Anda di halaman 1dari 22

Makalah Elektronika Dasar

OSILATOR

DISUSUN OLEH

Kelompok 6

Ade Ilham Tamara Kurniawan H21116301

Arsita H21116005

Harni Rarak H21116512

Nur Aryadint H21116018 (Ketua)

Wandi Janwar H21116003

Justika Sari H21115006

JURUSAN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2017
KATA PENGANTAR (Arsita)

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA
sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Adapun penulisan makalah ini
guna memenuhi tugas mata kuliah Elektronika Dasar II dengan pokok bahasan
mengenai “Osilator”.

Harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan


pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin


masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan
makalah ini.

Makassar, 8 April 2018

Kelompok 6
BAB I
PENDAHULUAN
(Nur Aryadint)
A. Latar Belakang

Osilator atau Oscillator adalah suatu rangkaian elektronika yang


menghasilkan sejumlah getaran atau sinyal listrik secara periodik dengan amplitude
yang konstan. Jadi sinyal arus DC (searah) dari rangkaian alat pencatu daya atau
Power Supply dikonversikan oleh rangkaian osilator menjadi sinyal AC (bolak-
balik) sehingga menghasilkan sinyal listrik pada periodik yang memiliki amplitude
konstan.
Periodik yang dimaksud dalam pengertian osilator ini adalah waktu yang
dibutuhkan untuk menempuh satu kali getaran atau waktu yang dibutuhkan pada
satu siklus gelombang bolak-balik. Sedangkan amplitude adalah simpangan terjauh
yang diukur dari titik keseimbangan dalam suatu getaran. Gelombang yang
dihasilkan pada osilator adalah gelombang sinus (sinusoide wave), gelombang
kotak (square wave), dan gelombang gigi gergaji (saw tooth wave).
Dalam suatu osilator tidak ada sinyal yang diberikan dari luar. Sinyal awal
untuk menyulut osilasi biasanya diberikan oleh tegangan derau yang muncul
sewaktu catu daya dihidupkan. Seluruh osilator umpan balik memerlukan beberapa
devais atau mekanisme yang menyediakan penguatan yang mana akan
dikombinasikan dengan sebuah susunan umpan balik. Pada penguat atau amplifier,
maka terdapat penguatan tegangan yang input dan outputnya terhubung melalui
rangkaian umpan balik. Hal ini mengembalikan sebuah fraksi dari tegangan output
ke input. Pada umumnya penguat dan rangkaian umpan balik akan mengubah besar
dan fasa dari sinyal.
Osilator merupakan suatu rangkaian elektronika yang sering kali dibahas
apabila anda mempelajari elektronika. Keberadaan osilator di kehidupan sehari-hari
ternyata juga sangat dibutuhkan. Osilator umumnya digunakan dalam pemancar
dan penerima radio dan televise, dalam radar dan dalam berbagai sistem
komunikasi. Oleh karena itu, sangat penting untuk memahami lebih jauh mengenai
osilator.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah ini yaitu:
1. Apakah yang dimaksud mengenai rangkaian osilator?
2. Bagaimanakah cara kerja dari rangkaian osilator?
3. Bagaimanakah cara kerja dari osilator RC, LC, kristal dan relaksasi?
C. Tujuan
Adapaun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah:
1. Mengetahui apa yang dimaksud mengenai rangkaian osilator.
2. Mengetahui cara kerja dari rangkaian osilator.
3. Mengetahui cara kerja osilator RC, LC, kristal dan relaksasi.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Osilator RC (Wandi Janwar)

Osilator ini menggunakan tahanan dan kapasitor sebagai penentu


frekuensinya. Osilator ini sangat mudah untuk dibangun namun memiliki ketelitian
frekuensi yang rendah. Rangkaian osilator RC yang paling sederhana dapat
dibangun dengan menggunakan satu gerbang seperti yang diperlihatkan pada
Gambar berikut.

Gambar II.1 Rangkaian osilator RC dengan inverter

Inverter yang digunakan adalah inverter yang dilengkapi dengan Schmitt Trigger.
Fungsi Schmitt Trigger disini adalah untuk mempercepat transisi tegangan keluaran
dan memberi efek hysteresis pada tegangan masukan. Efek hysteresis ini dapat
dilihat pada Gambar II.2.

