Anda di halaman 1dari 13

FILSAFAT ILMU PENGETAHUAN DAN UKURAN KEBENARAN

OLEH :

A. RAMLAN WAHYUDI PUTRA R


R1D115003

JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN

FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2018
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI
KATA PENGATAR
BAB I: PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ……………………………………………..
B. Rumusan masalah ……………………………………………………
C. Tujuan penulisan ……………………………………………………..
BAB II: PEMBAHASAN
BAB III: PENUTUP
A. Kesimpulan …………………………………………………………..
B. Saran ………….……………………………………………………...
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Disini, filsafat ilmu sangat berkaitan erat dengan epistemology dan ontology.
Filsafat ilmu berusaha untuk dapat menjelaskan masalah-maslah seperti : apa dan
bagaimana suatu konsep dan pernyataan dapat disebut sebagai ilmiah, bagaimana
konsep tersebut dilahirkan, bagaimana ilmu dapat menjelaskan, memperkirakan
serta memanfaatkan alam melalui teknologi; cara menentukan validitas dari
sebuah informasi; formulasi dan penggunaan metode ilmiah; macam-macam
penalaran yang dapat digunakan untuk mendapatkan kesimpulan; serta implikasi
metode dan model ilmiah terhadap masyarakat dan terhadap ilmu pengetahuan itu
sendiri.
Filsafat dan ilmu adalah dua kata yang saling berkaitan baik secara subtansial
maupun historis. Kelahiran suatu ilmu tidak dapat dipisahkan dari peranan filsafat,
sebaiknya perkembangan ilmu memperkuat keberadaan filsafat.
Ilmu atau Sains merupakan komponen terbesar yang diajarkan dalam semua
tingkat pendidikan. Walaupun telah bertahun-tahun mempelajari ilmu,
pengetahuan ilmiah tidak digunakan sebagai acuan dalam kehidupan sehari-hari.
Ilmu dianggap sebagai hafalan saja, bukan sebagai pengetahuan yang
mendeskripsikan, menjelaskan, mmprediksikan gejala alam untuk kesejahteraan
kenyamaan hidup. Kini ilmu telah tercerabut dari nilai luhur ilmu, yaitu untuk
menyejahterakan umat manusia. Bahkan tidak mustahil terjadi, ilmu dan teknologi
menjadi bencana bagi kehidupan manusia, seoerti pemanasan global.
Ilmu dan teknologi telah kehilangan rohnya yang fundamental, karena ilmu
telah mengurangi bahkan menghilangkan peran manusia, dan bahkan tanpa
disadari manusia telah menjadi budak ilmu dan teknologi.
Oleh karena itu filsafat ilmu mencoba mengembalikan roh dan nilai luhur dari
ilmu, agar ilmu tidak menjadi bumerang bagi kehidupan manusia. Filsafat ilmu
akan mempertegas bahwa ilmu dan teknologi adalah instrumen dalam mencapai
kesejahteraan bukan tujuan.
Filsafat ilmu diberikan sebagai pengetahuan bagi orang yang ingin
mendalami hakikat ilmu dan kaitannya dengan pengetahuan lainnya. Dalam
masyarakat religius ilmu dipandang sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari
nilai ketuhanan karena sumber ilmu yang hakiki adalah Tuhan. Manusa diberi
daya fikir oleh Tuhan, dan dengan daya fikir inilh manusia menemukan teori-teori
ilmiah dan teknologi. Pengaruh agama yang kaku dan dokmatiskadang kala
menghambat perkembangan ilmu.
Oleh karenanya, diperlukan kecerdasan dan kejeliandalam memahami
kebenaran ilmiah dengan sistem nilai dalam agama, agar keduanya tidak saing
bertentangan.
Dalam filsafat ilmu, ilmu akan dijelaskan secara filosofis dan akademis
sehingga ilmu da teknologi tidak tercerabut dari niai agama, kemanusiaan dan
lingkungan. Dengan demikian filsafat ilmu akan memberikan nilai dan orientasi
yng jelas bagi stiap ilmu.

B. Rumusan Masalah
Seperti yang telah diuraikan pada latar belakang, maka penyusun mengambil
rumusan masalah sebagai berikut :
1. Apa pengertian filsafat, menurut bahasa-bahasa lainnya
2. Arti dari pengertian Filsafat Ilmu.
3. Pengetahuan dan ukuran kebenaran.
4. Sejarah perkembangan ilmu.
5. Dasar-dasar ilmu.

