Anda di halaman 1dari 15

4

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Kestabilan lereng

Kestablian lereng, baik lereng alami maupun lereng buatan (buatan manusia)

serta lereng timbunan, dipengaruhi oleh beberapa faktor yang dapat dinyatakan

secara sederhana sebagai gaya-gaya penahan dan gaya-gaya penggerak yang

berhubungan dengan kestabilan lereng tersebut.

Kestabilan lereng merupakan faktor vital dalam perencanaan dan operasional

tambang terbuka dan kuari. Dalam penyusunan suatu rencana lereng tambang selain

faktor cadangan, teknis penambangan, ekonomi dan lingkungan, faktor kestabilan

lererng juga menjadi faktor penting yang harus diperhatikan dalam seksama.

B. Konsep faktor keamanan

Kestabilan lereng secara sederhana dinyatakan dalam bentuk faktor

keamanan (FK), yang didefinisikan sebagai berikut:

𝐺𝑎𝑦𝑎 𝑝𝑒𝑛𝑎ℎ𝑎
Faktor Keamanan (FK) = 𝐺𝑎𝑦𝑎 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑔𝑒𝑟𝑎𝑘 (1)

𝑐𝐴+𝑊.𝑐𝑜𝑠𝛼.𝑡𝑎𝑛ф
(FK) = 𝑊.𝑠𝑖𝑛𝛼

Persamaan diatas menunjukan bahwa kondisi kesetimbangan batas suatu kondisi

dimana faktor keamanan secara umum sama dengan (FK=1). Apabila FK lebih

besar sari satu (FK>1), maka secara teoritis blok berada dalam kondisi stabil dan

apabila nilai FK lebih kecil dari satu (F<1) maka blok akan meluncur kebawah.
5

C. Faktor-faktor yang mempengaruhi kestabilan lereng

1. Geometri lereng

Tambang terbuka tersusun atas sekumpulan lererng yang terdiri dari

lereng tunggal (single slope) dan lereng keseluruhan (overall slope) dengan

dimensi tinggi dan sudut tertentu. Tinggi lereng adalah jarak vertikal dari

bidang kaki (toe) hingga puncak lereng (crest), sedangkan sudut lereng adalah

sudut yang dibuat antara garis yang menghubungkan kaki dan puncak lereng

dengan garis horizontal. Pada lereng keseluruhan juga terdapat daerah yang

menghubungkan antar lereng dikenal dengan jenjang penahan (catch berm)

dan bagian lereng untuk jalan tambang yang di sebut ramp.

Gambar 1 Geometri lereng


Sumber: (Energi, slope stability of sout selero disposal, 2019)

2. Aktifitas manusia

Aktifitas seperti penggalian dan peledakan menyebabkan perubahan

kseimbangan gaya-gaya dalam, sehingga akan menyebabkan bertambahnya

gaya geser dan mengurangi kestabilan lereng. Pada kegiatan penggalian pada

suatau lereng akan menyebabkan perubahan besarnya gaya-gaya pada lereng


6

yang mengakibatkan terganggunya kestabilan lereng dan akhirnya dapat

menyebabkan lereng tersesbut longsor.

3. Struktur geologi

Struktur yang dimaksud meliputi sesar (fault), kekar (joint), perlipatan

(fold), bidang perlapisan (bedding plane), dan rekahan (crack). Struktur

merupakan bidang lemah sekaligus sebagai tempat merembesnya air

sehingga dapat menurunkan kestabilan lereng.

4. Sifat Fisik dan Mekanik Batuan atau Tanah

Sifat fisik yang mempengaruhi kestabilan lereng antara lain bobot isi,

porositas dan kandungan air. Dalam mengetahui sifat fisik dan mekanik

batuan atau tanah dilakukan dengan pengujian di laboratorium untuk

mendapatkan angka bobot isi (kohesi (c) dan sudut geser dalam (pada

lokasi. (Al nhar hardianto, 2019).