Gambar II.2 Grafik Efek hysteresis


Dari gambar tersebut terlihat bahwa keluaran baru akan turun jika masukan
melampaui V2, yaitu ambang tegangan atas (upper threshold). Selanjutnya jika
tegangan masukan diturunkan maka keluaran baru akan naik jika masukan lebih
rendah dari V1, yaitu ambang tegangan bawah (lower threshold). Pada awalnya
kapasitor belum bermuatan sehingga tegangan jepitnya adalah nol. Pada saat catu
daya dinyalakan maka tegangan masukan inverter adalah rendah sehingga
keluarannya tinggi. Oleh karena itu arus akan mengalir dari keluaran menuju ke
kapasitor C melalui tahanan R. Arus ini akan mengisi kapasitor sehingga tegangan
jepitnya akan naik perlahan-lahan secara eksponensial. Pada saat tegangan
masukan melampaui V2 maka keluaran akan turun dengan cepat. Karena saat ini
tegangan keluaran < tegangan kapasitor maka arus akan mengalir dari kapasitor
menuju ke keluaran inverter sehingga kapasitor akan mengalami proses
pengosongan. Karena mengalami pengosongan maka tegangan kapasitor akan
turun secara perlahan sampai melampui V1, saat mana keluaran inverter akan
kembali naik dan kapasitor akan mengalami proses pengisian. Hal ini akan terus
berulang sehingga keluaran akan turun dan naik secara beraturan. Hubungan antara
tegangan masukan dan keluaran inverter diperlihatkan pada Gambar I.3

Gambar II.3 Bentuk gelombang tegangan masukan dan keluaran inverter


Frekuensi dari osilator ini ditentukan oleh tahanan R, kapasitor C dan
impedansi masukan dari inverter yang digunakan. Secara umum dapat dikatakan
bahwa frekuensi keluaran adalah :
f=kxRxC (1.1)
Dimana k adalah konstanta yang harus dicari dengan eksperimen. Gerbang
TTL yang dapat digunakan pada osilator ini antara lain ialah SN7414 (Hex Schmitt
Trigger Inverter) dan SN7413 (Dual 4-input Schmitt Trigger NAND Gate).
MC40106 dari keluarga CMOS juga dapat digunakan untuk osilator ini.
Versi lain dari osilator RC adalah yang menggunakan dua gerbang seperti
yang diperlihatkan pada Gambar II.4.

Gambar II.4 Rangkaian osilator versi kedua


Pada rangkaian ini gerbang yang digunakan harus gerbang CMOS untuk
mendapatkan impedansi masukan yang besar agar arus masukan gerbang tidak
mempengaruhi konstanta waktu dari RC. Cara kerja rangkaian ini yaitu misalkan
mula-mula kapasitor tidak bermuatan sehingga tegangan jepitnya adalah nol. Jika
pada saat catu daya dinyalakan VO = 0 maka VA juga = 0 sehingga VB = VDD.
Akibatnya kapasitor akan mengalami pengisian dari keluaran N1 melalui RX
sehingga tegangan jepit kapasitor dan VC akan naik secara perlahan.
Karena impedansi masukan dari N1 sangat besar maka tegangan jatuh pada R1 = 0
sehingga V A = VC. Pada saat VA melampaui ambang logika-1 maka VB akan turun
ke logika-0 sehingga VB = 0 dan VO naik ke logika-1 sehingga VO = VDD. Akibatnya
kapasitor akan mengalami proses pengosongan melalui RX. Tegangan jepit
kapasitor dipantau oleh N1 melalui R1. Pada saat tegangan ini turun melampaui
ambang logika-0 maka keluaran N1 akan beralih ke logika-1 sehingga VB = VDD
dan kapasitor akan mengalami proses pengisian kembali. Hal ini akan terus
berulang sehingga VO akan merupakan tegangan persegi dengan frekuensi :
f = (RX.CX) / 2,2 (1.2)
Hubungan antara tegangan kapasitor dengan tegangan keluaran adalah seperti yang
diperlihatkan pada Gambar II.5.
Gambar I.5 Hubungan antara tegangan kapasitor dengan tegangan keluaran
Dengan mengganti gerbang NOT dengan gerbang NAND atau NOR maka
rangkaian osilator dapat dikontrol. Dengan adanya kontrol ini maka osilator dapat
dinyalakan atau dipadamkan dengan mengatur nilai logika dari satu masukan
gerbang. Contoh rangkaian ini adalah seperti yang diperlihatkan pada Gambar I.6.