C. Tujuan
1. Dapat memahami filsafat ilmu dan pengetahuan.
2. Dapat mengembangkan arti kehidupan melalui imu.
3. Akan sadar bahwa Ilmu itu tidak luput dari nilai-nilai ketuhanan.
4. Mempertahankan kehidupan dan kemanusiaan itu sendiri.
5. Mencapai tujuan hidup dari pengetahun dan ilmu.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Makna Filsafat dari Segi Bahasa


Filsafat berasal dari bahasa Yunani, Phioshopia atau Philoshophos. Phios atau
Philein berarti teman atau cinta, dan Shopia atau Shophos berarti kebijaksanaan,
pengetahuan dan hikmah. Filsafat berarti juga mater scientiarum yang artiya
induk dari segala ilmu pengetahuan. Kata filsafat dalam bahasa Indonesia
memiliki padanan kata Falsafah (Arab), Philosophie (Prancis, Belanda dan
Jerman), serta Philosophy (Inggris).
Dengan demikian filsafat berarti mencintai hal-hal yang bersifat bijaksana
(kata sifat), bisa berarti teman kebijaksanaan (kata bend) atau induk dari segala
ilmu pengetahuan.
Pengertian filsafat secara terminologi sangat beragam. Para filsuf
merumuskan pengertian filsafat sesuai dengan kecenderungan pemikiran
kefilsafatan yang dimilikinya. Seorang Plato mengatakan bahwa : Filsafat adalah
pengetahuan yang berminat mencapai pengetahuan kebenaran yang asli.
Sedangkan muridnya Aristoteles berpendapat kalau filsafat adalah ilmu
(pengetahuan ) yang meliputi kebenaran yang terkandung didalamnya ilmu-ilmu
metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi, politik, dan estetika. Lain halnya
dengan Al Farabi yang berpendapat bahwa filsafat adalah ilmu ( pengetahuan )
tentang alam maujud bagaimana hakikat yang sebenarnya. Tapi dari
Berikut ini disajikan beberapa pengertian Filsafat menurut beberapa para ahli:
1. Plato ( 428 -348 SM ) : Filsafat tidak lain dari pengetahuan tentang segala yang
ada.
2. Aristoteles ( (384 – 322 SM) : Bahwa kewajiban filsafat adalah menyelidiki
sebab dan asas segala benda. Dengan demikian filsafat bersifat ilmu umum sekali.
Tugas penyelidikan tentang sebab telah dibagi sekarang oleh filsafat dengan ilmu.
3. Cicero ( (106 – 43 SM ) : filsafat adalah sebagai “ibu dari semua seni “( the
mother of all the arts“ ia juga mendefinisikan filsafat sebagai ars vitae (seni
kehidupan )
4. Johann Gotlich Fickte (1762-1814 ) : filsafat sebagai Wissenschaftslehre (ilmu
dari ilmu-ilmu , yakni ilmu umum, yang jadi dasar segala ilmu. Ilmu
membicarakan sesuatu bidang atau jenis kenyataan. Filsafat memperkatakan
seluruh bidang dan seluruh jenis ilmu mencari kebenaran dari seluruh kenyataan.
5. Paul Nartorp (1854 – 1924 ) : filsafat sebagai Grunwissenschat (ilmu dasar
hendak menentukan kesatuan pengetahuan manusia dengan menunjukan dasar
akhir yang sama, yang memikul sekaliannya .
6. Imanuel Kant ( 1724 – 1804 ) : Filsafat adalah ilmu pengetahuan yange menjadi
pokok dan pangkal dari segala pengetahuan yang didalamnya tercakup empat
persoalan.
1. Apakah yang dapat kita kerjakan ?(jawabannya metafisika )
2. Apakah yang seharusnya kita kerjakan (jawabannya Etika )
3. Sampai dimanakah harapan kita ?(jawabannya Agama )
4. Apakah yang dinamakan manusia ? (jawabannya Antropologi )
7. Notonegoro: Filsafat menelaah hal-hal yang dijadikan objeknya dari sudut
intinya yang mutlak, yang tetap tidak berubah , yang disebut hakekat.
8. Driyakarya : filsafat sebagai perenungan yang sedalam-dalamnya tentang
sebab-sebabnya ada dan berbuat, perenungan tentang kenyataan yang sedalam-
dalamnya sampai “mengapa yang penghabisan “.
9. Sidi Gazalba: Berfilsafat ialah mencari kebenaran dari kebenaran untuk
kebenaran , tentang segala sesuatu yang di masalahkan, dengan berfikir radikal,
sistematik dan universal.
10. Harold H. Titus (1979 ): (1) Filsafat adalah sekumpulan sikap dan kepecayaan
terhadap kehidupan dan alam yang biasanya diterima secara tidak kritis. Filsafat
adalah suatu proses kritik atau pemikiran terhadap kepercayaan dan sikap yang
dijunjung tinggi; (2) Filsafat adalah suatu usaha untuk memperoleh suatu
pandangan keseluruhan; (3) Filsafat adalah analisis logis dari bahasa dan
penjelasan tentang arti kata dan pengertian ( konsep ); Filsafat adalah kumpulan
masalah yang mendapat perhatian manusia dan yang dicirikan jawabannya oleh
para ahli filsafat.
11. Hasbullah Bakry: Ilmu Filsafat adalah ilmu yang menyelidiki segala sesuatu
dengan mendalam mengenai Ke-Tuhanan, alam semesta dan manusia sehingga
dapat menghasilkan pengetahuan tentang bagaimana sikap manusia itu sebenarnya
setelah mencapai pengetahuan itu.
12. Prof. Mr.Mumahamd Yamin: Filsafat ialah pemusatan pikiran , sehingga
manusia menemui kepribadiannya seraya didalam kepribadiannya itu dialamiya
kesungguhan.
13. Prof.Dr.Ismaun, M.Pd. : Filsafat ialah usaha pemikiran dan renungan manusia
dengan akal dan qalbunya secara sungguh-sungguh , yakni secara kritis sistematis,
fundamentalis, universal, integral dan radikal untuk mencapai dan menemukan
kebenaran yang hakiki (pengetahuan, dan kearifan atau kebenaran yang sejati.
14. Bertrand Russel: Filsafat adalah sesuatu yang berada di tengah-tengah antara
teologi dan sains. Sebagaimana teologi , filsafat berisikan pemikiran-pemikiran
mengenai masalah-masalah yang pengetahuan definitif tentangnya, sampai
sebegitu jauh, tidak bisa dipastikan;namun, seperti sains, filsafat lebih menarik
perhatian akal manusia daripada otoritas tradisi maupun otoritas wahyu.
2.2 Pengertian Filsafat Ilmu
Filsafat ilmu merupakan bagian dari Epistomologi (filsafat pengetauan) yang
secara spesifik mengkaji hakikat ilmu (pengetahuan ilmiah).
Ilmu berasal dar bahasa Arab : ‘alima, ya’lamu,‘ilman yang berarti mengetahui,
memahami dan mengerti benar-benar. Dalam bahasa Inggris disebut science, dari
bahasa latin yang berasal dari kata scientia (pengetahuan) atau scire (mengetahui).
Sedangkan dalam bahas Yunani adalah episteme (pengetahuan).
Dalam kamus bahasa Indonesia, ilmu adalah pengetahuan tentang suatu
bidang yang tersusun secara bersistem menurut metode-mrtode tertentu yang
dapat digunakan untuk menerangkan gejala-gejala tertentu dibidang itu (kamus
Bahasa Indonesia 1998).

