Anda di halaman 1dari 7

RINGKASAN CEKUNGAN NATUNA

DISUSUN OLEH :

Pendahuluan

Cekungan Natuna Barat merupakan cekungan sedimen yang terletak di sisi barat Pulau Kalimantan.
Cekungan ini merupakan bagian dari lempeng Eurasia, bagian dari Sundaland. Cekungan ini
mempunyai dasar berupa kerak benua.

Gambar 1: Peta lokasi Cekungan Natuna Barat.

Sejarah Pembentukan Cekungan Natuna Barat

Sekitar 45-50 juta tahun yang lalu terjadi kolisi antara Lempeng India dengan Lempeng Eurasia
(Tapponier, 1986; Dewey, 1988; Peltzer & Tapponnier, 1988; Harrison, 1992; Le Pichon, 1992 dan
Hall, 2002) yang menghasilkan pemekaran di Eurasia melalui sejumlah sesar strike-slip utama
(Gambar 2). Sesar ini yang menyebabkan transtensional dan berhubungan dengan terbukanya
cekungan-cekungan pada Sundaland selama Tersier (Peltzer & Tapponnier, 1988).
Seluruh evolusi yang terjadi pada cekungan natuna selama tersier terus berlanjut hingga saat
ini. Cekungan Natuna Barat menunjukkan tanda aktivitas tektonik yang berkelanjutan dari awal
terjadinya dan semua aktivitas setelahnya. Dimulai dengan pemekaran dan setelah terjadi
pembalikan itu secara tektonik. Perubahan dari gaya ekstensional menjadi gaya kompresional terjadi
dalam waktu yang relatif singkat, akibat adanya pengaturan ulang lempeng secara global. McClay &
Bonora (1998) mengenalkan dua arah utama sesar secara regional: trend Timurlaut-Baratdaya dan
Baratlaut-Tenggara, yang secara aktif menyebabkan deformasi berkelanjutan. Arah sesar yang
pertama umumnya terdapat pada setengah cekungan sisi tenggara, sementara yang satu lagi
umumnya diamati pada setengah Cekungan Natuna Barat sisi baratlaut. Sesar ini, utamanya planar-
domino style, menyebabkan half-grabens seperti saat cekungan mulai meluas pada Eosen akhir.
Tektonik inversi yang terjadi pada regional cekungan merupakan penyebab terjadinya antiklin
tumbuh yang terbalik, dengan karakteristik sayapdepan yang hampir datar dan sayapbelakang
dengan sudut yang kecil. Geometri bentuk baji umum terdapat pada endapan synextensional dan
syn-inversion (Cooper dan Williams, 1989).

Tektonik Natuna Barat


Perkembangan tektonik Natuna Barat dapat dibagi dalam empat perbedaan fase:

1) Crustal extensional,

2) Post-rift quescence period,

3) Syn-inversion,

4) Post-inversion.

Crustal Extensional
Crustal extensional dan rifting di Cekungan Natuna Barat berlangsung selama Eosen Bawah sampai
Oligosen dalam reaksi kolisi dari subkontinen India dengan Eurasia. Faktor pertama trend rifting
adalah transtensional di graben baratlaut dan timurlaut, yang diisi oleh endapan lacustrine yang
terjadi secara lateral karena proses ekstrusi Indocina dan rotasi dari zona subduksi Sumatra sebagai
akibat dari lekukan Lempeng India dan Asia. Faktor kedua adalah adanya rift trend yang dominan di
tenggara dan baratdaya.

Post-rift Quiescence Period


Dari Oligosen Tengah sampai Miosen Awal, cekungan Natuna Barat memasuki masa pasif. Pada saat
itu terjadi pengendapan beberapa formasi.

Syn-Inversion
Bukti pertama dari inversi di cekungan Natuna Barat terjadi pada 23 Ma dalam bentuk
ketidakselarasan di barat Fomasi. Inversi kedua kira-kira 22 Ma dan bukti dimulainya fase graben
utama. Reaktivasi dan pembalikan dari patahan sebelumnya mengontrol formasi. Inversi dimulai
dengan patahan graben besar dan disusul dengan grabengraben yang lebih kecil. Dasar geometri
struktur right-lateral shear regime.
Post-Inversion
Inversi dan pergerakan sesar hampir berhenti pada Miosen Tengah dan cekungan regional
mengalami fase subsiden tenang selama formasi muda mengalami deposisi.