D. Standar Faktor Keamanan Lereng

Berdasarkan penelitian-penelitian yang dilakukan dan studi-studi yang

menyeluruh tentang keruntuhan lereng, maka dibagi 3 kelompok rentang

Faktor Keamanan (FK) ditinjau dari intensitas kelongsorannya (Bowles, 1989),

seperti yang diperlihatkan pada tabel 1.


7

Tabel 1. Faktor keamanan lereng (Bowles, 1989)

FK Kondisi lereng
FK > 1,25 Keruntuhan jarang terjadi (lereng relatif stabil)
1,07 < FK ≤ 1,25 Keruntuhan perna terjadi (lereng kritis)
FK < 1,07 Keruntuhan biasa terjadi (lereng labil)
(Sumber: Prastyo dan Hambal, 2014 dalam Suharman, 2017)

E. Analisis Laboratorium Mekanika Tanah

Analisis laboratorium mekanika tanah dilakukan dengan maksud untuk

mengetahui parameter-parameter tanah yang akan dibutuhkan pada analisis

stabilitas lereng. Data parameter tanah yang dibutuhkan diantaranya:

1) Sifat Fisik Tanah

 Bobot Isi Tanah

Bobot isi tanah merupakan perbandingan antara berat tanah basah dengan

volume cetakan. Bobot isi tanah (γ) dapat dicari dengan rumus:

𝐵2 − 𝐵1
Bobot isi tanah: γ = (3)
𝑉

Dengan:
γ = Bobot isi tanah (kN/m3)
B1 = Berat cetakan uji (kN)
B2 = berat cetakan dan benda uji (kN)
V = volume tanah (m3) (Suharman, 2017)

2) Sifat Mekanik Tanah

Uji laboratorium dibutuhkan untuk mengetahui sifat-sifat mekanik tanah

adalah pengujian Uji Geser Langsung (Direct Shear test). Pengujian ini

dimaksudkan untuk menentukan nilai kekuatan geser tanah dengan dengan cara
8

menggeser conto tanah yang diberi beban normal (N). Kuat geser adalah

tegangan geser maksimum yang dapat ditahan oleh suatu bidang (dalam tanah).

Ada beberapa teori untuk menentukan kekuatan geser tanah, namun yang

umum dipakai adalah metode Mhor-Coulomb. Mhor dan Coulomb

menyatakan bahwa kekuatan geser tanah merupakan fungsi dari kohesi dan

sudut geser dalam tanah. Kekuatan geser tanah dapat ditentukan sebagai

berikut:

τf = c + σ tan ϕ (4)

Dimana:
τf = Kekuatan geser tanah (kN/m2)
c = Kohesi tanah (kN/m2)
σ = Tegangan normal (kN/m2)
ϕ = Sudut geser dalam (º)

Gambar 3. Sudut Geser Dalam dan Kohesi


( Sumber: Rock Slope Engineering, Hoek & Bray, 1981.)

Besarnya kohesi tanah (c) dan besarnya kuat geser dalam tanah (ϕ) dapat

ditentukan melalui hubungan antara tegangan normal (σ) dan tegangan geser
9

(τ). Maka besarnya tegangan normal (σ) dan tegangan geser (τ) dapat di peroleh

dari rumus:

𝑁
Tegangan normal: σ = (5)
𝐴

Dimana:
σ = Tegangan normal (kN/m2)
N = Beban Normal (kN)
A = Luas conto (m2)

𝑇
Tegangan geser: τ = (6)
𝐴

Dimana:
τ = Tegangan geser (kN/m2)
T = Gaya geser terbesar (kN)
A = Luas conto (m2) (Budi, 2011)

Setiap metode memiliki asumsi dasar yang berbeda dalam penentuan

angka keamanan stabilitas lereng. Prinsip dasar dihitung dari perbandingan antara

kuat geser tanah τf dengan gaya dorong tanah τ, atau perbandingan dari momen

tahan RM (Resisting Moment) dengan momen dorong DM (Driving Moment ).


