Anda di halaman 1dari 99

BAB I

LATAR BELAKANG

1.1 Gambaran Umum Desa


1.1.1 Situasi Keadaan Umum
Puskesmas Tegal Angus adalah salah satu Puskesmas yang
terletak di wilayah Kecamatan Teluk Naga Kabupaten Tangerang
Propinsi Banten. Desa Pangkalan berada dalam wilayah Kecamatan
Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten. Kecamatan
Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten, memiliki luas
wilayah 4.763.198 Ha (47,631 Km2), yang terdiri dari luas daratan
2.170.120 Ha dan sawah 2.593.078 Ha dengan ketinggian dari atas
permukaan laut 2-3 meter. Desa Pangkalan termasuk dalam Desa
binaan dari Puskesmas Tegal Angus. Selain itu terdapat Desa binaan
lainnya dari Puskesmas Tegal Angus, yaitu:
1. Desa Tanjung Pasir
2. Desa Tegal Angus
3. Desa Lemo
4. Desa Muara
5. Desa Tanjung Burung

Skala 1 : 15.000 Gambar 1. Peta Desa Pangkalan


Sumber : Kantor Administratif Puskesmas Tegal Angus, 2017
1.1.2 Batas Wilayah
Desa Pangkalan dibatasi oleh desa sekitarnya dibagi menjadi 4
perbatasn sesuai yang terlihat pada gambaran sebagai berikut:
1. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Tegal Angus
2. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Lemo dan Kampung
Besar
3. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Kalibaru
4. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Kampung Melayu
Barat

Skala 1 : 15.000 Gambar 2. Peta Batas Wilayah Desa Pangkalan


Sumber: Kantor Administratif Puskesmas Tegal Angus, 2018

1.2 Keadaan Umum Desa Secara Demografi


1.2.1 Situasi Kependudukan
Puskesmas Tegal Angus memiliki beberapa desa binaan salah
satunya adalah Desa Pangkalan. Desa Pangkalan saat ini
menampung sebanyak 16.888 jiwa dengan jumlah rumah tangga
5.362 rumah tangga, yang terdiri dari laki-laki 8.690 jiwa dan
perempuan 8.198 jiwa. Berdasarkan data dari BPS Kabupaten

2
Tangerang pada tahun 2017 jumlah penduduk di wilayah kerja
Puskesmas Tegal Angus yang tersebar di 6 desa tercantum pada
tabel dibawah ini.

Tabel 1. Jumlah Penduduk dan Kepadatan di Wilayah Kerja Puskesmas Tegal Angus 2018

No. DESA LUAS JUMLAH JUMLAH RATA-RATA KEPADATAN


WILAYAH PENDUDUK RUMAH JIWA/RUMAH PENDUDUK
(km2) TANGGA TANGGA per km2
1 2 3 4 5 6 7
1 PANGKALAN 7.54 16.888 5,362 4.08 2.2
2 TANJUNG 5.24 7.669 2,685 4.5 1.48
BURUNG
3 TEGAL 2.83 9.513 2,900 4.6 3.31
ANGUS
4 TANJUNG 5.64 9.513 1,823 4.6 1.73
PASIR
5 MUARA 5.14 3.566 492 4.4 6.86
6 LEMO 3.61 6.632 655 4.4 1.82
Jumlah 30.02 53.822 13.917 4.6 10.364

Sumber : Kantor Statitistik Puskesmas Tegal Angus 2018

Tabel 2. Klasifikasi Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

Jumlah Penduduk
No. Desa / Kelurahan Laki-laki
Perempuan Jumlah
1 Lemo 3.358 3.429 6.787
2 Muara 1.969 1.986 3.955
3 Pangkalan 8.682 8.674 17.356
4 Tanjung Burung 3.971 4.258 8.229
5 Tanjung Pasir 4.989 5.043 10.032
6 Tegal Angus 4.810 4.743 9.553
JUMLAH 27.604 28.133 55.912

Sumber : Kantor Statitistik Puskesmas Tegal Angus 2018

3
1.2.2 Kondisi Sosial Ekonomi
Masyarakat di daerah binaan adalah masyarakat yang berasal
etnis cina dan masyarakat asli daerah Tangerang. Kedua budaya
tersebut saling mengisi satu sama lain dan hidup secara
berdampingan. Penduduk di wilayah kerja Puskesmas Tegal Angus
secara keseluruhan bekerja sebagai buruh dan petani sesuai dengan
yang ditunjukkan pada Tabel 3. Menurut data geografis, wilayah
kerja Tegal Angus secara keseluruhan didominasi oleh daerah
persawahan dan beberapa pabrik. Daerah perekonomian Tegal
Angus mulai berkembang dan sudah bermunculan beberapa toko
swalayan kecil dan toko swalayan dari masyarakat. Menurut Data
Tahun 2017, Jumlah penduduk miskin di wilayah kerja Puskesmas
Tegal Angus pada tahun 2017 berjumlah 31.898 Jiwa yaitu sebanyak
59,3 % dari jumlah penduduk 53.822 Jiwa.

Tabel 3. Lapangan Pekerjaan Penduduk

No. Lapangan Kerja Penduduk Jumlah


1 Buruh 4.592
2 Buruh industri 13.757
3 Industri rakyat 13.536
4 Nelayan 386
5 Pedagang 6.373
6 Pengangguran 4.004
7 Pensiunan PNS 45
8 Pensiunan TNI/POLRI 43
9 Perangkat Desa 141
10 Pertukangan 4.109
11 Petani pemilik 13.316
12 Petani penggarap 6.063
13 PNS 222
14 TNI/POLRI 65
Sumber: Kantor Statistik Puskesmas Tegal Angus, 2018

4
1.2.3 Tingkat Pendidikan
Masalah pendidikan menjadi salah satu tonggak dalam
penilaian sumber daya manusia pada suatu daerah dan menjadi
faktor penilaian kualitas kehidupan penduduk di suatu wilayah.
Berikut adalah Status pendidikan penduduk di wilayah kecamatan
Teluk Naga, khususnya daerah wilayah kerja Puskesmas Tegal
Angus.

Tabel 4. Penduduk 10 Tahun Ke Atas Menurut Jenjang Pendidikan


Wilayah Kerja Puskesmas Tegal Angus Tahun 2018

No. Jenjang Pendidikan Jumlah


1. Tidak/belum tamat SD 12.705
2. SD/MI 17.053
3. SLTP/MTS 2.869
4. SLTA/MA 3.658
5. AK/Diploma 170
6. Universitas 137
Sumber : Kantor Statistik Puskesmas Tegal Angus, 2018

1.2.4 Kesehatan
Berdasarkan hasil laporan bulanan penyakit (LB3)
Puskesmas Tegal Angus. Didapatkan gambaran pola penyakit yang
terjadi di puskesmas Tegal Angus didapatkan gambaran pola
penyakit yang terjadi di puskesmas pada tahun 2018 menurut
golongan semua umur. Menurut Sistem Pendataan Manajemen
Puskesmas (SIMPUS) Tegal Angus didapatkan gambaran pola
penyakit yang terjadi di puskesmas Tegal Angus, yaitu :

5
Tabel 5. Penyakit dengan Kunjungan Terbanyak bulan Mei 2018
No. Diagnosa Jumlah
1. ISPA 1285
2. Cephalgia 385
4. Dermatitis 309
5. Hipertensi primer 285
7. Gastroduodenitis 222
8. Cough 215
9. Gangguan Gigi dan Jaringan Penunjang 189
10. Unspecified Respiratory Tuberculosis 146
Sumber : Sistem Pendataan Manajemen Puskesmas Tegal Angus 2018

1.2.5 Sarana Kesehatan


Saat ini sarana dan prasarana kesehatan yang tersedia , yaitu :
Tabel 6. Sarana dan Prasarana

Gedung Puskesmas Jumlah


Ruang Kepala Puskesmas 1 ruang
Ruang TU 1 ruang
Ruang Dokter 1 ruang
Ruang Aula 1 ruang
Ruang imunisasi 1 ruang
Ruang loket 1 ruang
Ruang apotek 1 ruang
Ruang BP umum 1 ruang
Ruang BP anak 1 ruang
Ruang BP gigi 1 ruang
Ruang KIA/KB 1 ruang
Ruang gudang obat 1 ruang
Ruang TB 1 ruang
Ruang lansia 1 ruang

6
Tabel 6 (lanjutan) Sarana dan Prasarana
Gedung Puskesmas Jumlah
Ruang kesling 1 ruang
Ruang perpstakaan 1 ruang
Ruang mushola 1 ruang
Ruang Bidan 1 ruang
Dapur 1 ruang
Ruang gudang perkakas 1 ruang
WC 6 ruang

Bidan Desa Sebanyak 6 orang dan posyandu 45 buah terdiri dari :

Tabel 7. Jumlah Posyandu

Posyandu Jumlah
Lemo 6
Muara 6
Pangkalan 10
Tanjung burung 7
Tanjung pasir 9
Tegal Angus 7
Sumber: Kantor Statistik Puskesmas Tegal Angus, 2017

Pembinaan UKBM (Usaha Kesehatan Bersumber Daya


Masyarakat) :
Jumlah posyandu : 45 buah
Jumlah kader posyandu di bina : 225 orang
Jumlah kader dasa wisma dibina : 34 orang
Jumlah TOMA : 60 oran
Ketenagaan Puskesmas Tegal Angus
Staf Puskesmas Tegal Angus berjumlah 34 orang dengan status
ketenagaan seperti tercantum dalam tabel di bawah ini :

7
Tabel 8. Jumlah Ketenagaan Puskesmas
No. Kategori Tenaga PNS PTT/TKK Lain-lain Jumlah

1 AKBID 0 0 0 0
2 AKPER 0 0 0 0
3 Bidan 8 6 1 15
4 D3 Gizi 1 0 0 1
5 D3 Kesling 0 0 0 0
6 Dokter Gigi 1 0 0 1
7 Dokter Umum 0 2 0 2
8 Honor 0 0 9 9
9 Pekarya 1 0 0 0
10 Perawat 3 2 0 5
Sumber: Kantor Statistik Puskesmas Tegal Angus, 2017

1.2.6 Upaya Kesehatan


Upaya Pemerintah Desa Pangkalan dengan instansi terkait,
dalam hal ini, antara lain:
1. Peningkatan gizi keluarga Pemberian Makanan
Tambahan (PMT) kepada balita yang ada di setiap
posyandu, pemeriksaan kesehatan kepada ibu hamil.
2. Pencegahan penyakit, imunisasi dasar (BCG,
Hepatitis B, Polio, Campak, DPT), pemberian
vitamin A.
3. Penyuluhan Kesehatan dan Penyakit antara lain
Demam Berdarah Dengue, Flu Burung,
Chikungunya, dan sejenisnya.
4. Penanganan bagi balita yang kekurangan gizi dengan
memberikan susu dan makanan yang bernutrisi.
5. Penyuluhan kesehatan tentang bagaimana menjaga
dan memelihara lingkungan dengan membersihkan
rumah masing– masing dan lingkungan sekitarnya.

8
6. Pemanfaatan pekarangan dengan ditanami sayur
mayur dan Tanaman Obat Keluarga (TOGA),
Tabulapot dan Tabulakar.
7. Peningkatan kualitas kesehatan para LANSIA dengan
diadakannya program senam LANSIA dan
POSBINDU.

1.3 Puskesmas Tegal Angus


1.3.1 Visi dan Misi
Dalam mendukung terwujudnya Visi Kabupaten Tangerang
dan pembangunan Pemerintah Tangerang dan khususnya
Kecamatan Teluk Naga dalam Bidang kesehatan maka
dirumuskannya Visi Pembangunan Kesehatan Puskesmas Tegal
Angus yaitu (Profil Puskesmas Tegal Angus, 2016) :

“MENUJU PELAYANAN PRIMA”

Untuk mewujudkan hal tersebut di atas, ditetapkan 4 Misi


pembangunan kesehatan sebagai berikut (Profil Puskesmas Tegal
Angus, 2016) :
1. Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan di
wilayah kerjanya.
2. Mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan
masyarakat di wilayah kerjanya.
3. Memelihara dan meningkatkan mutu, pemerataan, dan
keterjangkauan pelayanan kesehatan yang diselenggarakan.
4. Memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan,
keluarga, dan masyarakat beserta lingkungannya

9
1.3.2 Wilayah Kerja dan Kependudukan
Wilayah kerja Puskesmas Tegal Angus berada di wilayah
Kecamatan Teluk Naga bagian utara yang terdiri dari enam desa
binaan yaitu Desa Pangkalan, Tanjung Burung, Tegal Angus,
Tanjung Pasir, dan Muara.

Gambar 3. Peta Wilayah Kerja Puskesmas Tegal Angus


Tahun 2017
Sumber : Profil Puskesmas Tegal Angus

1.3.3 Program Kesehatan


A. Pelayanan Kesehatan Wajib

Tabel 9. Cakupan Program Wajib Puskesmas Tegal Angus


Tahun 2017

PROGRAM PUSKESMAS
Hasil
No. Upaya Kesehatan Wajib
Cakupan
1 Upaya Promosi Kesehatan 77.04%
2 Upaya Kesehatan Lingkungan 79.37%
3 Upaya Kesehatan Ibu dan Anak/ KB 91.87%
4 Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat 93.37%
Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit
5 Menular 118.37%
6 Upaya Pengobatan 131.30%
RATA-RATA PROGRAM WAJIB 98.55%
Sumber : Laporan Kinerja Puskesmas Tegal Angus Tahun 2017

10
B. Pelayanan Kesehatan Pengembangan

Pelayanan kesehatan salah satunya ditujukan


terhadap kelompok usia lanjut, di mana pada kelompok ini
biasanya banyak mengalami gangguan kesehatan
degeneratif dan fungsi tubuh lainnya. Dalam upaya
meningkatkan status kesehatan usia lanjut telah
dilaksanakan program pelayanan kesehatan usia lanjut.

Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan


yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan
upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan
lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk
mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-
tngginya di wilayah kerjanya.

Tabel 10. Cakupan Program Pengembangan Puskesmas Tegal


Hasil
No. Upaya Kesehatan Pengembangan
Cakupan
1 Puskesmas Rawat Inap 0.00%
2 Upaya Kesehatan Mata (Pencegahan Kebutaan) 53.43%
3 Upaya Kesehatan Telinga (Pencegahan Gangguan 6.88%
Pendengaran)
4 Upaya Kesehatan Jiwa 68.81%
5 Upaya Kesehatan Olah Raga 0.00%
6 Upaya Kesehatan Penanggulangan Penyakit Gigi 90.71%
7 Upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat
8 Binaan Kesehatan Tradisional 100.00%
RATA-RATA PROGRAM
PENGEMBANGAN 63.97%
RATA-RATAPENCAPAIAN PROGRAM
PUSKESMAS 81.26%

11
C. Perilaku Masyarakat

Pembinaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di


Puskesmas dilakukan melalui program promosi kesehatan
yaitu penyebarluasan informasi kesehatan untuk
meningkatkan derajat kesehatan. Perilaku Hidup Bersih
dan Sehat di masyarakat dapat menggambarkan derajat
kesehatan wilayah tersebut, hal ini dapat disajikan dengan
indikator PHBS.
Adapun dari hasil kajian PHBS di wilayah
Puskesmas Tegal Angus pada Tahun 2018 dapat
digambarkan sebagai berikut :

Tabel 11. Kajian PHBS Puskesmas Tegal Angus Tahun 2018

No. PHBS Hasil


1 Persalinan ditolong oleh Tenaga Kesehatan 90,5%
2 Rumah yang bebas jentik 72,83%
3 Penimbangan bayi dan balita 100%
4 Memberikan ASI ekslusif 73,67%
5 Menggunakan air bersih 99,39%
6 Menggunakan jamban sehat 15,74%
7 Olahraga atau melakukan aktifitas fisik 10,09%
8 Mengonsumsi makanan seimbang 23,5%
9 Tidak merokok dalam rumah 23,5%
10 Penduduk miskin yang dicakup JPKM 96,85%
Sumber: Kantor Statistik Puskesmas Tegal Angus, 2018

1.4 Gambaran Keluarga Binaan


Keluarga binaan Kelompok terdiri dari 5 keluarga , yaitu
1. Keluarga Tn. Narsan
2. Keluarga Tn. Andi
3. Keluarga Tn. Buang Maryati
4. Keluarga Tn. Isan

12
Gambar 4. Denah Wilayah Rumah Keluarga Binaan

1.4.1 Keluarga Tn. Insan


A. Data Keluarga

Keluarga Tn. Insan terdiri dari 2 anggota keluarga yaitu,


Ny. Samiyati selaku istrinya dan 1 anaknya. Tn. Insan
hanya menikah 1 kali dan baru dikaruniai 1 orang anak laki-
laki.

