisa teeerjangkau secara universal oleh
individu dan keluarga di dalam masyarakat. Fokus dari pelayanan kesehatan
primer luas jangkauannya dan merangkum beerbagai aspek masyarakat dan
kebutuhan kesehatan. PHC merupakan pola penyajian pelayanan kesehatan
dimana konsumen pelayanan kesehatan menjadi mitra dengan profesi dan ikut
serta mencapai tujuan umum kesehatan yang lebih baik.
Sebelum deklarasi Alma Ata tahun 1978 tentang Perawatan Kesehatan
Utama (PHC), Indonesia telah mengembangkan berbagai bentuk Puskesmas
di beberapa daerah. Berdasarkan penelitian pada tahun 1976 diketahui bahwa
200 masyarakat kegiatan kesehatan berbasis (CBHA) telah di terapkan dan di
laksanakan dalam masyarakat.
Pemberdayaan masyarakat adalah sebagai subjek sekaligus objek dari
sistem kesehatan. dalam dimensi kesehatan, pemberdayaan merupakan proses
yang dilakukan oleh masyarakat (dengan atau tampa campur tangan pihak
luar) untuk memperbaiki kondisi lingkungan, sanitasi dan aspek lainnya yang
1
secara langsung maupun tidak langsung berpengaruh dalam kesehatan
masyarakat.
Program pemberdayaan yang akan mempengaruhi kualitas hidup
adalah pemberdayaan masyarakat miskin. Faktor ini akan mampu
memutuskan ketinggalan rakyat baik dari segi pendidikan, ekonomi maupun
kesehatan. Fektor lain yang akan menjamin penguatan daya tawar dan akses
guna mendukung masyarakat untuk memperolah dan memamfaatkan input
sumber daya yang dapat meningkatkan kegiatan ekonomi adalah melakukan
penguatan lembaga dan organisasi masyarakat.
Pembangunan merupakan proses perubahan menuju peningkatan taraf
hidup dan kesejahteaan masyarakat. Seberapa jauh proses pembangunan
tersebut telah mampu menghasilkan perubahan-perubahan yang membawa
dampak pada peningkatan taraf hidup dan kesejahtraan masyarakat, diukur
dengan indikator-indikator yang umum bersifat ekonomi.
Rendahnya tingkat perubahan kondisi kehidupan masyarakat melalui
kebijakan pemerataan melahirkan paradigma pembangunan yang berpusat
pada manusia. Implementasinya tercerminpada pogram-pogram yang secara
lansung ditujukan kepada masyarakat lapisan bawah seperti pemenuhan
kebutuhan dasar masyarakat (pangan, sandang, papan, kesehatan, pandidikan)
maupun pogram penanggulangan kemiskinan.
Kebijakan paradigma pembangunan yang berpusat pada manusia
implementasinya cukup berhasil, namun secara proses terlihat lambat akibat
masih adanya intervensi kekuasaan pemerintahan dalam menetapkan prioritas
pogram yang diperuntukkan bagi kepentinagn masyarakat dan menguatnya
dominasi kekuasaan pemerintah dalam pengololaan paradigma pemberdayaan
masyarakat.
B. Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah untuk mengetahui bagaimanakah
fungsi PHC yang dapat diterapkan dalam perwatan kesehatan kelompok
lansia pada pelayanan posbindu
C. Manfaat
2
Metode yang kami gunakan dalam penulisan makalah ini diantaranya
melalui media literatur perpustakaan dan elektronik.
D. Sistematika Penulisan
Secara umum makalah ini terbagi menjadi empat bagian yaitu; Bab I
pendahuluan, Bab II konsep teori, Bab III pembahasan dan Bab IV
kesimpulan dan saran.
BAB II
KONSEP TEORI
A. Primary Heath Care
1. Perkembangan Konsep Primary Health Care (PHC)
PHC merupakan hasil pengkajian, pemikiran, pengalaman dalam
pembangunan kesehatan dibanyak negara yang diawali dengan kampanye
masal pada tahun 1950-an dalam pemberantasan penyakit menular, karena
pada waktu itu banyak negara tidak mampu mengatasi dan menaggulangi
wabah penyakit TBC, Campak, Diare dan sebagainya.
Pada tahun 1960 teknologi Kuratif dan Preventif dalam struktur
pelayanan kesehatan telah mengalami kemajuan. Sehingga timbulah
pemikiran untuk mengembangkan konsep ”Upaya Dasar Kesehatan ”.
