OLEH :
KENDARI
2018
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
KATA PENGATAR
BAB I: PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ……………………………………………..
B. Rumusan masalah ……………………………………………………
C. Tujuan penulisan ……………………………………………………..
BAB II: PEMBAHASAN
BAB III: PENUTUP
A. Kesimpulan …………………………………………………………..
B. Saran ………….……………………………………………………...
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Disini, filsafat ilmu sangat berkaitan erat dengan epistemology dan ontology.
Filsafat ilmu berusaha untuk dapat menjelaskan masalah-maslah seperti : apa dan
bagaimana suatu konsep dan pernyataan dapat disebut sebagai ilmiah, bagaimana
konsep tersebut dilahirkan, bagaimana ilmu dapat menjelaskan, memperkirakan
serta memanfaatkan alam melalui teknologi; cara menentukan validitas dari
sebuah informasi; formulasi dan penggunaan metode ilmiah; macam-macam
penalaran yang dapat digunakan untuk mendapatkan kesimpulan; serta implikasi
metode dan model ilmiah terhadap masyarakat dan terhadap ilmu pengetahuan itu
sendiri.
Filsafat dan ilmu adalah dua kata yang saling berkaitan baik secara subtansial
maupun historis. Kelahiran suatu ilmu tidak dapat dipisahkan dari peranan filsafat,
sebaiknya perkembangan ilmu memperkuat keberadaan filsafat.
Ilmu atau Sains merupakan komponen terbesar yang diajarkan dalam semua
tingkat pendidikan. Walaupun telah bertahun-tahun mempelajari ilmu,
pengetahuan ilmiah tidak digunakan sebagai acuan dalam kehidupan sehari-hari.
Ilmu dianggap sebagai hafalan saja, bukan sebagai pengetahuan yang
mendeskripsikan, menjelaskan, mmprediksikan gejala alam untuk kesejahteraan
kenyamaan hidup. Kini ilmu telah tercerabut dari nilai luhur ilmu, yaitu untuk
menyejahterakan umat manusia. Bahkan tidak mustahil terjadi, ilmu dan teknologi
menjadi bencana bagi kehidupan manusia, seoerti pemanasan global.
Ilmu dan teknologi telah kehilangan rohnya yang fundamental, karena ilmu
telah mengurangi bahkan menghilangkan peran manusia, dan bahkan tanpa
disadari manusia telah menjadi budak ilmu dan teknologi.
Oleh karena itu filsafat ilmu mencoba mengembalikan roh dan nilai luhur dari
ilmu, agar ilmu tidak menjadi bumerang bagi kehidupan manusia. Filsafat ilmu
akan mempertegas bahwa ilmu dan teknologi adalah instrumen dalam mencapai
kesejahteraan bukan tujuan.
Filsafat ilmu diberikan sebagai pengetahuan bagi orang yang ingin
mendalami hakikat ilmu dan kaitannya dengan pengetahuan lainnya. Dalam
masyarakat religius ilmu dipandang sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari
nilai ketuhanan karena sumber ilmu yang hakiki adalah Tuhan. Manusa diberi
daya fikir oleh Tuhan, dan dengan daya fikir inilh manusia menemukan teori-teori
ilmiah dan teknologi. Pengaruh agama yang kaku dan dokmatiskadang kala
menghambat perkembangan ilmu.
Oleh karenanya, diperlukan kecerdasan dan kejeliandalam memahami
kebenaran ilmiah dengan sistem nilai dalam agama, agar keduanya tidak saing
bertentangan.
Dalam filsafat ilmu, ilmu akan dijelaskan secara filosofis dan akademis
sehingga ilmu da teknologi tidak tercerabut dari niai agama, kemanusiaan dan
lingkungan. Dengan demikian filsafat ilmu akan memberikan nilai dan orientasi
yng jelas bagi stiap ilmu.
B. Rumusan Masalah
Seperti yang telah diuraikan pada latar belakang, maka penyusun mengambil
rumusan masalah sebagai berikut :
1. Apa pengertian filsafat, menurut bahasa-bahasa lainnya
2. Arti dari pengertian Filsafat Ilmu.
3. Pengetahuan dan ukuran kebenaran.
4. Sejarah perkembangan ilmu.
5. Dasar-dasar ilmu.
C. Tujuan
1. Dapat memahami filsafat ilmu dan pengetahuan.
2. Dapat mengembangkan arti kehidupan melalui imu.
3. Akan sadar bahwa Ilmu itu tidak luput dari nilai-nilai ketuhanan.
4. Mempertahankan kehidupan dan kemanusiaan itu sendiri.
5. Mencapai tujuan hidup dari pengetahun dan ilmu.
BAB II
PEMBAHASAN
a.