Tabel 12. Data Dasar Keluarga Tn. Insan

Nama Status Jenis Usia Pendidik Pekerjaan


Keluarga Kelamin (Tahun) an
(L/P) Terakhir

Tn. Insan Kepala L 35 SD Supir


Keluarga
Ny. Samiyah Istri P 33 SD Ibu Rumah
Tangga

Budi Anak ke- P 15 SMP Pelajar


1

13
Keluarga Tn. Insan bertempat tinggal di Desa Pangkalan Kp.
Sukasari RT.004/RW.005, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten
Tangerang, Propinsi Banten. Tn. Narsan saat ini berusia 35
tahun dan bekerja sebagai supir dengan penghasilan sesuai Upah
Minimum Regional berkisar Rp 1.200.000. Uang tersebut
digunakan oleh Tn. Insan untuk kebutuhan sehari-hari berupa
uang untuk sekolah anak, keperluan dapur, pembayaran listrik,
dan kebutuhan rumah tangga. Istri Tn. Insan , Ny Samiyati yang
saat ini berusia 33 tahun, tidak bekerja, pekerjaan hariannya
hanya mengurus anak semata wayangnya sehingga anak tidak
lepas dari pengawasan. Tn. Insan memiliki 1 anak. yang masih
duduk di bangku SMP.

B. Bangunan Tempat Tinggal


Keluarga Tn. Insan tinggal di desa padat penduduk.
Rumah yang ditinggi dimiliki sendiri oleh beliau, dengan luas
tanah sekitar 30 m2 dan luas bangunan sekitar 4 m x 5 m.
Bangunan tempat tinggal tidak bertingkat, berlantaikan keramik
di ruang keluarga dan tempat tidur, kemudian pada ruang dapur
dan kamar mandi berlantaikan semen, dindingnya sebagian
dengan anyaman bambu dan batu bata semen dengan rangka
rumah dari bambu. Atap rumah dari genteng dan dibawahnya
dialaskan plastik. Rumah ini terdiri dari ruang tamu sekaligus
ruang keluarga berukuran 3 m x 2 m, satu kamar tidur berukuran
2 m x 2 m, satu kamar digunakan oleh seluruh anggota keluarga.
Ventilasi yang tersedia berada di ruangan keluarga dengan
ukuran 140 cm x 110 cm, pada kamar tidur Tn. Narsan tidak ada
ventilasi. Ventilasi yang tersedia ditutupi oleh Plastik. Jendela

14
yang tersedia hanya ada satu di ruang keluarga dan tidak bisa
dibuka tutup. Pencahayaan ruangan didapatkan dari celah
dinding yang terbuat dari anyaman dan dari jendela ruang
keluarga. Terdapat ruang dapur yang terletak dibelakang kamar
tidur dengan ukuran 2 m x 2 m. Saat malam hari pencahayaan
didapat dari lampu pada setiap ruangan. Kamar mandi yang
tersedia berada di belakang rumah. Dindingnya terbuat dari
spanduk terpal dan disediakan ember untuk mandi. Untuk
keperluan buang air, keluarga Tn. Narsan biasa menggunakan
jamban yang terdapat dirumahnya sendiri.

Gambar 5. Denah Wilayah Rumah Tn. Insan

B. Lingkungan Pemukiman
Rumah Tn. Insan terletak di pemukiman yang padat penduduk.
Untuk menuju ke rumah beliau, harus berjalan kaki kurang lebih
dari 5 menit dari jalan utama tanjung pasir. Akses nya hanya
bisa dilalui oleh motor karena jalan menuju rumah sempit dan
pada pinggir jalan terdapat saluran air untuk persawahan.
Saluran air tersebut terkadang dipakai untuk warga sekitar untuk

15
Jamban umum dan Mencuci pakaian. Dibelakang rumah beliau,
terdapat kubangan saluran pembuangan namun air
pembuangannya tidak mengalir sehingga menghasilkan bau
tidak sedap. Disekeliling rumah tidak terdapat selokan untuk
menampung air hujan.

D. Pola Makan
Keluarga Tn. Insan memiliki kebiasaan makan tiga kali sehari.
Sehari - hari mereka selalu memasak makanan sendiri. Tn.
Narsan selalu mengkonsumsi sayuran, daging, namun jarang
mengkonsumsi buah-buah. Biasanya Tn. Narsan selalu
membawa bekal untuk dimakan di pabrik sewaktu jam istirahat
makan siang.

E. Riwayat Obstetrik dan Pola Asuh Ibu dan Anak


Ny. Samiyah saat ini masih menggunakan tidak menggunakan
KB selama 5 tahun terakhir. Anak terakhir Tn. Insan lahir
dengan spontan di bidan Desa setempat. Pada saat lahir beratnya
3500 gram. Anak Tn. Insan mengkonsumsi ASI selama 6 bulan.
Tidak ada penyakit atau penyulit selama kehamilan. Imunisasi
lengkap.

F. Riwayat Penyakit dan Kebiasaan Berobat


Tn. Insan tidak memiliki riwayat penyakit asma, hipertensi,
maupun DM. Namun ia pernah berobat kerumah sakit karena
kencing berpasir dan nyeri. Lalu dokter mendiagnosis penyakit
Tn. Insan dengan gejala batu ginjal. Tn. Insan hanya diberikan
obat, tidak dioperasi atau rawat inap. Tn. Narsan jarang
mengikuti pengobatan gratis. Tn. Narsan enggan untuk

16
memeriksa kesehatannya secara rutin. Beliau ke puskesmas
hanya bila sakit. Keluarga
Ny. Samiyah, istri tn. Narsan tidak memiliki riwayat penyakit.
Ny. Siti juga jarang berobat ke puskemas dan tidak pernah
mengikuti pengobatan gratis.Tidak ada riwayat dirawat di rumah
sakit pada anaknya.

G. Perilaku dan Aktivitas Sehari-hari


Tn. Insan dan Ny. Samiyah saat bangun pagi selalu menyiapkan
sarapan untuk anak-anaknya. Jadwal kerja keduanya tidak
pernah bersamaan sehingga anak-anak dirumahnya selalu
mendapat pengawasan. Keluarga Tn. Insan selalu menggunakan
jamban dirumahnya. Air yang digunakan berasal dari Pompa
Air. Air tersebut selalu digunakan untuk keperluan mandi dan
mencuci baju, Untuk minum sehari-hari beliau membeli air
mineral galon. Setiap ingin makan semua keluarga selalu
mencuci tangan dengan sabun. Namun, belum mengerti tata cara
cuci tangan sesuai WHO.
Kebiasaan merokok yang dilakukan oleh Tn. Insan, sudah
dilakukan sejak dari bangku SMP. Dalam sehari ia biasa
menghabiskan lebih dari 1 bungkus rokok dengan harga
Rp.15.000. Namun, seiring bertambahnya usia Tn. Narsan mulai
mengurangi konsumsi rokoknya menjadi 1 bungkus/hari. Beliau
lebih sering merokok didalam rumah dibandingkan diluar.
Ruang keluarga paling sering menjadi tempat merokok.
Tn. Insan sering melakukan olahraga voli. Dalam seminggu ia
terbiasa berlatih 1 kali. Namun akhir-akhir ini beliau sudah
jarang berolahraga karena sudah terlalu lelah. Sedangkan Ny.
Samiyah tidak pernah berolahraga karena terlalu lelah bekerja

17
dan mengurus rumah tangga. Anak-anak mereka lebih sering
beraktifitas diluar seperti bermain dengan temannya.

Tabel 13. Identifikasi Faktor Internal Keluarga Tn. Insan

No. Kriteria Permasalah


1 Kebiasaan Merokok Tn. Insan sudah merokok sejak SMP dan
dalam sehari ia menghabiskan 1 bungkus
2. Pola Makan Ny. Samiyah selalu menyiapkan makanan
untuk keluarga. Biasanya dilakukan 3 kali
sehari.
3. Pola Pencarian Pengobatan Apabila sakit, Keluarga Tn. Insan tidak
langsung berobat ke dokter. Beliau akan
membeli obat warung terlebih dahulu,
kemudian bila bertambah parah akan ke
dokter atau bidan.
4. Aktivitas sehari-hari a. Tn Insan mendapat penghasilan dari
bekerja sebagai supir dengan
penghasilan per bulan Rp. 1.200.000
b. Ny. Samiyah hanya sebagai ibu
rumah tangga yang mengurus
keperluan anaknya dan suaminya
dirumah.
c. Tn. Insan selalu mencuci tangan
dengan sabun, namun Tn. Insan dan
keluarga belum memahami cara
mencuci tangan yang benar.

18
No. Kriteria Permasalahan
1 Luas Bangunan Luas Bangunan Sekitar 300 m2, namun dibagi
menjadi 4 ruangan.
2 Ruangan dalam Rumah ini terdiri dari 1 ruang keluarga, 1 ruang
rumah tidur, 1 dapur dan 1 kamar mandi. Satu kamar tidur
digunakan oleh seluruh keluarga
3 Ventilasi Ventilasi yang berada terletak diatas pintu depan
hingga atas jendela dan tertutup oleh plastik. Jalur
ventilasinya melalui dinding yang terbuat dair
anyaman bamboo
4 Pencahayaan Pencahayaan di rumah ini terdapat di setiap ruangan
dan celah dari dinding saat siang hari. Jendela
berada 1 didepan rumah sebagai pencahayaan.
5 MCK Tempat Cuci Piring berada di kamar mandi dan
digabung dengan tempat cuci pakaian Dapur
terpisah dari ruangan lainnya.
6 Sumber Air a. Untuk kegiatan mandi, cuci pakaian dan cuci
piring, keluarga Tn. Narsan menggunakan
Pompa air .
b. Untuk air minum dan memasak
menggunakan air galon
7. Saluran Keluarga Tn. Narsan tidak memiliki tempat
Pembuangan pembuangan limbah
Limbah
8. Tempat Sampah dikumpulkan kemudian dibakar
pembuangan didekat persawahan
sampah
9. Lingkungan Daerah Lingkungan Padat

19
1.4.2 Keluarga Tn. Mamat

A. Data Keluarga
Keluarga binaan Tn. Mamat terdiri dari 6 anggota keluarga yang
terdiri dari istrinya Ny. Maimunah, anak kandungnya yaitu Ny. Ati,
dan Nn Apriyanti, dan menantunya, Tn. Muhammad.

Tabel 15. Data Dasar Keluarga Tn. Mamat

NO. Nama Status Jenis Usia Pendidikan Pekerjaan


Keluarga Kelamin
1. Tn. Mamat Suami Laki-laki 42 th SDatau sederajat Buruh

2. Ny. Istri Perempuan 39 th SDatau sederajat Buruh


Maimunah
3. Ny. Ati Anak Perempuan 28 th SDatau sederajat Ibu rumah
tangga
4. Tn. Menantu Laki – laki 35 th SMAatau Buruh
Muhamma sederajat
d
5. Nn. Anak Perempuan 15 th SMAatau Pelajar
Apriyanti sederajat

6. An. Anak Perempuan 8 th SDatau sederajat Pelajar


Annisa

Membayar listrik, pengobatan, kebutuhan rumah dan lain-lain.


Ny. Maimunah berusia 39 tahun, bekerja sebagai buruh dengan
penghasilan kasar berkisar Rp 600.000. Tn. Muhammad, menantu
Tn. Mamat bekerja sebagai buruh dengan penghasilan kasar
berkisar Rp. 1.000.000. Tn. Muhammad menikah dengan Ny. Ati ,
yang sehari – hari bekerja sebagai ibu rumah tangga dan memiliki

20
1 orang anak. Anak pertama bernama Annisa berusia 3 tahun dan
belum bersekolah. Nn. Apriyanti, berusia 15 th pelajar SMA dan
belum bekerja.

B. Bangunan Tempat Tinggal


Keluarga Tn. Mamat tinggal di perumahan padat penduduk.
Rumah milik sendiri, dengan luas tanah sekitar 30 m2 dan luas
bangunan berukuran 6,0 m x 5,0 m. Bangunan tempat tinggal
tidak bertingkat, berlantaikan ubin, beratapkan genteng, dan
dindingnya terbuat dari batu bata dan disemen di seluruh
bangunan tempat tinggal serta dilapisi dengan cat tembok
berwarna jingga. Rumah ini terdiri dari ruang tamu berukuran 5
m x 2,5 m, ruang keluarga berukuran 300 cm x 550 cm, 2 kamar
tidur masing - masing berukuran 250 cm x 300 cm dan 300 cm x
300 cm. Satu kamar digunakan oleh Tn. Mamat dan Ny.
Maimunah dan anaknya Nn. Apriyanti. Dan satu lagi digunakan
oleh Tn. Muhammad dan Ny. Ati dan anaknya Annisa. Ventilasi
yang ada berasal dari pintu depan dengan panjang 150 cm x 130
cm, dan di kamar tidur tidak ada ventilasi. Di setiap atas jendela
terdapat sekat – sekat ventilasi udara dengan ukuran 15 cm x 20
cm Jendela yang berada di depan pintu depan 70 cm x 35 cm dan
memberikan jalan untuk cahaya dan udara masuk kerumah.
Selain itu terdapat satu ruang dapur 200 cm x 300 cm.
Pencahayaan di rumah ini terdapat 1 buah lampu berwarna putih
di dalam rumah tepat berada diruang keluarga, 1 buah lampu
berwarna putih diruang dapur dan terdapat 1 buah lampu di teras
rumah dan berwarna putih. Keluarga ini tidak memiliki kamar
mandi.

21
Dapur

Kamar Ruang
tidur Keluarga
a

Ruang
Tamu Kamar
Tidur

Gambar 6. Denah Rumah Tn. Mamat

C. Lingkungan Pemukiman
Rumah Tn. Mamat terletak di pemukiman yang padat
penduduk. Untuk menuju lokasi rumah Tn. Mamat harus
melewati jalan setapak dari jalan utama. Tidak terdapat aliran
selokan di depan rumah Tn. Mamat.

D. Pola Makan
Keluarga Tn. Mamat memiliki kebiasaan makan tiga kali

sehari. Sehari-hari Tn. Mamat memasak makanan dengan menu

semampunya untuk mencakup kebutuhan gizi seimbang,

contoh menu yang disajikan sehari-hari ialah nasi, ikan,

tempe, telur, ayam, sayuran dan terkadang menggunakan

daging atau susu.

22
E. Riwayat Obstetrik dan Pola Asuh Ibu dan Anak
Ny. Maimunah menggunakan Kb suntik 3 Bulan. Anak
Tn. Mamat lahir dengan spontan di bidan desa setempat.
Anak Tn. Mamat juga lahir dengan berat badan normal
dengan rata-rata berat lahir 2600 gram. Anak Tn. Mamat
mengonsumsi ASI selama 1 tahun. Tidak ada penyakit atau
penyulit selama kehamilan. Imunisasi anak beliau lengkap.
Ny. Ati menggunakan Kb suntik 3 bulan. Anak Tn.
Muhammad lahir dengan spontan di bidan desa setempat.
Anak Tn. Muhammad juga lahir dengan berat badan normal
dengan rata-rata berat lahir 2500 gram. Anak Tn. Muhammad
mengonsumsi ASI selama 1 tahun. Tidak ada penyakit atau
penyulit selama kehamilan. Imunisasi anak beliau lengkap.