Pada tahun 1972/1973, WHO mengadakan studi dan
mengungkapkan bahwa banyak negara tidak puas atas sistem kesehatan
yang dijalankan dan banyak isu tentang kurangnya pemerataan pelayanan
3
kesehatan di daerahdaerah pedesaan. Akhirnya pada tahun 1977 dalam
Sidang Kesehatan Sedunia ( World Health Essembly ) dihasilkan
kesepakatan ”Health For All by The Year 2000 atau Kesehatan Bagi
Semua Tahun 2000, dengan Sasaran
Semesta Utamanya adalah :”Tercapainya Derajat Kesehatan yang
Memungkinkan Setiap Orang Hidup Produktif Baik Secara Soial Maupun
Ekonomi”. Sebagai tindak lanjut, pada tahun 1978 Konferensi Alma Ata
menetapkan ”Primary Health Care” ( PHC ) sebagai Strategi Global atau
pendekatan untuk mencapai ”Health For All by The Year2000” (HFA
2000) atau Kesehatan Bagi Semua Tahun 2000 ( KBS 2000 ).
2. Definisi PHC
Primary Health Care ( PHC ) adalah pelayanan kesehatan pokok
yang berdasarkan kepada metode dan teknologi praktis, ilmiah dan sosial
yang dapat diterima secara umum baik oleh individu maupun keluarga
dalam masyarakat melalui partisipasi mereka sepenuhnya, serta dengan
biaya yang dapat terjangkau oleh masyarakat dan negara untuk
memelihara setiap tingkat perkembangan mereka dalam semangat untuk
hidup mandiri (self reliance) dan menentukan nasib sendiri (self
determination).
3. Prinsip PHC
Pada tahun 1978, dalam konferensi Alma Ata ditetapkan
prinsipprinsip PHC sebagai pendekatan atau strategi global guna
mencapai kesehatan bagi semua. Lima prinsip PHC sebagai berikut :
a.Pemerataan upaya kesehatan
Distribusi perawatan kesehatan menurut prinsip ini yaitu
perawatan primer dan layanan lainnya untuk memenuhi masalah
kesehatan utama dalam masyarakat harus diberikan sama bagi semua
individu tanpa memandang jenis kelamin, usia, kasta, warna, lokasi
perkotaan atau pedesaan dan kelas sosial.
b. Penekanan pada upaya preventif
4
Upaya preventif adalah upaya kesehatan yang meliputi segala
usaha, pekerjaan dan kegiatan memelihara dan meningkatkan derajat
kesehatan dengan peran serta individu agar berprilaku sehat serta
mencegah berjangkitnya penyakit.
c.Penggunaan teknologi tepat guna dalam upaya kesehatan
Teknologi medis harus disediakan yang dapat diakses, terjangkau,
layak dan diterima budaya masyarakat (misalnya penggunaan kulkas
untuk vaksin cold storage).
d. Peran serta masyarakat dalam semangat kemandirian
Peran serta atau partisipasi masyarakat untuk membuat
penggunaan maksimal dari lokal, nasional dan sumber daya yang
tersedia lainnya. Partisipasi masyarakat adalah proses di mana
individu dan keluarga bertanggung jawab atas kesehatan mereka
sendiri dan orang-orang di sekitar mereka dan mengembangkan
kapasitas untuk berkontribusi dalam pembangunan masyarakat.
Partisipasi bisa dalam bidang identifikasi kebutuhan atau selama
pelaksanaan. Masyarakat perlu berpartisipasi di desa, lingkungan,
kabupaten atau tingkat pemerintah daerah. Partisipasi lebih mudah di
tingkat lingkungan atau desa karena masalah heterogenitas yang
minim.
e.Kerjasama lintas sektoral dalam membangun kesehatan
Pengakuan bahwa kesehatan tidak dapat diperbaiki oleh
intervensi hanya dalam sektor kesehatan formal; sektor lain yang
sama pentingnya dalam mempromosikan kesehatan dan kemandirian
masyarakat. Sektor-sektor ini mencakup, sekurang-kurangnya:
pertanian (misalnya keamanan makanan), pendidikan, komunikasi
(misalnya menyangkut masalah kesehatan yang berlaku dan metode
pencegahan dan pengontrolan mereka); perumahan; pekerjaan umum
(misalnya menjamin pasokan yang cukup dari air bersih dan sanitasi
dasar) ; pembangunan perdesaan; industri; organisasi masyarakat
5
(termasuk Panchayats atau pemerintah daerah , organisasi-organisasi
sukarela , dll).
