Anda di halaman 1dari 15

Laboratorium Geologi Minyak dan Gas Bumi 2019

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang


Minyak bumi merupakan energi yang tak terbarukan.
Beberapa teori menyatakan bahwa minyak bumi berasal dari mikro
organisme yang mengalami perubahan komposisi dan struktur
karena proses biokimia di bawah pengaruh tekanan dan suhu
tertentu dalam rentang waktu yang sangat panjang sehingga butuh
waktu yang lama untuk bisa terbentuk kembali. Sementara itu
tingginya tingkat ketergantungan masyarakat dunia pada minyak
bumi. Mendarong eksplorasi yang besar-besaran sehingga
menyebabkan cepat habisnya cadangan minyak bumi.
Batuan Induk (Source Rock) adalah batuan karbonat yang
berasal dari zat-zat organic yang terendapkan oleh batuan sedimen.
Sehingga tidak terjadi siklus carbon seperti selayaknya. Justru
karbonat terendapkan dan menjadi batu. Contoh dari batuan source
rock adalah batu gamping, dan kini telah di temukan hidrokarbon
yang terbentuk dari batu bara.

I.2. Maksud dan Tujuan


Maksud dan tujuan dari analisa kali ini agar pratikan dapat
mengolah data geokimia yang sudah di berikan secara baik dan benar.
serta dapat menentukan potensi dari batuan induk dan menentukan
tipe tipe karogen dan menentukan tingkatan kematangan batuan
induk.

Nama : Vian Rosyadi


NIM : 111.160.123
Plug : 9
Laboratorium Geologi Minyak dan
Gas Bumi 2019

BAB II

METODE PENELITIAN
II.1. Langkah Kerja

Pada analisa batuan induk kali ini kita melakukan perhitungan


data yang diberikan dari laboratorium dimana data dari daerah
Geokimia Kutai dan merupakan data sekunder, dimana data tersebut
didapatkan dari Rock Eval Pyrolisis dan data analisis kerogen serta
vitrinit. Dari data tersebut dapat kita olah mencari kedalaman vs TOC,
PY (potential yield) vs TOC, HI (Hydrogen Index) vs OI (oxygen
Index), dan HI (hydrogen Index) vs Tmax. Dimana nantinya hasil
perhitungan tersebut menghasilkan nilai yang disesuaikn dengan
klasifikasi yang sudah ditentukan.

Nama : Vian Rosyadi


NIM : 111.160.123
Plug : 9
Laboratorium Geologi Minyak dan
Gas Bumi 2019

BAB III

PEMBAHASAN
III.1. Analisa Kualitas Material Organik Batuan Induk

Dalam analisa Toc (Total Organic Carbon) dilakukan dengan


menggunakan alat yaitu Leco Carbon Analyzer. Dalam melakukan
analisa ini, sampel yang digunakan dapat berupa inti batuan, serbuk
pemboran atau sample.

Presentasi TOC terhadap kualitas yang didapatkan menurut Peter &


Cassa (1994) ditunjukkan pada tabel dibawah ini.

Tabel 1.Presentasi nilai TOC (Peter &Cassa, 1994)

Berikut merupakan hasil analisa kualitas batuan induk pada sampel


dari Sumur Oshore, Lapangan Kutai yang disajikan dalam bentuk tabel
dan grafik.

Nama : Vian Rosyadi


NIM : 111.160.123
Plug : 9
Laboratorium Geologi Minyak dan
Gas Bumi 2019

Tabel 2. Analisa Kualitas Batuan Induk

Dari data analisa tersebut didapatkan hasil pada formasi Lower


Kampungbaru pada kedalaman 3005-3055m didapatkan hasil litologi berupa
serpih karbonan, lanau, batugamping, batupasir halus, batupasir berfosil,
serpih hitam dengan TOC berkisar 1,8% – 2,28% yang berarti pada formasi
ini memiliki Kualitas baik dan sangat baik serta py berkisar 2,38 mg/gr – 4,13
mg/gr yang artinya memiliki kualitas Cukup Baik hingga Baik.

