Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penerapan kurikulum 2013 merupakan salah satu upaya pemerintah

untuk dapat memperbaiki proses belajar yang ada. Perbaikan tersebut dengan

penyempurnaan pola pikir yaitu pembelajaran yang berkembang harusnya

berpusat pada peserta didik dengan pola pembelajaran aktif-mencari (diperkuat

dengan model pembelajaran pendekatan sainstifik), pembelajaran interaktif,

pembelajaran berkelompok dan juga pembelajaran kritis yang tercantum dalam

Permendikbud nomor 69 tahun 2013. Berdasarkan Permendikbud tersebut dapat

dipahami bahwa pola pembelajaran yang ditekankan sekarang ini menuntut

pembelajaran yang mengedepankan keterampilan berpikir kritis peserta didik.

Pembelajaran kritis menekankan pada kegiatan deduksi, kesimpulan, pengakuan

asumsi, interpretasi dan, evaluasi argumen.

Hasil wawancara dengan Ibu Mustaqimah,S.Pd guru mata pelajaran

kimia di SMA Negeri 3 Banjarmasin, diperoleh informasi bahwa peserta didik

pada mata pelajaran kimia khususnya pada materi koloid menunjukkan bahwa

aktivitas dan hasil belajar peserta didik masih kurang. Peserta didik mengalami

kesulitan dalam memahami materi koloid. Kesulitan yang sering dihadapi oleh

peserta didik pada materi tersebut adalah cara membedakan jenis-jenis koloid

yang memerlukan daya ingat yang baik. Hal ini dibuktikan dengan hasil belajar

peserta didik pada saat ulangan harian jauh di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal

1
2

(KKM). Hal ini dapat dilihat dari jawaban peserta didik pada materi koloid saat

dievaluasi hanya 45,95% dari 37 peserta didik yang mendapatkan nilai di atas

KKM.

Hasil belajar yang rendah dapat ditinjau penyebabnya dari aktivitas guru

dan peserta didik dalam proses pembelajaran. Pada proses pembelajaran peserta

didik kurang aktif, kurang memahami dan kurang mampu mengolah data yang ada

menjadi sebuah informasi sehingga dapat dikatakan kurangnya keterampilan

berpikir. Peserta didik telah terbiasa mendapatkan informasi hanya yang

disampaikan guru saja tanpa menanggapi sehingga pembelajaran menjadi kurang

bermakna. Dengan demikian, pembelajaran berpusat kepada guru dan hanya

terjadi satu arah dalam penyampaian informasi. Adapun peserta didik yang

bertanya dalam kelas saat pembelajaran hanya beberapa saja, itupun yang

bertanya adalah orang-orang yang sama setiap pertemuan.

Salah satu yang mengakibatkan peserta didik kurang keterampilan

berpikir secara kritis pada materi koloid membuat peserta didik sulit memahami

materi yang disampaikan. Hal ini dapat dilihat dari tes awal tentang keterampilan

berpikir kritis di kelas XI PMIA 2 SMAN 3 Banjarmasin, hasil tes tersebut hanya

8 peserta didik yang tergolong cukup kritis atau sekitar 21,6% dari 37 peserta

didik, sedangkan yang lainnya tergolong tidak kritis. Keterampilan berpikir kritis

yang rendah dapat dilihat juga dari analisis soal ulangan pada materi koloid. Dari

analisis soal, soal tersebut tidak mengembangkan peserta didik untuk berpikir

kritis. Soal hanya berada pada tingkatan C1-C3 saja, padahal untuk mengem-

bangkan keterampilan berpikir kritis soal harus berada di tingkatan C4-C6.

2
3

Cara untuk mengatasi kurangnya keterampilan berpikir kritis peserta

didik dan memaksimalkan keterlibatan peserta didik agar hasil belajar meningkat

adalah menerapkan model pembelajaran yang sesuai. Salah satu model

pembelajaran yang menunjang keberhasilan belajar mengajar adalah

diterapkannya model pembelajaran inkuiri terbimbing. Langkah-langkah pada

model pembelajaran inkuiri terbimbing melibatkan peserta didik agar dapat

melakukan penyelidikan secara langsung untuk memecahkan masalah sehingga

dapat melatih keterampilan berpikir kritisnya.