F. Riwayat Penyakit dan Kebiasaan Berobat


Tn. Mamat tidak memiliki riwayat penyakit, asma,
hipertensi, maupun DM. Keluarga Tn. Mamat juga tidak
memiliki riwayat penyakit. Tn. Mamat juga jarang sekali
mengikuti pengobatan gratis.
Istri Tn. Mamat bernama Ny. Maimunah tidak memiliki
riwayat penyakit, asma, hipertensi, maupun DM. Keluarga
Ny. Maimunah juga tidak memiliki riwayat penyakit. Ny.
Maimunah juga jarang sekali mengikuti pengobatan gratis.
Tidak ada riwayat di rawat di rumah sakit pada anaknya.
Menantu Tn. Mamat bernama Tn. Muhammad tidak memiliki
riwayat penyakit, asma, hipertensi, maupun DM. Keluarga
Tn. Muhammad juga tidak memiliki riwayat penyakit. Tn.
Muhammad juga jarang sekali mengikuti pengobatan gratis.

23
G. Perilaku dan Aktivitas Sehari-hari
Tn. Mamat memiliki kebiasaan merokok setiap pagi
sebelum berangkat bekerja, siang hari sehabis makan dan
setiap malam hari sebelum tidur. Tn. Mamat mengabiskan
satu bungkus rokok perharinya. Tn. Muhammad memiliki
kebiasaan merokok setiap habis makan siang dan malam hari
ketika pulang kerja. Tn. Muhammad menghabiskan satu
bungkus rokok perharinya. Anak dan cucu Tn. Mamat dan
Ny. Maimunah sering mengeluh batuk kering, namun
keadaan tersebut membaik jika minum obat warung.

Tabel 16. Identifikasi Faktor Internal Keluarga Tn. Insan

No Faktor Internal Permasalahan


Tn. Mamat dan Tn. Muhammad sudah merokok dari
sejak SD dan dalam sehari ia menghabiskan 1 bung kus
1 Kebiasaan Merokok rokok
Semua anggota keluarga tidak memiliki kebiasaan
berolahraga.
2 Olah raga
Ny. Maimunah selalu menyiapkan makanan untuk keluarga
dibantu oleh Ny. Ati dan Nn. Apriyanti Biasanya
3 dilakukan 3 kali sehari mereka sering memasak makanan
dengan menu seperti tahu, tempe, dan sesekali ikan, ayam
Pola Makan
atau daging.
Apabila sakit, keluarga Tn. Mamat tidak langsung berobat
ke dokter. Beliau akan membeli obat warung terlebih
4 Pola Pencarian dahulu, kemudian bila bertambah parah akan ke dokter
Pengobatan
Mereka tidak pernah menabung karena pas untuk
kebutuhan sehari-hari
5 Menabung

24
Tabel 16 (Lanjutan) Identifikasi Faktor Internal Keluarga Tn. Insan

NO. Faktor Internal Permasalahan


a. Tn. Mamat mendapat penghasilan dari
bekerja sebagai buruh
6 Aktivitas sehari-hari b. Ny. Maimunah sebagai buruh dan
mengurus keluarganya.
c. Keluarga Tn. Mamat mencuci pakaian di
Sungai dekat rumahnya
d. Keluarga Tn. mamat jarang mencuci tangan
sebelum makan
e. Tn. Mamat dan Tn. Muhammad memiliki
kebiasaan merokok

Tabel 17. Faktor Eksternal Keluarga Tn. Mamat

No Kriteria Permasalahan
Luas Bangunan Luas tanah sekitar 30 m2 dan luas bangunan berukuran 5,0 x
1 6,0 meter
2. Ruangan dalam rumah Ruang tamu berukuran 5 m x 2,5 m, ruang keluarga
berukuran 300 cm x 550 cm, 2 kamar tidur masing - masing
berukuran 250 cm x 300 cm dan 300 cm x 300 cm. satu ruang
dapur 200 cm x 300 cm.

3. Jamban Keluarga Tn. Mamat memiliki jamban.

4. Ventilasi Ventilasi yang ada berasal dari pintu depan dengan panjang
150 cm x 130 cm, dan di kamar tidur tidak ada ventilasi. Di
setiap atas jendela terdapat sekat – sekat ventilasi udara
dengan ukuran 15 cm x 20 cm Jendela yang berada di depan
pintu depan 70 cm x 35 cm dan memberikan jalan untuk
cahaya dan udara masuk kerumah.

5. Pencahayaan 1 buah lampu berwarna putih di dalam rumah tepat berada


diruang keluarga, 1 buah lampu berwarna putih diruang
dapur dan terdapat 1 buah lampu di teras rumah dan berwarna
putih.

6. MCK Memiliki MCK di rumah, MCK berada didepan rumah dan


digunakan bersamaan dengan tetangganya
7. Sumber Air Dalam kesehariannya Tn. Mamat menggunakan air sumur

25
yang digunakan untuk mandi memasak, dan mencuci baju.
8. Saluran pembuangan Tidak terdapat saluran pembuangan limbah.
limbah
9. Tempat pembuangan Keluarga Tn. Mamat tidak memiliki tempat
sampah pembuangan sampah dirumahnya, kemudian mereka
membuang sampahnya di samping rumah.
10. Lingkungan sekitar Di samping kiri rumah terdapat rumah tetangga yang
rumah hanya berjarak satu meter. Dan merupakan kawasan
padat

1.4.3 Keluarga Tn. Masan

A. Data Keluarga

Keluarga binaan Tn. Masan terdiri dari 2 anggota keluarga yang


terdiri dari istrinya Ny Nafsiha dan anaknya Tn nasuha.

Tabel 18. Data Dasar Keluarga Tn. Masan

No Nama Status Jenis Usia Pendidikan Pekerjaan


Keluarga Kelamin
1. Tn. Masan Suami Laki-laki 82 th Tidak Petani
sekolah
2. Ny. Nafsiha Istri Perempuan 80 th Tidak Ibu Rumah
sekolah Tangga
3. Tn. Nasuha Cucu Laki-laki 29 th SMP Pengangguran

Keluarga Tn. Masan tinggal di Desa Pangkalan RT 004/RW 05 No 60


Kp Pangkalan, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tanggerang, Provinsi
Banten. Di rumah ini Tn. Masan tinggal dengan istri dan cucunya. Tn.
Masan yang saat ini berusia 82 tahun bekerja sebagai petani dengan
penghasilan sekitar Rp 1.200.000,00/bulan. Uang pendapatannya itu
digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, seperti membeli

26
makanan, membayar listrik, pengobatan, dan lain-lain. Ny nafsiha berusia
80 tahun bekerja sebagai ibu rumah tangga yang mengurusi rumah. Dan
cucunya bernama Tn. Nasuha sudah tidak bekerja lagi sejak 6 bulan yang
lalu.

A. Bangunan Tempat Tinggal


Keluarga Tn. Masan tinggal di perumahan padat penduduk. Rumah
milik sendiri dengan luas tanah sekitar 30 m2 dan luas bangunan
berukuran 9 x 5 m. Bangunan tempat tinggal tidak bertingkat, berlantaikan
semen di ruang keluarga dan tempat tidur, kemudian pada ruang dapur dan
kamar mandi berlantaikan semen, dindingnya dengan anyaman bambu.
Atap rumah dari genteng dan dibawahnya dialaskan plastik. Rumah ini
terdiri dari ruang tamu sekaligus ruang keluarga berukuran 3 m x 3 m, satu
kamar tidur berukuran 2 m x 2 m, satu kamar tidur dengan ukuran 3 x 2
meter. Ventilasi yang tersedia berada di ruangan keluarga dengan ukuran
140 cm x 110 cm, pada kamar tidur Tn. Masan tidak ada ventilasi.
Ventilasi yang tersedia ditutupi oleh Plastik. Jendela yang tersedia hanya
ada satu di ruang keluarga dan tidak bisa dibuka tutup. Pencahayaan
ruangan didapatkan dari celah dinding yang terbuat dari anyaman dan dari
jendela ruang keluarga. Terdapat ruang dapur yang terletak dibelakang
kamar tidur dengan ukuran 2 m x 2 m. Saat malam hari pencahayaan
didapat dari lampu pada setiap ruangan. Kamar mandi yang tersedia berada
di belakang rumah. Dindingnya terbuat dari spanduk terpal dan disediakan
ember untuk mandi. Untuk sumber air didapatkan dari sumur.

27
Gambar 7. Denah Rumah Tn. Mamat

B. Lingkungan permukiman

Rumah Tn. Masan terletak di pemukiman yang padat penduduk.


Untuk menuju ke rumah beliau, harus melewati jalan setapak untuk
menuju rumah tn masan. Akses nya hanya bisa dilalui oleh motor dan
mobil satu arah karena jalan menuju rumah sempit dan pada pinggir
jalan terdapat persawahan.

C. Pola Makan
Keluarga tn. Masan memiliki kebiasaan makan tiga kali sehari.
Sehari - hari mereka selalu memasak makanan sendiri. Tn. Masan selalu
mengkonsumsi sayuran, tahu dan tempe, namun jarang mengkonsumsi
buah-buah.

D. Riwayat Obstetrik dan Pola Asuh Ibu dan Anak


Ny. Nafsiha tidak menggunakan kb. Anak tuan masan lahir spontan di
dukun beranak. Berat badan lahir anak tn masan normal dengan rata-
rata 3000 gram. Anak tn masan rata-rata konsumsi ASI selama 6 bulan.
Tidak ada penyakit atau penyulit selama kehamilan. Imunisasi anak
tidak lengkap.

28
E. Riwayat Penyakit dan Kebiasaan Berobat
Tn. Masan tidak memiliki riwayat penyakit asma, hipertensi, maupun
DM. Namun ia pernah dirawat di rumah sakit selama 2 minggu karena
sakit DBD. Tn. masan juga jarang mengikuti pengobatan gratis. Tn.
masan enggan untuk memeriksa kesehatannya secara rutin. Beliau ke
puskesmas hanya bila sakit. Keluarga Tn. Masan tidak memiliki
penyakit seperti DM, Hipertensi dan asma.
Ny. Nafsiha, istri tn. Masan tidak memiliki riwayat penyakit. Ny.
Masan juga jarang berobat ke puskemas dan tidak pernah mengikuti
pengobatan gratis. Tidak ada riwayat dirawat di rumah sakit pada
anaknya.

F. Perilaku dan Aktivitas Sehari-hari


Tn. Masan dan cucunya tn Nasuha memiliki kebiasaan merokok,
dalam satu hari mampu menghabiskan 1 bungkus rokok. Keluarga
Tn.Masan mengaku mencuci tangan sebelum makan, jika tangan
tampak kotor, dan setelah melakukan aktivitas dengan menggunakan
sabun batangan. Kebiasaan berolahraga tidak ada. Didalam rumah dan
diluar rumah Tn. Masan tidak memiliki tempat pembuangan sampah,
istri Tn. Masan mengaku bahwa mereka membuang sampah di kebun
belakang rumah kemudian sampah-sampah tersebut dibakar setiap tiga
hari sekali.
Kebiasaan merokok yang dilakukan oleh Tn. Masan , sudah
dilakukan sejak puluhan tahun yang lalu. Dalam sehari ia bisa
menghabiskan lebih dari 1 bungkus rokok tembakau. Namun, seiring
bertambahnya usia Tn. Masan mulai mengurangi konsumsi rokoknya
menjadi 3 bungkus/ seminggu. Beliau lebih sering merokok didalam
rumah dibandingkan diluar. Ruang keluarga paling sering menjadi
tempat merokok.

29
Tn. Masan jarang berolahraga karena sudah terlalu lelah. Sedangkan
Ny. Nafsiha tidak pernah berolahraga karena terlalu lelah mengurus
rumah.

Tabel 19. Identifikasi Faktor Internal Keluarga Tn. Masan

No Faktor Internal Permasalahan


1 Kebiasaan Merokok Tn. Masan dan Tn nasuha merokok 1 bungkus/ sehari
2 Olah raga Semua anggota keluarga tidak memiliki kebiasaan
berolahraga.
3 Pola Makan Ny. Nafsiha memasak makanan sendiri untuk
keluarganya. Ia sering memasak makanan dengan
menu seperti tahu, tempe, dan sesekali ikan, ayam atau
daging. Dan jarang makan buah-buahan. Sehari-
harinya mereka makan besar 3 kali.
4 Pola Pencarian Apabila sakit, mereka datang ke puskesmas
Pengobatan
5 Menabung Mereka tidak pernah menabung karena pas untuk
kebutuhan sehari-hari
6 Aktivitas sehari-hari a. Bapak bekerja sebagai petani
b. Ibu sebagai ibu rumah tangga.
c. Cucu tidak bekerja.
7 Alat Kontrasepsi Di keluarga Tn. Masan tidak memakai KB

30
Tabel 20. Faktor Eksternal Keluarga Tn. Masan

No Kriteria Permasalahan
1. Luas Bangunan Luas rumah 9 x 5 m2
2. Ruangan dalam rumah Ruang Tamu berukuran 3 x 3 m2. Dua kamar tidur
berukuran 3 x 3 m2 dan 2 x 2 m2. Dapur Tn. Masan
berukuran 3 x 3 m2. Terdapat 1 kamar mandi.

3. Jamban Keluarga Tn. Masan memiliki jamban.

4. Ventilasi Terdapat ventilasi udara pada ruang tamu dan ruang


TV dan kamar.
5. Pencahayaan a. Terdapat 1 lampu pencahayaan yang baik di
kamar tidur.
b. Terdapat 1 lampu pada ruang tamu, 1 lampu di
dapur, 1 lampu di kamar mandi, dan 1 lampu di
ruang tv
6. MCK Memiliki MCK di rumah, MCK berada didepan
rumah dan digunakan bersamaan dengan tetangganya
7. Sumber Air Dalam kesehariannya Tn. Masan menggunakan air
sumur yang digunakan untuk mandi memasak, dan
mencuci baju.
8. Saluran pembuangan Tidak terdapat saluran pembuangan limbah.
limbah
9. Tempat pembuangan Keluarga Tn. Masan tidak memiliki tempat
sampah pembuangan sampah dirumahnya, kemudian mereka
membuang sampahnya di kebun belakang rumah.
10. Lingkungan sekitar Di samping kanan rumah terdapat rumah tetangga
rumah yang hanya berjarak satu meter.

1.4.4 Keluarga Tn. Nata

A. Data Keluarga
Keluarga binaan Tn. Nata terdiri dari 3 anggota keluarga, yaitu
Tn. Nata sebagai kepala keluarga, Ny. Subur selaku istri, Tn. Arif
sebagai anak laki-laki.

31
Tabel 21. Data Keluarga Tn. Nata
Penghasi
Status Jenis Usia
No Nama Pendidikan Pekerjaan lan
Keluarga Kelamin (Tahun)
Perbulan
Kepala Rp.
1 Tn.Nata Laki – laki 55 th SD Kenek
keluarga 2.100.000
Ny. Ibu rumah Rp. -
2 Istri Perempuan 25 th SD
Subur tangga
Anak
3 Tn. Arif Laki – laki 5 th Rp. -
kandung

Keluarga binaan ini bertempat tinggal di RT.004/RW.005 Desa


Pangkalan, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang. Keluarga
ini terdiri seorang suami, yang mempunyai satu orang istri dan telah
mempunyai satu orang anak. Tn. Nata mempunyai penghasilan
Rp.2.100.000 per bulan. Ny. Subur tidak mempunyai penghasilan.
Anak pertama Tn. Nata dan Ny. Subur bernama Arif yang berusia 5 th
tahun.

B. Bangunan Tempat Tinggal


Luas rumah keluarga ini kurang lebih 9 x 6 m. Dalam rumah
terdapat ruang tamu yang bersatu dengan ruang keluarga berukuran 3 x
3 m, satu kamar tidur yang berukuran 3 x 2 m, dapur berukuran 3x3 m.
Pada masing-masing ruangan disertai lampu bohlamp 10 watt.
Ruang keluarga digunakan sebagai tempat berkumpulnya keluarga saat
makan, menonton televisi dan tempat tidur. Dapur tepat berada
dibelakang kamar tidur utama, dapur memakai kompor gas elpiji dan
lantai yang beralaskan keramik . Terdapat satu kamar mandi di luar
rumah. Terdapat satu buah ventilasi di ruang tamu yang sering terbuka.
Atap rumah terbuat dari genteng dan anyaman bambu

32
Gambar 8. Denah Rumah Tn. Nata

C. Lingkungan Pemukiman
Rumah Tn. nata terletak di pemukiman yang padat penduduk. Di
bagian depan terdapat tanah kosong berupa sawah, bagian belakang
terdapat rumah warga, di bagian kanan dan kiri terdapat rumah warga
lain.