Stratigrafi Cekungan Natuna Barat


Cekungan Natuna Barat sangat berkaitan dengan sejarah tektonik cekungan, yaitu syn-rift, postrift,
syn-inversion dan post iinversion. Sedimen Tersier Cekungan Natuna Barat, diendapkan pada
basement granitik dan metamorfik Pra-Tersier. Tersier Awal (Oligosen Awal–Miosen Tengah) banyak
disusun oleh sedimen non-marine, mulai dari lakustrin, fluvialo-deltaic dengan transgresi laut minor
pada Miosen Awal. Kondisi laut hanya dimulai selama Miosen Akhir yang masih berlanjut sampai
saat ini.

Urutan Syn-Rift
Formasi Belut (Eosen Tengah – Oligosen Awal)
Formasi Belut merupakan unit pengendapan syn-rift yang mengisi half graben Natuna Barat. Formasi
Belut menyisakan ketidakselarasan pada basemen granitik dan metamorfik Pra-Tersier dan ditutupi
oleh Formasi Gabus Bawah. Ketebalan Formasi Belut ini berkisar antara 550 – 2000 kaki. Dan
mungkin mencapai hingga 10.000 kaki pada pusatnya. Kehadiran half-graben extensional dan rift
valley mengontrol pola-pola penyebaran dan pengendapan dari Formasi Belut. Litologi pada Formasi
Belut mengandung perlapisan klastik berwarna merah, subordinat vulkanik dan kemungkinan
lempung lacustrin pada titik pertengahan half-graben. Perlapisan pada formasi ini berwarna cokelat
kemerah-merahan, hal ini terjadi karena adanya paleo-oksidasi yang sebagian besar menyusun
batupasir arkosik dan konglomerat dengan metamorf lithoklastik yang berangsur berubah menjadi
warna abu-abu terang, cokelat, merah dan batulempung ungu dan batulanau. Batuan vulkaniknya
terdiri dari konglomerat dengan fragmen lithik vulkanik, batupasir vulkaniklastik, vulkanik debris
flow, dan beberapa tuff vulkanik dalam bentuk batulempung yang berwarna kuning muda. Data
sumur menunjukkan bahwa batupasir menyusun sekitar 10 – 70 % seluruh bagian dan kebanyakan
telah terkompaksi dan tersementasi dengan baik, sehingga menunjukkan pula bahwa sejarah
terbentuknya pada lingkungan burial dalam.

Serpih Keras/Sambas (Oligosen Awal – Tengah)


Satuan serpih ini menyebabkan keselarasan pada Belut’s Red Bed dan pada sebagian luas
menyamping sejajar dengan Formasi Gabus Bawah. Interval ini merupakan serpih lacustrin airtawar
mayor yang paling tua dalam Cekungan Natuna Barat. Satuan pengendapan serpih muda
Keras/Sambas dikontrol oleh topografi lembah, karenanya penyebarannya tidak meluas secara
regional. Akibatnya, akumulasi yang paling tebal terdapat di cekungan “paleo deep”. Umumnya
satuan serpih ini memiliki ketebalan dari 200 kaki sampai 2500 kaki. Secara litologi, satuan ini massif,
dapat dibelah dan sangat karbonatan. Plant debris adalah yang umum hadir, terbukti dengan Keras
Serpih yang menjadi sumber minyak secara kondisi thermal.
Urutan Post – Rift
Formasi Gabus Bawah (Oligosen Awal – Tengah)
Penyebaran Formasi Gabus Bawah menyebar luas secara regional, kecuali pada bagian yang paling
bawah. Pengendapannya tidak dikontrol oleh topografi basemen. Satuan ini mewakili transisi sejarah
cekungan dari tektonik syn – rift sampai sedimentasi post – rift. Formasi Gabus Bawah merupakan
endapan syn – rift, yang umumnya berkembang dengan baik dalam graben mayor Paleogen pada
cekungan, seperti graben-graben Anoa, Raja Gajah, dan Anambus/Bawal. Formasi Gabus Bawah
merupakan sikuen pengendapan yang terus berlanjut, dengan bidang batas ketidakselarasan pada
bagian atas dan bagian bawahnya. Formasi ini terdiri dari serpih dan batulempung dengan sisipan
batupasir yang tipis dan tebal, yang diendapkan di alluvial flood plain atas hingga daerah muka
pantai, sedangkan pada tubuh batupasir yang paling tipis diendapkan pada fasies lakustrin. Batupasir
tersebut memilki butiran dari yang sangat halus sampai sedang. Struktur sedimen internal yang ada
pada formasi ini adalah paralel laminasi, cross bedding, dan ripple laminasi dengan bioturbasi.
Sekitar 48 %, batupasir ini menyusun formasi iini. Ketebalan dari batupasir ini sekitar 350 kaki, dan
sekitar kurang dari 15 kaki disusun oleh batupasir channel pada lingkungan distal. Satuan serpihan
terdiri dari batulempung lanauan masif yang mengandung mineral pyrit, dan plant debris.