Menurut Dewi (2016), inkuiri terbimbing menjadikan guru sebagai

fasilitator yang akan membantu peserta didik untuk menemukan sendiri

pemecahan masalah yang dihadapi selama proses pembelajaran berlangsung,

dengan begitu akan tercipta pembelajaran yang aktif di kelas. Hal itu sejalan

dengan penelitian Azizah, Jayadinata, & Gusrayani (2016), menyatakan pada

model inkuiri terbimbing peseta didik dilibatkan secara aktif dalam memberikan

hipotesis, menyelidiki, mengumpulkan beberapa data untuk menguji hipotesis,

mengkomunikasikan bukti-bukti. Menurut hasil penelitian Azizmalayeri, Jafari,

Asgari, & Omidi (2012), menyebutkan model pembelajaran inkuiri terbimbing

mampu meningkatkan kemampuan berpikir kritis.

Model inkuiri terbimbing jika dikaloborasikan dengan bervisi SETS akan

menghasilkan suasana pengajaran yang baru bagi peserta didik. Hal ini bisa

membuat peserta didik merespon pembelajaran dengan baik sehingga proses

pembelajaran menjadi aktif. Hal ini sependapat dengan penelitian Umami &

Jatmiko (2013), menyatakan peserta didik merasa lebih senang dan termotivasi

3
4

dengan semua aktivitas yang dilakukan selama proses pembelajaran menggunakan

model inkuiri dengan SETS berlangsung.

Model Pembelajaran bervisi SETS bertujuan agar pembelajaran kimia

lebih kontekstual dan peserta didik dapat menghubungkan konsep yang telah

dipelajari dengan fenomena dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Binadja

(2005a), visi SETS digunakan sebagai cara pandang yang memandang bahwa

konsep sains tidak berdiri sendiri, tetapi selalu berhubungan dengan lingkungan,

teknologi, dan masyarakat. Konsep sains sesuai dengan hakikatnya yang

menyatakan sains merupakan pembelajaran yang erat kaitannya dengan kehidupan

sehari-hari. Dengan demikian peserta didik mampu menjelaskan dan menyelesai-

kan isu atau masalah-masalah yang berkaitan dengan teknologi, serta pengaruhnya

terhadap lingkungan dan masyarakat.

Berdasarkan uraian di atas, diharapkan dengan menerapkan pembelajaran

dengan model inkuiri terbimbing bervisi SETS dapat meningkatkan keterampilan

berpikir kritis dan hasil belajar peserta didik. Dengan demikian, penulis tertarik

untuk melakukan penelitian tindakan kelas di kelas XI PMIA 2 pada koloid di

SMAN 3 Banjarmasin tahun pelajaran 2017/2018.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang, maka rumusan masalah pada

penelitian ini adalah sebagai berikut :

(1) Bagaimana aktivitas guru dalam melaksanakan pembelajaran materi koloid

melalui penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing bervisi SETS di

kelas XI PMIA 2 SMA Negeri 3 Banjarmasin tahun pelajaran 2017/2018?

4
5

(2) Bagaimana aktivitas peserta didik dalam melaksanakan pembelajaran materi

koloid melalui penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing bervisi

SETS di kelas XI PMIA 2 SMA Negeri 3 Banjarmasin tahun pelajaran

2017/2018?

(3) Apakah model pembelajaran inkuiri terbimbing bervisi SETS dapat

meningkatkan keterampilan berpikir kritis pada pembelajaran materi koloid di

kelas XI PMIA 2 SMA Negeri 3 Banjarmasin tahun pelajaran 2017/2018?

(4) Apakah model pembelajaran inkuiri terbimbing bervisi SETS dapat

meningkatkan hasil belajar peserta didik pada pembelajaran materi koloid di

kelas XI PMIA 2 SMA Negeri 3 Banjarmasin tahun pelajaran 2017/2018?

(5) Bagaimana respon peserta didik dalam menggunakan model pembelajaran

inkuiri terbimbing bervisi SETS pada pembelajaran materi koloid di kelas XI

PMIA 2 SMA Negeri 3 Banjarmasin tahun pelajaran 2017/2018?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang dikemukakan di atas, maka

penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:

(1) Aktivitas guru dalam menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing

bervisi SETS pada pembelajaran materi koloid di kelas XI PMIA 2 SMA

Negeri 3 Banjarmasin tahun pelajaran 2017/2018.