D. Pola Makan
Makanan keluarga dimasak sendiri oleh Ny.Subur. Ia sering
memasak makanan dengan menu seperti sayur, ikan asin, tahu, tempe
dan terkadang telur. Yang paling sering adalah tempe dan tahu. Setiap
hari makan besar dilakukan 3x/hari, setiap pagi, siang dan malam.
Keluarga ini jarang mengonsumsi daging, karena keterbatasan
finansial. Sumber air minum keluarga dari air yang dibeli di warung.

E. Riwayat Obstetrik dan Pola Asuh Ibu dan Anak


Anak Tn. Nata dan Ny. Subur lahir di rumah dibantu dengan
paraji dan bidan. Ny. Subur mengaku rutin kontrol kehamilan ke
puskesmas saat hamil. Untuk imunisasi, Ny. Suburi mengaku
membawa anaknya untuk imunisasi tetapi lupa sudah lengkap atau

33
belum. Ny. Subur mengaku anaknya diberikan ASI tetapi hanya sampai
usia 6 bulan.

F. Kebiasaan Berobat
Gangguan kesehatan yang sering dialami anggota keluarga adalah
batuk, pilek, dan nyeri kepala. Kebiasaan Ny.Subur, mereka biasanya
meminum obat warung untuk menyembuhkan sakitnya. Apabila tidak
membaik baru berobat ke puskesmas.

G. Riwayat Penyakit
Tn. Nata tidak memiliki riwayat penyakit, asma, hipertensi,
maupun DM. Keluarga Tn. Nata juga tidak memiliki riwayat penyakit.
Tn. Nata juga jarang sekali mengikuti pengobatan gratis.
Istri Tn. Nata bernama Ny. Subur tidak memiliki riwayat
penyakit, asma, hipertensi, maupun DM. Keluarga Ny. Subur juga
tidak memiliki riwayat penyakit. Ny. Subur juga jarang sekali
mengikuti pengobatan gratis. Tidak ada riwayat di rawat di rumah
sakit pada anaknya.

H. Perilaku dan Aktivitas Sehari-Hari


Tn. Nata memiliki kebiasaan merokok satu sampai dua bungkus
perhari sampai sekarang. Tn. Nata merokok di dalam maupun luar
rumah tetapi lebih sering diluar rumah. Tn. Nata dan Ny. Subur tidak
mempunyai rutinitas aktivitas berolahraga.

34
Tabel 22. Faktor Internal Keluarga Tn. Nata
No Faktor Internal Permasalahan
Setiap hari makan besar dilakukan
3x/hari, setiap pagi, siang dan malam.
Masak sendiri, memasak makanan
1 Pola Makan
dengan menu seperti sayur, ikan, tahu,
tempe dan telur. Jarang mengonsumsi
daging, karena keterbatasan finansial.
Tn. Nata dan Ny. Subur tidak
2. Olah raga mempunyai rutinitas aktivitas
berolahraga.
Berobat dengan obat warung terlebih
3. Pola Pencarian Pengobatan
dahulu
Keluarga Tn. Nata sering mencuci
4. Mencuci tangan
tangan sebelum dan sesudah makan

Keluarga Tn. Nata selalu menggunakan


5. Penggunaan Alas Kaki alas kaki bila keluar dari rumah.

Tabel 23. Faktor Eksternal Keluarga Tn. Nata


No Faktor Eksternal Permasalahan
Luas rumah keluarga ini kurang lebih 9
1. Luas Bangunan
x6m
Dalam rumah terdapat ruang tamu
bergabung dengan ruang keluarga dan
2. Ruangan dalam rumah ruang tidur berukuran 3 x 2 m, satu
kamar tidur utama yang berukuran 3 x
2 m, ruang dapur berukuran 3x3 m.
Terdapat satu buah ventilasi di ruang
3. Ventilasi
tamu.
4. Pencahayaan Terdapa satu bola lampu tiap ruangan
5. MCK Terdapat kamar mandi di luar rumah

35
1.5 Gambaran Keluarga Binaan
1.5.1 Penjabaran Area Masalah Pada Keluarga Binaan
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi pada presurvey,
tidak didapatkan masalah medis pada keluarga binaan kami, tetapi
didapatkan beberapa area masalah non medis sebagai berikut :
1. Perilaku merokok didalam rumah
2. Perilaku mencuci tangan yang kurang tepat pada keluarga
binaan
3. Perilaku pengelolaan sampah dan limbah rumah tangga yang
kurang sehat
4. Perilaku Hidup sehat dengan cara berolahraga rutin yang jarang
dilakukan

1.5.2 Penentuan Area Masalah


Terdapat 2 metode yang bisa digunakan untuk menentukan
area masalah yaitu metode delbeq dan metode delphi. Pada
penelitian ini digunakan metode Delphi.
Metode Delphi adalah suatu metode dimana dalam proses
pengambilan keputusan melibatkan beberapa pakar. Dalam
pengambilan sebuah masalah, Kami menggunakan metode Delphi.
Metode Delphi merupakan suatu teknik membuat keputusan yang
dibuat oleh suatu kelompok, dimana anggotanya terdiri dari para ahli
atau masalah yang akan diputuskan.
Dari Sekian masalah yang ada pada keluarga binaan, peneliti
memutuskan untuk mengangkat permasalahan mengenai
pengetahuan, perilaku, dan sikap merokok didalam rumah pada
keluargaa binaan di Desa Pangkalan, Kecamatan Teluk Naga,
Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten.

36
Selanjutnya dilakukan presurvey pada keluarga binaan untuk
menilai aspek pengetahuan , sikap dan perilaku dari keluarga binaan
yang berhubungan dengan masalah tersebut.
Hasil dari presurvey didapatkan pengetahuan adalah cukup,
sikap keluarga binaan adalah cukup, sedangkan perilaku merokok
didalam rumah pada keluarga binaan kurang.
Dari beberapa masalah yang ada pada keluarga binaan, melalui
proses musyawarah antara kelompok kami dengan para tenaga
kesehatan di puskesmas Tegal Angus kami memutuskan untuk
mengangkat permasalahan “Perilaku Merokok pada keluarga binaan
di RT 004 RW 05 Desa pangkalan Kecamatan Teluk Naga,
Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten”.

Gambar 9. Alur Penentuan Masalah Dengan Metode Delphi

37
Pemilihan area masalah kesehatan ini didasarkan atas berbagai
pertimbangan, yaitu:
1. Data Primer : Dari hasil wawancara pada keempat keluarga
didapatkan perilaku merokok yang kurang baik, sebagian dari
anggota keluarga binaan menjawab pre survey tentang
pengetahuan dan sikap mengenai merokok dengan baik. Di
lapangan ditemukan perilaku merokok yang buruk pada
keluarga binaan.
2. Data Sekunder : Dari Data Puskesmas Bulan Mei 2018 yang
terbanyak berobat ke puskesmas adalah jumlah penderita ISPA
(infeksi saluran pernafasan akut) yaitu 1285 orang dan dari data
PHBS Puskesmas Tegal Angus pada Tahun 2018 didapatkan
merokok didalam rumah sebanyak. Dari hasil wawancara
kepada keluarga binaan didapatkan bahwa belum pernah
diadakan penyuluhan mengenai merokok didalam rumah.
3. Data tersier : Berdasarkan Riskesdas tahun 2013 tentang
perilaku merokok masyarakat Indonesia didapatkan peningkatan
presentase perokok aktif dibandingkan tahun 2013 yakni, 24,3
% sedangkan tahun 2007 presentasenya 23,7%.
4. Data agama : Dalam agama islam larangan merokok memang
tidak secara tekstual tercantum pada ayat atau hadist , namun
dalam alquran hanya diqiaskan saja. Seperti dalam surat Al-Isra
ayat 27 :

38
Artinya : Sesungguhnya, pemboros-pemboros itu adalah saudara-
saudara syaitan dan syaitan itu adalah sangat ingkar kepada
Tuhannya (QS. Al-Israa-27).

Dengan membeli rokok kita telah menghamburkan uang


dengan sia-sia sehingga sama saja dengan membakar uang yang
kita milikinya.

39
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1.1.1. Diagnosis dan intervensi komunitas


Diagnosis dan intervensi komunitas adalah suatu kegiatan untuk
menentukan adanya suatu masalah kesehatan di komunitas atau
masyarakat dengan cara pengumpulan data di lapangan dan kemudian
melakukan intervensi sesuai dengan permasalahan yang ada. Diagnosis
dan intervensi komunitas merupakan suatu prosedur atau keterampilan dari
ilmu kedokteran komunitas.Dalam melaksanakan kegiatan diagnosis dan
intervensi komunitas perlu disadari bahwa yang menjadi sasaran adalah
komunitas atau sekelompok orang sehingga dalam melaksanakan
diagnosis komunitas sangat ditunjang oleh pengetahuan ilmu kesehatan
masyarakat (epidemiologi, biostatistik, metode penelitian, manajemen
kesehatan, promosi kesehatan masyarakat, kesehatan lingkungan,
kesehatan kerja dan gizi).

2.2 Konsep Perilaku


2.2.1. Pengertian Perilaku
Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang
mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain : berjalan, berbicara,
menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan sebagainya.
Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku manusia
adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang diamati langsung,
maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2003).
Menurut Skinner, seperti yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003),
merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang
terhadap stimulus atau rangsangan dari luar. Oleh karena perilaku ini
terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian

40
organisme tersebut merespons, maka teori Skinner ini disebut teori “S-O-
R” atau Stimulus – Organisme – Respon.
Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat
dibedakan menjadi dua (Notoatmodjo, 2003) :
1. Perilaku tertutup (convert behavior)
Perilaku tertutup adalah respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk
terselubung atau tertutup (convert). Respon atau reaksi terhadap stimulus
ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan, kesadaran, dan
sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut, dan belum
dapat diamati secara jelas oleh orang lain.
2. Perilaku terbuka (overt behavior)
Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau
terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk
tindakan atau praktek, yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh
orang lain.

2.2.2. Klasifikasi Perilaku Kesehatan


Perilaku kesehatan menurut Notoatmodjo (2003) adalah suatu respon
seseorang (organisme) terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan
sakit atau penyakit, sistim pelayanan kesehatan, makanan, dan minuman,
serta lingkungan. Dari batasan ini, perilaku kesehatan dapat
diklasifikasikan menjadi 3 kelompok :
1. Perilaku pemeliharaan kesehatan (health maintanance).
Adalah perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara
atau menjaga kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan
bilamana sakit.
2. Perilaku pencarian atau penggunaan sistem atau fasilitas kesehatan, atau
sering disebut perilaku pencarian pengobatan (health seeking behavior).
Perilaku ini adalah menyangkut upaya atau tindakan seseorang
pada saat menderita penyakit dan atau kecelakaan.

41
3. Perilaku kesehatan lingkungan
Adalah apabila seseorang merespon lingkungan, baik lingkungan
fisik maupun sosial budaya, dan sebagainya.

2.2.3 Domain Perilaku


Theory of Reasoned Action (TRA) pertama kali diperkenalkan pada tahun
1967, teori ini lebih memperhatikan hubungan antara kepercayaan yang
berhubungan dengan perilaku & norma, sikap, tujuan, dan perilaku. Pada
tahun 1967, TRA mengalami perkembangan (oleh Fishbein) yaitu sebuah
usaha untuk mengerti/ memahami hubungan antara sikap dan perilaku.
Banyak studi sebelumnya dari hubungan ini yang menemukan secara
relative korespondensi yang rendah diantara sikap-sikap dan perilaku,
serta beberapa teori yang bertujuan menghapuskan sikap sebagai sebuah
factor yang mendasari perilaku (Fishbein, 1993; Abelson, 1972; Wicker,
1969).
Theory of Reasoned Action mengambil sebuah rangkaian sebab musabab
yang menghubungkan kepercayaan yang berhubungan dengan perilaku
dan keyakinan norma untuk tujuan yang berhubungan dengan perilaku dan
tingkah laku, melalui sikap dan norma subjektif. Ukuran dari komponen
model dan hubungan sebab musabab diantara komponen yang ditentukan
dengan jelas (Ajzen dan Fishbein, 1980). Semua tipe ukuran menggunakan
5 atau 7 titik skala.
Dalam perkembangan selanjutnya oleh para ahli pendidikan dan untuk
kepentingan pengukuran hasil, ketiga domain itu diukur dari :
1. Pengetahuan (knowlegde)
Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah seseorang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Tanpa
pengetahuan seseorang tidak mempunyai dasar untuk mengambil
keputusan dan menentukan tindakan terhadap masalah yang dihadapi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang :

42
a) Faktor Internal
Merupakan faktor dari dalam diri sendiri, misalnya intelegensia, minat
dan kondisi fisik.
b) Faktor Eksternal
Merupakan faktor dari luar diri, misalnya keluarga, masyarakat,
atausarana.
c Faktor pendekatan belajar
Merupakan faktor yang berhubungan dengan upaya belajar, misalnya
strategi dan metode dalam pembelajaran.

Ada enam tingkatan domain pengetahuan yaitu :


1) Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat kembali (recall) terhadap suatu
materi yang telah dipelajari sebelumnya.
2) Memahami (Comprehension)
Suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang
diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.
3) Aplikasi
Diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi dan kondisi yang sebenarnya
4) Analisis
Adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek
kedalam komponen-komponen tetapi masih dalam suatu struktur
organisasi dan ada kaitannya dengan yang lain.
5) Sintesa
Sintesa menunjukkan suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan baru.
6) Evaluasi
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melaksanakan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi / objek.

43
2. Sikap (attitude)
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari
seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Allport (1954) menjelaskan
bahwa sikap mempunyai tiga komponen pokok :
a. Kepercayaan (keyakinan), ide, konsep terhadap suatu objek
b. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek
c. Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave)

Seperti halnya pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan :


a. Menerima (receiving)
Menerima diartikan bahwa orang (subyek) mau dan memperhatikan
stimulus yang diberikan (obyek).
b. Merespon (responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan
menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.
c. Menghargai (valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu
masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.
d. Bertanggung jawab (responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan
segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi.

3. Praktik atau tindakan (practice)


Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt
behavior). Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan yang nyata
diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan,
antara lain adalah fasilitas dan faktor dukungan (support) praktik ini
mempunyai beberapa tingkatan :

44
a. Persepsi (perception)
Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan
yang akan diambil adalah merupakan praktik tingkat pertama.
b. Respon terpimpin (guide response)
Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai
dengan contoh adalah merupakan indikator praktik tingkat kedua.
c. Mekanisme (mecanism)
Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara
otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah
mancapai praktik tingkat tiga.
d. Adopsi (adoption)
Adaptasi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang
dengan baik.Artinya tindakan itu sudah dimodifikasi tanpa
mengurangi kebenaran tindakan tersebut.

Pengukuran perilaku dapat dilakukan secara langsung yakni


dengan wawancara terhadap kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan
beberapa jam, hari atau bulan yang lalu (recall). Pengukuran juga
dapat dilakukan secara langsung, yakni dengan mengobservasi
tindakan atau kegiatan responden.
Menurut penelitian Rogers (1974) seperti dikutip Notoatmodjo
(2003), mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku
baru didalam diri orang tersebut terjadi proses berurutan yakni :
1. Kesadaran (awareness)
Dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih
dahulu terhadap stimulus (objek).
2. Tertarik (interest)
Dimana orang mulai tertarik pada stimulus.
3. Evaluasi (evaluation)

45
Menimbang-nimbang terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut
bagi dirinya.Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.
4. Mencoba (trial)
Dimana orang telah mulai mencoba perilaku baru.
5. Menerima (Adoption)
Dimana subyek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,
kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.