Serpih Gajah/ Gabus (Oligosen Tengah)


Serpih Gajah/ Gabus ini memilki ketebalan maksimum yang dapat diamati sekitar 750 kaki di daerah
Anoa. Pada titik tengahnya, yang berada di sebelah selatan Anoa, data seismik menunjukkan bahwa
ketebalannya sekitar 1.200 kaki. Formasi ini memiliki warna merah – cokelat, walaupun semakin
kearah pusat cekungan warnanya berangsur menjadi warna abu-abu, yang menunjukkan adanya
perubahan tingkat oksidasi. Pada struktur pengangkatan yang tinggi, Formasi Serpih Gajah ini
menunjukkan rekahan-rekahan kecil yang sangat keras dalam matriksnya, karena terhentinya proses
lithostatic selama pengangkatan berlangsung. Rekahan-rekahan tersebut menyebabkan masalah
pada saat pengeboran karena tidak bisa mengurangi beban pada saat pengeboran. Satuan serpih ini
sebagai penanda yang memisahkan Formasi Gabus Bawah dari Formasi Gabus Atas yang lebih muda.

Formasi Gabus Atas (Oligosen Akhir – Miosen Awal)


Formasi ini merupakan sikuen sedimen post-rift yang paling muda. Penyebarannya meluas melalui
cekungan, dengan bagian yang paling tebal berada pada pusat graben Paleogen. Sikuen ini
mengandung batupasir sisipan batuserpih. Bukti dari inti pengeboran, menunjukkan pengujian
biostratigrafi dan wireline log mengindikasikan bahwa bagian yang paling bawah dari Formasi Gabus
Atas ini diendapkan di bawah kondisi lingkungan terrestrial, fluvial, dan lacustrin. Secara llithologi,
formasi ini terdiri dari batupasir dan sisipan batuserpih, yang menyerupai pada bagian dasar dari
Formasi Gabus Bawah. Batupasir diendapkan sebagai fluvial channel. Channel-channel tersebut
terlihat seperti bentuk meander kompleks pada alluvial plain yang berasosiasi dengan tanggul sungai
dan celah di dalam gletser. Semua batupasir pada formasi ini mengandung butiran kuarsa dari yang
halus sampai sedang, dan kebanyakan masif, akan tetapi secara lokal terdapat struktur sedimen
paralel laminasi, ripple cross laminasi dan cross bedding.