Gambar I.6 Osilator dengan gerbang NAND

Pada rangkaian ini, gerbang NOT digantikan dengan gerbang NAND. Jika
masukan KONTROL diberi logika-1 maka gerbang N1 akan di-enable sehingga
osilator akan bekerja. Jika kontrol diberi logika-0 maka N1 di-disable sehingga
keluarannya akan selalu tinggi sehingga osilator tidak bekerja.
Apabila diinginkan, maka rangkaian ini dapat juga diimplementasikan dengan
menggunakan gerbang NOR seperti yang diperlihatkan pada Gambar I.7.

Gambar I.7 Osilator dengan gerbang NOR


Pada rangkaian ini, osilator akan bekerja jika masukan kontrol berlogika-0.
Jika kontrol berlogika-1 maka keluaran N1 akan selalu rendah sehingga osilator
tidak bekerja.
Pada ketiga rangkaian osilator ini, R1 berfungsi agar gelombang tegangan
keluaran memiliki duty cycle = 50%. Yang dimaksud dengan duty cycle adalah
perbandingan antara lamanya keluaran berlogika-1 dengan lama satu siklus lengkap.
Sebagai contoh, sauatu gelombang tegangan dikatakan memiliki duty cycle jika
dalam satu siklus selama 1 detik, gelombang tersebut berlogika-1 hanya selama 0,5
detik. Apabila duty cycle sebesar 50% tidak diperlukan maka tahanan R1 dapat
ditiadakan.
Selain gerbang-gerbang logika, LM555 juga dapat dioperasikan sebagai
osilator. Pada penggunaannya sebagai osilator IC ini dirangkai sedemikian rupa
agar mampu untuk men-trigger dirinya sendiri. Contoh rangkaiannya adalah seperti
yang diperlihatkan pada Gambar I.8.

Gambar I.8 Osilator dengan LM555


Pada osilator ini perioda pengisian kapasitor adalah :
T1 = 0,693 x (RA + RB) x C (1.3)
sedangkan perioda pengosongan kapasitor adalah :
T1 = 0,693 x RB x C (1.4)
Frekuensi keluaran dari osilator adalah :
f = 1,44 / (RA + 2RB).C (1.5)
sedangkan duty cycle adalah :
D = (RA + RB)/(RA + 2RB) (1.6)
B. Osilator LC (Arsita)
Gambar II.9 Rangkaian osilator LC

Osilator digunakan di banyak rangkaian elektronik dan sistem yang


menyediakan sinyal "waktu" sentral yang mengendalikan operasi sekuensial dari
keseluruhan sistem. Osilator mengkonversi input DC (tegangan supply) ke dalam
output AC (bentuk gelombang), yang dapat memiliki berbagai macam bentuk
gelombang dan frekuensi yang berbeda yang dapat menjadi rumit di dasar atau
gelombang sinus sederhana tergantung pada aplikasinya. Osilator juga digunakan
di banyak peralatan uji yang menghasilkan gelombang sinusoidal sinus, persegi,
gigi gergaji atau bentuk gelombang berbentuk segitiga atau hanya bentuk pulsa
dengan lebar variabel atau konstan. Osilator LC biasanya digunakan di
rangkaian frekuensi radio karena karakteristik noise fase yang baik dan kemudahan
penerapannya.
Sebuah Osilator pada dasarnya adalah sebuah Penguat dengan “Umpan-
balik Positif”, atau umpan balik regeneratif (di-fase) dan salah satu dari banyak
masalah dalam desain rangkaian elektronik yang menghentikan penguat dari
berosilasi ketika mencoba untuk mendapatkan osilator untuk berosilasi. Osilator
berjalan karena mereka mengatasi kerugian rangkaian resonator umpan balik
mereka baik dalam bentuk kapasitor , induktor atau keduanya di rangkaian yang
sama dengan menerapkan energi DC pada frekuensi yang dibutuhkan ke dalam
rangkaian resonator ini. Dengan kata lain, osilator adalah sebuah penguat yang
menggunakan umpan balik positif yang menghasilkan frekuensi output
tanpa menggunakan sinyal input. Ini adalah mempertahankan diri.
Kemudian sebuah osilator memiliki penguat umpan balik sinyal kecil
dengan gain loop terbuka sama atau sedikit lebih besar dari satu untuk osilasi
dimulai tapi untuk melanjutkan osilasi, gain loop rata-rata harus kembali ke satu
kesatuan. Selain komponen reaktif ini, alat Penguatan seperti Penguat Operasional
atauTransistor Bipolar diperlukan.Tidak seperti penguat tidak ada input AC
eksternal yang diperlukan untuk menghasilkan Osilator berjalan karena energi
supply DC diubah oleh osilator menjadi energi AC pada frekuensi yang dibutuhkan.
Frekuensi Resonansi Osilator LC

