Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

DENGAN MENINGITIS

A. Definisi
Meningitis adalah inflamasi akut pada meningen. Organisme
penyebab meningitis bakterial memasuki area secara langsung sebagai akibat
cidera traumatik atau secara tidak langsung bila di pindahkan dari tempat lain
di dalam tubuh ke dalam cairan serebrospinalis atau CSS ( Cecily & Linda,
2009).
Meningitis adalah suatu jenis penyakit dimana terjadi peradangan pada
sistem membran atau selaput pelindung yang menutupi otak dan sumsum
tulang belakang yang dikenal sebagai meninges. Adanya peradangan pada
meninges biasanya dikarenakan terjadi infeksi dari cairan yang mengeilingi
otak sumsum tulang belakang ( Rahmanuddin, 2012 ).
Meningitis adalah sebuah kondisi ketika selaput (meninges) yang
mengelilingi sistem saraf pusat, yaitu otak dan sumsum tulang belakang
mengalami peradangan. Setelah itu, selaput tersebut akan membengkak.
Penyakit ini akan membaik dengan sendirinya dalam waktu beberapa minggu
namun, bila dibiarkan dan tidak dilakukan pengobatan akan menimbulkan
komplikasi serius dan semakin lama akan semakin parah ( Mayo, 2013 ).

B. Etiologi
Meningitis disebabkan oleh berbagai macam organisme tetapi kebanyakan
klien dengan meningitis mempunyai faktor predisposisi seperti fraktur tulang
tengkorak, infeksi sistematik. Etiologi dapat di kelompokkan sesuai dengan
klasifikasi sebagai berikut :
1. Bakteri; Mycobacterium tuberculosa, Diplococcus pneumoniae
(pneumokok), Neisseria meningitis (meningokok), Streptococus
haemolyticuss, Staphylococcus aureus, Haemophilus influenzae,
Escherichia coli, Klebsiella pneumoniae, Peudomonas aeruginosa
2. Virus; Toxoplasma gondhii, Ricketsia, herpes simplex, herpes zoster
3. Jamur; cryptococcus
4. Faktor predisposisi: jenis kelamin laki-laki lebih sering dibandingkan
dengan wanita
5. Faktor maternal : ruptur membran fetal, infeksi maternal pada minggu
terakhir kehamilan
6. Faktor imunologi : defisiensi mekanisme imun, defisiensi imunoglobulin
7. Kelainan sistem saraf pusat, pembedahan atau injury yang berhubungan
dengan sistem persarafan

C. Patofisiologi
Meningitis bakteri dimulai sebagai infeksi dari orofaring dan diikuti
dengan septikemia, yang menyebar ke meningen otak dan medula spinalis
bagian atas.
Faktor predisposisi mencakup infeksi jalan nafas bagian atas, otitis
media, mastoiditis, anemia sel sabit dan hemoglobinopatis lain, prosedur
bedah saraf baru, trauma kepala dan pengaruh imunologis. Saluran vena yang
melalui nasofaring posterior, telinga bagian tengah dan saluran mastoid
menuju otak dan dekat saluran vena-vena meningen; semuanya ini
penghubung yang menyokong perkembangan bakteri.
Organisme masuk ke dalam aliran darah dan menyebabkan reaksi
radang di dalam meningen dan di bawah korteks, yang dapat menyebabkan
trombus dan penurunan aliran darah serebral. Jaringan serebral mengalami
gangguan metabolisme akibat eksudat meningen, vaskulitis dan hipoperfusi.
Eksudat purulen dapat menyebar sampai dasar otak dan medula spinalis.
Radang juga menyebar ke dinding membran ventrikel serebral. Meningitis
bakteri dihubungkan dengan perubahan fisiologis intrakranial, yang terdiri
dari peningkatan permeabilitas pada darah, daerah pertahanan otak (barier
oak), edema serebral dan peningkatan TIK.
Pada infeksi akut pasien meninggal akibat toksin bakteri sebelum
terjadi meningitis. Infeksi terbanyak dari pasien ini dengan kerusakan adrenal,
kolaps sirkulasi dan dihubungkan dengan meluasnya hemoragi (pada
sindromWaterhouse-Friderichssen) sebagai akibat terjadinya kerusakan
endotel dan nekrosis pembuluh darah yang disebabkan oleh meningokokus.