2.2.4 Asumsi Determinan Perilaku


Menurut Spranger, membagi kepribadian manusia menjadi 6 macam nilai
kebudayaan. Kepribadian seseorang ditentukan oleh salah satu nilai
budaya yang dominan pada diri orang tersebut.Secara rinci perilaku
manusia sebenarnya merupakan refleksi dari berbagai gejala kejiwaan
seperti pengetahuan, keinginan, kehendak, minat, motivasi, persepsi, sikap
dan sebagainya.
Namun demikian realitasnya sulit dibedakan atau dideteksi gejala
kejiwaan tersebut dipengaruhi oleh faktor lain diantaranya adalah
pengalaman, keyakinan, sarana/fasilitas, sosial budaya dan sebagainya.
Lawrence Green mencoba menganalisis perilaku manusia berangkat dari
tingkat kesehatan. Bahwa kesehatan seseorang dipengaruhi oleh 2 faktor
pokok, yaitu faktor perilaku (behavior causes) dan faktor diluar perilaku
(non behavior causes). Faktor perilaku ditentukan atau dibentuk oleh :
1. Faktor-faktor perdisposisi (predisposing factors): pengetahuan dan
sikap masyarakat terhadap kesehatan, tradisi dan kepercayaan
masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan, sistem
nilai yang dianut oleh masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial
ekonomi dan lain sebagainya. Ikhwal ini dapat dijelaskan sebagai
berikut. Untuk perilaku kesehatan misalnya: pemeriksaan kesehatan
bagi ibu hamil diperlukan pengetahuan dan kesadaran ibu tersebut
tentang manfaat periksa hamil, baik bagi kesehatan ibu sendiri dan

46
janinnya. disamping itu kadang-kadang kepercayaan, tradisi dan sistem
nilai masyarakat juga dapat mendorong atau menghambat ibu tersebut
untuk periksa kehamilan. Misalnya orang hamil tidak boleh di suntik
(periksa hamil termasuk suntik anti tetanus), karena suntikan bisa
menyebabkan anak cacat. Faktor-faktor ini terutama yang positif

mempermudah terwujudnya perilaku, maka 
 sering disebut faktor

pemudah.

2. Faktor-faktor pemungkin (enabling factors):
 Faktor-faktor ini

mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan


bagi masyarakat, misalnya: air bersih, temapat pembuangan sampah,
tempat pembuangan tinja, ketersediaan makanan yang bergizi dan
sebagainya. Termasuk juga fasilitas pelayanan kesehatan seperti
puskesmas, rumah sakit, poliklinik, posyandu, polindes, pos obat desa,
dokter atau bidan praktek swasta, dan sebagainya. Untuk berprilaku
sehat, masyarakat memerlukan sarana dan prasarana pendukung,
misalnya: perilaku pemeriksaaan kehamilan. ibu hamil yang mau
periksa hamil tidak hanya karena dia tahu dan sadar manfaat perikksa
hamil saja, melainkan ibu tersebut dengan mudah harus dapat
memperoleh fasilitas atau tempat periksa hamil, misalnya : puskesmas,
polindes, bidan praktek, ataupun rumah sakit. fasilitas ini pada
hakekatnya mendukung atau memungkinkan terwujudnya perilaku
kesehatan, maka faktor-faktor ini disebut faktor pendukung, atau faktor
pemungkin.
3. Faktor-faktor penguat (reinforcing factors): Faktor-faktor ini meliputi
sikap dan perilaku tokoh masyarakat (toma), tokoh agama (toga), sikap
dan perilaku para petugas kesehatan. termasuk juga disini undang-
undang, peraturan-peraturan baik dari pusat maupun pemerintah
daerah yang terkait dengan kesehatan. untuk berperilaku sehat,

47
masyarakat kadang-kadang bukan hanya perlu pengetahuan dan sikap
positif, dan dukungan fasilitas saja, melainkan diperlukan perilaku
contoh (acuan) dari para tokoh masyarakat, tokoh agama, para petugas,
lebih-lebih pada petugas kesehatan. disamping itu undang-undang juga
diperlukan untuk memperkuat perilaku masyarakat tersebut seperti
perilaku periksa hamil, serta kemudahan memperoleh fasilitas periksa
hamil, juga diperlukan peraturan atau perundang-undangan yang
mengharuskan ibu hamil periksa hamil.

2.3 Teori Perilaku Merokok


2.3.1 Definisi Merokok dan Kandungan Rokok
Menurut Sitepoe tahun 2000, merokok merupakan aktivitas membakar
tembakau kemudian menghisap asapnya dengan menggunakan rokok
atau pipa. Asap rokok yang dihisap melalui mulut disebut mainstream
smoke, sedangkan asap yang dihembuskan ke udara oleh perokok
disebut sidestream smoke yang mengakibatkan seseorang menjadi
perokok pasif. Sumarno (2007) menjelaskan 2 cara merokok yang
umum dilakukan yaitu;
1. menghisap dan menelan asap rokok kedalam paru paru dan
dihembuskan;
2. hanya menghisap sampai mulut lalu dihembuskan melalui mulut
atau hidung.
Adapun definisi yang dikemukakan oleh Amstrong (2007) adalah
menghisap asap tembakau ke dalam tubuh lalu menghembuskannya
keluar.
Kesimpulan dari perilaku merokok dengan merujuk pada definitas di atas
adalah aktivitas membakar tembakau dan menghisap atau menghirup
asap rokok dengan pipa atau langsung dari rokoknya (mainstream
smoke), dan kemudian menghembuskan kembali asap tersebut ke udara
(sidestream smoke).

48
Racun pada rokok mengandung kurang lebih 4000 elemen-elemen dan
setidaknya 2000 diantaranya dinyatakan berbahaya bagi kesehatan.
Beberapa elemen yang beracun, seperti:
1. Nikotin
Nikotin adalah zat adiktif yang mempengaruhi syaraf dan peredaran darah.
Zat ini bersifat karsinogen dan mampu memicu kanker paru-paru yang
mematikan. Komponen ini terdapat didalam asap rokok dan juga didalam
tembakau yang tidak dibakar. Nikotin diserap melalui paruparu dan
kecepatan absorpsinya hampir sama dengan masuknya nikotin secara
intravena. Nikotin masuk kedalam otak dengan cepat dalam waktu kurang
lebih 10 detik. Dapat melewati barrier diotak dan diedarkan keseluruh
bagian otak, kemudian menurun secara cepat, setelah beredar keseluruh
bagian tubuh dalam waktu 15- 20 menit pada waktu penghisapan terakhir
(Pemerintah RI, 2003 dalam Sukendro, 2007).
2. Tar
Tar adalah hidrokarbon aromatik polisiklik yang ada dalam asap rokok,
tergolong dalam zat karsinogen, yaitu zat yang dapat menumbuhkan
kanker. Kadar tar yang terkandung dalam asap rokok inilah yang
berhubungan dengan resiko timbulnya kanker. Sumber tar adalah
tembakau, cengkeh, pembalut rokok dan bahan organik lain yang terbakar
(Pemerintah RI, 2003 dalam Sukendro, 2007)
3. Karbon monoksida (CO)
Karbon monoksida adalah gas yang bersifat toksin/ gas beracun yang tidak
berwarna, zat yang mengikat hemoglobin dalam darah, membuat darah
tidak mampu mengikat oksigen. Kandungannya di dalam asap rokok 2-
6%. Karbon monoksida pada paru-paru mempunyai daya pengikat dengan
hemoglobin (Hb) sekitar 200 kali lebih kuat dari pada daya ikat oksigen
(O2) dengan hemoglobin (Hb). membuat darah tidak mampu mengikat
oksigen (Pemerintah RI, 2003 dalam Sukendro, 2007).

49
2.3.2 Tahapan menjadi Perokok
Merokok tidak terjadi dalam sekali waktu karena ada proses yang dilalui,
antara lain : periode eksperimen awal (mencoba-coba), tekanan teman
sebaya dan akhirnya mengembangkan sikap mengenai seperti apa seorang
perokok (Taylor,2009). Ada 4 tahapan yang merupakan proses menjadi
perokok (Ogden, 2000) antara lain :
1. Tahap I dan II: Initation dan Maintenance
Initation merupakan tahap awal atau pertama kali individu merokok
atau tahap perintisan merokok yaitu tahap apakah seseorang
meneruskan atau tidak perilaku merokonya. Sedangkan maintenance
merupakan tahap dimana individu kembali merokok. Factor kognitif
berperan besar ketika individu mulai merokok, antara lain
menghubungkan perilaku merokok dengan kesenangan, kebahagiaan,
keberanian, kesetiakawanan, dan percaya diri. Faktor lainnya adalah
memiliki orang tua perokok, tekanan teman sebaya untuk merokok,
menjadi pemimpin dalam kegiatan social.
2. Tahap III : Cessation
Merupakan proses dimana perokok akhirnya berhenti merokok. Tahap
cessation terbagi menjadi 4, yaitu: precontemplation (belum ada
keinginan untuk berhenti merokok), contemplation (ada pemikiran
untuk berhenti merokok), action (ada usaha untuk berubah),
maintenance (tidak merokok selama beberapa waktu). Tahapan tersebut
bersifat dinamis karena seseorang yang berada di tahap contemplation
dapat menjadi tahap precontemplation.
3. Tahap IV : Relapse
Individu yang berhasil berhenti merokok tidak menjadi jaminan bahwa
ia tidak akan kembali menjadi perokok. Marlatt dan Gordon (dalam
Ogden, 2000) membedakan antara lapse dan relapse. Lapse adalah
kembali merokok dalam jumlah kecil dan relapse adalah kembali
merokok dalam jumlah besar. Ada beberapa situasi yang mempengaruhi

50
yaitu high-risk situation coping behavior dan positive-negative outcome
expectancies.
Saat dihadapkan dengan high risk situation maka individu akan
melakukan strategi coping behavior berupa perilaku atau kognitif.
Bentuk perilaku misalnya menjauhi situasi atau melakukan perilaku
pengganti sedangkan bentuk kognitif adalah mengingat alasan untuk
berhenti merokok. Positive outcome expectancies (misalnya merokok
mengurangi kecemasan) dan negative outcome expectancies (merokok
membuatnya sakit) dipengaruhi pengalaman individu. No lapse berhasil
dilakukan jika individu memiliki strategi coping dan negative outcome
expectancies seta self efficacy yang rendah maka individu
akanmengalami lapse.

2.3.3 Kategori Perokok


Sitepoe (2000) mengkategorikan perokok berdasarkan jumlah
konsumsi rokok harian, yaitu
(a) Perokok ringan (1-10 batang/hari)
(b) Perokok sedang (11-20batang/hari)
(c) Perokok berat (>20 batang/hari)
Perokok yang mengkonsumsi rokok dalam jumlah yang lebih kecil
memiliki kecenderungan berhenti merokok lebih besar. Taylor (2009)
menyebut istilah chippers untuk menjelaskan perokok yang
mengkonsumsi rokok kurang dari 5 batang/hari, sehingga memiliki
kemungkinan yang kecil untuk kecanduan nikotin. Istilah lainnya
adalah social smoker yaitu individu yang merokok hanya pada situasi
social. Situasi social itu merupakan syarat atau pemicu untuk
merokok.

51
2.3.4 Tipe-Tipe Perilaku Merokok
Silvan Tomkins (dalam sarafino, 2002) menyebutkan 4 tipe
perilaku merokok berdasarkan Management of affect theory, yaitu:
a) Perilaku merokok yang dipengaruhi oleh perasaan positif (positif affect
smoking). Tujuannya untuk mendapatkan/ meningkatkan perasaan
positif, misalnya untuk mendapatkan rasa nyaman dan membentuk
image yang diinginkan. Dalam hal ini dibagi dalam 3 sub tipe:
 Pleasure relaxation, perilaku merokok hanya untuk menambah
atau meningkatkan kenikmatan yang sudah didapat, misalnya
merokok setelah minum kopi atau makan.
 Stimulation to pick them up, perilaku merokok hanya dilakukan
sekedarnya untuk menyenangkan perasaan.
 Pleasure of handling the cigarette, kenikmatan yang diperoleh
dengan memegang rokok.
b) Perilaku merokok yang dipengaruhi oleh perasaan negative (negative
affect smoking). Tujuannya untuk mengurangi perasaan yang kuran
menyenangkan, misalnya keadaan cemas dan marah.
c) Perilaku merokok yang adiktif (addictive smoking). Individu yang
sudah ketergantungan nikotin cenderung menambah dosis rokok yang
akan digunakan berikutnya karena efek rokok yang dikonsumsi
sebelumnya mulai berkurang sesaat setelah rokok habis dihisap
sehingga individu mempersiapkan hisapan rokok berikutnya.
Umumnya, individu dengan tipe perilaku merokok yang adiktif merasa
gelisah bila tidak memiliki persediaan rokok.
d) Perilaku merokok yang sudah menjadi kebiasaan (habitual smoking).
Dalam hal ini, tujuan merokok bukan untuk mengendalikan
perasaannya secara langsung melainkan karena sudah terbiasa

52
2.3.5 Faktor-Faktor Penyebab atau Pendorong Perilaku Merokok
Lewin (dalam Komasari dan Helmi, 2000) perilaku merokok
merupakan fungsi dari lingkungan dan individu. Artinya perilaku merokok
disebabkan oleh faktor dalam diri (seperti perilaku memberontak dan suka
mengambil resiko) dan faktor lingkungan (seperti orangtua yang merokok
dan teman sebaya yang merokok). Menurut Mu’tadin (dalam Aula, 2010)
mengemukakan alasan seseorang merokok, diantaranya:
a. Pengaruh Orangtua
Menurut Baer dan Corado, individu perokok adalah individu yang
berasal dari keluarga tidak bahagia, dimana orangtua tidak
memperhatikan anak-anaknya dibandingkan dengan individu yang
berasal dari lingkunag rumah tangga yang bahagia. Perilaku merokok
lebih banyak didapati pada individu yang tinggal dengan satu orangtua
(Single Parent). Individu berperilaku merokok apabila ibu mereka
merokok dibandingkan ayah mereka yang merokok. Hal ini terlihat
pada wanita.

53
b. Pengaruh Teman
Berbagai faktor mengungkapkan semakin banyak individu merokok
maka semakin banyak teman-teman individu yang merokok, begitu pula
sebaliknya.
c. Faktor Kepribadian
Individu mencoba untuk merokok karena alasan ingin tahu atau ingin
melepaskan dari rasa sakit atau kebosanan.
d. Pengaruh Iklan
Melihat iklan di media masa dan elektronik yang menampilkan
gambaran bahwa perokok adalah lambang kejantanan atau glamour
membuat seseorang seringkali terpicu untuk mengikuti perilaku yang
ada di iklan tersebut.
Pendapat lain dikemukakan oleh Hansen (dalam Nasution, 2007)
tentang faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku merokok, yaitu:
- Faktor Biologis
Banyak penelitian menunjukan bahwa nikotin dalam rokok merupakan
salah satu bahan kimia yang berperan penting pada ketergantungan
merokok. Pendapat ini didukung Aditama (1992) yang mengatakan
nikotin dalam darah perokok cukup tinggi.
- Faktor Psikologis
Merokok dapat bermakna untuk meningkatkan konsentrasi, menghalau
rasa kantuk, mengakrabkan suasana sehingga timbul rasa persaudaraan,
juga dapat memberikan kesan modern dan beribawa, sehingga bagi
individu yang sering bergaul dengan orang lain, perilaku merokok sulit
dihindari.
- Faktor Lingkungan Sosial
Lingkungan sosial berpengaruh terhadap sikap, kepercayaan, dan
perhatian individu pada perokok. Seseorang berperilaku merokok
dengan memperhatikan lingkungan sosialnya.

54
- Faktor Demografis
Faktor ini meliputi umur dan jenis kelamin. Orang yang merokok pada
usia dewasa semakin banyak (Smet, 1994) akan tetapi pengaruh jenis
kelamin zaman sekarang sudah merokok.
- Faktor Sosial – Kultural
Kebiasaan budaya, kelas sosial, tingkat pendidikan, dan gengsi
pekerjaan akan mempengaruhi perilaku merokok pada individu (Smet,
1994).
- Faktor Sosial – Politik
Menambahkan kesadaran umum berakibat pada langkah-langkah
politik yang bersifat melindungi bagi orang-orang yang tidak merokok
dan usaha melancarkan kampanye-kampanye promosi kesehatan untuk
mengurangi perilaku merokok. Merokok menjadi masalah yang
bertambah besar bagi Negara-negara berkembang termasuk Indonesia
(Smet, 1994).
Berdasarkan uraian diatas maka dapat diambil kesimpulan bahwa
faktor-faktor yang mempengaruhi seseorang untuk merokok yaitu
faktor dari dalam diri individu dan juga dari lingkungan.

