LATAR BELAKANG
2
Tangerang pada tahun 2017 jumlah penduduk di wilayah kerja
Puskesmas Tegal Angus yang tersebar di 6 desa tercantum pada
tabel dibawah ini.
Tabel 1. Jumlah Penduduk dan Kepadatan di Wilayah Kerja Puskesmas Tegal Angus 2018
Jumlah Penduduk
No. Desa / Kelurahan Laki-laki
Perempuan Jumlah
1 Lemo 3.358 3.429 6.787
2 Muara 1.969 1.986 3.955
3 Pangkalan 8.682 8.674 17.356
4 Tanjung Burung 3.971 4.258 8.229
5 Tanjung Pasir 4.989 5.043 10.032
6 Tegal Angus 4.810 4.743 9.553
JUMLAH 27.604 28.133 55.912
3
1.2.2 Kondisi Sosial Ekonomi
Masyarakat di daerah binaan adalah masyarakat yang berasal
etnis cina dan masyarakat asli daerah Tangerang. Kedua budaya
tersebut saling mengisi satu sama lain dan hidup secara
berdampingan. Penduduk di wilayah kerja Puskesmas Tegal Angus
secara keseluruhan bekerja sebagai buruh dan petani sesuai dengan
yang ditunjukkan pada Tabel 3. Menurut data geografis, wilayah
kerja Tegal Angus secara keseluruhan didominasi oleh daerah
persawahan dan beberapa pabrik. Daerah perekonomian Tegal
Angus mulai berkembang dan sudah bermunculan beberapa toko
swalayan kecil dan toko swalayan dari masyarakat. Menurut Data
Tahun 2017, Jumlah penduduk miskin di wilayah kerja Puskesmas
Tegal Angus pada tahun 2017 berjumlah 31.898 Jiwa yaitu sebanyak
59,3 % dari jumlah penduduk 53.822 Jiwa.
4
1.2.3 Tingkat Pendidikan
Masalah pendidikan menjadi salah satu tonggak dalam
penilaian sumber daya manusia pada suatu daerah dan menjadi
faktor penilaian kualitas kehidupan penduduk di suatu wilayah.
Berikut adalah Status pendidikan penduduk di wilayah kecamatan
Teluk Naga, khususnya daerah wilayah kerja Puskesmas Tegal
Angus.
1.2.4 Kesehatan
Berdasarkan hasil laporan bulanan penyakit (LB3)
Puskesmas Tegal Angus. Didapatkan gambaran pola penyakit yang
terjadi di puskesmas Tegal Angus didapatkan gambaran pola
penyakit yang terjadi di puskesmas pada tahun 2018 menurut
golongan semua umur. Menurut Sistem Pendataan Manajemen
Puskesmas (SIMPUS) Tegal Angus didapatkan gambaran pola
penyakit yang terjadi di puskesmas Tegal Angus, yaitu :
5
Tabel 5. Penyakit dengan Kunjungan Terbanyak bulan Mei 2018
No. Diagnosa Jumlah
1. ISPA 1285
2. Cephalgia 385
4. Dermatitis 309
5. Hipertensi primer 285
7. Gastroduodenitis 222
8. Cough 215
9. Gangguan Gigi dan Jaringan Penunjang 189
10. Unspecified Respiratory Tuberculosis 146
Sumber : Sistem Pendataan Manajemen Puskesmas Tegal Angus 2018
6
Tabel 6 (lanjutan) Sarana dan Prasarana
Gedung Puskesmas Jumlah
Ruang kesling 1 ruang
Ruang perpstakaan 1 ruang
Ruang mushola 1 ruang
Ruang Bidan 1 ruang
Dapur 1 ruang
Ruang gudang perkakas 1 ruang
WC 6 ruang
Posyandu Jumlah
Lemo 6
Muara 6
Pangkalan 10
Tanjung burung 7
Tanjung pasir 9
Tegal Angus 7
Sumber: Kantor Statistik Puskesmas Tegal Angus, 2017
7
Tabel 8. Jumlah Ketenagaan Puskesmas
No. Kategori Tenaga PNS PTT/TKK Lain-lain Jumlah
1 AKBID 0 0 0 0
2 AKPER 0 0 0 0
3 Bidan 8 6 1 15
4 D3 Gizi 1 0 0 1
5 D3 Kesling 0 0 0 0
6 Dokter Gigi 1 0 0 1
7 Dokter Umum 0 2 0 2
8 Honor 0 0 9 9
9 Pekarya 1 0 0 0
10 Perawat 3 2 0 5
Sumber: Kantor Statistik Puskesmas Tegal Angus, 2017
8
6. Pemanfaatan pekarangan dengan ditanami sayur
mayur dan Tanaman Obat Keluarga (TOGA),
Tabulapot dan Tabulakar.
7. Peningkatan kualitas kesehatan para LANSIA dengan
diadakannya program senam LANSIA dan
POSBINDU.
9
1.3.2 Wilayah Kerja dan Kependudukan
Wilayah kerja Puskesmas Tegal Angus berada di wilayah
Kecamatan Teluk Naga bagian utara yang terdiri dari enam desa
binaan yaitu Desa Pangkalan, Tanjung Burung, Tegal Angus,
Tanjung Pasir, dan Muara.
PROGRAM PUSKESMAS
Hasil
No. Upaya Kesehatan Wajib
Cakupan
1 Upaya Promosi Kesehatan 77.04%
2 Upaya Kesehatan Lingkungan 79.37%
3 Upaya Kesehatan Ibu dan Anak/ KB 91.87%
4 Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat 93.37%
Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit
5 Menular 118.37%
6 Upaya Pengobatan 131.30%
RATA-RATA PROGRAM WAJIB 98.55%
Sumber : Laporan Kinerja Puskesmas Tegal Angus Tahun 2017
10
B. Pelayanan Kesehatan Pengembangan
11
C. Perilaku Masyarakat
12
Gambar 4. Denah Wilayah Rumah Keluarga Binaan
13
Keluarga Tn. Insan bertempat tinggal di Desa Pangkalan Kp.
Sukasari RT.004/RW.005, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten
Tangerang, Propinsi Banten. Tn. Narsan saat ini berusia 35
tahun dan bekerja sebagai supir dengan penghasilan sesuai Upah
Minimum Regional berkisar Rp 1.200.000. Uang tersebut
digunakan oleh Tn. Insan untuk kebutuhan sehari-hari berupa
uang untuk sekolah anak, keperluan dapur, pembayaran listrik,
dan kebutuhan rumah tangga. Istri Tn. Insan , Ny Samiyati yang
saat ini berusia 33 tahun, tidak bekerja, pekerjaan hariannya
hanya mengurus anak semata wayangnya sehingga anak tidak
lepas dari pengawasan. Tn. Insan memiliki 1 anak. yang masih
duduk di bangku SMP.
14
yang tersedia hanya ada satu di ruang keluarga dan tidak bisa
dibuka tutup. Pencahayaan ruangan didapatkan dari celah
dinding yang terbuat dari anyaman dan dari jendela ruang
keluarga. Terdapat ruang dapur yang terletak dibelakang kamar
tidur dengan ukuran 2 m x 2 m. Saat malam hari pencahayaan
didapat dari lampu pada setiap ruangan. Kamar mandi yang
tersedia berada di belakang rumah. Dindingnya terbuat dari
spanduk terpal dan disediakan ember untuk mandi. Untuk
keperluan buang air, keluarga Tn. Narsan biasa menggunakan
jamban yang terdapat dirumahnya sendiri.
B. Lingkungan Pemukiman
Rumah Tn. Insan terletak di pemukiman yang padat penduduk.
Untuk menuju ke rumah beliau, harus berjalan kaki kurang lebih
dari 5 menit dari jalan utama tanjung pasir. Akses nya hanya
bisa dilalui oleh motor karena jalan menuju rumah sempit dan
pada pinggir jalan terdapat saluran air untuk persawahan.