τ 𝑅𝑀
SF = τf, atau SF = 𝐷𝑀 (7)

Berdasarkan kesetimbangan dan gaya yang bekerja pada irisan, perbedaan


pada setiap metode dapat dilihat pada tabel 2 dan tabel 3 berikut.

Tabel 2. Kesetimbangan pada setiap metode

Metode Asumsi
Resultan gaya antar-irisan sama dengan nol dan
Irisan Biasa (Fellenius) bekerja sejajar dengan permukaan bidang runtuh.
10

Bishop Yang Gaya geser antar-irisan sama dengan nol (X=0).


Disederhanakan
Gaya geser antar-irisan sama dengan nol (X=0).
Janbu Yang
Faktor koreksi digunakan sebagai faktor empiris
Disederhanakan
untuk memasukkan efek dari gaya geser antar irisan.

Kemiringan dari resultan gaya geser dan normal antar


Spencer
irisan adalah sama untuk semua irisan.
Kemiringan gaya geser antar irisan besarnya
Morgenstern-Price
sebanding dengan fungsi tertentu yang diasumsikan.
Kesetimbangan Batas Sudut gaya antar irisan besarnya sebanding dengan
Umum fungsi tertentu yang diasumsikan.
(Sumber : Irwandy, 2016)

Tabel 3. Kesetimbangan pada setiap metode


Kesetimbangan Gaya Kesetimbangan
Metode
Vertikal Horizontal Momen
Irisan Biasa (Fellenius) Tidak Tidak Ya
Bishop Yang Disederhanakan Ya Tidak Ya
Janbu Yang Disederhanakan Ya Ya Tidak
Spencer Ya Ya Ya
Morgenstern-Price Ya Ya Ya
Kesetimbangan Batas Umum Ya Ya Ya
(Sumber : Irwandy, 2016)

F. Analisis Kesetimbangan Lereng Dengan Metode Kesetimbangan Batas

Analisis kestabilan lereng dengan metode kesetimbangan batas atau limit

Equilibrium Method (LEM) telah dilakukan sejak pertengahan tahun 1930.

Semenjak itu banyak metode ksetimbangan batas bukan digunakan karena

pembatasnya, salah satu dasar penggunaan metode kesetimbangan batas adalah

penggunaan kondisi keseimbangan. Beberapa kondisi memenuhi untuk

keseimbangan gaya dan keseimbangan momen sedangkan metode yang lain hanya

memenuhi salah-satunya saja. Dengan kata lain beberapa metode hanya


11

memperhitungkan gaya normal saja sedangkan metode yang lain memperhitungkan

gaya normal, gaya tangensial dan juga gaya-gaya antar irisan. Oleh karena itu hanya

beberapa metode yang memenuhi kondisi sebenarnya di lapangan. Metode Bishop

yang dikembangkan pada tahun 1950 an adalah didasarkan pada kesetimbangan

momen. Metode ini dihitung dengan pendekatan solusi permukaan bidang runtuh

dianggap melingkar. Metode yang lain seperti janbu yang disederhakan didasarkan

pada kondisi kesetimbangan gaya, metode ini sangat cocok untuk kondisi tanah

berlapis.

Metode keseimbangangan pada umumnya memperhitungkan keseimbangan

gaya dan keseimbangan momen, demikian pula dengan gaya-gaya antar irisan (gaya

normal dan gaya tangensial) berlaku pada semua permukaan bidang geser. Diantara

semua metode kesetimbangan yang paling umum adalah metode fellenius dan

metode bishop simplified pada metode ini semua massa geser dibagi kedalam

jumlah irisan dan gaya antar irisan dihitung berdasarkan asumsi hubungan antar

irisan. Perhitungan akhir angka keamanan Bishop simplified dihitung dengan cara

iterasi. (Aryal,2006 dalam Andry Simatupang 2017).