1
𝑓𝑟 = 2𝜋 (1.7)
√𝐿𝐶

Dimana:
 L adalah Induktansi di Henries.
 C adalah Kapasitansi di Farad.
 𝑓𝑟 adalah Frekuensi output di Herzt

Persamaan ini menunjukkan bahwa jika L atau C menurun, frekuensi akan


meningkat. Frekuensi output ini biasanya diberi singkatan ( ƒr ) untuk
mengidentifikasinya sebagai "frekuensi resonansi". Untuk menjaga agar osilasi
terjadi dalam rangkaian tangki LC , kita harus mengganti semua energi yang hilang
dalam setiap osilasi dan juga menjaga amplitudo osilasi ini pada tingkat konstan.
Oleh karena itu jumlah energi yang diganti harus sama dengan energi yang hilang
selama setiap siklus. Jika energi yang diganti terlalu besar maka amplitudo akan
meningkat sampai terjadi potongan jalur supply. Sebagai alternatif, jika jumlah
energi yang diganti terlalu kecil, amplitudo akhirnya akan turun menjadi nol seiring
waktu dan osilasi akan berhenti. Cara termudah untuk mengganti energi yang hilang
ini adalah dengan mengambil bagian dari output dari rangkaian tangki LC ,
menguatkannya dan kemudian memasukkannya kembali ke rangkaian LC lagi.
Proses ini dapat dicapai dengan menggunakan penguat tegangan
menggunakan op-amp, transistor FET atau bipolar sebagai perangkat aktifnya.
Namun, jika gain loop penguat umpan balik terlalu kecil, osilasi yang diinginkan
meluruh menjadi nol dan jika terlalu besar, bentuk gelombang menjadi terdistorsi.
Untuk menghasilkan osilasi konstan, tingkat energi yang dimasukkan ke jaringan
LC harus dikontrol secara akurat. Maka harus ada beberapa bentuk amplitudo
otomatis atau kontrol gain ketika amplitudo mencoba bervariasi dari tegangan
referensi baik atas maupun bawah. Untuk mempertahankan osilasi stabil, gain
keseluruhan rangkaian harus sama dengan satu atau kesatuan. Sedikit dan osilasi
tidak akan mulai atau mati jauh ke nol, semakin banyak osilasi akan terjadi namun
amplitudonya akan terpotong oleh jalur supply yang menyebabkan distorsi.
Perhatikan rangkaian di bawah ini.
Rangkaian Dasar Transistor Osilator LC

GambarII.10 Rangkaian dasar transistor osilator LC


Sebuah Transistor Bipolar digunakan sebagai osilator LC penguat dengan
menyetel rangkaian tangki LC bertindak sebagai beban kolektor. Lain coil L2
dihubungkan antara basis dan emitor dari transistor yang medan elektromagnetik
adalah “saling” ditambah dengan yang dari coil L "Saling induktansi" ada di
antara dua rangkaian dan arus perubahan yang mengalir dalam satu rangkaian coil
menginduksi, dengan induksi elektromagnetik, tegangan potensial di sisi
lain (efek transformator) sehingga osilasi terjadi pada rangkaian yang disetel, energi
elektromagnetik ditransfer dari koil L ke coil L2 dan tegangan dengan
frekuensi yang sama seperti pada rangkaian setel yang diterapkan antara basis
dan emitor transistor. Dengan cara ini diperlukan tegangan umpan balik
otomatis yang diperlukan pada transistor penguat.