Saluran air tersebut terkadang dipakai untuk warga sekitar untuk
15
Jamban umum dan Mencuci pakaian. Dibelakang rumah beliau,
terdapat kubangan saluran pembuangan namun air
pembuangannya tidak mengalir sehingga menghasilkan bau
tidak sedap. Disekeliling rumah tidak terdapat selokan untuk
menampung air hujan.
D. Pola Makan
Keluarga Tn. Insan memiliki kebiasaan makan tiga kali sehari.
Sehari - hari mereka selalu memasak makanan sendiri. Tn.
Narsan selalu mengkonsumsi sayuran, daging, namun jarang
mengkonsumsi buah-buah. Biasanya Tn. Narsan selalu
membawa bekal untuk dimakan di pabrik sewaktu jam istirahat
makan siang.
16
memeriksa kesehatannya secara rutin. Beliau ke puskesmas
hanya bila sakit. Keluarga
Ny. Samiyah, istri tn. Narsan tidak memiliki riwayat penyakit.
Ny. Siti juga jarang berobat ke puskemas dan tidak pernah
mengikuti pengobatan gratis.Tidak ada riwayat dirawat di rumah
sakit pada anaknya.
17
dan mengurus rumah tangga. Anak-anak mereka lebih sering
beraktifitas diluar seperti bermain dengan temannya.
18
No. Kriteria Permasalahan
1 Luas Bangunan Luas Bangunan Sekitar 300 m2, namun dibagi
menjadi 4 ruangan.
2 Ruangan dalam Rumah ini terdiri dari 1 ruang keluarga, 1 ruang
rumah tidur, 1 dapur dan 1 kamar mandi. Satu kamar tidur
digunakan oleh seluruh keluarga
3 Ventilasi Ventilasi yang berada terletak diatas pintu depan
hingga atas jendela dan tertutup oleh plastik. Jalur
ventilasinya melalui dinding yang terbuat dair
anyaman bamboo
4 Pencahayaan Pencahayaan di rumah ini terdapat di setiap ruangan
dan celah dari dinding saat siang hari. Jendela
berada 1 didepan rumah sebagai pencahayaan.
5 MCK Tempat Cuci Piring berada di kamar mandi dan
digabung dengan tempat cuci pakaian Dapur
terpisah dari ruangan lainnya.
6 Sumber Air a. Untuk kegiatan mandi, cuci pakaian dan cuci
piring, keluarga Tn. Narsan menggunakan
Pompa air .
b. Untuk air minum dan memasak
menggunakan air galon
7. Saluran Keluarga Tn. Narsan tidak memiliki tempat
Pembuangan pembuangan limbah
Limbah
8. Tempat Sampah dikumpulkan kemudian dibakar
pembuangan didekat persawahan
sampah
9. Lingkungan Daerah Lingkungan Padat
19
1.4.2 Keluarga Tn. Mamat
A. Data Keluarga
Keluarga binaan Tn. Mamat terdiri dari 6 anggota keluarga yang
terdiri dari istrinya Ny. Maimunah, anak kandungnya yaitu Ny. Ati,
dan Nn Apriyanti, dan menantunya, Tn. Muhammad.
20
1 orang anak. Anak pertama bernama Annisa berusia 3 tahun dan
belum bersekolah. Nn. Apriyanti, berusia 15 th pelajar SMA dan
belum bekerja.
21
Dapur
Kamar Ruang
tidur Keluarga
a
Ruang
Tamu Kamar
Tidur
C. Lingkungan Pemukiman
Rumah Tn. Mamat terletak di pemukiman yang padat
penduduk. Untuk menuju lokasi rumah Tn. Mamat harus
melewati jalan setapak dari jalan utama. Tidak terdapat aliran
selokan di depan rumah Tn. Mamat.
D. Pola Makan
Keluarga Tn. Mamat memiliki kebiasaan makan tiga kali
22
E. Riwayat Obstetrik dan Pola Asuh Ibu dan Anak
Ny. Maimunah menggunakan Kb suntik 3 Bulan. Anak
Tn. Mamat lahir dengan spontan di bidan desa setempat.
Anak Tn. Mamat juga lahir dengan berat badan normal
dengan rata-rata berat lahir 2600 gram. Anak Tn. Mamat
mengonsumsi ASI selama 1 tahun. Tidak ada penyakit atau
penyulit selama kehamilan. Imunisasi anak beliau lengkap.
Ny. Ati menggunakan Kb suntik 3 bulan. Anak Tn.
Muhammad lahir dengan spontan di bidan desa setempat.
Anak Tn. Muhammad juga lahir dengan berat badan normal
dengan rata-rata berat lahir 2500 gram. Anak Tn. Muhammad
mengonsumsi ASI selama 1 tahun. Tidak ada penyakit atau
penyulit selama kehamilan. Imunisasi anak beliau lengkap.
23
G. Perilaku dan Aktivitas Sehari-hari
Tn. Mamat memiliki kebiasaan merokok setiap pagi
sebelum berangkat bekerja, siang hari sehabis makan dan
setiap malam hari sebelum tidur. Tn. Mamat mengabiskan
satu bungkus rokok perharinya. Tn. Muhammad memiliki
kebiasaan merokok setiap habis makan siang dan malam hari
ketika pulang kerja. Tn. Muhammad menghabiskan satu
bungkus rokok perharinya. Anak dan cucu Tn. Mamat dan
Ny. Maimunah sering mengeluh batuk kering, namun
keadaan tersebut membaik jika minum obat warung.
24
Tabel 16 (Lanjutan) Identifikasi Faktor Internal Keluarga Tn. Insan
No Kriteria Permasalahan
Luas Bangunan Luas tanah sekitar 30 m2 dan luas bangunan berukuran 5,0 x
1 6,0 meter
2. Ruangan dalam rumah Ruang tamu berukuran 5 m x 2,5 m, ruang keluarga
berukuran 300 cm x 550 cm, 2 kamar tidur masing - masing
berukuran 250 cm x 300 cm dan 300 cm x 300 cm. satu ruang
dapur 200 cm x 300 cm.
4. Ventilasi Ventilasi yang ada berasal dari pintu depan dengan panjang
150 cm x 130 cm, dan di kamar tidur tidak ada ventilasi. Di
setiap atas jendela terdapat sekat – sekat ventilasi udara
dengan ukuran 15 cm x 20 cm Jendela yang berada di depan
pintu depan 70 cm x 35 cm dan memberikan jalan untuk
cahaya dan udara masuk kerumah.
25
yang digunakan untuk mandi memasak, dan mencuci baju.
8. Saluran pembuangan Tidak terdapat saluran pembuangan limbah.
limbah
9. Tempat pembuangan Keluarga Tn. Mamat tidak memiliki tempat
sampah pembuangan sampah dirumahnya, kemudian mereka
membuang sampahnya di samping rumah.
10. Lingkungan sekitar Di samping kiri rumah terdapat rumah tetangga yang
rumah hanya berjarak satu meter. Dan merupakan kawasan
padat
A. Data Keluarga
26
makanan, membayar listrik, pengobatan, dan lain-lain. Ny nafsiha berusia
80 tahun bekerja sebagai ibu rumah tangga yang mengurusi rumah. Dan
cucunya bernama Tn. Nasuha sudah tidak bekerja lagi sejak 6 bulan yang
lalu.
27
Gambar 7. Denah Rumah Tn. Mamat
B. Lingkungan permukiman
C. Pola Makan
Keluarga tn. Masan memiliki kebiasaan makan tiga kali sehari.
Sehari - hari mereka selalu memasak makanan sendiri. Tn. Masan selalu
mengkonsumsi sayuran, tahu dan tempe, namun jarang mengkonsumsi
buah-buah.
28
E. Riwayat Penyakit dan Kebiasaan Berobat
Tn. Masan tidak memiliki riwayat penyakit asma, hipertensi, maupun
DM. Namun ia pernah dirawat di rumah sakit selama 2 minggu karena
sakit DBD. Tn. masan juga jarang mengikuti pengobatan gratis. Tn.
masan enggan untuk memeriksa kesehatannya secara rutin. Beliau ke
puskesmas hanya bila sakit. Keluarga Tn. Masan tidak memiliki
penyakit seperti DM, Hipertensi dan asma.