4. Ciri-Ciri PHC
Adapun cirri-ciri PHC adalah sebagai berikut :
a. Pelayanan yang utama dan intim dengan masyarakat
b. Pelayanan yang menyeluruh
c. Pelayanan yang terorganisasi
d. Pelayanan yang mementingkan kesehatan individu maupun
masyarakat
e. Pelayanan yang berkesinambungan
f. Pelayanan yang progresif
g. Pelayanan yang berorientasi kepada keluarga
h. Pelayanan yang tidak berpandangan kepada salah satu
aspek saja
6. Tujuan PHC
a. Tujuan Umum
Mencoba menemukan kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan
yang diselenggarakan, sehingga akan dicapai tingkat epuasan pada
masyarakat yang menerima pelayanan.
b. Tujuan Khusus :
1) Pelayanan harus mencapai keseluruhan penduduk yang dilayanai
2) Pelayanan harus dapat diterima oleh penduduk yang dilayani
3) Pelayanan harus berdasarkan kebutuhan medis dari populasi yang
dilayani
6
4) Pelayanan harus secara maksimum menggunkan tenaga dan
sumber – sumber daya lain dalam memenuhi kebutuhan masyarakat.
7. Fungsi PHC
PHC hendaknya memenuhi fungsi-fungsi sebagai berikut :
a.Pemeliharaan Kesehatan
b. Pencegahan Penyakit
c.Diagnosis dan Pengobatan
d. Pelayanan Tindak lanjut
e.Pemberian Sertifikat
8. Elemen-Elemen PHC
Dalam pelaksanaan PHC harus memiliki 8 elemen essensial yaitu :
a.Pendidikan mengenai masalah kesehatan dan cara pencegahan
penyakit serta pengendaliannya
b. Peningkatan penyedediaan makanan dan perbaikan gizi
c.Penyediaan air bersih dan sanitasi dasar
d. Kesehatan Ibu dan Anak termasuk KB
e.Imunisasi terhadap penyakit-penyakit infeksi utama
f. Pencegahan dan pengendalian penyakit endemic setempat
g. Pengobatan penyakit umum dan ruda paksa
h. Penyediaan obat-obat essensial
7
c.Mengajarkan konsep kesehatan dasar dan teknik asuhan diri sendiri
pada masyarakat
d. Memberikan bimbingan dan dukungan kepada petugas
pelayanan kesehatan dan kepada masyarakat
e.Koordinasi kegiatan pengembangan kesehatan masyarakat.
8
menyatakan bahwa Upaya Kesehatan Primer adalah upaya kesehatan dasar
dimana terjadi kontak pertama perorangan atau masyarakat dengan
pelayanan kesehatan.
Dalam mendukung strategi PHC yang pertama, Kementerian
Kesehatan RI mengadopsi nilai inklusif, yang merupakan salah satu dari 5
nilai yang harus diterapkan dalam pelaksanaan pembangunan kesehatan,
yaitu pro-rakyat, inklusif, responsif, efektif, dan bersih.
Strategi PHC yang kedua, sejalan dengan misi Kementerian
Kesehatan, yaitu :
1. Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, melalui pemberdayaan
masyarakat, termasuk swasta dan masyarakat madani;
2. Melindungi kesehatan masyarakat dengan menjamin tersedianya upaya
kesehatan yang paripurna, merata bermutu dan berkeadilan; 3. Menjamin
ketersediaan dan pemerataan sumber daya kesehatan; dan
4. Menciptakan tata kelola kepemerintahan yang baik.
Di Indonesia, pelaksanaan Primary Health Care secara umum
dilaksanakan melaui pusat kesehatan dan di bawahnya (termasuk sub-pusat
kesehatan, pusat kesehatan berjalan) dan banyak kegiatan berbasis kesehatan
masyarakat seperti Rumah Bersalin Desa dan Pelayanan Kesehatan Desa
seperti Layanan Pos Terpadu (ISP atau Posyandu). Secara administratif,
Indonesia terdiri dari 33 provinsi, 349 Kabupaten dan 91 Kotamadya, 5.263
Kecamatan dan 62.806 desa.