Syn – Inversi
Formasi Serpih Barat (Oligosen Akhir – Miosen Awal)
Formasi ini sebagian besar berwarna abu-abu dan cokelat muda kemerah-merahan, terdiri dari
batulempung lanauan dan serpih, serta diendapkan pada lingkungan danau. Pada umumnya,
batuserpih ini mengandung lignite dan plant debris yang karbonatan. Glaukonit dan batupasir halus
ada pada beberapa lokasi. Struktur sedimen graded bedding, bioturbasi dan paralel laminasi
terdapat pada beberapa inti sumur di area Belida dan Udang. Dan menyebar luas di semua cekungan
yang memilki ketebalan sekitar 1.000 kaki di area sekitar AK-1X dan umumnya menebal kearah barat
didalam Cekungan Malay. Pada umumnya, bagian timur Cekungan Natuna Barat, Formasi Barat
hilang oleh tidak adanya pengendapan atau oleh erosi. Kearah timur menuju Busur Natuna, formasi
ini menjadi fasies garis pantai yang lebih pasiran. Seluruh akumulasi hidrokarbon Gabus Atas
memiliki Serpih Barat sebagai penutup atas. Ketebalan Formasi Serpih Barat dan variasi fasies
merekam proses-proses awal terjadinya pengangkatan, perkembangan jebakan, dan proses
preservasi reservoir di seluruh bagian cekungan. Periode perkembangan struktur ini menandakan
asal mulanya terjadinya perlipatan kompresi Sunda dalam titik pusat half graben.

Formasi Arang (Miosen Awal – Tengah)


Formasi ini diendapkan sebagai bagian dari laut dan fluvial deltaik batupasir dan batulempung , yang
menunjukkan penebalan cepat dari arah barat ke dalam Cekungan Malay. Lapisan batubara juga
meningkat dari arah barat dan mungkin menghasilkan gas dan perubahan kondensasi reservoir
Formasi Arang di daerah Malaysia. Bagaimanapun, lapisan tipis batubara pada formasi ini di
Cekungan Natuna Barat umumnya belum matang yang membuatnya terlihat tidak seperti sumber-
sumber hidrokarbon.

Formasi Arang Bawah


Formasi Arang Bawah ini menunjukkan permulaan terjadinya laut yang dianggap sebagai fosil laut
yang paling tua. Lingkungan laut diduga mengalami transgresi dari timur laut hingga busur Natuna.
Batupasir formasi ini diendapkan dibawah mulut bar, tidal channel dan garis pantai bar yang
menandai asal mulanya laut. Bagian yang mengalami agradasi alami yang berkombinasi dengan
batupasir hingga batulempung memberikan satuan yang rupanya berlanjut secara lateral, umumnya
ditemukan pada endapan laut. Batupasir menyebar luas dan terlihat lebih banyak mengandung
kuarsa dengan fragmen-fragmen lithic daripada batupasir Gabus yang lebih tua. Batupasir mudah
dikenali dalam pemotongan oleh kehadiran mineral-mineral glaukonit

Formasi Arang Tengah


Formasi ini dikarakteristikkan oleh kehadiran lapisan batubara yang memiliki jenis lingkungan
pengendapan laut sampai shelf. Lapisanlapisan batubara tersebut berwarna hitam dan brittle
dengan ketebalan rata-rata sekitar 3 kaki. Walaupun, batubara merupakan sumber hidrokarbon yang
baik, tetapi batubara pada Formasi Arang Tengah ini umumnya belum matang untuk perkembangan
minyak. Akan tetapi, matang secara termal lebih jauh di bagian barat Cekungan Malay.

Post Inversi
Formasi Muda
Formasi yang berumur dari Miosen Atas sampai Recent ini merupakan sikuen pengendapan
termuda yang hadir di Cekungan Natuna Barat. Formasi ini menyebabkan ketidakselarasan pada
sikuen Formasi Arang dan menutupi formasi-formasi yang lebih tua lainnya di beberapa tempat.
Batas paling bawah dari sikuen Formasi Muda ini, pada umumnya, ditandai oleh sebuah angular
unconformity dan batas pada bagian atasnya adalah dasar laut. Formasi yang termuda di Cekungan
Natuna Barat ini relatif tidak terdistribusi secara meluas. Data seismik yang melewati cekungan ini
relatif menunjukkan llapisan-lapisan horizontal dengan kemiringan sudut yang kecil pada bagian
cekungan. Beberapa channel sub-laut terlihat dengan jelas pada rekaman seismik. Patahan
memotong bagian bawah dari Formasi Muda ini sebagai perluasan dari patahan yang lebih tua
secara aslinya. Terlepas dari kemungkinan pembentukan tudung secara regional, sikuen Muda ini,
merupakan bahasan yang tidak menarik perhatian dalam eksplorasi minyak dan gas.

Anda mungkin juga menyukai