Jumlah umpan balik dapat ditingkatkan atau dikurangi dengan mengubah


kopling antara dua coil L dan L2. Bila rangkaian berosilasi impedansinya bersifat
resistif dan tegangan kolektor dan basis 180o di luar fase. Untuk menjaga osilasi
(disebut stabilitas frekuensi), tegangan yang diterapkan pada rangkaian yang disetel
harus "dalam fase" dengan osilasi yang terjadi pada rangkaian yang isetel. Oleh
karena itu, kita harus memasukkan pergeseran fasa 180o tambahan ke jalur umpan
balik antara kolektor dan basisnya. Hal ini dicapai dengan memutar coil L2 ke arah
yang benar relatif terhadap coil L yang memberi kita hubungan amplitudo dan fasa
yang benar untuk rangkaian Osilator atau dengan menghubungkan jaringan
pergeseran fasa antara output dan input penguat.
Karena Osilator LC itu merupakan “Sinusoidal Osilator” atau
“Osilator Harmonik”. Osilator LC dapat menghasilkan gelombang sinus frekuensi
tinggi untuk digunakan pada aplikasi jenis frekuensi radio (RF) dengan penguat
transistor dari Transistor Bipolar atau FET. Osilator Harmonik hadir dalam
berbagai bentuk karena ada banyak cara untuk membangun jaringan filter LC dan
penguat dengan kapasitor Osilator LC Hartley, Osilator LC Colpitts, Osilator
Armstrong dan Osilator Clapp dan beberapa nama.