Untuk strategi ketiga, Kementerian Kesehatan saat ini memiliki salah
satu program yaitu saintifikasi jamu yang dimulai sejak tahun 2010 dan
bertujuan untuk meningkatkan akses dan keterjangkauan masyarakat
terhadap obat-obatan. Program ini memungkinkan jamu yang merupakan
obat-obat herbal tradisional yang sudah lazim digunakan oleh masyarakat
Indonesia, dapat teregister dan memiliki izin edar sehingga dapat
diintegrasikan di dalam pelayanan kesehatan formal. Untuk mencapai
9
keberhasilan penyelenggaraan PHC bagi masyarakat, diperlukan kerjasama
baik lintas sektoral maupun regional, khususnya di kawasan Asia Tenggara.
Dalam penerapannya ada beberapa masalah yang terjadi di Indonesia.
Permasalahan yang utama ialah bagaimana primary health care belum dapat
dijalankan sebagaimana semestinya. Oleh karena itu, ada beberapa target
yang seharusnya dilaksanakan dan dicapai yaitu:
a. Memantapkan Kemenkes berguna untuk menguatkan dan
meningkatkan kualitas pelayanan dan mencegah kesalahpahaman antara
pusat keehatan dan masyarakat
b. Pusat Kesehatan yang bersahabat merupakan metode alernatif
untuk menerapkan paradigma sehat pada pelaksana pelayanan kesehatan.
c. Pelayanan kesehatan primer masih penting pemberdayaan
masyarakat dalam bidang kesehatan.
d. Pada era desentralisasi, variasi pelayanan kesehatan primer
semakin
melebar dan semakin dekat pada budaya lokal.
Untuk lebih jelasnya, setelah adanya perang kemerdekaan, beberapa point
pembangunan kesehatan di Indonesia, yaitu :
1. Pelayanan preventif yang melengkapi pelayanan kuratif
2. Konsep Bandung Plan yang merupakan embrio konsep Puskesmas.
Selanjutnya lahir UU No. 9 Thn 1960 Tentang pokok-pokok kesehatan
yang pada intinya mengatakan bahwa :
“Tiap-tiap warga Negara berhak mencapai derajat kesehatan yang
setinggitingginya dan wajib di ikut sertakan dalam kegiatan yang
diselenggarakan oleh pemerintah.”
Rencana pembangunan Indonesia awalnya dibagi dalam beberapa
pelita seperti :
Pelita I :
a. Perbaikan Kesehatan rakyat dipandang sebagai upaya yang
meningkatkan produktivitas penduduk.
10
b. Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari
pembangunan nasional.
c. Pelayanan kesehatan melalui Puskesmas.
Pelita II :
a. Trilogi pembangunan isinya meningkatkan kesadaran untuk
meningkatkan Jangkauan Kesehatan.
b. Kesadaran akan ketertiban partisipasi masyarakat dalam bidang
kesehatan.
c. Pengembangan PKMD sebagai wujud operasional dari PHC
Pelita III :
Tahun 1982 lahir Sistem Kesehatan Nasional menekankan pada
pendekatan kesisteman, kemasyarakatan, kerja sama lintas sektoral,
melibatkan peran serta masyarakat, menekankan pada pendekatan
promotif dan preventif.
Pelita IV :
a. PHC /PKMD diwarnai dengan prioritas untuk menurunkan tingkat
kematian bayi, anak dan ibu serta turunnya tingkat kelahiran.
b. Menyelenggarakan program posyandu disetiap Desa.
Pelita V :
a. Meningkatkan mutu Posyandu.
b. Melaksanakan 5 kegiatan Posyandu (Panca Krida Posyandu).
c. Sapta krida Posyandu.
11
1. Pendidikan masyarakat tentang masalah kesehatan dan upaya
penanggulangannya.