D. Klasifikasi
Meningitis dibagi menjadi 2 golongan berdasarkan perubahan yang
terjadi pada cairan otak, yaitu :
1. Meningitis serosa
Adalah radang selaput otak araknoid dan piameter yang disertai cairan otak
yang jernih. Penyebab terseringnya adalah Mycobacterium tuberculosa.
Penyebab lainnya lues, Virus, Toxoplasma gondhii dan Ricketsia.
2. Meningitis purulenta
Adalah radang bernanah arakhnoid dan piameter yang meliputi otak dan
medula spinalis. Penyebabnya antara lain : Diplococcus pneumoniae
(pneumokok), Neisseria meningitis (meningokok), Streptococus
haemolyticuss, Staphylococcus aureus, Haemophilus influenzae,
Escherichia coli, Klebsiella pneumoniae, Peudomonas aeruginosa.

E. Manifestasi klinis
Gejala meningitis diakibatkan dari infeksi dan peningkatan TIK :
1. Sakit kepala dan demam (gejala awal yang sering)
2. Perubahan pada tingkat kesadaran dapat terjadi letargik, tidak responsif,
dan koma.
3. Iritasi meningen mengakibatkan sejumlah tanda sbb:
a) Rigiditas nukal ( kaku leher ). Upaya untuk fleksi kepala mengalami
kesukaran karena adanya spasme otot-otot leher.
b) Tanda kernik positip: ketika pasien dibaringkan dengan paha dalam
keadan fleksi kearah abdomen, kaki tidak dapat di ekstensikan
sempurna.
c) Tanda brudzinki : bila leher pasien di fleksikan maka dihasilkan fleksi
lutut dan pinggul. Bila dilakukan fleksi pasif pada ekstremitas bawah
pada salah satu sisi maka gerakan yang sama terlihat peda sisi ektremita
yang berlawanan.
4. Mengalami foto fobia, atau sensitif yang berlebihan pada cahaya.
5. Kejang akibat area fokal kortikal yang peka dan peningkatan TIK akibat
eksudat purulen dan edema serebral dengan tanda-tanda perubahan
karakteristik tanda-tanda vital(melebarnya tekanan pulsa dan bradikardi),
pernafasan tidak teratur, sakit kepala, muntah dan penurunan tingkat
kesadaran.
6. Adanya ruam merupakan ciri menyolok pada meningitis meningokokal.
7. Infeksi fulminating dengan tanda-tanda septikimia : demam tinggi tiba-tiba
muncul, lesi purpura yang menyebar, syok dan tanda koagulopati
intravaskuler diseminata

F. Pemeriksaan Diagnostik
1. Analisis CSS dari fungsi lumbal :
a. Meningitis bakterial : tekanan meningkat, cairan keruh/berkabut,
jumlah sel darah putih dan protein meningkat glukosa meningkat, kultur
positip terhadap beberapa jenis bakteri
b. Meningitis virus : tekanan bervariasi, cairan CSS biasanya jernih, sel
darah putih meningkat, glukosa dan protein biasanya normal, kultur
biasanya negatif, kultur virus biasanya dengan prosedur khusus
2. Glukosa serum : meningkat ( meningitis )
3. LDH serum : meningkat ( meningitis bakteri )
4. Sel darah putih : sedikit meningkat dengan peningkatan neutrofil ( infeksi
bakteri )
5. Elektrolit darah : Abnormal
6. ESR/LED : meningkat pada meningitis
7. Kultur darah/ hidung/ tenggorokan/ urine : dapat mengindikasikan daerah
pusat infeksi atau mengindikasikan tipe penyebab infeksi
8. MRI/ skan CT : dapat membantu dalam melokalisasi lesi, melihat
ukuran/letak ventrikel; hematom daerah serebral, hemoragik atau tumor
9. Ronsen dada/kepala/ sinus ; mungkin ada indikasi sumber infeksi intra
kranial