Dan pada formasi Upper Balikpapan pada kedalaman 3055-3105m


didapatkan hasil litologi berupa batubara ,batugamping, batupasir kasar,
batulemung coklat, lempung dengan TOC berkisar 40%–80% yang berarti
pada formasi ini memiliki Luar Biasa serta py berkisar 31,7 mg/gr - 80,03
mg/gr yang artinya memiliki kualitas Luar Biasa.

Nama : Vian Rosyadi


NIM : 111.160.123
Plug :9
Laboratorium Geologi Minyak dan
Gas Bumi 2019

Gambar 1. Grafik Depth vs TOC

Berdasarkan grafik tersebut dapat diketahui bahwa semakin dalam


keberadaan batuan induk maka nilai TOC akan semakin besar yang
disebabkan oleh peningkatan tekanan dan temperature.

Nama : Vian Rosyadi


NIM : 111.160.123
Plug :9
Laboratorium Geologi Minyak dan
Gas Bumi 2019

Gambar 2. Grafik Tingkat Kualitas Batuan Induk TOC vs PY

Berdasarkan grafik tersebut, dapat dilihat sebaran nilai PY berkisar


pada kisaran Cukup Baik hingga Luar Biasa sedangkan untuk nilai TOC dari
sampel tergolong baik hingga Luar Biasa

Dari hasil tersebut dapat dikatakan analisa kualitas batuan induk pada
sumur onshore di Lapangan Kutai yang terdapat pada Formasi Upper
Balikpapan dan juga Formasi Lower Kampungbaru secara umum
menunjukkan kualitas Baik dan cocok untuk di eksplorasi.

Nama : Vian Rosyadi


NIM : 111.160.123
Plug : 9
Laboratorium Geologi Minyak dan
Gas Bumi 2019

III.2. Analisa Tipe Material Organik dan Potensial Hidrokarbon

III.2.1. Analisa Secara Langsung

Material organic dapat diklasifikasikan menjadi dua tipe utama yaitu


sapropelic dan humic (Potonie, 1908). Istilah sapropelic menunjukan hasil
dekomposisi dari lemk, zat organic lipid yang diendapkan dalam lumpur
bawah air ( laut dan danau) pada kondisi oksigen terbatas. Sedangkan
ostilah humic menjelaskan hasil dari pembentukan gambut, dan pada
umumnya berasan dari tumbuhan darat yang diendapkan pada rawa dalam
kondisi adanya oksigen.

Kerogen dapat didefinisikan sebagai material organic yang tidak dapar


larut dalam asam non oksida, Basa dan pelarut organic (Hunt, 1979),
sekitar 80 – 99% kandungan material organic pada batuan induk tersusun
oleh kerogen dan sisanya adalah bitumen.

Dalam diagram Van Krevalen yang telah dimodifikasi oleh Tissot


(1984) dan North (1985), digambarkan jalur evolosi pematangan 4 tipe
kerogen yaitu :

Tipe 1
Berjenis tipe tinggi, memiliki ciri ciri berupa sedimen –
sedimen alga, umunya merupakan endapan danau, mengandung
bahan organic sapropelic, rasio atom H:C sekitar 1,6 – 1,8.
Kerogen ini cenderung menghasilkan minyak.

Tipe 2

Berjenis tipe sedang atau intermediet memiliki tipe endapan –


endapan tepi laut. Material organiknya merupakan campuran
antara material organic asal darat dan laut, rasio atom H:C sekitar
1,4, tipe ini juga menghasilkan minyak.
 Tipe 3

Nama : Vian Rosyadi


NIM : 111.160.123
Plug :9
Laboratorium Geologi Minyak dan
Gas Bumi 2019

Kerogen tipe ini mengandung bahan organic humic yang


berasal dari darat, yakni tumbuhan tingkat tinggi(ekuivalen dengan
vitrinit pada batubara). Rasio antara atom H:C adalah 1,0. Tipe ini
cenderung untuk membentuk gas.

