Anda di halaman 1dari 10

POLA PENGALIRAN

Menurut A.D. Howard (1966), analisa pola pengaliran adalah alat yang sangat
penting sebagai dasar penafsiran geologi foto terutama didaerah berelief rendah. Pada
foto udara berskala besar memungkinkan untuk mengamati cabangcabang sungai
kecil dan permukaan erosi yang halus, karena sangat mudah teramati oleh foto udara.
Pada foto udara skala kecil akan memberikan gambaran umum pola pengaliran.
Pola pengaliran adalah rangkaian bentuk aliran-aliran sungai pada daerah
lemah tempat erosi mengambil bagian secara aktif serta daerah rendah tempat air
permukaan mengalir dan berkumpul (A.D. Howard, 1967).
Teknik penginderaan jauh dapat digunakan untuk menyadap data
fisiografik melalui pendekatan kenampakan fisik permukaan, karena pada
dasarnya teknik penginderaan jauh menggambarkan obyek-obyek fisik yang
tampak langsung di permukaan bumi (Sutanto, 1985). Obyek-obyek dipermukaan
bumi dibedakan menjadi tiga kelompok besar, yaitu tanah atau batuan, air atau
sungai dan vegetasi.
Menafsirkan pola pengaliran dengan menggunakan citra berperan dan
membantu mengungkapkan adanya:
1. Perbedaan dan sebaran jenis batuan, struktur geologi.
2. Variasi kelerengan, bentuk lahan dan proses geomorfologi yang mengendalikan
daerah tersebut.

A. Pola Pengaliran Dasar


1. Pola Pengaliran Dendritik
Menurut A.D. Howard (1967):
-Bentuk menyerupai cabang-cabang pohon
-Mencerminkan kekerasan batuan yang sama
(homogenitas batuan) atau soil seragam
-Lapisan sedimen horisontal atau miring landai
-Kontrol struktur tidak begitu nampak jelas
Menurut Von Badat (1962):
-Tidak ada kontrol struktur
-Terjadi pada material kedap air bertekstur halus

Menurut William D.Thornburry (1969):


-Percabangan aliran-aliran yang tidak
beraturan dalam banyak banyak arah
-Berkembang pada batuan dengan resistensi
seragam
-Tidak ada kontrol struktur
-Terdapat pada batuan sedimen mendekati
horisontal atau area batuan beku masif,
dapat juga pada batuan yang termetamorfkan

Kesimpulan:
Pola pengaliran dendritik memiliki beberapa karakteristik:
1. Bentuk pola aliran berupa percabangan
2. Umumnya berkembang pada batuan dengan resistensi yang seragam
3. Terjadi pada material kedap air bertekstur halus
4. Tidak ada kontrol struktur yang tampak jelas
5. Terdapat pada batuan miring landai hingga horisontal
2. Pola Pengaliran Paralel

Menurut A.D. Howard (1967):


- Dibentuk dari aliran cabang-cabang
sungai yang sejajar atau paralel pada bentang
alam yang memanjang
Mencerminkan kemiringan lereng yang cukup besar dan hampir seragam

Menurut William D.T (1969):


-Biasanya ditemukan pada kelerengan atau
adanya kontrol struktur yang membentuk
aliran-aliran paralel atau mendekati paralel
dengan jarak teratur satu sama lainnya.

Menurut Von Bandat (1962):


- Berkembang pada material bertekstur
halus dengan lereng terjal
- Berkembang sepanjang formasi
berlaminasi yang berbeda ketahanannya
seperti batupasir-serpih
- Paling umum sepanjang “steep clay scarps” dengan sungai obsekuen.

Kesimpulan:
Pola pengaliran paralel memiliki beberapa karakteristik:
1. Terbentuk dari aliran cabang-cabang sungai yang sejajar atau hampir
sejajar pada bentang alam memanjang
2. Berkembang pada material bertekstur halus dengan kemiringan lereng
yang cukup besar

3. Pola Pengaliran Trellis

Menurut Howard (1967):


- Dibentuk dari cabang-cabang sungai kecil yang berukuran sama, dengan
aliran tegak lurus sepanjang sungai induk subsekuen yang paralel
- Terdapat pada daerah lipatan, patahan yang paralel, daerah blok
punggungan pantai hasil pengangkatan dasar laut, daerah vulkanik atau
metasedimen derajat rendah dengan pelapukan yang berbeda-beda

Menurut William D.T. (1969):


-Menampilkan sistem aliran subparalel, biasanya
mengalir sepanjang jurus dari formasi batuan atau di
antara bentukkan topografi yang baru terbentuk dari
endapan oleh angin atau es
-Sungai utama sering membentuk cabang-
cabang sungai mendekati siku-siku di antara
punggungan yang sejajar
-Merefleksikan kontrol struktur yang jelasLembah anak-
anak sungai biasanya berupa lembah-lembah jurus
subsekuen.