2.3 Pengetahuan dan Ukuran Kebenaran


2.3.1 Pengetahuan
Dalam Encyclopedia of Philosophy, pegetahuan didefinisikan sebagai
kepercayaan yang benar. Menurut Ssidi Gazalba, pengetahuan adalah apa yang
dketahui atau hasil pkerjaan mengetahui. Mengetahui itu hasil kenal, sadar, insaf,
mengerti benar dan pandai.
Pengetahuan itu harus benar, kalau tidk benar maka bukan pengetahuan tetapi
kekeliruan atau kontradiksi. Pengetahuan merupakan hasil suatu proses atau
pengalaman yang sadar. Pengetahuan (knowledge) merupakan terminologi generik
yang mencakup seluruh hal yang iketahui mnusia. Dengan demikian pengetahuan
adalah kemampuan manusia seperti perasaan, pikiran, pengalaman, pengamatan
dan intuisi yang mampu menangkap alam dan kehidupannya serta
mengabstraksikannya untuk mencapai suatu tujuan.
Tujuan manusia mempunyai pengetahuan adalah :
1. Memenuhi kebutuhan untuk kelangsungan hidup.
2. Mengembangkan arti kehidupan.
3. Mempertahankan kehidupan dan kemanusiaan itu sendiri.
4. Mencapai tujuan hidup.
Binatangpun mempunyai pengetahuan, tetapi hanya sekedar atau terbatas untuk
melangsungkan hidup (tujuan survival).