2.3.6 Dampak dari perilaku merokok


Ogden (2000) membagi dampak perilaku merokok menjadi 2, yaitu:
1. Dampak positif
Merokok menimbulkan dampak yang sangat sedikit bagi kesehatan.
Graham (dalam Ogden, 2000), menyatakan bahwa perokok menyebutkan
dengan merokok dapat menghasilkan mood positif dan dapat membantu
individu menghadapi keadaan-keadaan yang sulit.
2. Dampak negatif
Merokok dapat menimbulkan berbagai dampak negatif yang berpengaruh
bagi kesehatan. Merokok bukanlah suatu penyakit, namun dapat memicu
berbagai jenis penyakit. Sehingga boleh dikatakan merokok tidaklah

55
menyebabkan kematian, tetapi penyakit yang ditimbulkan dari perilaku
merokok yang bisa menyebabkan kematian. Berbagai jenis penyakit yang
bisa ditimbulkan oleh rokok antara lain penyakit tekanan darah,
memperpendek umur, penurunan vertilitas dan nafsu sexual, sakit maag,
gondok, gangguan pembuluh darah, penghambat pengeluaran air seni,
penglihatan kabur, kulit menjadi kering, pucat dan keriput, serta polusi
udara dalam ruangan (sehingga terjadi iritasi mata, hidung dan
tenggorokan).
Menurut Hahn & Payne, 2003, dampak positif merokok yaitu
menimbulkan perasaan bahagia karena kandungan nikotin pada tembakau
menstimulasi adrenocorticotropichormone yang terdapat pada area
spesifik di otak. Rose (Marks, Murray, et al, 2004) menyatakan bahwa
nikotin yang dikonsumsi dalam jumlah kecil memiliki efek psikologis,
antara lain: menenangkan, mengurangi berat badan, mengurangi perasaan
mudah tersinggung, meningkatkan kesiagaan dan memperbaiki fungsi
kognitif. Hahn & Payne (2003) mengatakan bahwa perokok aktif
biasanya lebih mudah sakit, menjalani proses pemulihan kesehatan yang
lebih lama dan usia hidup yang lebih singkat. Merokok tidak
menyebabkan kematian tapi mendorong munculnya jenis penyakit yang
dapat mengakibatkan kematian, antara lain : penyakit kardiovaskular,
kanker, saluran pernapasan, gangguan kehamilan, penurunan kesuburan,
gangguan pencernaan,, peningkatan tekanan darah, peningkatan
prevalensi gondok dan gangguan penglihatan (Sitepoe, 2000).
Secara signifikan, perokok memiliki kecenderungan lebih besar
mengkonsumsi obat-obatan terlarang dan meningkatkan resiko disfungsi
ereksi sebesar 50% (Taylor, 2000). Merokok tidak hanya berbahaya bagi
perokok tetapi juga bagi orang-orang disekitar perokok dan lingkungan
(Fyold, Mimms & Yelding, 2003). Passive smokers memiliki
kecendurungan yang lebih besar mengalami gangguan jantung karena
menghirup tar dan nikotin 2 kali lebih banyak, karbonmonoksida 5 kali

56
lebih banyak dan ammonia 50 kali lebih banyak (Donatelle & Davis,
1999). Polusi lingkungan yang menyebabkan kematian terbesar adalah
karena asap rokok dan dikategorikan sebagai penyebab paling dominan
dalam polusi ruangan tertutup karena memberikan polutan berupa gas
dan logam-logam berat (Donatelle & Davis, 1999).

Dampak Merokok Terhadap Kesehatan


Penyakit yang berhubungan dengan merokok adalah penyakit yang
diakibatkan langsung oleh merokok atau diperburuk keadaannya dengan
merokok. Penyakit yang menyebabkan kematian para perokok antara lain:
a. Penyakit Jantung Koroner
Setiap tahun kurang lebih 40.000 orang di Inggris yang
berusia dibawah 65 tahun meninggal karena serangan
jantung dan sekitar tiga perempat dari jumlah kematian
ini disebabkan karena kebiasaan merokok. Merokok
mempengaruhi jantung dengan berbagai cara. Merokok
dapat menaikkan tekanan darah dan mempercepat
denyut jantung sehingga pemasokan zat asam kurang
dari normal yang diperlukan agar jantung dapat
berfungsi dengan baik. Keadaan ini dapat memberatkan
tugas otot jantung. Merokok juga dapat menyebabkan
dinding pembuluh darah menebal secara bertahap yang
menyulitkan jantung untuk memompa darah.
b. Trombosis Koroner
Trombosis koroner atau serangan jantung terjadi bila
bekuan darah menutup salah satu pembuluh darah
utama yang memasok jantung mengakibatkan jantung
kekurangan darah dan kadang-kadang
menghentikannya sama sekali. Merokok membuat
darah menjadi lebih kental dan lebih mudah membeku.

57
Nikotin dapat mengganggu irama jantung yang normal
dan teratur sehingga kematian secara tiba-tiba akibat
serangan jantung tanpa peringatan terlebih dahulu dan
lebih sering terjadi pada orang yang merokok daripada
yang tidak merokok.
c. Kanker
Kanker adalah penyakit yang terjadi di beberapa bagian
tubuh akibat sel-sel tumbuh mengganda secara tiba-tiba
dan tidak berhenti, kadang-kadang gumpalan sel hancur
dan terbawa dalam aliran darah ke bagian tubuh lain
kemudian hal yang sama berulang kembali.
Pertumbuhan sel secara tiba-tiba dapat terjadi jika sel-
sel di bagian tubuh terangsang oleh substansi tertentu
selama jangka waktu yang lama. Substansi ini bersifat
karsinogenik yang berarti menghasilkan kanker. Dalam
tar tembakau terdapat sejumlah bahan kimia yang
bersifat karsinogenik. Selain itu terdapat juga sejumlah
bahan kimia yang bersifat ko-karsinogenik yang tidak
menimbulkan kanker bila berdiri sendiri tetapi bereaksi
dengan bahan kimia lain dan merangsang pertumbuhan
sel kanker. Penyimpanan tar tembakau sebagian besar
terjadi di paru-paru sehingga kanker paru adalah jenis
kanker yang paling umum terjadi. Tar tembakau dapat
menyebabkan kanker bila merangsang tubuh untuk
waktu yang cukup lama, biasanya di daerah mulut dan

tenggorokan. 


d. Bronkitis
Bronkhitis terjadi karena paru-paru tidak mampu
melepaskan mukus yang terdapat di dalam bronkus

58
dengan cara normal. Mukus adalah cairan lengket yang
terdapat di dalam tabung halus yaitu tabung bronchial
yang terletak dalam paru-paru. Batuk ini terjadi karena
mucus menangkap serpihan bubuk hitam dan debu dari
udara yang di hirup dan mencegahnya agar tidak
menyumbat paru-paru. Mukus beserta semua kotoran
bergerak melalui tabung bronchial dengan bantuan
rambut halus yang disebut silia. Silia terus bergerak
bergelombang seperti tentakel yang membawa mucus
keluar dari paru-paru menuju tenggorokan. Asap rokok
dapat memperlambat gerakan silia dan setelah jangka
waktu tertentu akan merusaknya sama sekali dan
menyebabkan perokok harus lebih banyak batuk untuk
mengeluarkan mucus. Karena sistem pernafasan tidak
bekerja sempurna, maka perokok lebih mudah
menderita radang paru-paru yang disebut bronkitis.
e. Emfisema
Rusaknya dinding paru- paru mengakibatkan darah
lebih sulit mengambil oksigen. Penyebab utama
penyakit emfisema adalah bernafas dalam udara yang
tercemar. Asap rokok merupakan udara tercemar yang
terhisap setiap hari sehingga selain perokok juga dapat
menderita penyakit ini. Perokok pasif yang tinggal
serumah dengan perokok, dua kali akan lebih mudah
terkena kanker paru-paru dibandingkan mereka yang
tinggal di lingkungan bebas asap rokok.

2.3.7 Aspek-aspek perilaku merokok


Menurut Kumalasari (dalam Triyono,2004) ada empat predictor dalam
mengukur perilaku merokok seseorang, yaitu :

59
a) Aktivitas merokok adalah seberapa sering individu melakukan
aktivitas yang berhubungan dengan perilaku merokoknya
(menghisap asap rokok, merasakan dan menikmatinya).
b) Tempat merokok adalah dimana individu melakukan aktivitas
merokoknya (rumah, sekolah, jalan, dan lain-lain).
c) Waktu merokok adalah kapan (pada momen-momen apa saja)
individu melakukan aktivitas merokoknya.
Fungsi merokok, yaitu seberapa penting aktivitas merokok
bagi diri si perokok dalam kehidupannya sehari-hari dan makna
merokok itu sendiri bagi individu yang bersangkutan

Kerangka Teori
Konsep yang digunakan dalam penelitian ini merujuk pada teori
perilaku Lawrence Green, yang menyatakan bahwa perilaku kesehatan
dipengaruhi oleh 3 faktor, yaitu:

60
Faktor Predisposisi
- Sikap
- Pengetahuan
- Jasmani
- Usia
- Tingkat
Pendidikan
- Hubungan Sosial
- Budaya
- Tingkat Ekonomi
- Pengalaman
- Media Massa
- Keyakinan
PERILAKU

Faktor Pendukung
- Lingkungan
- Tersedianya
fasilitas
kesehatan

Faktor Pendorong
- Petugas
Kesehatan

Sumber : (Lawrence Green dalam Notoatmodjo, 2003)

2.4 Kerangka Konsep


Berdasarkan teori sebelumnya, dapat dibuat suatu kerangka konsep yang
berhubungan dengan area permasalahan yang terjadi pada keluarga binaan di
kampung kebon jamblang Desa Pangkalan, Kabupaten Tangerang. Kerangka
konsep ini terdiri dari variabel independen dari kerangka teori yang
dihubungkan dengan area permasalahan.

61
Pengetahuan

Keyakinan
PERILAKU
MEROKOK PADA
Sikap KELUARGA
BINAAN DESA
PANGKALAN

Perilaku Petugas
Kesehatan

Lingkungan

Definisi Operasional

Definisi operasional adalah pengukuran atau pengamanan terhadap variabel-


variabel yang bersangkutan serta mengembangkan instrumen (alat ukur)
(Notoatmodjo, 2003). Adapun definisi operasional dalam penelitian ini sebagai
berikut :

62
NO VARIABEL DEFINISI ALAT CARA HASIL SKALA
UKUR UKUR UKUR PENGUK
URAN
1. Perilaku aktivitas seseorang Kuesioner Wawancara 1.Perilaku Ordinal
Merokok berupa menghisap Ringan:
rokok secara rutin Skor : 4-5
minimal satu 2.Perilaku
batang sehari, Sedang :
Lamanya seseorang Skor : 2-3
merokok,Jenis 3.Perilaku
rokok, Lokasi Berat :
Merokok, Alasan Skor: <2
seseorang memulai
merokok
(WHO, 2000)
2. Pengetahuan Segala sesuatu Kuesioner Wawancara 1.Pengetahu Ordinal
responden yang responden an Baik:
tentang ketahui mengenai dapat
merokok merokok, menjawab
baikmengetahuikan 76 – 100 %
dungan berbahaya dari seluruh
dalam rokok, pertanyaan
penyakit akibat 2.Pengetahu
rokok, perbedaan an Cukup :
perokok aktif dan dapat
pasif, dan dampak menjawab
merokok bagi 56 - 75 %
orang sekitar. dari seluruh
pertanyaan
3.Pengetahu

63
an Kurang :
dapat
menjawab
< 55 % dari
seluruh
pertanyaan

3. Sikap Ide yang mucul Kuesioner Wawancara Skor tiap Ordinal


Responden dan mempengaruhi pilihan :
terhadap emosional untuk Sangat
rokok melakukann setuju = 1
kecenderungan Setuju = 2
merokok Tidak
Setuju = 3
Sangat
setuju = 4
 Sikap
baik:
(Skor
≤10)
 Sikap
buruk :
(Skor
>10)

4. Keyakinan Penilaian yang Kuesioner Wawancara Skor tiap Ordinal


yang diyakini oleh pilihan :
mempengaru individu bahwa Sangat
hi perilaku merokok dapat setuju = 1

64
merokok menghilangkan Setuju = 2
stress, memberikan Tidak
kesan jantan, Setuju = 3
meningkatkan Sangat tidak
kenyamanan, dan setuju = 4
percaya diri.  Keyakina
n yang
baik
terhadap
merokok
(Skor ≥
15)
 Keyakina
n yang
buruk
terhadap
merokok
(Skor
<15)
5. Perilaku Hal yang Kuesioner Wawancara Skor tiap Ordinal
petugas dilakukan petugas pilihan : A =
kesehatan kesehatan terhadap 2, B =1 , C
lingkungan sekitar =0
dalam hal - Kinerja
merokok seperti baik (skor :
penyuluhan dan 4)
menegur merokok - Kinerja
ditempat umum. belum baik
(skor : 4)

65
6. Lingkungan Keadaan sekitar Kuesioner Wawancara Skor tiap Ordinal
yang individu yang pilihan : A =
mempengaru berpengaruh 2, B = 1, C
hi perilaku terhadap perilaku =0
merokok merokok  Mempeng
aruhi
(Skor ≥ 6)
 Tidak
Mempeng
aruhi
(Skor <6)

66
BAB III
METODE PENELTIAN

Tujuan umum dari pengumpulan data adalah untuk memecahkan


masalah, langkah-langkah yang ditempuh harus relevan dengan masalah
yang telah ditetapkan sebelumnya. Dalam setiap melaksanakan langkah
tersebut harus dilakukan secara objektif dan rasional
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif.
Metode deskriptif merupakan suatu metode penelitian dalam
meneliti status dari sekelompok manusia, suatu obyek, suatu sistem
pemikiran, suatu kondisi, ataupun suatu peristiwa yang terjadi saat
ini. Adapun tujuan dari penelitian deskriptif ini yaitu untuk
membuat gambaran atau deskipsi secara sistematis, faktual dan
akurat mengenai fakta, sifat serta hubungan antar fenomena yang
sedang diselidiki.

3.2 Populasi Pengumpulan Data


Dalam kegiatan baik yang bersifat ilmiah maupun yang
bersifat sosial, perlu dilakukan pembatasan populasi dan cara
pengambilan sampel. Populasi adalah seluruh objek atau subjek
dengan karakteristik tertentu yang akan diteliti (Nursalam,
2003). Dalam hal ini yang menjadi populasi adalah RT 002/ RW
005 Desa Pangkalan, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten
Tangerang, Provinsi Banten.

3.3 Sampel Pengumpulan Data


Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang
dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2006). Dalam penelitian
ini yang menjadi sampel adalah dari populasi pengumpulan ada

67
pada empat keluarga binaan di RT/RW 002/005, Kampung Kebon
Jamblang, Desa Pangkalan Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten
Tangerang, Provinsi Banten adalah 4 orang.
Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian
dari suatu populasi, suatu target dan terjangkau akan diteliti.
Adapun kriteria inklusi sampel yang akan diteliti yaitu :
1) Bersedia untuk menjadi informan
2) Merokok
3) Usia berkisar 17 - 40 tahun
4) Merupakan anggota keluarga binaan baik laki-laki maupun
perempuan yang merokok dan atau pernah merokok
Kriteria eksklusi merupakan di mana keadaan yang
menyebabkan subyek memenuhi kriteria inklusi namun tidak dapat
diikutsertakan dalam penelitian, yaitu:
1) Tidak bersedia menjadi informan
2) Berusia kurang dari 17 tahun
3) Anggota keluarga yang terlalu sibuk bekerja hingga sulit
ditemui
4) Anggota keluarga binaan baik laki laki maupun perempuan
yang tidak pernah merokok.