G. Komplikasi
1. Hidrosefalus obstruktif
2. MeningococcL Septicemia ( mengingocemia )
3. Sindrome water-friderichen (septik syok, DIC,perdarahan adrenal bilateral)
4. SIADH ( Syndrome Inappropriate Antidiuretic hormone )
5. Efusi subdural
6. Kejang
7. Edema dan herniasi serebral
8. Cerebral palsy
9. Gangguan mental
10. Gangguan belajar
11. Attention deficit disorder
I. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a) Biodata klien
b) Riwayat kesehatan yang lalu
(1) Apakah pernah menderita penyait ISPA dan TBC ?
(2) Apakah pernah jatuh atau trauma kepala ?
(3) Pernahkah operasi daerah kepala ?
c) Riwayat kesehatan sekarang
(1) Aktivitas
Gejala : Perasaan tidak enak (malaise). Tanda : ataksia,
kelumpuhan, gerakan involunter
(2) Sirkulasi
Gejala : Adanya riwayat kardiopatologi : endokarditis dan PJK
Tanda : tekanan darah meningkat, nadi menurun, dan tekanan nadi
berat, takikardi, disritmia
(3) Eliminasi
Tanda : Inkontinensi dan atau retensi
(4) Makanan/cairan
Gejala : Kehilangan nafsu makan, sulit menelan. Tanda : anoreksia
muntah, turgor kulit jelek dan membran mukosa kering
(5) Higiene
Tanda : Ketergantungan terhadap semua kebutuhan perawatan diri
(6) Neurosensori
Gejala : Sakit kepala, parestesia, terasa kaku pada persarafan yang
terkena, kehilangan sensasi, hiperalgesia, kejang, diplopia,
fotofobia, ketulian dan halusinasi penciuman. Tanda : letargi
sampai kebingungan berat hingga koma, delusi dan halusinasi,
kehilangan memori, afasia,anisokor, nistagmus,ptosis, kejang
umum/lokal, hemiparese, tanda brudzinki positif dan atau kernig
positif, rigiditas nukal, babinski positif,reflek abdominal menurun
dan reflek kremastetik hilang pada laki-laki
(7) Nyeri/keamanan
Gejala : sakit kepala(berdenyut hebat, frontal). Tanda : gelisah,
menangis
(8) Pernafasan
Gejala : riwayat infeksi sinus atau paru. Tanda : peningkatan kerja
pernafasan

2. Diagnosa keperawatan
a) Resiko tinggi terhadap penyebaran infeksi sehubungan dengan
diseminata hematogen dari patogen
b) Risiko tinggi terhadap perubahan serebral dan perfusi jaringan
sehubungan dengan edema serebral, hipovolemia
c) Risisko tinggi terhadap trauma sehubungan dengan kejang umum/fokal,
kelemahan umum, vertigo
d) Nyeri (akut) sehubungan dengan proses inflamasi, toksin dalam
sirkulasi
e) Kerusakan mobilitas fisik sehubungan dengan kerusakan
neuromuskular, penurunan kekuatan
f) Anxietas berhubungan dengan krisis situasi, ancaman kematian

3. Intervensi keperawatan
a) Resiko tinggi terhadap penyebaran infeksi sehubungan dengan
diseminata hematogen dari patogen.
Mandiri
1) Beri tindakan isolasi sebagai pencegahan
2) Pertahan kan teknik aseptik dan teknik cuci tangan yang tepat.
3) Pantau suhu secara teratur
4) Kaji keluhan nyeri dada, nadi yang tidak teratur demam yang terus
menerus
5) Auskultasi suara nafas ubah posisi pasien secara teratur, dianjurkan
nfas dalam
6) Cacat karakteristik urine (warna, kejernihan dan bau ) Kolaborasi
7) Berikan terapi antibiotik iv: penisilin G, ampisilin, klorampenikol,
gentamisin