2. Pemberantasan dan pencegahan penyakit endemik setempat.
3. Program Imunisasi
4. Kesehatan ibu, anak dan keluarga berencana
5. Pengadaan obat esential
6. Pengadaan pangan dan gizi
7. Pengobatan penyakit umum dan cedera
8. Penyediaan air bersih dan sanitasi lingkungan
12
PHC atau PKMD yang berprioritas. Apabila selanjutnya memungkinkan
untuk melengkapi krida (kegiatan) Posyandu dengan kebutuhan dasar yang
lain yaitu sanitasi dasar dan penyediaan obat esensial sehingga menjadi sapta
krida Posyandu, lengkaplah upaya kesehatan dasar yang dilaksanakan melalui
Posyandu untuk meningkatkan kemampuan hidup sehat penduduk guna
mencapai ”kesehatan bagi semua tahun 2000
13
BAB III
PEMBAHASAN
A. Pengertian Posbindu
Posbindu Lansia adalah pos pembinaan terpadu untuk masyarakat usia lanjut
disuatu wilayah tertentu yang sudah disepakati, yang digerakkan oleh masyarakat dimana
mereka bisa mendapatkan pelayanan kesehatan. Posbindu lansia merupakan
pengembangan dari kebijakan pemerintah melalui pelayanan keshatan bagi lansia yang
penyelenggaraannya melalui program puskesma dengan melibatkan peran serta lnasia,
keluarga, tokoh masyarakat dan organisasi sosial dalam penyelenggaraannya.
Posbindu juga merupakan wadah kegiatan berbasis masyarakat untuk bersama-
sama menghimpun seluruh kekuatan dan kemampuan masyarakat untuk melaksanakan,
memberikan serta memperoleh informasi dan pelayanan sesuai kebutuhan dalam upaya
peningkatan status gizi masyarakat secara umum.
Jadi, Posbindu lansia merupakan suatu fasilitas pelayanan kesehatan yang berada
di desa-desa yang bertujuan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat khususnya bagi
warga yang sudah berusia lanjut.
14
Bentuk pelayanan pada posbindu lansia meliputi pemeriksaan kesehatan fisik dan
mental emosional, yang dicatat dan dipantau dengan Kartu Menuju Sehat (KMS) untuk
mengetahui lebih awal penyakit yang diderita atau ancaman masalah kesehatan yang
dialami.
Beberapa kegiatan pada posbindu lansia adalah :
1. Pemeriksaan status gizi melalui penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi
badan dan dicatat pada grafik indeks masa tubuh (IMT).
2. Pengukuran tekanan darah menggunakan tensimeter dan stetoskop serta
penghitungan denyut nadi selama satu menit.
3. Pemeriksaan adanya gula dalam air seni sebagai deteksi awal adanya penyakit
gula (diabetes melitus).
4. Pemeriksaan adanya zat putih telur (protein) dalam air seni sebagai deteksi awal
adanya penyakit ginjal.
5. Pelaksanaan rujukan ke Puskesmas bilamana ada keluhan dan atau ditemukan
kelainan pada pemeriksaan butir-butir diatas.
6. Penyuluhan Kesehatan, biasa dilakukan didalam atau diluar kelompok dalam
rangka kunjungan rumah dan konseling kesehatan dan gizi sesuai dengan masalah
kesehatan yang dihadapi oleh individu dan kelompok usia lanjut.
Selain itu banyak juga posbindu lansia yang mengadakan kegiatan tambahan
seperti senam lansia, pengajian, membuat kerajinan ataupun kegiatan silahturahmi antar
lansia.Kegiatan seperti ini tergantung dari kreasi kader posbindu yang bertujuan untuk
membuat lansia beraktivitas kembali dan berdisiplin diri.
19
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Posbindu merupakan salah satu bentuk upaya kesehatan bersumber daya
masyarakat (UKBM) yang dibentuk oleh masyarakat berdasarkan inisiatif dan
kebutuhan masyarakat itu sendiri, khususnya penduduk usia lanjut. Posbindu
kependekan dari Pos Pembinaan Terpadu, program ini berbeda dengan Posyandu,
karena Posbindu dikhususkan untuk pembinaan para orang tua baik yang akan
memasuki masa lansia maupun yang sudah memasuki lansia.
B. Saran
Pemahaman dan keahlian dalam aplikasi Pos Pembinaan Terpadu
(POSBINDU) merupakan salah satu cabang ilmu keperawatan yang harus dimiliki
oleh tenaga kesehatan agar dapat mengaplikasikannya serta berinovasi dalam
pemberian konseling pada pasien. Ini akan mendukung profesionalisme dalam
wewenang dan tanggung jawab dokter, perawat serta bidan sebagai bagian dari
tenaga medis yang memberikan pelayanan secara komprehensif.
20
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI. 2006. Pedoman pelatihan kader kelompok usia lanjut bagi petugas kesehatan.
Direktorat kesehatan keluarga.
Rahayu, Y.,P., 2012. Posbindu Lansia. Diakses Tanggal 20 Oktober 2018. Sumber :
http://duniapintardancemerlang.blogspot.com.
21