3.4 Jenis dan Sumber Data


3.4.1 Jenis Data
1. Data kualitatif
Data kualitatif adalah data yang berbentuk kata - kata,
bukan dalam bentuk angka. Data kualitatif diperoleh
melalui berbagai macam teknik pengumpulan data
misalnya wawancara, analisis, observasi yang telah
dituangkan dalam catatan lapangan (transkrip). Bentuk

68
lain data kualitatif adalah gambar yang diperoleh
melalui pemotretan.

2. Data Kuantitatif
Data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka atau
bilangan. Sesuai dengan bentuknya, data kuantitatif
dapat diolah atau dianalisis menggunakan teknik
perhitungan matematika atau statistika.
5)
Berdasarkan proses atau cara untuk mendapatkannya,
data kuantitatif dapat dikelompokkan dalam dua bentuk
yaitu sebagai berikut:
a. Data diskrit adalah data dalam bentuk angka (bilangan) yang diperoleh
dengan cara membilang. Contoh data diskrit misalnya: jumlah perempuan dan
laki-laki, jumlah orang yang menyelesaikan pendidikan terakhir. Karena diperoleh
dengan cara membilang, data diskrit akan berbentuk bilangan bulat (bukan
bilangan pecahan).
b. Data kontinum adalah data dalam bentuk angka atau bilangan yang
diperoleh berdasarkan hasil pengukuran. Data kontinum dapat berbentuk bilangan
pecahan. Contoh data kontinum misalnya : umur.
Untuk mencapai kelengkapan, ketelitian, dan kejelasan data, pencatatan
data harus dilengkapi dengan:
a. Nama pengumpul data
b. Nama peserta yang datanya diambil
c. Tanggal dan waktu pengumpulan data.
d. Lokasi pengumpulan data
e. Keterangan-keterangan tambahan data.

3.4.2 Penentuan Instrumen Pengumpulan Data


Dalam penelitian ini sebelumnya telah dilakukan presurvey dengan
teknik wawancara, untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan keluarga

69
binaan mengenai seputar masalah kesehatan yang kemudian kami kumpulkan
data dan kami angkat sebagai area masalah bersama. Selanjutnya kami
lakukan survey dengan tekhnik wawancara, dengan kuesioner sebagai
instrumen untuk mengumpulkan data. Selain itu, dilakukan juga observasi
langsung ke lapangan untuk memperoleh data yang lebih lengkap. Sampel
adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Dalam hal ini yang menjadi
sampel adalah satu keluarga binaan di Desa Pangkalan, Kecamatan Teluk
Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten.

3.2 Pengumpulan Data


Pengumpulan data dilakukan di Desa Pangkalan, Kecamatan Teluk
Naga, Kabupaten Tangerang. Pengumpulan data ini dilakukan selama 3 hari,
pada tanggal 31 Mei – 2 Juni 2018. Pengumpulan data dilakukan dengan
wawancara terpimpin. Interview jenis ini dilakukan berdasarkan pedoman -
pedoman berupa kuesioner yang telah disiapkan masak – masak sebelumnya.
Sehingga interview hanya membacakan pertanyaan – pertanyaan tersebut
kepada interviewer. Pertanyaan – pertanyaan di dalam kuesioner tersebut
disusun sedemikian rupa sehingga mencakup variabel - variabel yang
berkaitan dengan hipotesisnya. Keuntungan dari wawancara terpimpin ini
antara lain:
 Pengumpulan dan pengolahannya dapat berjalan dengan cermat/teliti.
 Hasilnya dapat disajikan kualitatif maupun kuantitatif.
 Interviewer dapat dilakukan oleh beberapa orang, karena adanya
pertanyaan -pertanyaan yang uniform.
Sedangkan kelemahan wawancara jenis ini antara lain pelaksanaan
wawancara kaku, interview selalu dibayangi pertanyaan-pertanyaan yang
sudah tersusun. Disamping itu interview menjadi terlalu formal, sehingga
hubungannya dengan responden kurang fleksibel.
Adapun kriteria inklusi dan eksklusi adalah sebagaiberikut :

70
a. Kriteria inklusi
Kriteria inklusi adalah kriteria dimana subjek penelitian dapat
mewakili dalam sampel penelitian yang memenuhi syarat sebagai
sampel yaitu :
1. Bersedia untuk menjadi informan
2. Merupakan anggota keluarga binaan
3. Usia di atas 17 tahun
4. Sehat jasmani dan rohani
b. Kriteria Ekslusi
Kriteria eksklusi merupakan kriteria dimana subjek penelitian tidak
dapat mewakili sampel karena tidak memenuhi syarat sebagai sampel
penelitian, yaitu :
1. Tidak bersedia menjadi informan
2. Berusia di atas 75 tahun dan kurang dari 12 tahun.
3. Anggota keluarga yang terlalu sibuk bekerja hingga sulit ditemui
4. Memiliki gangguan mental

71
Adapun kegiatan pengumpulan data yang dilakukan adalah sebagai berikut:
Tabel 3.1. Pengumpulan Data

No Tanggal Kegiatan

1. Senin, 31 Mei 2018  Perkenalan dengan ketiga keluarga binaan.


 Sambung rasa dengan masing – masing
anggota keluarga binaan.
 Pengumpulan data dari Puskesmas.
 Pengumpulan data dasar dari masing-
masing keluarga binaan dilanjutkan dengan
penentuan area masalah dan dokumentasi
rumah keluarga binaan
2. Selasa, 1 Juni 2018  Penentuan dan pembuatan instrumen
pengumpul data

3. Rabu, 2 Juni 2018  Pembagian kuesioner kekeluarga binaan


 Pengolahan data kuesioner dan pembuatan
laporan
 Menetapkan rencana intervensi

3.2.Pengolahan dan Analisa Data


Untuk pengolahan data tentang “Perilaku Merokok Pada Keluarga
Binaan di Desa Pangkalan Kecamatan Teluk Naga Kabupaten Tangerang
Propinsi Banten” digunakan cara manual dan bantuan software pengolahan
data menggunakan Microsoft Word. Untuk menganalisa data-data yang sudah
didapat adalah dengan menggunakan analisa univariat.
Analisa univariat adalah analisa yang dilakukan untuk mengenali setiap
variabel dari hasil penelitian. Analisa univariat berfungsi untuk meringkas
kumpulan data sedemikian rupa sehingga kumpulan data tersebut berubah
menjadi informasi yang berguna. Peringkasan tersebut dapat berupa ukuran

72
statistik, tabel, grafik. Pada diagnosis dan intervensi komunitas ini, variabel
yang diukur adalah :
 Perilaku merokok pada responden
 Pengetahuan responden tentang rokok dan dampak rokok terhadap
diri sendiri dan orang lain
 Sikap reponden terhadap perilaku merokok
 Lingkungan tempat tinggal dan tempat kerja yang mendorong
responden merokok
 Perilaku petugas kesehatan yang berperan dalam pembentukan
perilaku merokok

73
BAB IV
HASIL

4.1 Karakteristik Responden


Hasil analisis ini disajikan melalui bentuk tabel dan diagram yang diambil
dari data karakteristik responden yang terdiri dari 10 orang dalam lima
keluarga binaan di RT 004/RW05, Kampung Kebon Jamblang, Desa
Pangkalan, Kelurahan Tegal Angus, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten
Tanggerang, Provinsi Banten yakni: Keluarga Tn. Insan, Tn. Samiyah,Tn.
Budi dan Tn. Masan.
Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Usia Pada Keluarga Binaan di RT 004/RW
05, Kampung Kebon Jamblang, Desa Pangkalan, Kabutan Tangerang,
Provinsi Banten Juni 2018

Umur (dalam tahun) Jumlah Persentase


< 17 0 0%
18-40 8 80%
41-60 2 20%

Berdasarkan tabel 4.1 tentang frekuensi berdasarkan usia pada responden


di keluarga binaan didapatkan jumlah responden terbanyak adalah yang
berusia 18- 40th (8 orang) 80%

74
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Tingkat Pendidikan Responden di Keluarga
Binaan, di RT 004/RW 05, Kampung Kebon Jamblang, Desa Pangkalan,
Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tanggerang, Provinsi Banten Juni
2018

No. Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase


1 SD 9 90%
2 SMA 1 10%

Berdasarkan Tabel 4.1 terlihat tingkat pendidikan terbanyak dari


keluarga binaan adalah SD (90%)

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Pekerjaan Pada Keluarga Binaan di RT


004/RW 05, Kampung Kebon Jamblang, Desa Pangkalan, Kecamatan
Teluk Naga, Kabupaten Tanggerang, Provinsi Banten Juni 2018.

No. Pekerjaan Jumlah Persentase


1 Operator Mesin 1 10%
2 Buruh 6 60%
3 Supir 1 10%
4 Ibu Rumah Tangga 2 20%

Berdasarkan Tabel 4.3 diatas dapat dilihat bahwa Distribusi Pekerjaan


terbanyak adalah Buruh (60%) sisanya 20% sebagai Ibu Rumah
Tangga.

4.2 Analisis Univariat


Hasil analisis data disajikan dalam bentuk tabel berdasarkan variabel -
variabel dalam Kuesioner yang di survey langsung pada empat rumah
keluarga binaan pada 31 Mei – 2 Juni 2018.

75
Tabel 4.4 Distribusi Responden mengenai perilaku merokok pada pada
keluarga binaan di RT 004/RW 05, Kampung Kebon Jamblang, Desa
Pangkalan, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tanggerang, Provinsi

Perilaku Jumlah Responden Presentase (%)


Baik 0 0
Cukup 4 40%
Buruk 6 60%
Total 10 100%
Banten Juni 2018.

Berdasarkan Tabel 4.4 didapatkan bahwa sebanyak 6 responden (60%)


memiliki perilaku merokok yang buruk

Tabel 4.5. Distribusi Responden mengenai pengetahuan tentang


merokok dan dampak akibat merokok pada keluarga binaan di di RT
004/RW 05, Kampung Kebon Jamblang, Desa Pangkalan, Kecamatan
Teluk Naga, Kabupaten Tanggerang, Provinsi Banten Juni 2018
Pengetahuan Jumlah Presentase (%)
Responden
Baik 7 70%
Cukup 3 30%
Buruk 0 0%
Total 10 100%
Berdasarkan tabel 4.5. Didapatkan responden terbesar memiliki
pengetahuan baik tentang rokok (70%) yang buruk terhadap perilaku
merokok (30%)

76
Tabel 4.6 Distribusi frekuensi responden tentang sikap responden
mempengaruhi perilaku merokok di RT 004/RW 05, Kampung Kebon
Jamblang, Desa Pangkalan, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten
Tanggerang, Provinsi Banten Juni 2018

Sikap Responden Jumlah Responden Persentase (%)


Baik 4 40%
BBuruk 6 60%
e
r Total 10 100%

Berdasarkan tabel 4.6 didapatkan responden terbesar memiliki sikap


buruk terhadap rokok (60%) sikap yang buruk(40 %)

Tabel 4.7 Distribusi frekuensi responden tentang faktor keyakinan


mempengaruhi perilaku merokok di RT 004/RW 05, Kampung Kebon
Jamblang, Desa Pangkalan, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten
Tanggerang, Provinsi Banten Juni 2018

Jumlah
Keyakinan Responden Persentase (%)
Baik 4 40%
Buruk 6 60%
Total 10 100%

Berdasarkan tabel 4.7 Didapatkan responden terbesar memiliki


keyakinan yang buruk tentang rokok (60%) sedangkan keyakinan yang
baik (40%)

77
Tabel 4.8. Distribusi frekuensi responden tentang perilaku petugas
kesehatan di RT 004/RW 05, Kampung Kebon Jamblang, Desa
Pangkalan, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tanggerang, Provinsi
Banten Juni 2018

Perilaku Petugas Jumlah Presentase (%)


Kesehatan Responden

Positif 0 0
Negatif 10 10
Total 10 10

Berdasarkan Tabel 4.8. didapatkan bahwa seluruh perilaku petugas


kesehatan negatif menurut seluruh responden (100%).

Tabel 4.9 Distribusi frekuensi responden tentang Lingkungan Responden


di RT 004/RW 05, Kampung Kebon Jamblang, Desa Pangkalan,
Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tanggerang, Provinsi Banten Juni
2018

Lingkungan Responden Jumlah Presentase (%)


Responden
Mempengaruhi 8 80
Tidak Mempengaruhi 2 20
Total 10 100

Berdasarkan Tabel 4.9. didapatkan bahwa responden terbesar menyatakan


Lingkugan 80% mempengaruhi perilaku merokok dan 20% responden
menyatakan lingkungan tidak mempengaruhi perilaku merokok.

78
4.3 Rencana Intervensi Pemecahan Masalah
Setelah dilakukan analisis data hasil penelitian, untuk
menentukan rencana intervensi pemecahan masalah digunakan
diagram fishbone. Tujuan pembuatan diagram fishbone yaitu
untuk mengetahui penyebab masalah sampai dengan akar-
akar penyebab masalah sehingga dapat ditentukan rencana
intervensi pemecahan masalah dari setiap akar penyebab masalah
tersebut. Adapun diagram fishbone dapat dilihat sebagai berikut:
Sesuai dengan diagram fishbone tersebut, akar-akar penyebab
masalah yang ditemukan dapat dilihat melalui tabel 4.3.1,
kemudian setelah ditemukan akar penyebab masalah dapat
ditentukan alternatif pemecahan masalah dan rencana intervensi.

79
Tabel 4.3.1 Fishbone

Tabel 4.11 Tabel Alternatif Pemecahan Masalah dan Rencana Intervensi Pada

80
Keluarga Binaan di RT 004/RW 05, Kampung Kebon Jamblang, Desa Pangkalan,
Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tanggerang, Provinsi Banten Juni 2018.

Akar Penyebab Alternatif


No. Rencana Intervensi
Masalah Pemecahan Masalah
 Memberikan penyuluhan
tentang pentingnya
Mengubah persepsi pendidikan
Persepsi yang salah
1. responden tentang  Memberikan penyuluhan
tentang pendidikan
pendidikan tentang pentingnya
menjalani program wajib
belajar 12 tahun
Memberikan penjelasan dan
arahan bahwa rokok  Memberikan penyuluhan
Pengalaman responden
memiliki dampak negatif tentang rokok,
tentang hal yang
2. bagi kesehatan lebih besar dampaknya bagi
diyakini mengenai
dibandingkan dampak kesehatan diri sendiri dan
rokok
positif menurut pengalaman orang lain
responden

 Memberikan penyuluhan
Tingkat pendidikan Meningkatkan pendidikan
3. yang sesuai dengan
yang rendah responden
tingkatan pendidikan

 Penyuluhan dan
Tabel 4.11 (Lanjutan) Tabel Alternatif Pemecahan
Meningkatkan upaya Masalah pemantauan
dan Rencanatentang
Petugas kesehatan
Intervensi
promosi kesehatan dan rokok secara berkalaoleh
4. berfokus pada
tindakan preventif petugas kesehatan
pengobatan
 Membuat peraturan
khusus tentang larangan

81
Akar Penyebab Alternatif
No. Rencana Intervensi
Masalah Pemecahan Masalah
merokok

4.4 Intervensi Pemecahan Masalah Yang Terpilih


Intervensi terpilih yang dapat dilakukan adalah sebagai
berikut:
 Membuka pandangan tentang pentingnya berhenti merokok
dan bahaya dari merokok di dalam rumah
 Memberikan penyuluhan mengenai cara - cara berhenti
merokok
 Memberikan poster tentang bahaya merokok
Terpilihnya intervensi tersebut dikarenakan penyuluhan
merupakan salah satu cara yang cukup efektif dan efisien untuk
mengubah perilaku masyarakat tentang membentuk perilaku
berhenti merokok. Pemberian poster dalam bahaya merokok
membantu masyarakat dalam berhenti merokok agar terbentuknya
pola pikir bahaya yang akan mereka hadapi bila masih tetap
merokok.
Penyuluhan diselenggarakan pada hari Jumat tanggal 8 Juni
2018 mengenai perilaku merokok hingga bahaya yang dapat
ditimbulkan akibat rokok. Menggunakan komunikasi secara
massgroup dengan jumlah peserta sebanyak 5 orang dari 4 keluarga
binaan di RT 004/RW005, Kampung Kebon Jamblang, Desa
Pangkalan Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tanggerang,
Provinsi Banten.