Tipe 4

Karogen tipe ini berasal dari berbagai sumber, namun telah


mengalami oksidasi, daur ulang atau teralterasi. Material
organiknya yang lembab miskin hydrogen dengan rasio atom H:C
<0,4 dan tidak menghasilkan hidrokarbon.

Berikut ini merupakan hasil analisa dari grafik HI (Hydrogen Index)


dan OI (Oxygen Index)

Gambar 3. Diagram Van Krevelen


Gambar tersebut menunjukkan grafik hubungan antara Hydrogen Index
(HI) dan Oxygen Index (OI). Dari gambar tersebut tipe kerogen dapat dilihat
merupakan tipe III dimana HI = S2/TOC X 100 dan OI = S3/TOC X 100

Nama : Vian Rosyadi


NIM : 111.160.123
Plug :9
Laboratorium Geologi Minyak dan
Gas Bumi 2019

Tipe Material Organik


Interval (m) Formasi
Tipe Kero (Diagram) Tipe Kero (Meriil)
3005-3015 Tipe III 0,86 Oil Prone
3015-3025 Tipe III 1,49 Oil Prone
3025-3035 Lower Kampungbaru Tipe III 1,80 Oil Prone
3035-3045 Tipe III 2,43 Oil Prone
3045-3055 Tipe III 2,09 Oil Prone
3055-3065 Tipe III 1,33 Oil Prone
3065-3075 Tipe III 1,00 Oil Prone
3075-3085 Upper Balikpapan Tipe III 0,82 Oil Prone
3085-3095 Tipe III 0,66 Oil Prone
3095-3105 Tipe III 0,41 Oil Prone

Tabel 3. Analisa Tipe Material Organik Metode Langsung

Berdasarkan hasil analisa tersebut didapatkan hasil pada Sumur


Onshore pada Lapangan Kutai memiliki hasil yang seragam. Dimulai pada
Formasi Upper Balikpapan pada kedalaman 3055 m – 3105 m hingga pada
Formasi Lower Kampungbaru pada kedalaman 3005 m – 3055 m.

Berdasarkan Diagram Van Krevelen didapatkan kerogen Tipe III.


Kemudian menurut klasifikasi Rock Eval Pyrolisis (After Merrill, 1991)
didapatkan tipe kerogen Oil Prone.

III.2.2. Analisa Secara Tidak Langsung

Metode tidak langasung yaitu mengamati potensial sumber dari suatu


kerogen dengan mengamati karakteristik fisik dan kimia yang diperkirakan
kaitannya dengan potensial sumber. Metode tidak langsung yang umumnya
digunakan adalah analisis mikroskopis dan analisis unsur

Nama : Vian Rosyadi


NIM : 111.160.123
Plug : 9
Laboratorium Geologi Minyak dan
Gas Bumi 2019

Tabel 4. Analisa Tipe Kerogen Batuan Induk Metode Tidak Langsung

Berdasarkan dari hasil analisa material organik yang berada pada Formasi
Upper Balikpapan dan Lower Kampungbaru didapatkan kerogen Tipe III saja
(Waples, 1985). Dimana pada kerogen Tipe III akan mengindikasikan material-
material organik yang terdapat pada batuan induk dari kedua formasi tersebut
dominan berasal dari material tanaman keras yang kaya akan cellulose.
Kerogen Tipe III ini menghasilkan Oil Prone (After Merrill, 1991).

III.3. Analisa Tingkat Kematangan batuan Induk

Proses kematangan batuan induk dikontrol oleh suhu dan waktu.


Pengaruh suhu yang tinggi dalam waktu singkat atau suhu yang rendah dalam
waktu yang lama akan menyebabkan terubahnya kerogen minyak bumi. Jenis
minyak bumi yang terbentuk tergantung pada tingkat kematangan panas batuan
induk, semakin tinggi tingkat kematangan panas batuan induk maka akan
terbentuk minyak bumi jenis berat, minyak bumi ringan, kondensat, dan pada
akhirnya gas.