a.
Jenis Pengetahuan
Pengetahuan biasa (common sense) yang digunakan terutama untuk kehiupan
sehari-hari, tanpa mengetahui seluk beluk yang sedalam-dalamnya dan seluas-
luasnya. Pengetahuan ilmiah atau ilmu adalah pengetahuan yang diperoleh dengan
cara khusus, bukan hanya digunakan saja tetapi ingin mngtahui lebih dalam dan
luas untuk mengetahui kebenarannya, tetapi masih berkisar pada pengalaman.
Pengetahuan filsafat adalah pengetahuan yang tidak mengenal batas, sehingga
yang dicari adalah sebab-sebab yang paling dalam dan hakiki sampai diluar dan
diatas pengalaman biasa. Pengetahuan agama, suatu pengetahuan yang hanya
diperoleh dari Tuhan lewat para Nabi dan Rosulnya. Pengetahuan ini bersifat
mutlak dan wajib diyakini oleh para pemeluk agama.

b. Gejala Mengetahui
Pada suatu saat, manusia ingin mengetahui sesuatu tentang dirinya, orang
lain, yang baik dan yang buruk, yang indah dan jelek, dan macam-macam lagi.
Jika ingin mengetahui sesuatu, tentu ada suatu dorongan dari dalam diri manusia
yang mengajukan pertanyaan yang perlu jawaban memuaskan keingintahuannya.
Dorongan itu disebut rasa ingin mengetahui.
Sesuatu yang diketahui manusia disebut pengetahuan. Pengetahuan yang
memuaskan manusia adalh pengetahuan yang benar. Pengetahuan yang tidak
benar adalah kekeliruan. Keliru sering kali lebih jelek dari pada tidak tahu.
Pengetahuan yang keliru dijadikan tindakan atau perbuatan akan menghasilkan
kekeliruan, kesalahan dan malapetaka.
Sasaran atau objek yang ingin diketahui adalah suatu yang ada, yang nugnkin
ada, yang pernah ada dan suatu yang mengadakan. Dengan demikian manusia
dirangsang keingintahuannya oleh alam sekitarnya melalui indranya dan
pengalamannya.
Hasil gejala mengetahui adalah manusia mengetahui secara sadar bahwa dia telah
mengetahui.

c. Kelompok Manusia
Manusia tahu, bahwa ia tahu. Manusia tahu bahwa ia tidak tahu. Manusia
tidak tahu bahwa ia tidak tahu. Manusia tidak tahu bahwa ia tidak tahu. Dengan
demikian pengetahuan yang diperoleh manusia sebenarnya baru ada, kalu manusia
itu sudah mengambil kesimpulan dari berbagai pengalamnnya bahwa objek yang
ingin diketahuinya itu sudah benar-benar diketahui.

d. Pengetahuan Ilmiah.
Pengetahuan ilmiah atau ilmu (science) pada dasarnya merupakan usaha
untuk mengorganisasikan dan mensistematiskan common sense, suatu
pengetahuan sehari-hari yang dilanjutkan dengan suatu pemikiran cermat dan
seksama dengan menggunakan berbagai metode.
Ilmu merupakan suatu metode berfikir secara objektif yang bertujuan untuk
menggambarkan dan member makna terhadap gejala dan fakta melalui observasi,
eksperimen dan klasifikasi. Ilmu harus bersifat objektif, karena dimulai dari fakta,
menyampingkan sifat kedirian, mengutamakan pemikiran logic dan netral.
e. Hakekat Pengetahuan
Ada dua teori yang digunakan untuk mengetahui hakekat pengetahuan :
1. Realisme,
Teori ini mempunyai pandangan realistis terhadap alam. Pengatuah adalah
gambaran yang sebenarnya dari apa yang ada dalam alam nyata.
2. Idealisme,
Teori ini menerangkan bahwa pengetahuan adalah proses-proses mental atau
psikologis yang bersifat subjektif.
Pengetahuan merupakan gambaran subjektif tentang sesuatu yang ada dalam alam
menurut pendapat atau penglihatan orang yang mengalami dan mengetahuinya.
Premis pokok adalah jiwa yang mempunyai kedudukan utama dalam alam
semesta.