Ny. Nafsiha, istri tn. Masan tidak memiliki riwayat penyakit. Ny.
Masan juga jarang berobat ke puskemas dan tidak pernah mengikuti
pengobatan gratis. Tidak ada riwayat dirawat di rumah sakit pada
anaknya.
29
Tn. Masan jarang berolahraga karena sudah terlalu lelah. Sedangkan
Ny. Nafsiha tidak pernah berolahraga karena terlalu lelah mengurus
rumah.
30
Tabel 20. Faktor Eksternal Keluarga Tn. Masan
No Kriteria Permasalahan
1. Luas Bangunan Luas rumah 9 x 5 m2
2. Ruangan dalam rumah Ruang Tamu berukuran 3 x 3 m2. Dua kamar tidur
berukuran 3 x 3 m2 dan 2 x 2 m2. Dapur Tn. Masan
berukuran 3 x 3 m2. Terdapat 1 kamar mandi.
A. Data Keluarga
Keluarga binaan Tn. Nata terdiri dari 3 anggota keluarga, yaitu
Tn. Nata sebagai kepala keluarga, Ny. Subur selaku istri, Tn. Arif
sebagai anak laki-laki.
31
Tabel 21. Data Keluarga Tn. Nata
Penghasi
Status Jenis Usia
No Nama Pendidikan Pekerjaan lan
Keluarga Kelamin (Tahun)
Perbulan
Kepala Rp.
1 Tn.Nata Laki – laki 55 th SD Kenek
keluarga 2.100.000
Ny. Ibu rumah Rp. -
2 Istri Perempuan 25 th SD
Subur tangga
Anak
3 Tn. Arif Laki – laki 5 th Rp. -
kandung
32
Gambar 8. Denah Rumah Tn. Nata
C. Lingkungan Pemukiman
Rumah Tn. nata terletak di pemukiman yang padat penduduk. Di
bagian depan terdapat tanah kosong berupa sawah, bagian belakang
terdapat rumah warga, di bagian kanan dan kiri terdapat rumah warga
lain.
D. Pola Makan
Makanan keluarga dimasak sendiri oleh Ny.Subur. Ia sering
memasak makanan dengan menu seperti sayur, ikan asin, tahu, tempe
dan terkadang telur. Yang paling sering adalah tempe dan tahu. Setiap
hari makan besar dilakukan 3x/hari, setiap pagi, siang dan malam.
Keluarga ini jarang mengonsumsi daging, karena keterbatasan
finansial. Sumber air minum keluarga dari air yang dibeli di warung.
33
belum. Ny. Subur mengaku anaknya diberikan ASI tetapi hanya sampai
usia 6 bulan.
F. Kebiasaan Berobat
Gangguan kesehatan yang sering dialami anggota keluarga adalah
batuk, pilek, dan nyeri kepala. Kebiasaan Ny.Subur, mereka biasanya
meminum obat warung untuk menyembuhkan sakitnya. Apabila tidak
membaik baru berobat ke puskesmas.
G. Riwayat Penyakit
Tn. Nata tidak memiliki riwayat penyakit, asma, hipertensi,
maupun DM. Keluarga Tn. Nata juga tidak memiliki riwayat penyakit.
Tn. Nata juga jarang sekali mengikuti pengobatan gratis.
Istri Tn. Nata bernama Ny. Subur tidak memiliki riwayat
penyakit, asma, hipertensi, maupun DM. Keluarga Ny. Subur juga
tidak memiliki riwayat penyakit. Ny. Subur juga jarang sekali
mengikuti pengobatan gratis. Tidak ada riwayat di rawat di rumah
sakit pada anaknya.
34
Tabel 22. Faktor Internal Keluarga Tn. Nata
No Faktor Internal Permasalahan
Setiap hari makan besar dilakukan
3x/hari, setiap pagi, siang dan malam.
Masak sendiri, memasak makanan
1 Pola Makan
dengan menu seperti sayur, ikan, tahu,
tempe dan telur. Jarang mengonsumsi
daging, karena keterbatasan finansial.
Tn. Nata dan Ny. Subur tidak
2. Olah raga mempunyai rutinitas aktivitas
berolahraga.
Berobat dengan obat warung terlebih
3. Pola Pencarian Pengobatan
dahulu
Keluarga Tn. Nata sering mencuci
4. Mencuci tangan
tangan sebelum dan sesudah makan
35
1.5 Gambaran Keluarga Binaan
1.5.1 Penjabaran Area Masalah Pada Keluarga Binaan
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi pada presurvey,
tidak didapatkan masalah medis pada keluarga binaan kami, tetapi
didapatkan beberapa area masalah non medis sebagai berikut :
1. Perilaku merokok didalam rumah
2. Perilaku mencuci tangan yang kurang tepat pada keluarga
binaan
3. Perilaku pengelolaan sampah dan limbah rumah tangga yang
kurang sehat
4. Perilaku Hidup sehat dengan cara berolahraga rutin yang jarang
dilakukan
36
Selanjutnya dilakukan presurvey pada keluarga binaan untuk
menilai aspek pengetahuan , sikap dan perilaku dari keluarga binaan
yang berhubungan dengan masalah tersebut.
Hasil dari presurvey didapatkan pengetahuan adalah cukup,
sikap keluarga binaan adalah cukup, sedangkan perilaku merokok
didalam rumah pada keluarga binaan kurang.
Dari beberapa masalah yang ada pada keluarga binaan, melalui
proses musyawarah antara kelompok kami dengan para tenaga
kesehatan di puskesmas Tegal Angus kami memutuskan untuk
mengangkat permasalahan “Perilaku Merokok pada keluarga binaan
di RT 004 RW 05 Desa pangkalan Kecamatan Teluk Naga,
Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten”.
37
Pemilihan area masalah kesehatan ini didasarkan atas berbagai
pertimbangan, yaitu:
1. Data Primer : Dari hasil wawancara pada keempat keluarga
didapatkan perilaku merokok yang kurang baik, sebagian dari
anggota keluarga binaan menjawab pre survey tentang
pengetahuan dan sikap mengenai merokok dengan baik. Di
lapangan ditemukan perilaku merokok yang buruk pada
keluarga binaan.
2. Data Sekunder : Dari Data Puskesmas Bulan Mei 2018 yang
terbanyak berobat ke puskesmas adalah jumlah penderita ISPA
(infeksi saluran pernafasan akut) yaitu 1285 orang dan dari data
PHBS Puskesmas Tegal Angus pada Tahun 2018 didapatkan
merokok didalam rumah sebanyak. Dari hasil wawancara
kepada keluarga binaan didapatkan bahwa belum pernah
diadakan penyuluhan mengenai merokok didalam rumah.
3. Data tersier : Berdasarkan Riskesdas tahun 2013 tentang
perilaku merokok masyarakat Indonesia didapatkan peningkatan
presentase perokok aktif dibandingkan tahun 2013 yakni, 24,3
% sedangkan tahun 2007 presentasenya 23,7%.
4. Data agama : Dalam agama islam larangan merokok memang
tidak secara tekstual tercantum pada ayat atau hadist , namun
dalam alquran hanya diqiaskan saja. Seperti dalam surat Al-Isra
ayat 27 :
38
Artinya : Sesungguhnya, pemboros-pemboros itu adalah saudara-
saudara syaitan dan syaitan itu adalah sangat ingkar kepada
Tuhannya (QS. Al-Israa-27).
39
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
40
organisme tersebut merespons, maka teori Skinner ini disebut teori “S-O-
R” atau Stimulus – Organisme – Respon.
Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat
dibedakan menjadi dua (Notoatmodjo, 2003) :
1. Perilaku tertutup (convert behavior)
Perilaku tertutup adalah respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk
terselubung atau tertutup (convert). Respon atau reaksi terhadap stimulus
ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan, kesadaran, dan
sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut, dan belum
dapat diamati secara jelas oleh orang lain.
2. Perilaku terbuka (overt behavior)
Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau
terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk
tindakan atau praktek, yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh
orang lain.
41
3. Perilaku kesehatan lingkungan
Adalah apabila seseorang merespon lingkungan, baik lingkungan
fisik maupun sosial budaya, dan sebagainya.
42
a) Faktor Internal
Merupakan faktor dari dalam diri sendiri, misalnya intelegensia, minat
dan kondisi fisik.
b) Faktor Eksternal
Merupakan faktor dari luar diri, misalnya keluarga, masyarakat,
atausarana.
c Faktor pendekatan belajar
Merupakan faktor yang berhubungan dengan upaya belajar, misalnya
strategi dan metode dalam pembelajaran.
43
2. Sikap (attitude)
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari
seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Allport (1954) menjelaskan
bahwa sikap mempunyai tiga komponen pokok :
a. Kepercayaan (keyakinan), ide, konsep terhadap suatu objek
b. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek
c. Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave)
44
a. Persepsi (perception)
Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan
yang akan diambil adalah merupakan praktik tingkat pertama.
b. Respon terpimpin (guide response)
Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai
dengan contoh adalah merupakan indikator praktik tingkat kedua.
c. Mekanisme (mecanism)
Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara
otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah
mancapai praktik tingkat tiga.
d. Adopsi (adoption)
Adaptasi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang
dengan baik.Artinya tindakan itu sudah dimodifikasi tanpa
mengurangi kebenaran tindakan tersebut.
45
Menimbang-nimbang terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut
bagi dirinya.Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.
4. Mencoba (trial)
Dimana orang telah mulai mencoba perilaku baru.
5. Menerima (Adoption)
Dimana subyek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,
kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.
46
janinnya. disamping itu kadang-kadang kepercayaan, tradisi dan sistem
nilai masyarakat juga dapat mendorong atau menghambat ibu tersebut
untuk periksa kehamilan. Misalnya orang hamil tidak boleh di suntik
(periksa hamil termasuk suntik anti tetanus), karena suntikan bisa
menyebabkan anak cacat. Faktor-faktor ini terutama yang positif
pemudah.
47
masyarakat kadang-kadang bukan hanya perlu pengetahuan dan sikap
positif, dan dukungan fasilitas saja, melainkan diperlukan perilaku
contoh (acuan) dari para tokoh masyarakat, tokoh agama, para petugas,
lebih-lebih pada petugas kesehatan. disamping itu undang-undang juga
diperlukan untuk memperkuat perilaku masyarakat tersebut seperti
perilaku periksa hamil, serta kemudahan memperoleh fasilitas periksa
hamil, juga diperlukan peraturan atau perundang-undangan yang
mengharuskan ibu hamil periksa hamil.
48
Racun pada rokok mengandung kurang lebih 4000 elemen-elemen dan
setidaknya 2000 diantaranya dinyatakan berbahaya bagi kesehatan.
Beberapa elemen yang beracun, seperti:
1. Nikotin
Nikotin adalah zat adiktif yang mempengaruhi syaraf dan peredaran darah.
Zat ini bersifat karsinogen dan mampu memicu kanker paru-paru yang
mematikan. Komponen ini terdapat didalam asap rokok dan juga didalam
tembakau yang tidak dibakar. Nikotin diserap melalui paruparu dan
kecepatan absorpsinya hampir sama dengan masuknya nikotin secara
intravena. Nikotin masuk kedalam otak dengan cepat dalam waktu kurang
lebih 10 detik. Dapat melewati barrier diotak dan diedarkan keseluruh
bagian otak, kemudian menurun secara cepat, setelah beredar keseluruh
bagian tubuh dalam waktu 15- 20 menit pada waktu penghisapan terakhir
(Pemerintah RI, 2003 dalam Sukendro, 2007).
2. Tar
Tar adalah hidrokarbon aromatik polisiklik yang ada dalam asap rokok,
tergolong dalam zat karsinogen, yaitu zat yang dapat menumbuhkan
kanker. Kadar tar yang terkandung dalam asap rokok inilah yang
berhubungan dengan resiko timbulnya kanker. Sumber tar adalah
tembakau, cengkeh, pembalut rokok dan bahan organik lain yang terbakar
(Pemerintah RI, 2003 dalam Sukendro, 2007)
3. Karbon monoksida (CO)
Karbon monoksida adalah gas yang bersifat toksin/ gas beracun yang tidak
berwarna, zat yang mengikat hemoglobin dalam darah, membuat darah
tidak mampu mengikat oksigen. Kandungannya di dalam asap rokok 2-
6%. Karbon monoksida pada paru-paru mempunyai daya pengikat dengan
hemoglobin (Hb) sekitar 200 kali lebih kuat dari pada daya ikat oksigen
(O2) dengan hemoglobin (Hb). membuat darah tidak mampu mengikat
oksigen (Pemerintah RI, 2003 dalam Sukendro, 2007).
49
2.3.2 Tahapan menjadi Perokok
Merokok tidak terjadi dalam sekali waktu karena ada proses yang dilalui,
antara lain : periode eksperimen awal (mencoba-coba), tekanan teman
sebaya dan akhirnya mengembangkan sikap mengenai seperti apa seorang
perokok (Taylor,2009). Ada 4 tahapan yang merupakan proses menjadi
perokok (Ogden, 2000) antara lain :
1. Tahap I dan II: Initation dan Maintenance
Initation merupakan tahap awal atau pertama kali individu merokok
atau tahap perintisan merokok yaitu tahap apakah seseorang
meneruskan atau tidak perilaku merokonya. Sedangkan maintenance
merupakan tahap dimana individu kembali merokok. Factor kognitif
berperan besar ketika individu mulai merokok, antara lain
menghubungkan perilaku merokok dengan kesenangan, kebahagiaan,
keberanian, kesetiakawanan, dan percaya diri. Faktor lainnya adalah
memiliki orang tua perokok, tekanan teman sebaya untuk merokok,
menjadi pemimpin dalam kegiatan social.
2. Tahap III : Cessation
Merupakan proses dimana perokok akhirnya berhenti merokok. Tahap
cessation terbagi menjadi 4, yaitu: precontemplation (belum ada
keinginan untuk berhenti merokok), contemplation (ada pemikiran
untuk berhenti merokok), action (ada usaha untuk berubah),
maintenance (tidak merokok selama beberapa waktu). Tahapan tersebut
bersifat dinamis karena seseorang yang berada di tahap contemplation
dapat menjadi tahap precontemplation.
3. Tahap IV : Relapse
Individu yang berhasil berhenti merokok tidak menjadi jaminan bahwa
ia tidak akan kembali menjadi perokok. Marlatt dan Gordon (dalam
Ogden, 2000) membedakan antara lapse dan relapse. Lapse adalah
kembali merokok dalam jumlah kecil dan relapse adalah kembali
merokok dalam jumlah besar. Ada beberapa situasi yang mempengaruhi
50
yaitu high-risk situation coping behavior dan positive-negative outcome
expectancies.
Saat dihadapkan dengan high risk situation maka individu akan
melakukan strategi coping behavior berupa perilaku atau kognitif.
Bentuk perilaku misalnya menjauhi situasi atau melakukan perilaku
pengganti sedangkan bentuk kognitif adalah mengingat alasan untuk
berhenti merokok. Positive outcome expectancies (misalnya merokok
mengurangi kecemasan) dan negative outcome expectancies (merokok
membuatnya sakit) dipengaruhi pengalaman individu. No lapse berhasil
dilakukan jika individu memiliki strategi coping dan negative outcome
expectancies seta self efficacy yang rendah maka individu
akanmengalami lapse.