Nama : Vian Rosyadi


NIM : 111.160.123
Plug : 9
Laboratorium Geologi Minyak dan
Gas Bumi 2019

III.3.1. Analisa Secara Langsung

Gambar 4. Diagram HI vs Tmax (Peter & Cassa, 1994)


Dari gambar di atas dijelaskan tingkat kematangan batuan induk dan
tipe kerogennya. Dari hasil analisa didapatkan hasil grafik yang menunjukkan
persebaran kematangan batuan induk. Terdapat 2 Tipe Kerogen yaitu kerogen
Tipe II – III, dan Tipe III. Dimana apabila makin dalam maka tingkat
kematangan akan semakin bertambah

Nama : Vian Rosyadi


NIM : 111.160.123
Plug : 9
Laboratorium Geologi Minyak dan
Gas Bumi 2019

III.3.2. Analisa Secara Tidak Langsung

Tingkat Kematangan
Interval (m) Formasi
%Ro SCI
3005-3015 0,65 early mature 7 Brown Optimum Oil Generation
3015-3025 0,66 peak maturity 7 Brown Optimum Oil Generation
3025-3035 Lower Kampungbaru 0,79 peak maturity 7 Brown Optimum Oil Generation
3035-3045 0,87 peak maturity 7 Brown Optimum Oil Generation
3045-3055 0,95 late maturity 7 Brown Optimum Oil Generation
3055-3065 0,98 late maturity 7 Brown Optimum Oil Generation
3065-3075 1,21 late maturity 7 Brown Optimum Oil Generation
3075-3085 Upper Balikpapan 1,27 late maturity 8 Dark Brown Mature, gas condensat
3085-3095 1,38 post 8 Dark Brown Mature, gas condensat
3095-3105 1,42 post 9 Dark Brown to Black Over mature, dry gas (traces)
Tabel 5. Analisa Kematangan Batuan Induk Metode Tidak Langsung

Pada metode tidak langsung ini menggunakan indikator berupa nilai %Ro
dan SCI. Dari indikator %Ro didapat tingkat kematangan Late Mature dan Post
Mature pada Formasi Upper Balikpapan dan Early Mature, Peak Mature dan
Late Mature pada Formasi Lower Kampungbaru (Peters & Cassa, 1994 pada
Tabel 3.10.

Berdasarkan indikator SCI didapatkan Polynomorph Colour yaitu Brown,


Dark Brown dan Dark Brown to Black pada Formasi Upper Balikpapan dengan
Maturity Degree yaitu Optimum Oil Generation, Mature, gas condensate dan
Over mature, dry gas (traces). Kemudian pada Formasi Lower Kampungbaru
didapatkan Polynomorph Colour Brown dengan Maturity Degree yaitu
Optimum Oil Generation.

Nama : Vian Rosyadi N


NIM : 111.160.123
Plug : 9
Laboratorium Geologi Minyak dan
Gas Bumi 2019

BAB IV

PENUTUP
IV.1. Kesimpulan
Dari beberapa data yang didapatkan didapatkan :
1. Kualitas material organik yang terdapat pada sampel batuan induk
termasuk Baik (Good) – Luar Biasa (Excellent)
2. Tipe material organic merupakan tipe kerogen III
3. Tipe Tipe kerogen dari sampel batuan induk menurut klasifikasi
Rock Eval Pyrolisis (After Merrill, 1991) merupakan Oil Prone.

Nama : Vian Rosyadi n


NIM : 111.160.102
Plug : 8
Laboratorium Geologi Minyak dan
Gas Bumi 2019

DAFTAR PUSTAKA

Kosoemadinata, R.P. 1980. Geologi Minyak dan Gas Bumi. ITB. Bandung

Sukandarrumdi. 2013. Geologi Minyak dan Gas Bumi Untuk Geologist Pemula.
Yogyakarta : UGMpress

Sumotarto Untung. 2016, Minyak dan Gas Bumi. Yogyakarta : Ombak

Nama : Vian Rosyadi


NIM : 111.160.123
Plug : 9

Anda mungkin juga menyukai