f. Sumber Pengetahuan
Ada beberapa pendapat tentang sumber pengetahuan, antara lain :
1. Empirisme
Menurut aliran ini manusia memperoleh pengetahuan melalui pengalaman, dalam
hal ini harus ada 3 hal yaitu yang mengetahua (subjek), yang diketahui (objek),
dan cara mengetahui (pengalaman). Tokoh yang terkenal : John Locke (1632-
1704), George Barkeley (1685-1753), dan David Hume.
2. Rasionalisme
Aliran ini menyatakan bahwa akal (reason) merupakan dasar kepastian dan
kebenaran pengetahuan, walaupun belum didukung fakta empiris. Tokohnya
adalah Rene Descartes (1596-1650), Baruch Spinoza (1632-1677), dan Gottried
Leibniz (1646-1716).
3. Intuisi
Dengan intuisi, manusia memperoleh pengetahuan secara tiba-tiba tanpa melalui
proses penalaran tertentu. Henry Bergson menganggap intuisi merupakan hasil
dari evolusi pemikiran yang tertinggi, tetapi bersifat personal.
4. Wahyu
Wahyu adalah pengetahuan yang bersumber dari Tuhan melalui hambaNya yang
terpilih untuk menyampaikannya ( nabi dan rosul). Melalui wahyu atau agama,
manusia diajarkan tentang sejumlah pengetahuan baik yang terjangkau ataupun
tidak terjangkau oleh manusia.

2.3.2 Ukuran Kebenaran


Berfikir merupakan suatu aktifitas manusia untuk menemukan kebenaran. Apa
yang disebut benar oleh seseorang belum tentu benar bagi orang lain. Oleh karena
itu diperlukan suatu ukuran atau criteria kebenaran.
Ada tiga jenis kebenaran yaituyaitu : Kebenaran epistemology (berkaitan
dengan pengetahuan), kebenaran ontologis (berkaitan dengan sesuatu yang ada
atau diadakan), dan kebenaran semantic (berkaitan dengan bahasa dan tutur kata).
Ada empat teori kebenaran yaitu teori korespondensi, teori koherensi, teori
pragmatism dan teori agama. Ketiga teori pertama mempunyai perbedaan
paradigm. Teori koherensi mendasarkan diri pada kebenaran rasio, teori
korespondensi pada kebenaran factual, dan teori fragmatisme fungsional pada
fungsi dan kegunaan kebenaran itu sendiri.
Tetapi ketiganya memiliki persamaan, yaitu :
1. Seluruh teori melibatkan logika, baik logika formal maupun material(deduktif
dan induktif).
2. Melibatkan bahasa untuk menguji kebenaran itu,
3. Menggunakan pengalamn untuk mengetahui kebenaran itu.

a. Teori Korespondensi (correspondence Theorhy of Truth)


Menerangkan bahwa kebenaran atau suatu keadaan itu terbukti benar bila ada
kesesuaian antara arti yang dimaksud suatu pernyataan atau pendapat dengan
objek yang dituju atau dimaksud oleh pernyataan atau pendapat tersebut.
Kebenaran adalah kesesuaian kenyataan dengan fakta, yang berselaras dengan
realitas, yang serasi dengan situasi actual. Dengan demikian ada lima unsure yang
perlu, yaitu pernyataan (statement), situasi (situation), kenyataan (realitas), dan
putusan (judgement).
Kebenaran adalah fidelityto objective reality atau kesesuaian pikiran dengan
kenyataan.
Teori ini dianut oleh aliran realis, pelopornya Plato, Aristoteles dan Moore.
Dikembangkan lebih lanjt oleh Ibnu Sina, Thomas AquinasDiabadskolastik, serta
oleh Bertrand Russel pada abad modern.
Cara berfikir ilmiah yaitu logika induktif menggunakan teori korespondensi
ini.

b. Teori Koherensi (The Choherence Theory of Truthi)


Teori ini mengganggap suatu pernyataan benar bila didalamnya tidak ada
pertentangan, bersifat koherensi dan konsisten dengan pernyataan sebelumnya
yang telah dianggap benar. Dengan demikian suatu pernyataan dianggap benar,
jika pernyataan itu dilaksanakan atas pertimbangan yang konsisten dan
pertimbangan lain yang telah diterima kebenarannya.
Rumusan kebenarannya adalah : Jika A = B dan B = C, maka A = C.
Logika matematika yang deduktif memakai teori kebenaran koherensi ini.
Logika ini menjelaskan bahwa kesimpulan akan benar, jika premis-premis yang
digunakan juga benar. Teori ini digunakan oleh aliran metafisikus, rasionalis dan
idealis. Teori ini sudah ada sejak pra Socrates, kemudian dikembangkan oleh
Benedictus Spinoza dan George Hegel. Suatu teori di anggap benar apabila telah
di buktikan (justifikasi) benar dan tahan uji (testable). Kalau teori ini bertentangan
dengan data terbaru yang benar atau dengan teori lama yang benar, maka teori itu
akan gugur atau batal dengan sendirinya.