C. Osilator Kristal (Harni Rarak & Nur Aryadint)


Osilator kristal adalah osilator yang menggunakan kristal sebagai kalang
penentu frekuensi osilator frekuensi tetap jika dibutuhkan stabilitas yang tinggi.
Osilator Kristal berfungsi untuk menghasilkan sinyal dengan tingkat kestabilan
frekuensi yang sangat tinggi. Kristal pada osilator ini terbuat dari quartz atau
Rochelle salt dengan kualitas yang baik. Material ini memiliki kemampuan
mengubah energi listrik menjadi energi mekanik berupa getaran atau sebaliknya.
Kemampuan ini lebih dikenal dengan piezoelectric effect.
Gambar II.11 Rangkaian Osilator Kristal
Gambar diatas memperlihatkan rangkaian setara kristal. Rangkaian setara
resonansi seri akan berubah jika kristal ditempatkan pada suatu wadah atau
“pemegang”. Kapasitansi akibat adanya keping logam akan terhubung paralel
dengan rangkaian setara kristal. Dalam hal ini kristal memiliki kemampuan untuk
memberikan resonansi paralel dan resonansi seri. Pada osilator, kristal yang
berfungsi sebagai rangkaian resonansi seri, kristal seolah-olah memiliki induktansi
(L), kapasitansi (C) dan resistansi (R). Nilai L ditentukan oleh massa kristal, harga
C ditentukan oleh kemampuannya berubah secara mekanik dan R berhubungan
dengan gesekan mekanik.
Contoh pengaplikasian osilator kristal yaitu :
 Digunakan untuk menentukan frekuensi clock pada rangkaian.
 Untuk aplikasi yang menuntut stabilitas suhu yang lebih tinggi, kristal
dapat dioperasikan didalam sebuah oven kecil yang dijaga agar suhunya
selalu konstan.
Adapun kelebihan dari osilator kristal yaitu mempunyai stabilitas suhu yang
sangat bagus. Lazimnya, nilai koefisien suhu kristal berada dikisaran ±50ppm
direntangan suhu operasi normal dari -20°C sampai dengan +70°C. Bandingkan
dengan koefisien suhu kapasitor yang bisa mencapai beberapa persen. Sedangkan
kekuranganya yakni semakin tinggi frekuensi fundamental sebuah kristal, semakin
tipis keping kristal tersebut, sehingga keping kristal menjadi rapuh dan mudah
patah.
Seperti telah dinyatakan sebelumnya, pada beberapa aplikasi dibutuhkan
clock dengan frekuensi yang sangat teliti. Clock seperti ini tidak dapat dibangkitkan
dengan menggunakan osilator RC karena tingkat ketelitian osilator ini sangat
rendah. Sebagai gantinya digunakan osilator kristal. Disebut osilator kristal karena
osilator ini menggunakan kristal kwarsa sebagai komponen penentu frekuensinya.
Kristal kwarsa memiliki frekuensi resonan yang ditentukan oleh ketebalannya.
Umumnya frekuensi resonannya berbanding terbalik dengan ketebalannya.
Kelebihan dari kristal ini ialah frekuensi resonannya sangat akurat dan
hanya sedikit terpengaruh oleh suhu ataupun komponen eksternal. Oleh karena itu
kristal ini sangat banyak digunakan pada peralatan yang membutuhkan osilator
dengan frekuensi yang teliti. Salah satu alat yang paling sering mengunakan osilator
kristal adalah jam. Ketelitian dari jam ditentukan oleh ketelitian frekuensi clock
yang meng-increment-nya. Jika frekuensi clock keitnggian maka jam akan menjadi
terlalu cepat. Sebaliknya jika frekuensi clock terlalu rendah maka jam akan terlalu
lambat. Oleh karena itu dibutuhkan osilator yang dapat membangkitkan pulsa clock
yang sangat teliti agar jam tidak terlalu cepat atau terlalu lambat.
Osilator kristal dapat dibangun dengan menggunakan gerbang TTL ataupun
CMOS. Pada penggunaannya sebagai osilator kristal, gerbang-gerbang yang
digunakan dipaksa untuk bekerja didaerah liniernya yang umumnya harus dihindari
jika gerbang-gerbang ini digunakan sebagai perangkat logika. Agar dapat berosilasi
gerbang-gerbang ini harus bersifat sebagai penguat linier. Hal ini dapat dicapai
dengan memberikan umpanbalik dari keluaran ke masukan suatu gerbang melalui
sebuah tahanan, seperti yang diperlihatkan pada Gambar II.5.
Gambar II.12 Contoh penggunaan umpan balik pada suatu inverter

Jika keluaran inverter rendah maka arus akan mengalir dari masukan ke
keluaran melalui R sehingga memaksa masukan untuk turun ke logika-0.
Sebaliknya jika keluaran tinggi maka arus akan mengalir dari keluaran ke masukan
melalui R sehingga memaksa masuka untuk naik ke logika-1. Demikian seterusnya
sampai tercapai keadaan steady state dimana masukan tidak rendah dan tidak tinggi,
sehingga gerbang bekerja pada daerah liniernya. Nilai tahanan umpanbalik harus
disesuaikan dengan jenis gerbang yang digunakan. Nilai ini harus dipilih agar
tegangan keluaran gerbang kira-kira setengah tegangan catu. Dengan demikian
maka kisar naik dari tegangan keluaran akan sama dengan kisar turunnya. Contoh
rangkaian osilator kristal dengan gerbang TTL dapat dilihat pada Gambar II.6.

Gambar II.13 Osilator kristal dengan gerbang TTL


Pada contoh ini digunakan dua buah inverter untuk mendapatkan
umpanbalik positip. Masingmasing inverter diberi umpanbalik negatip melalui
sebuah tahanan. Kristal kwarsa dihubungkan seri dengan sebuah kapasitor variabel
antara keluaran dengan masukan osilator. Fungsi kapasitor variabel disini ialah
untuk menala frekuensi agar benar-benar sesuai dengan yang diinginkan dan
sekaligus membatasi arus eksitasi dari kristal. Jika menggunakan gerbang CMOS
maka umumnya rangkaian osilator yang digunakan adalah osilator Collpits, dimana
kapasitor digunakan pembagi tegangan kapasitip. Contoh rangkaian ini dapat
dilihat pada Gambar II.7.