51
2.3.4 Tipe-Tipe Perilaku Merokok
Silvan Tomkins (dalam sarafino, 2002) menyebutkan 4 tipe
perilaku merokok berdasarkan Management of affect theory, yaitu:
a) Perilaku merokok yang dipengaruhi oleh perasaan positif (positif affect
smoking). Tujuannya untuk mendapatkan/ meningkatkan perasaan
positif, misalnya untuk mendapatkan rasa nyaman dan membentuk
image yang diinginkan. Dalam hal ini dibagi dalam 3 sub tipe:
Pleasure relaxation, perilaku merokok hanya untuk menambah
atau meningkatkan kenikmatan yang sudah didapat, misalnya
merokok setelah minum kopi atau makan.
Stimulation to pick them up, perilaku merokok hanya dilakukan
sekedarnya untuk menyenangkan perasaan.
Pleasure of handling the cigarette, kenikmatan yang diperoleh
dengan memegang rokok.
b) Perilaku merokok yang dipengaruhi oleh perasaan negative (negative
affect smoking). Tujuannya untuk mengurangi perasaan yang kuran
menyenangkan, misalnya keadaan cemas dan marah.
c) Perilaku merokok yang adiktif (addictive smoking). Individu yang
sudah ketergantungan nikotin cenderung menambah dosis rokok yang
akan digunakan berikutnya karena efek rokok yang dikonsumsi
sebelumnya mulai berkurang sesaat setelah rokok habis dihisap
sehingga individu mempersiapkan hisapan rokok berikutnya.
Umumnya, individu dengan tipe perilaku merokok yang adiktif merasa
gelisah bila tidak memiliki persediaan rokok.
d) Perilaku merokok yang sudah menjadi kebiasaan (habitual smoking).
Dalam hal ini, tujuan merokok bukan untuk mengendalikan
perasaannya secara langsung melainkan karena sudah terbiasa
52
2.3.5 Faktor-Faktor Penyebab atau Pendorong Perilaku Merokok
Lewin (dalam Komasari dan Helmi, 2000) perilaku merokok
merupakan fungsi dari lingkungan dan individu. Artinya perilaku merokok
disebabkan oleh faktor dalam diri (seperti perilaku memberontak dan suka
mengambil resiko) dan faktor lingkungan (seperti orangtua yang merokok
dan teman sebaya yang merokok). Menurut Mu’tadin (dalam Aula, 2010)
mengemukakan alasan seseorang merokok, diantaranya:
a. Pengaruh Orangtua
Menurut Baer dan Corado, individu perokok adalah individu yang
berasal dari keluarga tidak bahagia, dimana orangtua tidak
memperhatikan anak-anaknya dibandingkan dengan individu yang
berasal dari lingkunag rumah tangga yang bahagia. Perilaku merokok
lebih banyak didapati pada individu yang tinggal dengan satu orangtua
(Single Parent). Individu berperilaku merokok apabila ibu mereka
merokok dibandingkan ayah mereka yang merokok. Hal ini terlihat
pada wanita.
53
b. Pengaruh Teman
Berbagai faktor mengungkapkan semakin banyak individu merokok
maka semakin banyak teman-teman individu yang merokok, begitu pula
sebaliknya.
c. Faktor Kepribadian
Individu mencoba untuk merokok karena alasan ingin tahu atau ingin
melepaskan dari rasa sakit atau kebosanan.
d. Pengaruh Iklan
Melihat iklan di media masa dan elektronik yang menampilkan
gambaran bahwa perokok adalah lambang kejantanan atau glamour
membuat seseorang seringkali terpicu untuk mengikuti perilaku yang
ada di iklan tersebut.
Pendapat lain dikemukakan oleh Hansen (dalam Nasution, 2007)
tentang faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku merokok, yaitu:
- Faktor Biologis
Banyak penelitian menunjukan bahwa nikotin dalam rokok merupakan
salah satu bahan kimia yang berperan penting pada ketergantungan
merokok. Pendapat ini didukung Aditama (1992) yang mengatakan
nikotin dalam darah perokok cukup tinggi.
- Faktor Psikologis
Merokok dapat bermakna untuk meningkatkan konsentrasi, menghalau
rasa kantuk, mengakrabkan suasana sehingga timbul rasa persaudaraan,
juga dapat memberikan kesan modern dan beribawa, sehingga bagi
individu yang sering bergaul dengan orang lain, perilaku merokok sulit
dihindari.
- Faktor Lingkungan Sosial
Lingkungan sosial berpengaruh terhadap sikap, kepercayaan, dan
perhatian individu pada perokok. Seseorang berperilaku merokok
dengan memperhatikan lingkungan sosialnya.
54
- Faktor Demografis
Faktor ini meliputi umur dan jenis kelamin. Orang yang merokok pada
usia dewasa semakin banyak (Smet, 1994) akan tetapi pengaruh jenis
kelamin zaman sekarang sudah merokok.
- Faktor Sosial – Kultural
Kebiasaan budaya, kelas sosial, tingkat pendidikan, dan gengsi
pekerjaan akan mempengaruhi perilaku merokok pada individu (Smet,
1994).
- Faktor Sosial – Politik
Menambahkan kesadaran umum berakibat pada langkah-langkah
politik yang bersifat melindungi bagi orang-orang yang tidak merokok
dan usaha melancarkan kampanye-kampanye promosi kesehatan untuk
mengurangi perilaku merokok. Merokok menjadi masalah yang
bertambah besar bagi Negara-negara berkembang termasuk Indonesia
(Smet, 1994).
Berdasarkan uraian diatas maka dapat diambil kesimpulan bahwa
faktor-faktor yang mempengaruhi seseorang untuk merokok yaitu
faktor dari dalam diri individu dan juga dari lingkungan.
55
menyebabkan kematian, tetapi penyakit yang ditimbulkan dari perilaku
merokok yang bisa menyebabkan kematian. Berbagai jenis penyakit yang
bisa ditimbulkan oleh rokok antara lain penyakit tekanan darah,
memperpendek umur, penurunan vertilitas dan nafsu sexual, sakit maag,
gondok, gangguan pembuluh darah, penghambat pengeluaran air seni,
penglihatan kabur, kulit menjadi kering, pucat dan keriput, serta polusi
udara dalam ruangan (sehingga terjadi iritasi mata, hidung dan
tenggorokan).
Menurut Hahn & Payne, 2003, dampak positif merokok yaitu
menimbulkan perasaan bahagia karena kandungan nikotin pada tembakau
menstimulasi adrenocorticotropichormone yang terdapat pada area
spesifik di otak. Rose (Marks, Murray, et al, 2004) menyatakan bahwa
nikotin yang dikonsumsi dalam jumlah kecil memiliki efek psikologis,
antara lain: menenangkan, mengurangi berat badan, mengurangi perasaan
mudah tersinggung, meningkatkan kesiagaan dan memperbaiki fungsi
kognitif. Hahn & Payne (2003) mengatakan bahwa perokok aktif
biasanya lebih mudah sakit, menjalani proses pemulihan kesehatan yang
lebih lama dan usia hidup yang lebih singkat. Merokok tidak
menyebabkan kematian tapi mendorong munculnya jenis penyakit yang
dapat mengakibatkan kematian, antara lain : penyakit kardiovaskular,
kanker, saluran pernapasan, gangguan kehamilan, penurunan kesuburan,
gangguan pencernaan,, peningkatan tekanan darah, peningkatan
prevalensi gondok dan gangguan penglihatan (Sitepoe, 2000).
Secara signifikan, perokok memiliki kecenderungan lebih besar
mengkonsumsi obat-obatan terlarang dan meningkatkan resiko disfungsi
ereksi sebesar 50% (Taylor, 2000). Merokok tidak hanya berbahaya bagi
perokok tetapi juga bagi orang-orang disekitar perokok dan lingkungan
(Fyold, Mimms & Yelding, 2003). Passive smokers memiliki
kecendurungan yang lebih besar mengalami gangguan jantung karena
menghirup tar dan nikotin 2 kali lebih banyak, karbonmonoksida 5 kali
56
lebih banyak dan ammonia 50 kali lebih banyak (Donatelle & Davis,
1999). Polusi lingkungan yang menyebabkan kematian terbesar adalah
karena asap rokok dan dikategorikan sebagai penyebab paling dominan
dalam polusi ruangan tertutup karena memberikan polutan berupa gas
dan logam-logam berat (Donatelle & Davis, 1999).