Metode irisan telah menjadi metode yang umum digunakan dalam

menganalisis lereng dan timbunan. Metode-metode ini menyediakan sarana yang

efektif untuk kualitas kuantitatif dan semua metode pasti berhubungan dengan

masalah statis tak tentu. Penyelesaian angka keamanan membutuhkan paling sedikit

satu asumsi yang berkenaan dengan gaya-gaya antar irisan (interslice forces).

Asumsi yang paling umum dibuat ialah yang berkenaan dengan arah, besar dan titik
12

kerja (point of application) dari gaya-gaya antar irisan seperti ditunjukan pada

gambar 2 dan 3.

Dimana:

W = Berat irisan (kN)


En,En+l = Resultan gaya vertikal yang bekerja pada irisan
Tn,+Tn+l = Resultan gaya Horizontal yang bekerja pada irisan
P = Gaya normal efektif pada dasar irisan (kN/m2)
S = Gaya geser yang bekerja pada irisan (kN/m2)
b = lebar irisan (m)
l = lebar dasar irisan (m)

Gambar 2. Gaya-gaya yang bekerja pada bidang longsor


(Sumber: Das,Braja M,1995, Mekanika Tanah jilid 2, Erlangga, Jakarta)
13

Gambar 3. Gaya-gaya yang bekerja pada irisan


(Sumber: Das,Braja M,1995, Mekanika Tanah jilid 2, Erlangga, Jakarta)

Untuk menyelesaikan persoalan tersebut dibuat asumsi-asumsi agar persoalan


menjadi statis tertentu. Setiap metode mungkin mempunyai asumsi yang berbeda
sehingga penyelesaian yang di peroleh, metode bishop simplified dinilai lebih cocok
untuk jenis material yang tidak homogen (tanah).

Gambar 4. Gaya yang bekerja pada metode Bishop simplified


(Johari, Mousavi, & Hooshmand Nejad, 2015)
G. Metode Bishop Simplified
14

Metode ini mengabaikan gaya geser antar irisan dan kemudian

mengasumsikan bahwa gaya normal cukup untuk mendefinisikan gaya- gaya antar

irisan. (Bishop, 1955). Gaya normal di dasar dan tiap irisan ditentukan dengan

menjumlahkan gaya-gaya dalam arah vertikal. Pada gambar 5 momen penggerak

irisan adalah: Wx

Dimana W adalah berat irisan dan x adalah jarak mendatar irisan ke pusat

radius lingkaran. Momen penggerak (Md) keseluruhan dari lereng adalah jumlah

dari seluruh irisan, yaitu: ( Md = Wx atau ∑ WR sin = R ∑ W sin 

Gambar 5. Gaya yang Bekerja pada Irisan


(Sumber : Rock Slope Engineering, Hoek & Bray, 1981)

Jika kuat geser material antara irisan lereng adalah S, maka kekuatan untuk
𝑆
mempertahankkan kestabilan pada tiap irisan adalah:
𝐹
𝑆𝑙
Jika gaya pada irisan adalah S maka: S =
𝐹
𝑆𝑙
Momen yang menahan keseluruhan irisan: ∑
𝐹
15

𝑅
Persamaan gaya-gaya penggerak dan penahan adalah: R ∑W. sin = Sl
𝐹
∑ 𝑆𝑙
Sehingga, FK = (8)
∑𝑤.sin 𝑎

Untuk mendapatkan nilai Faktor Keamanan (FK) minimum dengan lingkaran

kritis, dibuat dengan cara mengubah letak pusat lingkaran yang dicoba. Pengaruh

air dalam batuan atau tanah adalah timbulnya gaya ang kat air karena tekanan air

pori yang berakibatkan gaya normal berkurang pada dasar irisan, sehingga analisis

kestabilan lereng dilakukan dalam kondisi tegangan efektifnya. Untuk

menyelesaikan persaman S digantikan dengan persamaan c + (u) tan 

sehingga:

∑(𝐶.𝑙+(𝜎.𝑙−𝑢.𝑙)𝑡𝑎𝑛ф
FK= (9)
∑𝑤.𝑠𝑖𝑛𝛼

Sehingga persamaan FK menjadi:

∑[𝑐.𝑙+(𝑃−𝑢.𝑙)𝑡𝑎𝑛ф]
FK= (10)
𝑤.𝑠𝑖𝑛𝛼
16

Pada cara bishop besarnya nilai P ( Gaya normal pada dasar irisan ) diperoleh

dengan menguraikan gaya-gaya yang bekerja pada irisan pada arah berat (W) atau

semua resultan gaya pada batas vertikal irisan bekerja dalam arah horizontal, untuk

menghitung besarnya FK (dapat dilihat pada gambar 9)

Gambar 6. Gaya yang Bekerja pada Irisan (metode bhisip simplified)


(Sumber : Rock Slope Engineering, Hoek & Bray,1981)

Perhitungannya adalah:

Kesetimbangan vertikal: P cos S sin W + Xn – Xn + l

Jika Xn – Xn + l dianggap sama dengan nol, maka:

𝑐.𝑠𝑖𝑛𝛼
𝑊−𝑙([ ]+𝑢.𝑐𝑜𝑠𝛼)
𝐹
(p-ul)= 𝑡𝑎𝑛ф (11)
𝑐𝑜𝑠𝛼+ .𝑠𝑖𝑛𝛼
𝐹
17

b = l cos   
𝐼
∑[𝑐.𝑏+(𝑊−𝑢.𝑏).𝑡𝑎𝑛ф].( )
𝑐𝑜𝑠𝛼.(𝐼+𝑡𝑎𝑛ф.𝑡𝑎𝑛𝛼/𝐹
FK= (13)
∑𝑊.𝑠𝑖𝑛𝛼

Dengan Mi = cos ltan tan F ) jadi di peroleh:

𝑙
∑[𝑐.𝑏+(𝑊−𝑢.𝑙).𝑡𝑎𝑛ф] ( )
𝑀𝑖
FK= (14)
∑𝑊.𝑠𝑖𝑛𝛼

Keterangan:
S = Kuat geser efektif
S = Kuat geser yang ada
c = Kohesi material efektif
P’ = Gaya normal efektif pada dasar irisan
 Sudut geser dalam efektif 
 Tekanan air pori 
F = Faktor keamanan
I = Panjang dasar irisan
W = Massa irisan
b = lebar irisan
R = radius jari-jari bidang gelincir
Xn, Xn+l = Gaya-gaya vertikal pada batas irisan
En, En+1 = Gaya-gaya horisontal pada batas irisan

Nilai F pada persamaan (13) terdapat pada sisi kiri dan kanan persamaan,

karena itu untuk menghitung besarnya nilai F harus digunakan metode trial and

eror atau metode coba-coba untuk nilai F pertama di sisi kanan persamaan, karena

itu besarnya nilai F dihitung dengan menggunakan cara “iteratif”, yaitu kita

mengambil suatu nilai sebagai percobaan untuk F pada sisi kanan, nilai F yang

diperoleh di sisi kiri kemudian dimasukan lagi pada sisi kanan untuk perhitungan

berikutnya dan seterusnya, biasanya proses ini hanya perlu diulang sebanyak dua
18

kali saja, karena banyaknya variabel yang perlu diperiksa serta proses iteratif yang

harus dipakai, perhitungan cara Bishop simplified hampir selalu dilakukan dengan

memakai komputer. hingga didapatkan angka faktor keamanan yang mendekati

angka minimum dari klasifikasi bowles 1989 dan angka yang didapatkan akan

dipakai untuk perhitungan pada irisan selanjutnya dan seterusnya secara

berkesinambungan sesuai dengan jumlah irisan.(Wesley, 2010)

Gambar Diagram untuk menentukan nilai Mi (janbu dkk, 1956)

Anda mungkin juga menyukai