Jenis Pengetahuan
Pengetahuan biasa (common sense) yang digunakan terutama untuk kehiupan
sehari-hari, tanpa mengetahui seluk beluk yang sedalam-dalamnya dan seluas-
luasnya. Pengetahuan ilmiah atau ilmu adalah pengetahuan yang diperoleh dengan
cara khusus, bukan hanya digunakan saja tetapi ingin mngtahui lebih dalam dan
luas untuk mengetahui kebenarannya, tetapi masih berkisar pada pengalaman.
Pengetahuan filsafat adalah pengetahuan yang tidak mengenal batas, sehingga
yang dicari adalah sebab-sebab yang paling dalam dan hakiki sampai diluar dan
diatas pengalaman biasa. Pengetahuan agama, suatu pengetahuan yang hanya
diperoleh dari Tuhan lewat para Nabi dan Rosulnya. Pengetahuan ini bersifat
mutlak dan wajib diyakini oleh para pemeluk agama.
b. Gejala Mengetahui
Pada suatu saat, manusia ingin mengetahui sesuatu tentang dirinya, orang
lain, yang baik dan yang buruk, yang indah dan jelek, dan macam-macam lagi.
Jika ingin mengetahui sesuatu, tentu ada suatu dorongan dari dalam diri manusia
yang mengajukan pertanyaan yang perlu jawaban memuaskan keingintahuannya.
Dorongan itu disebut rasa ingin mengetahui.
Sesuatu yang diketahui manusia disebut pengetahuan. Pengetahuan yang
memuaskan manusia adalh pengetahuan yang benar. Pengetahuan yang tidak
benar adalah kekeliruan. Keliru sering kali lebih jelek dari pada tidak tahu.
Pengetahuan yang keliru dijadikan tindakan atau perbuatan akan menghasilkan
kekeliruan, kesalahan dan malapetaka.
Sasaran atau objek yang ingin diketahui adalah suatu yang ada, yang nugnkin
ada, yang pernah ada dan suatu yang mengadakan. Dengan demikian manusia
dirangsang keingintahuannya oleh alam sekitarnya melalui indranya dan
pengalamannya.
Hasil gejala mengetahui adalah manusia mengetahui secara sadar bahwa dia telah
mengetahui.
c. Kelompok Manusia
Manusia tahu, bahwa ia tahu. Manusia tahu bahwa ia tidak tahu. Manusia
tidak tahu bahwa ia tidak tahu. Manusia tidak tahu bahwa ia tidak tahu. Dengan
demikian pengetahuan yang diperoleh manusia sebenarnya baru ada, kalu manusia
itu sudah mengambil kesimpulan dari berbagai pengalamnnya bahwa objek yang
ingin diketahuinya itu sudah benar-benar diketahui.
d. Pengetahuan Ilmiah.
Pengetahuan ilmiah atau ilmu (science) pada dasarnya merupakan usaha
untuk mengorganisasikan dan mensistematiskan common sense, suatu
pengetahuan sehari-hari yang dilanjutkan dengan suatu pemikiran cermat dan
seksama dengan menggunakan berbagai metode.
Ilmu merupakan suatu metode berfikir secara objektif yang bertujuan untuk
menggambarkan dan member makna terhadap gejala dan fakta melalui observasi,
eksperimen dan klasifikasi. Ilmu harus bersifat objektif, karena dimulai dari fakta,
menyampingkan sifat kedirian, mengutamakan pemikiran logic dan netral.
e. Hakekat Pengetahuan
Ada dua teori yang digunakan untuk mengetahui hakekat pengetahuan :
1. Realisme,
Teori ini mempunyai pandangan realistis terhadap alam. Pengatuah adalah
gambaran yang sebenarnya dari apa yang ada dalam alam nyata.
2. Idealisme,
Teori ini menerangkan bahwa pengetahuan adalah proses-proses mental atau
psikologis yang bersifat subjektif.