57
Nikotin dapat mengganggu irama jantung yang normal
dan teratur sehingga kematian secara tiba-tiba akibat
serangan jantung tanpa peringatan terlebih dahulu dan
lebih sering terjadi pada orang yang merokok daripada
yang tidak merokok.
c. Kanker
Kanker adalah penyakit yang terjadi di beberapa bagian
tubuh akibat sel-sel tumbuh mengganda secara tiba-tiba
dan tidak berhenti, kadang-kadang gumpalan sel hancur
dan terbawa dalam aliran darah ke bagian tubuh lain
kemudian hal yang sama berulang kembali.
Pertumbuhan sel secara tiba-tiba dapat terjadi jika sel-
sel di bagian tubuh terangsang oleh substansi tertentu
selama jangka waktu yang lama. Substansi ini bersifat
karsinogenik yang berarti menghasilkan kanker. Dalam
tar tembakau terdapat sejumlah bahan kimia yang
bersifat karsinogenik. Selain itu terdapat juga sejumlah
bahan kimia yang bersifat ko-karsinogenik yang tidak
menimbulkan kanker bila berdiri sendiri tetapi bereaksi
dengan bahan kimia lain dan merangsang pertumbuhan
sel kanker. Penyimpanan tar tembakau sebagian besar
terjadi di paru-paru sehingga kanker paru adalah jenis
kanker yang paling umum terjadi. Tar tembakau dapat
menyebabkan kanker bila merangsang tubuh untuk
waktu yang cukup lama, biasanya di daerah mulut dan
tenggorokan.
d. Bronkitis
Bronkhitis terjadi karena paru-paru tidak mampu
melepaskan mukus yang terdapat di dalam bronkus
58
dengan cara normal. Mukus adalah cairan lengket yang
terdapat di dalam tabung halus yaitu tabung bronchial
yang terletak dalam paru-paru. Batuk ini terjadi karena
mucus menangkap serpihan bubuk hitam dan debu dari
udara yang di hirup dan mencegahnya agar tidak
menyumbat paru-paru. Mukus beserta semua kotoran
bergerak melalui tabung bronchial dengan bantuan
rambut halus yang disebut silia. Silia terus bergerak
bergelombang seperti tentakel yang membawa mucus
keluar dari paru-paru menuju tenggorokan. Asap rokok
dapat memperlambat gerakan silia dan setelah jangka
waktu tertentu akan merusaknya sama sekali dan
menyebabkan perokok harus lebih banyak batuk untuk
mengeluarkan mucus. Karena sistem pernafasan tidak
bekerja sempurna, maka perokok lebih mudah
menderita radang paru-paru yang disebut bronkitis.
e. Emfisema
Rusaknya dinding paru- paru mengakibatkan darah
lebih sulit mengambil oksigen. Penyebab utama
penyakit emfisema adalah bernafas dalam udara yang
tercemar. Asap rokok merupakan udara tercemar yang
terhisap setiap hari sehingga selain perokok juga dapat
menderita penyakit ini. Perokok pasif yang tinggal
serumah dengan perokok, dua kali akan lebih mudah
terkena kanker paru-paru dibandingkan mereka yang
tinggal di lingkungan bebas asap rokok.
59
a) Aktivitas merokok adalah seberapa sering individu melakukan
aktivitas yang berhubungan dengan perilaku merokoknya
(menghisap asap rokok, merasakan dan menikmatinya).
b) Tempat merokok adalah dimana individu melakukan aktivitas
merokoknya (rumah, sekolah, jalan, dan lain-lain).
c) Waktu merokok adalah kapan (pada momen-momen apa saja)
individu melakukan aktivitas merokoknya.
Fungsi merokok, yaitu seberapa penting aktivitas merokok
bagi diri si perokok dalam kehidupannya sehari-hari dan makna
merokok itu sendiri bagi individu yang bersangkutan
Kerangka Teori
Konsep yang digunakan dalam penelitian ini merujuk pada teori
perilaku Lawrence Green, yang menyatakan bahwa perilaku kesehatan
dipengaruhi oleh 3 faktor, yaitu:
60
Faktor Predisposisi
- Sikap
- Pengetahuan
- Jasmani
- Usia
- Tingkat
Pendidikan
- Hubungan Sosial
- Budaya
- Tingkat Ekonomi
- Pengalaman
- Media Massa
- Keyakinan
PERILAKU
Faktor Pendukung
- Lingkungan
- Tersedianya
fasilitas
kesehatan
Faktor Pendorong
- Petugas
Kesehatan
61
Pengetahuan
Keyakinan
PERILAKU
MEROKOK PADA
Sikap KELUARGA
BINAAN DESA
PANGKALAN
Perilaku Petugas
Kesehatan
Lingkungan
Definisi Operasional
62
NO VARIABEL DEFINISI ALAT CARA HASIL SKALA
UKUR UKUR UKUR PENGUK
URAN
1. Perilaku aktivitas seseorang Kuesioner Wawancara 1.Perilaku Ordinal
Merokok berupa menghisap Ringan:
rokok secara rutin Skor : 4-5
minimal satu 2.Perilaku
batang sehari, Sedang :
Lamanya seseorang Skor : 2-3
merokok,Jenis 3.Perilaku
rokok, Lokasi Berat :
Merokok, Alasan Skor: <2
seseorang memulai
merokok
(WHO, 2000)
2. Pengetahuan Segala sesuatu Kuesioner Wawancara 1.Pengetahu Ordinal
responden yang responden an Baik:
tentang ketahui mengenai dapat
merokok merokok, menjawab
baikmengetahuikan 76 – 100 %
dungan berbahaya dari seluruh
dalam rokok, pertanyaan
penyakit akibat 2.Pengetahu
rokok, perbedaan an Cukup :
perokok aktif dan dapat
pasif, dan dampak menjawab
merokok bagi 56 - 75 %
orang sekitar. dari seluruh
pertanyaan
3.Pengetahu
63
an Kurang :
dapat
menjawab
< 55 % dari
seluruh
pertanyaan
64
merokok menghilangkan Setuju = 2
stress, memberikan Tidak
kesan jantan, Setuju = 3
meningkatkan Sangat tidak
kenyamanan, dan setuju = 4
percaya diri. Keyakina
n yang
baik
terhadap
merokok
(Skor ≥
15)
Keyakina
n yang
buruk
terhadap
merokok
(Skor
<15)
5. Perilaku Hal yang Kuesioner Wawancara Skor tiap Ordinal
petugas dilakukan petugas pilihan : A =
kesehatan kesehatan terhadap 2, B =1 , C
lingkungan sekitar =0
dalam hal - Kinerja
merokok seperti baik (skor :
penyuluhan dan 4)
menegur merokok - Kinerja
ditempat umum. belum baik
(skor : 4)
65
6. Lingkungan Keadaan sekitar Kuesioner Wawancara Skor tiap Ordinal
yang individu yang pilihan : A =
mempengaru berpengaruh 2, B = 1, C
hi perilaku terhadap perilaku =0
merokok merokok Mempeng
aruhi
(Skor ≥ 6)
Tidak
Mempeng
aruhi
(Skor <6)
66
BAB III
METODE PENELTIAN
67
pada empat keluarga binaan di RT/RW 002/005, Kampung Kebon
Jamblang, Desa Pangkalan Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten
Tangerang, Provinsi Banten adalah 4 orang.
Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian
dari suatu populasi, suatu target dan terjangkau akan diteliti.