c. Teori Pragmatisme (the pragmatic theory of truth)


Teori ini menganggap suatu pernyataan, teori atau dalil itu memiliki
kebenaran bila memiliki kegunaan dan manfaat bagi kehidupan manusia. Kaum
pragmatis menggunakan criteria kebenarannya dengan keguanaan (utility), dapar
dikerjakan (workability), dan akibat yang memuaskan.oleh karena itu tidak ada
kebenaran yang mutlak atau tetap, kebenarannya tergantung pada kerja, manfaat
dan akibatnya.
Akibat atau hasil yang memuaskan bagi kaum pragmatis adalah :
1. Sesuai dengan keinginan dan tujuan.
2. Sesuai dan teruji dengan suatu eksperimen.
3. Ikut membantu dan mendorong perjuangan untuk tetap eksis (ada).
Teori ini merupakan sumbangan paling nyata dari para filsuf Amerika. Tokohnya
adalah Charles S. Pierce (1839-1914) dan diikuti oleh William James dan John
Dewey (1859-1952).
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari semua pengertian filsafat secara terminologis di atas, dapat ditegaskan
bahwa filsafat adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki dan memikirkan segala
sesuatunya secara mendalam dan sungguh-sungguh, serta radikal sehingga
mencapai hakikat segala situasi tersebut. Filsafat mengantarkan manusia untuk
lebih jernih, mendasar dan bijaksana dalam berfikir, bersikap, berkata, berbuat
dan mengambil kesimpulan.
Ada pula kesimpulan yang lainnya yaitu :
1. Manusia dalam memperoleh pengetahuan dalam perkembangannya
melalui sumber-sumber pengetahuan, yaitu rasio, pengalaman, intuisi, dan wahyu.
2. Terdapat paham-paham yang berkaitan dengan bagaimana manusia
memperoleh pengetahuan atau kebenaran, seperti Rasionalisme, Empirisme dua
paham yang saling bertentangan / bertolak belakang. Rasionalisme mengandalkan
rasio dalam memperoleh pengetahuan yang benar, sedangkan empirisme
menggunakan pengalaman.
3. Dalam perkembangan selanjutnya muncul paham positivisme, yaitu paham
yang mengajarkan bahwa kebenaran adalah yang logis, ada bukti empirisnya dan
yang terukur. Secara lebih operasional ajaran positivisme tentang yang terukur
oleh metode ilmiah dengan langkah logico-hypothetico-verificatif.
4. Intuisi bersifat personal dan tidak bisa diramalkan yang karenanya tidak
bisa diandalkan guna dijadikan dasar bagi penyusunan pengetahuan yang teratur.
Pengetahuan intuitif dapat dipergunakan sebagai hipotesis bagi analisis
selanjutnya dalam menentukan benar tidaknya pernyataan yang dikemukakannya.
5. Wahyu sebagai sumber pengetahuan datang dari Allah SWT. melalui Jibril
kepada para utusan / nabi. Kandungan pengetahuan yang terdapat didalamnya
bersifat absolute. Wahyu sebagai pengetahuan yang datang bukan saja mengenai
hal yang terjangkau pengalaman, namun juga mencakup masalah yang bersifat
transcendental.

C. Saran
Agar manusia tetap memiliki filsafat ilmu yang tidak hanya memiliki tujuan
tapi juga prinsip yang etimonogi seperti yang diterangkan pada BAB II.
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahannya, Semarang: Toha Putra 1989

Ahmad Tafsir, Filsafat Ilmu mengurai Ontologi, Epistemologi, dan Aksiologi


Pengetahuan, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010

Harun Nasution, Akal Dan Wahyu Dalam Islam, Jakarta: UI Press 1986

Jujun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, Jakarta: Pustaka


Sinar Harapan, 2009

Jujun S. Suriasumantri, Ilmu Dalam Persfektif, Sebuah Kumpulan Karangan tentang


Hakekat Ilmu, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1987

Anda mungkin juga menyukai