(2) Aktivitas peserta didik dalam menggunakan model pembelajaran inkuiri

terbimbing bervisi SETS pada pembelajaran materi koloid di kelas XI PMIA

2 SMA Negeri 3 Banjarmasin tahun pelajaran 2017/2018.

(3) Peningkatan keterampilan berpikir kritis peserta didik melalui model

5
6

pembelajaran inkuiri terbimbing bervisi SETS pada pembelajaran materi

koloid di kelas XI PMIA 2 SMA Negeri 3 Banjarmasin tahun pelajaran

2017/2018.

(4) Peningkatan hasil belajar peserta didik dalam menggunakan model

pembelajaran inkuiri terbimbing bervisi SETS pada pembelajaran materi

koloid di kelas XI PMIA 2 SMA Negeri 3 Banjarmasin tahun pelajaran

2017/2018.

(5) Respon peserta didik terhadap model pembelajaran inkuiri terbimbing

bervisi SETS pada pembelajaran materi koloid di kelas XI PMIA 2 SMA

Negeri 3 Banjarmasin tahun pelajaran 2017/2018.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penulisan makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat

antara lain:

(1) Sebagai salah satu pertimbangan dalam penerapan model pembelajaran yang

sesuai untuk materi kimia yang dipandang sebagai proses.

(2) Sebagai sarana untuk mengembangkan keterampilan berpikir kritis pada

peserta didik sehingga dapat meningkatkan hasil belajarnya.

(3) Sebagai pengetahuan bagi pembaca khususnya guru dan calon guru, dalam

penerapan model inkuiri terbimbing sebagai model pembelajaran dalam

peningkatan keterampilan berpikir kritis dan hasil belajar.

1.5 Definisi Operasional

Definisi ini dilakukan untuk menghindari salah penafsiran istilah yang

6
7

digunakan. Adapun beberapa istilah yang perlu didefinisikan sebagai berikut:

(1) Model pembelajaran inkuiri terbimbing adalah rangkaian pembelajaran yang

menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan

menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan sedang-

kan guru membimbing peserta didik. Sintaks dari model pembelajaran inkuiri

terbimbing meliputi: orientasi, merumuskan masalah, mengajukan hipotesis,

mengumpulkan data, menguji hipotesis, dan merumuskan kesimpulan.

(2) Visi SETS adalah cara pandang ke depan yang membawa ke arah pemahaman

bahwa segala sesuatu yang kita hadapi dalam kehidupan ini mengandung

aspek sains, lingkungan, teknologi dan masyarakat sebagai satu kesatuan

serta saling mempengaruhi secara timbal balik.

(3) Inkuiri terbimbing bervisi SETS ialah guru tetap memberikan pengajaran

sains kemudian membawa peserta didik ke situasi untuk memanfaatkan

konsep sains ke bentuk teknologi untuk kepentingan masyarakat serta

berpikir kemungkinan akibat yang timbul dalam proses pentransferan sains

tersebut ke dalam bentuk teknologi.

(4) Keterampilan berpikir kritis adalah kemampuan berpikir reflektif yang

berfokus pada pola pengambilan keputusan tentang apa yang harus diyakini

dan harus dilakukan. Indikator berpikir kritis yang digunakan berdasarkan

Ennis. Adapun indikator berpikir kritis yang diambil menurut Ennis terdapat

6 indikator yang ingin dicapai yaitu memfokuskan pertanyaan, memper-

timbangkan kredibilitas sumber, menganalisis argumen, menginduksi dan

menganalisis hasil induksi, mengidentifikasi istilah dan mempertimbangkan

7
8

definisi, dan memutuskan suatu tindakan.

(5) Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki setiap individu setelah proses

pembelajaran. Hasil belajar digunakan sebagai tolak ukur dalam tingkat

keberhasilan pembelajaran baik secara kuantitatif maupun kualitatif

pengetahuan yang dikuasai peserta didik. Adapun hasil belajar yang akan

diukur yaitu pengetahuan, sikap dan keterampilan.

Anda mungkin juga menyukai