Adapun kriteria inklusi sampel yang akan diteliti yaitu :
1) Bersedia untuk menjadi informan
2) Merokok
3) Usia berkisar 17 - 40 tahun
4) Merupakan anggota keluarga binaan baik laki-laki maupun
perempuan yang merokok dan atau pernah merokok
Kriteria eksklusi merupakan di mana keadaan yang
menyebabkan subyek memenuhi kriteria inklusi namun tidak dapat
diikutsertakan dalam penelitian, yaitu:
1) Tidak bersedia menjadi informan
2) Berusia kurang dari 17 tahun
3) Anggota keluarga yang terlalu sibuk bekerja hingga sulit
ditemui
4) Anggota keluarga binaan baik laki laki maupun perempuan
yang tidak pernah merokok.
68
lain data kualitatif adalah gambar yang diperoleh
melalui pemotretan.
2. Data Kuantitatif
Data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka atau
bilangan. Sesuai dengan bentuknya, data kuantitatif
dapat diolah atau dianalisis menggunakan teknik
perhitungan matematika atau statistika.
5)
Berdasarkan proses atau cara untuk mendapatkannya,
data kuantitatif dapat dikelompokkan dalam dua bentuk
yaitu sebagai berikut:
a. Data diskrit adalah data dalam bentuk angka (bilangan) yang diperoleh
dengan cara membilang. Contoh data diskrit misalnya: jumlah perempuan dan
laki-laki, jumlah orang yang menyelesaikan pendidikan terakhir. Karena diperoleh
dengan cara membilang, data diskrit akan berbentuk bilangan bulat (bukan
bilangan pecahan).
b. Data kontinum adalah data dalam bentuk angka atau bilangan yang
diperoleh berdasarkan hasil pengukuran. Data kontinum dapat berbentuk bilangan
pecahan. Contoh data kontinum misalnya : umur.
Untuk mencapai kelengkapan, ketelitian, dan kejelasan data, pencatatan
data harus dilengkapi dengan:
a. Nama pengumpul data
b. Nama peserta yang datanya diambil
c. Tanggal dan waktu pengumpulan data.
d. Lokasi pengumpulan data
e. Keterangan-keterangan tambahan data.
69
binaan mengenai seputar masalah kesehatan yang kemudian kami kumpulkan
data dan kami angkat sebagai area masalah bersama. Selanjutnya kami
lakukan survey dengan tekhnik wawancara, dengan kuesioner sebagai
instrumen untuk mengumpulkan data. Selain itu, dilakukan juga observasi
langsung ke lapangan untuk memperoleh data yang lebih lengkap. Sampel
adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Dalam hal ini yang menjadi
sampel adalah satu keluarga binaan di Desa Pangkalan, Kecamatan Teluk
Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten.
70
a. Kriteria inklusi
Kriteria inklusi adalah kriteria dimana subjek penelitian dapat
mewakili dalam sampel penelitian yang memenuhi syarat sebagai
sampel yaitu :
1. Bersedia untuk menjadi informan
2. Merupakan anggota keluarga binaan
3. Usia di atas 17 tahun
4. Sehat jasmani dan rohani
b. Kriteria Ekslusi
Kriteria eksklusi merupakan kriteria dimana subjek penelitian tidak
dapat mewakili sampel karena tidak memenuhi syarat sebagai sampel
penelitian, yaitu :
1. Tidak bersedia menjadi informan
2. Berusia di atas 75 tahun dan kurang dari 12 tahun.
3. Anggota keluarga yang terlalu sibuk bekerja hingga sulit ditemui
4. Memiliki gangguan mental
71
Adapun kegiatan pengumpulan data yang dilakukan adalah sebagai berikut:
Tabel 3.1. Pengumpulan Data
No Tanggal Kegiatan
72
statistik, tabel, grafik. Pada diagnosis dan intervensi komunitas ini, variabel
yang diukur adalah :
Perilaku merokok pada responden
Pengetahuan responden tentang rokok dan dampak rokok terhadap
diri sendiri dan orang lain
Sikap reponden terhadap perilaku merokok
Lingkungan tempat tinggal dan tempat kerja yang mendorong
responden merokok
Perilaku petugas kesehatan yang berperan dalam pembentukan
perilaku merokok
73
BAB IV
HASIL
74
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Tingkat Pendidikan Responden di Keluarga
Binaan, di RT 004/RW 05, Kampung Kebon Jamblang, Desa Pangkalan,
Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tanggerang, Provinsi Banten Juni
2018
75
Tabel 4.4 Distribusi Responden mengenai perilaku merokok pada pada
keluarga binaan di RT 004/RW 05, Kampung Kebon Jamblang, Desa
Pangkalan, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tanggerang, Provinsi
76
Tabel 4.6 Distribusi frekuensi responden tentang sikap responden
mempengaruhi perilaku merokok di RT 004/RW 05, Kampung Kebon
Jamblang, Desa Pangkalan, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten
Tanggerang, Provinsi Banten Juni 2018
Jumlah
Keyakinan Responden Persentase (%)
Baik 4 40%
Buruk 6 60%
Total 10 100%
77
Tabel 4.8. Distribusi frekuensi responden tentang perilaku petugas
kesehatan di RT 004/RW 05, Kampung Kebon Jamblang, Desa
Pangkalan, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tanggerang, Provinsi
Banten Juni 2018
Positif 0 0
Negatif 10 10
Total 10 10
78
4.3 Rencana Intervensi Pemecahan Masalah
Setelah dilakukan analisis data hasil penelitian, untuk
menentukan rencana intervensi pemecahan masalah digunakan
diagram fishbone. Tujuan pembuatan diagram fishbone yaitu
untuk mengetahui penyebab masalah sampai dengan akar-
akar penyebab masalah sehingga dapat ditentukan rencana
intervensi pemecahan masalah dari setiap akar penyebab masalah
tersebut. Adapun diagram fishbone dapat dilihat sebagai berikut:
Sesuai dengan diagram fishbone tersebut, akar-akar penyebab
masalah yang ditemukan dapat dilihat melalui tabel 4.3.1,
kemudian setelah ditemukan akar penyebab masalah dapat
ditentukan alternatif pemecahan masalah dan rencana intervensi.
79
Tabel 4.3.1 Fishbone
Tabel 4.11 Tabel Alternatif Pemecahan Masalah dan Rencana Intervensi Pada
80
Keluarga Binaan di RT 004/RW 05, Kampung Kebon Jamblang, Desa Pangkalan,
Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tanggerang, Provinsi Banten Juni 2018.
Memberikan penyuluhan
Tingkat pendidikan Meningkatkan pendidikan
3. yang sesuai dengan
yang rendah responden
tingkatan pendidikan
Penyuluhan dan
Tabel 4.11 (Lanjutan) Tabel Alternatif Pemecahan
Meningkatkan upaya Masalah pemantauan
dan Rencanatentang
Petugas kesehatan
Intervensi
promosi kesehatan dan rokok secara berkalaoleh
4. berfokus pada
tindakan preventif petugas kesehatan
pengobatan
Membuat peraturan
khusus tentang larangan
81
Akar Penyebab Alternatif
No. Rencana Intervensi
Masalah Pemecahan Masalah
merokok
82
Kami mempresentasikan materi penyuluhan dalam bentuk
poster mengenai bahayanya apabila tidak segera berhenti merokok,
kami juga membuka sesi tanya jawab dan juga dilakukannya pre-test
dan post-test untuk menilai efektivitas penyuluhan yang telah
dilakukan. Peserta penyuluhan memperhatikan selama kegiatan
penyuluhan berlangsung. Kami melakukan penyuluhan persuasif
dengan memodifikasi komunikator, dan isi pesan pada penyuluhan
kami. Dimana dokter muda berperan sebagai komunikator, dan
menyampaikan dampak dari perilaku merokok.
83
2) Peserta penyuluhan dipersilakan untuk berkumpul
pada waktu dan jam yang telah ditentukan
3) Teknik pelaksanaan acara dilaksanakan secara
bersama dengan anggota keluarga binaan sebagai
peserta penyuluhan.