Kesimpulan:
Pola pengaliran trellis memiliki beberapa karakteristik:
1. Terbentuk dari cabang-cabang sungai kecil yang relatif berukuran sama
dengan aliran tegak lurus atau mendekati tegak lurus sepanjang sungai
induk subsekuen yang paralel.
2. Merefleksikan kontrol struktur yang jelas, terdapat pada daerah lipatan,
patahan yang paralel, dan yang lainnya.

B. Pola Pengaliran Ubahan

1. Pola Pengaliran Subdendritik


Menurut Howard (1967):
- Pola ubahan dari dendritik, karna pengaruh topografi dan struktur
- Adanya pengaruh struktur kekar secara perlahan pola ini berkembang
menjadi pola trellis. Pada pola ini, topografi sudah miring, struktur sudah
berperan tetapi sudah sangat kecil.

2. Pola Pengaliran Subparalel

Menurut Howard (1967):


a. Kemiringan lereng sedang atau dikontrol
oleh bentuklahan subparalel
b. Dikontrol oleh lereng, litologi, dan struktur
Lapisan batuan relatif seragam resistensinya

Menurut Von Bandat (1962):


a. Cabang-cabang yang sejajar
menghubungkan sungai utama dengan
membentuk sudut
b. Umumnya pada dataran pantai dalam
material halus atau lava streams

Kesimpulan:
Pola subparalel memiliki beberapa karakteristik:
a. Cabang-cabang yang sejajar menghubungkan sungai utama membentuk
sudut
b. Dikontrol oleh lereng, litologi, dan strukturLapisan batuan relatif seragam
resistensinya

3. Pola Pengaliran Angulate


Menurut Von Badat (1962):
a. Suatu modifikasi dari pola angular
b. Cabang-cabang kecil sejajar
c. Merupakan kontrol retakan dan banyak dijumpai pada batu sedimen
berbutir seperti batupasir dalam kedudukan hampir horisontal

Menurut Howard (1967):


1. Kelokan tajam dari sungai kemungkinan akibat
sesar
2. Kelurusan anak sungai diakibatkan kekar
3. Pada litologi yang berbutir kasar dengan
kedudukan horisontal
4. Biasanya angulate dan rectangular terdapat
pada satu daerah

Kesimpulan:
Pola pengaliran angulate memiliki beberapa karakteristik:
1. Cabang-cabang kecil sejajar
2. Kelurusan anak sungai diakibatkan kekar
Banyak dijumpai pada batu sedimen berbutir kasar dengan kedudukan horisontal
atau hampir horisontal

5.
C. Penyimpangan Aliran
Penyimpangan aliran sungai adalah penyimpangan bersifat lokal dari
keseluruhan pola yang tidak sesuai dengan kondisi topografi dan kendali struktur
geologi regional. Berbagai penyimpangan pola pengaliran sungai telah menjadi
bahan diskusi yang menarik, karena akan menjadi sangat penting terutama pada
daerah datar. Analisa penyimpangan pola pengaliran dapat memberikan petunjuk
adanya gejala struktur geologi, litologi dan proses geomorfologi yang pernah
berlangsung.
1. Rectilinearity
Adalah bagian sungai yang lurus dan panjang, tetapi secara umum
menyimpang dari pola umum daerah tersebut, hal ini ditafsirkan adanya
rekahan atau tanggul yang mudah tererosi.
2. Local Meandering
De Blieux telah menguraikan penyimpangan
sungai secara menarik diladang minyak Lafitte,
Jeferson Paris, kira-kira 15 mil selatan New Orleans.
Gangguan adanya meander yang tiba-tiba ini dapat
dihubungkan dengan reduksi naik yang disebabkan
oleh munculnya kubah sepanjang sungai.

3. Compressed Meanders
De Blieux dan Sheperd (1951)
menguraikan adanya meander yang tertekan dan
terpotong, hal ini dipengaruhi oleh lingkungan
setempat, yaitu adanya kubah.

4. Local Braided

Terdapat didaerah New Orleans yang


juga disebabkan adanya kubah garam scully.
Bentuk teranyam biasanya menunjukan
ketidakmampuan sungai membawa beban kasar,
hal ini bisa disebabkan oleh:
1. Beban kasar lokal atau berkurangnya arus
sungai
2. Berkurangnya jumlah air oleh adanya aliran bawah permukaan setempat
3. Atau adanya faktor geologi atau hidrologi lainnya.