Gambar II.13 Osilator kristal dengan gerbang CMOS

Inverter N1 dioperasikan sebagai penguat linier dengan memberi


umpanbalik negatip melalui tahanan R. Kapasitor C1 dan C2 berfungsi sebagai
pembagi tegangan kapasitip. Inverter N2 berfungsi sebagai penyangga agar N1 tidak
dibebani oleh beban osilator. Agar dapat berosilasi maka tegangan masukan atau
umpanbalik dari osilator ini harus :
VIN = VO / AV (1.8)
Dimana AV adalah faktor penguatan tegangan dari gerbang.
Jika AV = 1 maka VIN = VO
Agar VIN = VO maka C1 = C2
Fungsi kapasitor variabel C adalah untuk menala osilator dan membatasi
arus eksitasi dari kristal. Pada rangkaian osilator ini nilai C1 dan C2 biasanya lebih
kecil dari 47 pF agar tidak mempengaruhi frekuensi resonan dari kristal. Nilai
tahanan R harus dipilih sedemikian rupa agar tegangan keluaran mendekati VDD/2
pada saat osilator tidak bekerja. Dengan demikian maka tegangan keluaran dapat
naik dan turun dengan simpangan yang sama.
D. Osilator Relaksasi (Justika Sari & Ade Ilham T.K.)
Osilator relaksasi adalah osilator dimana kondensator diisi sedikit demi
sedikit kemudian dikosongkan dengan cepat. kondensator diisi melalui resistor,
menyebabkan tegangan yang membentangi kondensator mendekati tegangan
pengisi pada kurva eksponensial. peranti penahan dijajarkan dengan kondensator.
Disamping itu osilator relaksasi menggunakan pengisian dan penguatan
muatan pada suatu kapasitor melalui suatu hambatan. Suatu perubahan yang terjadi
secara eksponesial dalam waktu disebut relaksasi. Oleh karena pengisian muatan
oleh tegangan tetap bersifat eksponensial. Osilator relaksasi dapat dibuat dengan
menggunakan lampu neon, transistor sambungan tunggal unijunction
transistor(UJT), PUT, op-amp, dan transistor.
Osilator relaksasi relaksasi menghasilkan beberapa bentuk gelombang non
sinus, yaitu : gelombang kotak, segitiga, pulsa dan gigi gergaji.
Osilator relaksasi lampu neon

(a) (b)
Gambar 14. (a) Osilator relaksasi lampu neon ; (b) Isyarat keluaran
Pada gambar diatas menunjukkan rangkaian osilator relaksasi lampu neon.
Lampu neon yang digunakan adalah lampu neon kecil yang sering digunakan pada
pena-uji atau lampu panel.
Lampu neon berisi gas neon pada tekanan amat rendah. Di atas suatu nilai
tegangan tertentu lampu neon menyala dan hambatan lampu neon menjadi amat
kecil. Ini terjadi karena nyala lampu neon disebabkan oleh ionisasi gas neon antara
kedua kutub. Mula-mula kapasitor diisi muatan R. akibatnya tegangan pada
kapasitor, yaitu tegangan keluaran, akan naik secara eksponensial. Jika tegangan ini
mencapai tegangan nyala lampu neon, maka lampu neon akan menyala, dan
hambatannya akan turun. Akibatnya muatan listrik yang sudah terkumpul di C
dibuang melalui lampu neon, dan tegangan keluaran akan turun dengan amat cepat
menuju nol. Selanjutnya lampu neon akan padam dan hambatannya menjadi besar
lagi. Kini kapasitor akan diisi muatan lagi, sehingga tegangan keluaran naik lagi.
Selanjutnya lampu neon akan menyala lagi. Demikian seterusnya, sehingga terjadi
gelombang berbentuk gigi gergaji, dan lampu neon akan terus berkedip.
Osilator UJT
Uni junction transistor (UJT) atau transistor sambungan tunggal adalah
komponen elektronika aktif yang terbuat dari bahan semikonduktor . UJT memiliki
tiga terminal dan hanya memiliki satu sambungan. Pada umumnya UJT digunakan
sebagai saklar elektronik dan penghasil isyarat pulsa. Pulsa susunan UJT
ditunjukkan pada gambar 14.