Pengetahuan merupakan gambaran subjektif tentang sesuatu yang ada dalam alam
menurut pendapat atau penglihatan orang yang mengalami dan mengetahuinya.
Premis pokok adalah jiwa yang mempunyai kedudukan utama dalam alam
semesta.
f. Sumber Pengetahuan
Ada beberapa pendapat tentang sumber pengetahuan, antara lain :
1. Empirisme
Menurut aliran ini manusia memperoleh pengetahuan melalui pengalaman, dalam
hal ini harus ada 3 hal yaitu yang mengetahua (subjek), yang diketahui (objek),
dan cara mengetahui (pengalaman). Tokoh yang terkenal : John Locke (1632-
1704), George Barkeley (1685-1753), dan David Hume.
2. Rasionalisme
Aliran ini menyatakan bahwa akal (reason) merupakan dasar kepastian dan
kebenaran pengetahuan, walaupun belum didukung fakta empiris. Tokohnya
adalah Rene Descartes (1596-1650), Baruch Spinoza (1632-1677), dan Gottried
Leibniz (1646-1716).
3. Intuisi
Dengan intuisi, manusia memperoleh pengetahuan secara tiba-tiba tanpa melalui
proses penalaran tertentu. Henry Bergson menganggap intuisi merupakan hasil
dari evolusi pemikiran yang tertinggi, tetapi bersifat personal.
4. Wahyu
Wahyu adalah pengetahuan yang bersumber dari Tuhan melalui hambaNya yang
terpilih untuk menyampaikannya ( nabi dan rosul). Melalui wahyu atau agama,
manusia diajarkan tentang sejumlah pengetahuan baik yang terjangkau ataupun
tidak terjangkau oleh manusia.
A. Kesimpulan
Dari semua pengertian filsafat secara terminologis di atas, dapat ditegaskan
bahwa filsafat adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki dan memikirkan segala
sesuatunya secara mendalam dan sungguh-sungguh, serta radikal sehingga
mencapai hakikat segala situasi tersebut. Filsafat mengantarkan manusia untuk
lebih jernih, mendasar dan bijaksana dalam berfikir, bersikap, berkata, berbuat
dan mengambil kesimpulan.
Ada pula kesimpulan yang lainnya yaitu :
1. Manusia dalam memperoleh pengetahuan dalam perkembangannya
melalui sumber-sumber pengetahuan, yaitu rasio, pengalaman, intuisi, dan wahyu.
2. Terdapat paham-paham yang berkaitan dengan bagaimana manusia
memperoleh pengetahuan atau kebenaran, seperti Rasionalisme, Empirisme dua
paham yang saling bertentangan / bertolak belakang. Rasionalisme mengandalkan
rasio dalam memperoleh pengetahuan yang benar, sedangkan empirisme
menggunakan pengalaman.
3. Dalam perkembangan selanjutnya muncul paham positivisme, yaitu paham
yang mengajarkan bahwa kebenaran adalah yang logis, ada bukti empirisnya dan
yang terukur. Secara lebih operasional ajaran positivisme tentang yang terukur
oleh metode ilmiah dengan langkah logico-hypothetico-verificatif.
4. Intuisi bersifat personal dan tidak bisa diramalkan yang karenanya tidak
bisa diandalkan guna dijadikan dasar bagi penyusunan pengetahuan yang teratur.
Pengetahuan intuitif dapat dipergunakan sebagai hipotesis bagi analisis
selanjutnya dalam menentukan benar tidaknya pernyataan yang dikemukakannya.
5. Wahyu sebagai sumber pengetahuan datang dari Allah SWT. melalui Jibril
kepada para utusan / nabi. Kandungan pengetahuan yang terdapat didalamnya
bersifat absolute. Wahyu sebagai pengetahuan yang datang bukan saja mengenai
hal yang terjangkau pengalaman, namun juga mencakup masalah yang bersifat
transcendental.
C. Saran
Agar manusia tetap memiliki filsafat ilmu yang tidak hanya memiliki tujuan
tapi juga prinsip yang etimonogi seperti yang diterangkan pada BAB II.
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahannya, Semarang: Toha Putra 1989
Harun Nasution, Akal Dan Wahyu Dalam Islam, Jakarta: UI Press 1986