D. Tekstur Pengaliran
Tekstur pengaliran pada foto udara termasuk parameter yang mudah
diamati dan perlu, karena terstur pengaliran dikendalikan oleh:
1. Iklim, vegetasi, dan besar butir akibat pelapukan
2. Kemampuan peresapan
3. Topografi dan kelerengan
4. Tingkat erosi
Berdasar bermacam pengendali tekstur di atas, dapat disimpulkan bahwa
ukuran butir memegang peranan yang penting.
Istilah tekstur pengaliran dipakai dalam arti yang relatif untuk menunjukan jarak
antar sungai orde 1, yaitu halus, sedang, kasar, sedang. Oleh karena itu,
pemakaian istilah tekstur tanpa keterangan tidak dapat dibenarkan, tidak hanya
karena istilahnya menjadi bermacam-macam bagi orang yang berbeda
pemahamanya juga karena skalanya yang berbeda-beda.
Pembagian tekstur menurut way (1920) berdasarkan pada skala 1:20.000, yaitu:
1. Tekstur halus
a. Apabila jarak antar anak sungai orde 1 lebih kecil dari 0,25 inci
b. Memperlihatkan sebaran aliran yang banyak dengan jaringan yang
rapat karena meliputi sungai-sungai kecil yang banyak sekali.
c. Cirinya disusun oleh batuan berukuran butir halus seperti
batulempung, serpih, batulanau, tuff, atau pada material kedap air.
2. Tekstur kasar
a. Apabila jarak antar anak sungai orde 1 lebih besar dari 2 inci
b. Memperlihatkan pola sebaran aliran yang kecil yang lebih panjang
dengan jaringan yang lebih renggang, lembah-lembah sungai terpisah
lebih lebar.
c. Cirinya disusun oleh material yang lolos air seperti pasir, krikil, dan
batuan lapuk yang butir-butirnya berukuran kasar.
3. Tekstur sedang
a. Apa bila jarak antar anak sungai orde 1 antara 0,25-2 inci
b. Cirinya berada diantara ciri-ciri tekstur pengaliran yang kasar dan
halus.

Bentuk Lembah
Lembah merupakan kenampakkan pengatusan terkecil yang terlihat pada
foto udara, yang ukurannya kurang lebih satu meter lebar dan beberapa ratus
meter panjangnya. Lembah merupakan hasil erosi pada material tidak kompak
oleh aliran permukaan dan berkembang pada daerah dengan curah hujan yang
tidak cukup banyak meresap ke dalam tanah tetapi mengalir dan terkumpul pada
alur. Alur ini semakin besar dan memiliki bentuk tertentu yang terpengaruh oleh
material tempat terbentuknya. (Lillesand & Kiefer, 1979)
Bentuk lembah berhubungan dengan resistensi batuan, resistensi batuan
dipengaruhi oleh ukuran butir, komposisi, dan proses yang mengendalikannya.
Bentuk lembah dapat dibagi menjadi tiga, yaitu:
1. Bentuk lembah sempit seperti huruf “V” dengan dinding terjal, umumnya
disusun oleh batuan berbutir kasar, seperti breksi, batupasir kasar.
2. Bentuk lembah agak sempit membentuk huruf “V” landai sampai “U”
agak terjal dengan dinding agak landai-terjal, umumnya disusun oleh
batuan berbutir sedang, sepertu batupasir sangat halus sampai sedang.
3. Bentuk lembah melandai membebtuk huruf “U” landai dengan dinding
landai, umumnya disusun oleh batuan berbutir halus, seperti batulempung.

Jenis sungai berdasarkan tempat mengalirnya dapat dibagi menjadi:


1. Alluvial stream, yaitu sungai mengalir diatas endapan alluvial.
2. Bedrock stream, yaitu sungai yang mengalir diatas batuan dasar.

F. Tempat Mengalirnya
Jenis sungai berdasarkan tempat mengalirnya dapat dibagi menjadi:
1. Alluvial stream, yaitu sungai mengalir diatas endapan alluvial.
2. Bedrock stream, yaitu sungai yang mengalir diatas batuan dasar.
DAFTAR PUSTAKA

Howard. A. D., 1967. Drainage Analysis in Geologic Interpretation: A


Summation, Bull. Am. Assoc. Petroleum Geol., 51, pp. 2246-2259.
Katili, J.A; 1950. Geologi. Jakarta; Departemen Urusan Riset Nasional.
Lillesand, T.M. and R.W. Kiefer. 1990. Penginderaan Jauh dan Interpretasi
Citra. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Noor, Djauhari. 2009. Pengantar Geologi. Bogor: CV. Graha Ilmu.
Sastroprawiro, Suroso & Yudo Wiyono. 1992. Pedoman Praktikum
Geomorfologi. Yogyakarta: Jurusan Teknik Geologi UPN “VETERAN”
YOGYAKARTA.
Suharini, Erni & Abraham Palagan. 2014. Geomorfologi: Gaya, Proses, dan
Bentuk Lahan. Yogyakarta: Penerbit Ombak.
Thornburry, William D. 1969. Principles of Geomorphology. New York: John
Willy dan Sons, Inc.
Tim Penyusun. 2017. Buku Panduan Praktikum Geoinderaja. Yogyakarta:
Program Studi Teknik Geologi UPN “VETERAN” YOGYAKARTA.

Anda mungkin juga menyukai