b) Resiko tinggi terhadap perubahan cerebral dan perfusi jaringan


sehubungan dengan edema serebral, hipovolemia.
Mandiri
1) Tirah baring dengan posisi kepala datar
2) Pantau status neurologis
3) Kaji regiditas nukal, peka rangsang dan kejang
4) Pantau tanda vital dan frekuensi jantung, penafasan, suhu, masukan
dan haluaran
5) Bantu berkemih, membatasi batuk, muntah mengejan
Kolaborasi
6) Tinggikan kepala tempat tidur 15-45 derajat
7) Berikan cairan iv (larutan hipertonik, elektrolit )
8) Pantau BGA
 Berikan obat : steoid, clorpomasin, asetaminofen

c) Resiko tinggi terhadap trauma sehubungan dengan kejang umum/vokal,


kelemahan umum vertigo.
Mandiri
1) Pantau adanya kejang
2) Pertahankan penghalang tempat tidur tetap terpasang dan pasang
jalan nafas buatan
3) Tirah baring selama fase akut kolaborasi berikan obat : venitoin,
diaepam, venobarbital

d) Nyeri (akut ) sehubungan dengan proses infeksi, toksin dalam sirkulasi.


Mandiri.
1) Letakkan kantung es pada kepala, pakaian dingin di atas mata,
berikan posisi yang nyaman kepala agak tinggi sedikit, latihan
rentang gerak aktif atau pasif dan masage otot leher
2) Dukung untuk menemukan posisi yang nyaman(kepala agak tingi)
3) Berikan latihan rentang gerak aktif/pasif
4) Gunakan pelembab hangat pada nyeri leher atau pinggul
Kolaborasi
5) Berikan anal getik, asetaminofen, codein

e) Kerusakan mobilitas fisik sehubungan dengan kerusakan


neuromuskuler.
1) Kaji derajat imobilisasi pasien
2) Bantu latihan rentang gerak
3) Berikan perawatan kulit, masase dengan pelembab
4) Periksa daerah yang mengalami nyeri tekan, berikan matras udsra
atau air perhatikan kesejajaran tubuh secara fumgsional
5) Berikan program latihan dan penggunaan alat mobiluisasi

f) Perubahan persepsi sensori sehubungan dengan defisit neurologis


1) Pantau perubahan orientasi, kemamapuan berbicara,alam perasaaan,
sensorik dan proses pikir
2) Kaji kesadara sensorik : sentuhan, panas, dingin
3) Observasi respons perilaku
4) Hilangkan suara bising yang berlebihan
5) Validasi persepsi pasien dan berikan umpan balik
6) Beri kessempatan untuk berkomunikasi dan beraktivitas
7) Kolaborasi ahli fisioterapi, terapi okupasi,wicara dan kognitif

g) Ansietas sehubungan dengan krisis situasi, ancaman kematian.


1) Kaji status mental dan tingkat ansietasnya
2) Berikan penjelasan tentang penyakitnya dan sebelum tindakan
prosedur
3) Beri kesempatan untuk mengungkapkan perasaan
4) Libatkan keluarga/pasien dalam perawatan dan beri dukungan serta
petunjuk sumber penyokong

4. Evaluasi
Hasil yang diharapkan
a) Mencapai masa penyembuhan tepat waktu, tanpa bukti penyebaran
infeksi endogen atau keterlibatan orang lain
b) Mempertahankan tingkat kesadaran biasanya/membaik dan fungsi
motorik/sensorik, mendemonstrasikan tanda-tanda vital stabil
c) Tidak mengalami kejang/penyerta atau cedera lain
d) Melaporkan nyeri hilang/terkontrol dan menunjukkan postur rileks dan
mampu tidur/istirahat dengan tepat
e) Mencapai kembali atau mempertahankan posisi fungsional optimal dan
kekuatan
f) Meningkatkan tingkat kesadaran biasanya dan fungsi persepsi
g) Tampak rileks dan melaporkan ansietas berkurang dan mengungkapkan
keakuratan pengetahuan tentang situasi

Anda mungkin juga menyukai