4) Acara penyuluhan dilaksanakan menggunakan media
informasi dalam bentuk poster.
5) Acara berakhir pada pukul 12:00 WIB.
2. Waktu dan Tempat
Acara penyuluhan dilaksanakan pada hari Jumat, tanggal 8 Juni
2018 di teras rumah salah satu keluarga binaan di Kampung
Kebon Jamblang, Desa Pangkalan dan berlangsung pukul 10.00 –
12.00 WIB
84
Tabel 4.5.1 Hasil Pre-Test
Jumlah
Hasil Pre-test Persentase
Responden
Baik 0 0%
Cukup 2 20%
Buruk 8 80%
Berdasarkan tabel 4.4.1 dapat diketahui bahwa pengetahuan
responden mengenai perilaku merokok adalah buruk sebelum
dilakukannya penyuluhan.
Setelah dilakukannya penyuluhan, responden diberikan soal
yang sama dengan pre-test dan didapatkan hasil sebagai berikut:
85
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
5.1.1 Area Masalah
Berdasarkan hasil wawancara dan pengumpulan data dari kunjungan ke
keluarga binaan yang bertempat tinggal di Desa Pangkalan RT 004 dan
RW 05, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten,
maka dilakukanlah diskusi kelompok dan merumuskan serta menetapkan
area masalah yaitu “Perilaku Merokok Pada Keluarga Binaan di RT
004 RW 005 Desa Pangkalan, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten
Tangerang, Provinsi Banten”
86
Didapatkan responden terbanyak mengenai petugas kesehatan yang
kurang berperan dalam kegiatan memberikan penyuluhan mngenai
merokok adalah 100%.
87
3. Memberikan penyuluhan mengenai dampak perilaku merokok bagi
individu, keluarga dan lingkungan sekitar dan tips untuk berhenti
merokok.
4. Memberikan penyuluhan yang sesuai dengan tingkatan pendidikan
keluarga binaan sehingga mudah untuk dicerna
5.2 Saran
88
DAFTAR PUSTAKA
Aditama, Y. 1997. Rokok dan Kesehatan (Edisi Ketiga). Jakarta : UII Pres
Baharudin. 2017. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku
Merokok Pada Anak Usia Remaja Madya (15-18 Tahun). Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Alauddin Makassar
Ma’ruf A. 2015. Tingkat Pengetahuan Tentang Bahaya Merokok Pada Siswa
Kelas V SD Negeri Pucung Lor 02 Kecamatan Kroya Kabupaten
Cilacap Tahun Pelajaran 2014/2015. Universitas Negeri Yogyakarta
Musa A. 2016. Profil Puskesmas Tegal Angus 2017. Pemerintah Daerah
Kabupaten Tangerang Dinas Kesehatan Puskesmas Tegal Angus
Notoatmojo, S. 2011. Pendidikan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : Penerbit
Rineka Cipta.
Notoatmojo, S. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta :
Penerbit Rineka Cipta.
Notoatmojo, S. 2011. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta :
Penerbit Rineka Cipta
Rahmad. 2005. Fatwa Ulama Tentang Hukum
Merokok. al_islam.chm (diakses tanggal 8 Maret 2010)
Syafie R. dkk. 2009. Stop Smoking: Studi Kualitatif Terhadap Pengalaman
Mantan Pecandu Rokok dalam Menghentikan Kebiasaannya.
Semarang: Universitas Diponegoro.
Wawan, A dan Dewi, M. 2010. Teori dan Pengukuran Pengetahuan , Sikap
dan Perilaku Manusia.. Yogyakarta : Nuha Medika
Wismanto, Bagus. 2008. Strategi Penghentian Perilaku Merokok. Semarang:
Universitas katolik soegijapranata.
89
LAMPIRAN I
KUISIONER SURVEY
1. Identitas Responden
a) Nama :
b) Umur :
c) Jenis kelamin :
d) Status dalam keluarga :
e) Alamat :
f) Pendidikan terkhir :
g) Pekerjaan :
2. Pertanyaan
Perilaku Responden
90
Indikator Penilaian :
Jawaban poin 1 = 0
Jawaban poin 2 = 1
3. Pengetahuan
Indikator Penilaian :
Jawaban BENAR = 1
Jawaban SALAH = 0
91
3. Sikap
Indikator Penilaian :
Apabila menjawab :
a. Sangat setuju, mendapatkan poin 1
b. Setuju, mendapatkan poin 2
c. Tidak setuju, mendapatkan poin 3
d. Sangat tidak setuju, mendapatkan
poin
92
4. Keyakinan
Sangat Setuju Tidak Sangat
Setuju Setuju Tidak
Setuju
1. Merokok dapat mengurangi stress
2. Merokok dapat memberikan
kenyamanan
3. Merokok dapat memberikan
ketenangan
4. Merokok memberikan kesan jantan
dimata orang lain
5. Merokok dapat membuat lebih
percaya diri
Indikator Pennialian :
Sangat setuju, mendapatkan poin 1
Setuju, mendapatkan poin 2
Tidak setuju, mendapatkan poin 3
Sangat tidak setuju, mendapatkan poin 4
5. Lingkungan Responden
93
c. Sulit
5. Apakah anda tertarik untuk merokok setelah melihat iklan rokok di TV?
a. Ya
b. Biasa saja
c. Tidak
Indikator Penilaian :
Skor tiap pilihan :
Pilihan A = mendapat skor 2,
Pilihan B = mendapat skor 1,
Pilihan C = mendapat skor 0
Indikator Penilaian :
Apabila menjawab :
a. Mendapatkan poin 2
b. Mendapatkan poin 1
c. Mendapatkan poin 0
94
PENILAIAN VARIABEL
Perilaku Merokok
Skor tiap pilihan
Jawaban poin 1 = 0
Jawaban poin 2 = 1
Interprestasi
Perilaku ringan : skor 4-5
Perilaku sedang : skor 2-3
Perilaku berat : skor <2
Pengetahuan Merokok
Skor tiap pilihan
Jawaban poin 1 = 0
Jawaban poin 2 = 1
Intepretasi
Pengetahuan baik : skor 4-5
Pengetahuan cukup : skor 2-3
Pengetahuan buruk : skor <2
Sikap Merokok
Skor tiap pilihan :
Sangat setuju = 1
Setuju = 2
Tidak Setuju = 3
Sangat setuju = 4
Sikap baik : skor ≤ 10
Sikap buruk : skor > 10
95
Indikator Penilaian :
Keyakinan yang baik terhadap merokok (Skor ≥ 15)
Keyakinan yang buruk terhadap merokok (Skor <15)
Lingkungan Responden
Skor tiap pilihan : A = 2, B = 1, C = 0
Mempengaruhi (Skor ≥ 6)
Tidak Mempengaruhi (Skor <6)
96
LAMPIRAN II
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
1. Apa kandungan berbahaya yang terdapat pada rokok?
a. Oksigen
b. Nikotin
c. Karbondioksida
2. Seseorang yang terhirup asap rokok yang tersebar di sekelilingnya disebut apakah
itu?
a. Perokok aktif
b. Perokok pasif
c. Bukan perokok
3. Resiko kesehatan perokok pasif antara lain, kecuali..
a. Gangguan Kehamilan
b. Meningkatkan resiko penyakit gangguan pernafasan
c. Meningkatkan resiko penyakit gangguan jantung dan stroke
d. Meningkatkan usia harapan hidup
4. Perokok pasif pada ibu hamil dapat menyebabkan..
a. Kelahiran bayi prematur
b. Kelahiran secara normal
c. Janin semakin sehat
5. Perokok pasif pada anak-anak dapat mengakibatkan..
a. Anak menjadi nakal
b. Timbul penyakit asma atau infeksi paru
c. Kecanduan
6. Salah satu penyakit mematikan yang penyebab utamanya adalah rokok yaitu…
a. Flu burung b. Kanker paru-paru c. Diare
97
98
99