82
Kami mempresentasikan materi penyuluhan dalam bentuk
poster mengenai bahayanya apabila tidak segera berhenti merokok,
kami juga membuka sesi tanya jawab dan juga dilakukannya pre-test
dan post-test untuk menilai efektivitas penyuluhan yang telah
dilakukan. Peserta penyuluhan memperhatikan selama kegiatan
penyuluhan berlangsung. Kami melakukan penyuluhan persuasif
dengan memodifikasi komunikator, dan isi pesan pada penyuluhan
kami. Dimana dokter muda berperan sebagai komunikator, dan
menyampaikan dampak dari perilaku merokok.

Menetapkan Kegiatan Operasional


1. Konsep acara
 Persiapan
1) Menentukan waktu pelaksanaan penyuluhan
2) Mempersiapkan konsep acara dan media yang akan
digunakan
3) Menghubungi pemilik rumah
4) Menghubungi seluruh kepala keluarga binaan untuk
mengajak seluruh anggota keluarga untuk berkumpul
di tempat, pada waktu yang sudah ditentukan
5) Target yang diharapkan setelah dilakukan
penyuluhan adalah 75 % responden dapat menjawab
pertanyaan post test
 Pelaksanaan
1) Penyuluhan dilaksanakan pada pukul 10.00 WIB di
tempat yang sudah ditentukan

83
2) Peserta penyuluhan dipersilakan untuk berkumpul
pada waktu dan jam yang telah ditentukan
3) Teknik pelaksanaan acara dilaksanakan secara
bersama dengan anggota keluarga binaan sebagai
peserta penyuluhan.
4) Acara penyuluhan dilaksanakan menggunakan media
informasi dalam bentuk poster.
5) Acara berakhir pada pukul 12:00 WIB.
2. Waktu dan Tempat
Acara penyuluhan dilaksanakan pada hari Jumat, tanggal 8 Juni
2018 di teras rumah salah satu keluarga binaan di Kampung
Kebon Jamblang, Desa Pangkalan dan berlangsung pukul 10.00 –
12.00 WIB

4.5 Evaluasi Intervensi Pemecahan Masalah


Intervensi Pemecahan Masalah telah dilakukan diteras rumah
salah satu keluarga binaan pada hari Jumat, 8 Juni 2018 pukul 10.00-
12.00 WIB. Dilakukan pre-test pada warga terlebih dahulu sebelum
dilakukan penyuluhan via poster. Hasil pre-test dan post-test adalah
sebagai berikut :

84
Tabel 4.5.1 Hasil Pre-Test
Jumlah
Hasil Pre-test Persentase
Responden
Baik 0 0%
Cukup 2 20%
Buruk 8 80%
Berdasarkan tabel 4.4.1 dapat diketahui bahwa pengetahuan
responden mengenai perilaku merokok adalah buruk sebelum
dilakukannya penyuluhan.
Setelah dilakukannya penyuluhan, responden diberikan soal
yang sama dengan pre-test dan didapatkan hasil sebagai berikut:

Tabel 4.5.2 Hasil Post-test


Jumlah
Hasil Pre-test Persentase
Responden
Baik 9 90%
Cukup 1 10%
Buruk 0 0%
Berdasarkan tabel 4.4.1 dapat diketahui bahwa pengetahuan
responden mengenai perilaku merokok adalah baik setelah
dilakukannya penyuluhan.

85
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
5.1.1 Area Masalah
Berdasarkan hasil wawancara dan pengumpulan data dari kunjungan ke
keluarga binaan yang bertempat tinggal di Desa Pangkalan RT 004 dan
RW 05, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten,
maka dilakukanlah diskusi kelompok dan merumuskan serta menetapkan
area masalah yaitu “Perilaku Merokok Pada Keluarga Binaan di RT
004 RW 005 Desa Pangkalan, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten
Tangerang, Provinsi Banten”

5.1.2 Hasil Analisis Univariat


A. Pengetahuan Merokok
Didapatkan responden terbanyak memiliki pengetahuan merokok adalah
baik yaitu 70%
B. Perilaku Merokok
Didapatkan bahwa sebanyak 6 responden (60%) memiliki perilaku
merokok yang buruk
C. Sikap Responden
Didapatkan responden terbesar memiliki sikap yang buruk terhadap
perilaku merokok (60%)
D. Keyakinan Responden
Didapatkan responden terbesar memiliki keyakinan yang buruk tentang
rokok (60%)
E. Perilaku Petugas Kesehatan

86
Didapatkan responden terbanyak mengenai petugas kesehatan yang
kurang berperan dalam kegiatan memberikan penyuluhan mngenai
merokok adalah 100%.

5.1.3 Hasil Fishbone


1. Petugas kesehatan yang kurang berperan terhadap kegiatan perilaku
merokok disebabkan oleh kurangnya jumlah dan kemauan tenaga
kesehatan ke daerah binaan

2. Kurangnya pengetahuan responden disebabkan oleh persepsi


masyarakat yang salah tentang pentingnya pendidikan tinggi.

3. Keyakinan responden mengenai rokok yang salah mengenai merokok


disebabkan oleh informasi yang salah dari orang-orang disekitar
responden

4. Sikap responden yang buruk terhadap perilaku merokok disebabkan


oleh tingkat pendidikan yang rendah.

5. Lingkungan sekitar responden yang mempengaruhi perilaku merokok


yang disebabkan oleh orang orang tua responden

5.1.4 Intervensi Pemecahan Masalah

1. Mengajukan kerjasama kepada Pemerintah setempat untuk


menyediakan petugas kesehatan dalam rangka mengadakan
penyuluhan mengenai bahaya merokok
2. Memberikan saran kepada keluarga binaan untuk lebih bijak
menggunakan penghasilan

87
3. Memberikan penyuluhan mengenai dampak perilaku merokok bagi
individu, keluarga dan lingkungan sekitar dan tips untuk berhenti
merokok.
4. Memberikan penyuluhan yang sesuai dengan tingkatan pendidikan
keluarga binaan sehingga mudah untuk dicerna

5.2 Saran

Bagi Masyarakat Desa Pangkalan


 Hendaknya masyarakat sekitar mencari alternatif kesibukan agar dapat
melakukan kegiatan yang lebih produktif
 Hendaknya bila merokok tidak berada di dalam rumah karena di dalam
ruang dengan ventilasi yang minim akan menggangu saluran
pernafasan
 Hendaknya mengajak masyarakat sekitar bersama–sama untuk saling
mengingatkan satu sama lain mengenai perilaku merokok yang
memberikan dampak buruk baik bagi diri sendiri maupun orang lain.
 Diharapkan kepada keluarga binaan untuk menerapkan hasil dari
penyuluhan yang telah didapat dan mengajarkannya kepada seluruh
anggota keluarga
Bagi Puskesmas Tegal Angus
 Menyarankan kepada anggota keluarga binaan untuk memperbaiki perilaku
kebiasaan merokok terutama di dalam rumah sebagai bagian dari usaha
pencegahan penyakit.
 Menyarankan tokoh masyarakat dan pihak pelayanan kesehatan untuk dapat
berkoordinasi untuk mengadakan kegiatan yang bersifat memberikan
informasi dan penyuluhan mengenai kebersihan, dengan langkah cuci tangan
sebagai bagian dari materinya.

88
DAFTAR PUSTAKA

Aditama, Y. 1997. Rokok dan Kesehatan (Edisi Ketiga). Jakarta : UII Pres
Baharudin. 2017. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku
Merokok Pada Anak Usia Remaja Madya (15-18 Tahun). Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Alauddin Makassar
Ma’ruf A. 2015. Tingkat Pengetahuan Tentang Bahaya Merokok Pada Siswa
Kelas V SD Negeri Pucung Lor 02 Kecamatan Kroya Kabupaten
Cilacap Tahun Pelajaran 2014/2015. Universitas Negeri Yogyakarta
Musa A. 2016. Profil Puskesmas Tegal Angus 2017. Pemerintah Daerah
Kabupaten Tangerang Dinas Kesehatan Puskesmas Tegal Angus
Notoatmojo, S. 2011. Pendidikan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : Penerbit
Rineka Cipta.
Notoatmojo, S. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta :
Penerbit Rineka Cipta.
Notoatmojo, S. 2011. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta :
Penerbit Rineka Cipta
Rahmad. 2005. Fatwa Ulama Tentang Hukum
Merokok. al_islam.chm (diakses tanggal 8 Maret 2010)
Syafie R. dkk. 2009. Stop Smoking: Studi Kualitatif Terhadap Pengalaman
Mantan Pecandu Rokok dalam Menghentikan Kebiasaannya.
Semarang: Universitas Diponegoro.
Wawan, A dan Dewi, M. 2010. Teori dan Pengukuran Pengetahuan , Sikap
dan Perilaku Manusia.. Yogyakarta : Nuha Medika
Wismanto, Bagus. 2008. Strategi Penghentian Perilaku Merokok. Semarang:
Universitas katolik soegijapranata.

89
LAMPIRAN I

KUISIONER SURVEY

Perilaku Merokok Di Keluara Binaan di RT 004/ RW 005 Desa Pangkalan,


Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten, Periode 21 Mei-30
Juni 2018

1. Identitas Responden
a) Nama :
b) Umur :
c) Jenis kelamin :
d) Status dalam keluarga :
e) Alamat :
f) Pendidikan terkhir :
g) Pekerjaan :

2. Pertanyaan

Perilaku Responden

1. Apakah anda perokok?


1. Ya 2. Tidak
2. Apakah sampai sekarang masih merokok?
1. Ya 2. Tidak
3. Apakah setiap hari anda merokok ?
1. Ya 2. Tidak
4. Berapa batang dalam sehari rokok yang dikonsumsi?
1. Kurang dari satu bungkus
2. Lebih dari satu bungkus
5. Sejak usia berapa anda mulai merokok?
1. Kurang dari 10 tahun
2. Lebih dari 10 tahun

90
Indikator Penilaian :
Jawaban poin 1 = 0
Jawaban poin 2 = 1

3. Pengetahuan

6. Rokok adalah hasil olahan tembakau yang terbungkus dan berbentuk


silinder?
a. Benar b. Salah
7. Satu puntung rokok mengandung 4000 lebih bahan kimia?
a. Benar b. Salah
8. Merokok dapat menyebabkan penyakit kanker, tekanan darah tinggi,
stroke dan jantung koroner?
a. Benar b. Salah
9. Merokok dapat menyebabkan penuaan dini dan impoten?
a. Benar b. Salah
10. Rokok dapat membahayakan kesehatan tubuh, tidak hanya bagi perokok
aktif, tetapi juga perokok pasif?
a. Benar b. Salah

Indikator Penilaian :
Jawaban BENAR = 1
Jawaban SALAH = 0

91
3. Sikap

Sangat Setuju Tidak Sangat


Setuju Setuju Tidak
Setuju
1. Merokok ditempat umum akan
merugikan diri sendiri dan orang
lain
2. Saya malu jika rokok tercium dari
mulut saya
3. Saya akan berhenti merokok ketika
sudah batuk-batuk
4. Saya akan marah jika ada orang
merokok didekat saya
5. Orangtua sebaiknya tidak merokok
didepan anak-anaknya

Indikator Penilaian :
Apabila menjawab :
a. Sangat setuju, mendapatkan poin 1
b. Setuju, mendapatkan poin 2
c. Tidak setuju, mendapatkan poin 3
d. Sangat tidak setuju, mendapatkan
poin

92
4. Keyakinan
Sangat Setuju Tidak Sangat
Setuju Setuju Tidak
Setuju
1. Merokok dapat mengurangi stress
2. Merokok dapat memberikan
kenyamanan
3. Merokok dapat memberikan
ketenangan
4. Merokok memberikan kesan jantan
dimata orang lain
5. Merokok dapat membuat lebih
percaya diri

Indikator Pennialian :
Sangat setuju, mendapatkan poin 1
Setuju, mendapatkan poin 2
Tidak setuju, mendapatkan poin 3
Sangat tidak setuju, mendapatkan poin 4

5. Lingkungan Responden

1. Apakah dilingkungan sekitar anda ada yang merokok?


a. Ya
b. Tidak tahu
c. Tidak
2. Apakah bila anda melihat teman merokok, anda ingin ikut merokok ?
a. Ya
b. Tidak tahu
c. Tidak
3. Apakah teman anda pernah menawarkan rokok kepada anda?
a. Ya
b. Tidak tahu
c. Tidak
4. Apakah anda mudah dalam mendapatkan sebungkus rokok?
a. Ya
b. Biasa saja

93
c. Sulit
5. Apakah anda tertarik untuk merokok setelah melihat iklan rokok di TV?
a. Ya
b. Biasa saja
c. Tidak

Indikator Penilaian :
Skor tiap pilihan :
Pilihan A = mendapat skor 2,
Pilihan B = mendapat skor 1,
Pilihan C = mendapat skor 0

6. Perilaku petugas kesehatan

1. Pernahkah diadakan penyuluhan mengenai bahaya merokok di desa anda?


a. Ya
b. Tidak tahu
c. Tidak
2. Pernahkah petugas kesehatan menegur anda saat merokok di tempat umum?
a. Ya
b. Tidak tahu
c. Tidak

Indikator Penilaian :
Apabila menjawab :
a. Mendapatkan poin 2
b. Mendapatkan poin 1
c. Mendapatkan poin 0

94
PENILAIAN VARIABEL

Perilaku Merokok
Skor tiap pilihan
Jawaban poin 1 = 0
Jawaban poin 2 = 1
Interprestasi
Perilaku ringan : skor 4-5
Perilaku sedang : skor 2-3
Perilaku berat : skor <2

Pengetahuan Merokok
Skor tiap pilihan
Jawaban poin 1 = 0
Jawaban poin 2 = 1
Intepretasi
Pengetahuan baik : skor 4-5
Pengetahuan cukup : skor 2-3
Pengetahuan buruk : skor <2

Sikap Merokok
Skor tiap pilihan :
Sangat setuju = 1
Setuju = 2
Tidak Setuju = 3
Sangat setuju = 4
Sikap baik : skor ≤ 10
Sikap buruk : skor > 10

Keyakinan yang Mempengaruhi Perilaku Merokok


Skor tiap pilihan
Sangat setuju = 1
Setuju = 2
Tidak Setuju = 3
Sangat tidak setuju = 4

95
Indikator Penilaian :
Keyakinan yang baik terhadap merokok (Skor ≥ 15)
Keyakinan yang buruk terhadap merokok (Skor <15)

Lingkungan Responden
Skor tiap pilihan : A = 2, B = 1, C = 0
 Mempengaruhi (Skor ≥ 6)
 Tidak Mempengaruhi (Skor <6)

Perilaku Petugas Kesehatan


Skor tiap pilihan :
A = 2, B =1 , C = 0
Kinerja sudah baik (skor : 4)
Kinerja belum baik baik (skor : 4)

96
LAMPIRAN II

KUESIONER PRE-TEST DAN POST-TEST PENYULUHAN MENGENAI


PERILAKU MEROKOK PADA KELUARGA BINAAN

Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
1. Apa kandungan berbahaya yang terdapat pada rokok?
a. Oksigen
b. Nikotin
c. Karbondioksida
2. Seseorang yang terhirup asap rokok yang tersebar di sekelilingnya disebut apakah
itu?
a. Perokok aktif
b. Perokok pasif
c. Bukan perokok
3. Resiko kesehatan perokok pasif antara lain, kecuali..
a. Gangguan Kehamilan
b. Meningkatkan resiko penyakit gangguan pernafasan
c. Meningkatkan resiko penyakit gangguan jantung dan stroke
d. Meningkatkan usia harapan hidup
4. Perokok pasif pada ibu hamil dapat menyebabkan..
a. Kelahiran bayi prematur
b. Kelahiran secara normal
c. Janin semakin sehat
5. Perokok pasif pada anak-anak dapat mengakibatkan..
a. Anak menjadi nakal
b. Timbul penyakit asma atau infeksi paru
c. Kecanduan
6. Salah satu penyakit mematikan yang penyebab utamanya adalah rokok yaitu…
a. Flu burung b. Kanker paru-paru c. Diare

97
98
99

Anda mungkin juga menyukai