(a) (b) (c)


Gambar 14. (a) Struktur UJT ; (b) Rangkaian setara ; (c) Lambang UJT
Pada gambar 14. (b) hambatan Rb1 dan Rb2 adalah hambatan setara di dalam
UJT. Hambatan Rb1 dinyatakan variable oleh karena nilainya berubah dengan arus
emitor IE . Karakteristik UJT dapat diuji dengan menggunakan rangkaian seperti
gambar dibawah ini.

(a) (b)
Gambar 14. (a) rangkaian untuk menguji UJT ; (b) rangkaian setara
Jika diode D ada dalam keadaan tegangan mundur, arus IE = 0 dan hambatan
RB1 menyatakan nilai maksimum ini.
Hambatan basis adalah Rb1 + Rb2 dan dinyatakan sebagai Rbb . parameter UJT
yang sering digunakan orang adalah yang disebut nisbah hambatan basis instrinsik
(intrinsic stand-off ratio),
Dengan mengatur posisi pengusap pada potensiometer Rv tegangan VE dapat
diubah. Jika VE > VEO, diode D mendapat tegangan maju. Akibatnya emitor akan
memancarkan lubang ke dalam basis. Lubang ini ditolak oleh basis B2 yang
mempunyai potensial positif, dan lubang akan terdorong masuk ke basis B1. Oleh
karena jumlah muatan bebas dalam basis B1 bertambah maka konduktivitas akan
naik, atau hambatan Rb1 akan turun sedemikian rupa sehingga dengan kenaikan arus
emitor IE tegangan emitor VE akan turun. Daerah nilai IE ini yang tegangannya VE
t turun jika arus emitor IE naik disebut daerah hambatan negatif. Selanjutnya,
kenaikan arus emitor IE dengan emitor VE akan bertambah sedikit. Daerah nilai arus
ini disebut daerah penjenuhan.
BAB III
PENUTUP
(Ade Ilham T.K.)
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari makalah ini adalah:
1. Osilator atau Oscillator adalah suatu rangkaian elektronika yang
menghasilkan sejumlah getaran atau sinyal listrik secara periodik
dengan amplitude yang konstan. Jadi sinyal arus DC (searah) dari
rangkaian alat pencatu daya atau Power Supply dikonversikan oleh
rangkaian osilator menjadi sinyal AC (bolak-balik) sehingga
menghasilkan sinyal listrik pada periodik yang memiliki amplitude
konstan.
2. Dalam suatu osilator tidak ada sinyal yang diberikan dari luar. Sinyal
awal untuk menyulut osilasi biasanya diberikan oleh tegangan derau
yang muncul sewaktu catu daya dihidupkan. Seluruh osilator umpan
balik memerlukan beberapa devais atau mekanisme yang menyediakan
penguatan yang mana akan dikombinasikan dengan sebuah susunan
umpan balik. Pada penguat atau amplifier, maka terdapat penguatan
tegangan yang input dan outputnya terhubung melalui rangkaian umpan
balik. Hal ini mengembalikan sebuah fraksi dari tegangan output ke
input. Pada umumnya penguat dan rangkaian umpan balik akan
mengubah besar dan fasa dari sinyal.
3. Osilator terbagi atas 4 yaitu osilator RC, LC, kristal dan relaksasi.

B. Saran
Adapun saran dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui lebih
jelasnya dan lebih luas terhadap rangkaian osilator, sangat disarankan dilakukannya
praktikum agar dapat diketahui bentuk dari osilator itu sendiri sejara detail.
DAFTAR PUSTAKA

Sutrisno, 1987, Elektronika 2 Teori Dasar dan Penerapannya, ITB: Bandung.

Malvino, 1992, Prinsip-Prinsip Elektronika (edisi Terjemahan), Erlangga: Jakarta.

Mancini, Ron; Palmer, Richard (March 2001). "Application Report SLOA060:


Sine-Wave Oscillator". Texas Instruments Inc. Retrieved August 12, 2015.

Anda mungkin juga menyukai