Anda di halaman 1dari 5

Patofisiologi

Mekanisme bio-psikososial:
 Biologik:

Mekanisme biologik berupa ketidak seimbangan neurotransmitter di otak yang


mempengaruhi emosi dan proses pikir. Terdapat peningkatan aktivitas neuron-
neuron serotonergik, dopaminergik dan noradrenergik, serta penurunan
aktivitas neuron gaba-nergik.

Emosi atau ketakutan melibatkan berbagai pengalaman fisiologis yang


menyertainya seperti: kecepatan denyut jantung dan tekanan darah akan
meningkat, melotot, mendelik, berkeringat, mulut terasa kering, nafas cepat
dan tidak teratur, kadar gula di dalam darah meningkat, gemetar, motilitas
gastrointestinal berkurang, perut mual (mulas), terasa lapar.

Reaksi-reaksi fisioiogis sedemikian ini digerakan oleh beberapa area sistem


saraf otonom dan sistem limbik. Sistem limbik adalah bagian otak yang sangat
berperan dalam pembentukan tingkah laku emosi (marah, takut, dorongan
seksual). Sistem limbik terdiri dari amigdala, septum, hipotalamus, talamus,
dan hipokampus

Ketika seseorang mengalami kekawatiran yang hebat dan berkepanjangan atau


merasa ketakutan menghadapi situasi seperti contoh di atas, maka sistem
limbik akan diaktifkan.

Emosi takut akan menimbulkan reaksi behavioral untuk bersembunyi. Berlari


atau bersiap-siap untuk melawan. Respon melawan atau lari berarti tubuh
perlu menyiapkan diri secara otomatis, sehiugga akan terjadi perubahan
fiisiologis yang diperlukan untuk lari atau melawan. Respon lari atau melawan
ternyata mekanisme fisiologisnya sama. Penggerak respon ini akan diprogram
oleh lobus frontalis yang menggerakkan dan menyusun respon-respon ke
hipotalamus. Hipotalamus akan menstimulasi kelenjar adrenal untuk
melepaskan adrenalin atau epinefrin ke dalam aliran darah. Epinefrin akan
menyebabkan denyut jantung meningkat, napas dangkal dan glukosa dalam
darah meningkat. Selanjutya gIukosa akan didistribusi ke bagian tubuh yang
akan memerlukan energi ekstra. Misalnya karena takut seperti contoh di atas,
akan menimbulkan ke inginan kuat seseorang untuk lari maka sebagian besar
dari glukose darah didistribusikan akan ke kaki. Sehingga tidak mengherankan
orang yang mengalami ketakutan bisa berlari kencang atau meloncat jauh
lebih tinggi, yang sekiranya mustahil terjadi dalam kondisi normal (dalam
kondisi tidak ketakutan). Atau dapat juga terjadi bila ada keinginan kuat untuk
melawan, memukul atau mencakar dengan tangan, maka sebagian besar
glukosa dalam darah sebagai sumber energi akan terpusat di sekitar telapak
tangan.

Akibat redistribusi ini bisa menyebabkan wajah tampak pucat, telapak tangan
dan telapak kaki menjadi lebih dingin (sebagai indikasi adanya kecemasan dan
kegugupan).Selain itu pada saat yang bersamaan berkaitan dengan respon
menghadapi emosi takut, hormon ACTH (Adreno Corticotropl1ic Hormone)
dilepas. Hormon ini akan mengaktifkan kelenjar adrenal, yang selanjutnya
akan melepaskan kortikoid ke dalam darah. Kortikoid akan membawa pesan
untuk disampaikan ke kelenjar yang lain maupun ke organ tubuh lainnya.

Apabila keadaan takut dan kekhawatiran ini berlanjut dengan sendirinya


respon akan berlanjut pula. Akibatnya timbul ketegangan otot pada punggung
bagian bawah, bahu, leher dan sering diikuti dengan sakit kepala karena
ketegangan. Keadaan ini dapat dipakai sebagai indikator, bahwa orang
tersebut mengalami stres. Jika stresor ini bertahan, maka tubuh akan melawan
terus secara aktif dan giat. Hal ini akan meningkatkan pengeluaran hormon
ACTH, dan apabila stres berlangsung lama akan menguras bahan gizi dan
vitamin (sebagai surnber daya tahan tubuh) , yang akhimya akan menjadi
kosong dan kehabisan tenaga. Akibatnya: tubuh rentan terhadap gangguan
berbagai penyakit, disfungsi organik dari berbagai jenis, penyakit serta kondisi
yang berkaitan dengan stres mulai muncul, seperti : hipertensi, penyakit
jantung, gangguan saluran pencernaan makanan, diabetes mellitus, asma,
migren, immunologis, ketegangan menjelang haid, berbagai jenis gangguan
mental maupun emosional yang berkelanjutan, seperti makan menjadi tak
teratur yang ada kaitan nya dengan anorexia. Fisiologi emosi takut seperti
telah diuraikan di atas dapat dipakai untuk menerangkan mengapa orang yang
mengalami stres karena ketakutan atau kekawatiran yang berkepanjangan
akhimya tidak berdaya dan kebabisantenaga.

 Psiko-sosial
 Gangguan pikiran dan emosi yang terjadi, berupa waham kebesaran,
gangguan pertimbangan, impulsivitas, membuat terganggunya interaksi
dengan lingkunan, yang memicu perilaku agresif dan kemarahan

Prognosis
Dengan pendekatan yang tepat dan penanganan yang tepat, penderita gaduh
gelisah biasanya menunjukan prognosis yang baik meskipun tetap harus diawasi
untuk perkembangan emosinya.
Psikosis karena gangguan mental organik (delirium)
Delirum ialah suatu gangguan mental organik yang akut dan reversibel, ditandai
oleh kebingungan dan penurunan kesadaran. Delirium biasanya dihubungkan
dengan tingkah laku yang mengancam, tak-rasional, impulsif disertai dengan
halusinasi dan/atau ilusi serta keadaan emosi yang labil.
Ada empat fase delirium:
 Fase pertama - pasien gelisah, banyak bicara, kesukaan untuk mengingat
apa yang dipikirkan dan dikatakan, rasa curiga ringan, lebih sensitif
terhadap rangsangan, menunjukkan alam perasaan rriulai dari elasi hingga
mudah tersinggung.
 Fase kedua - pasien menjadi inkoheren, kemampuan konsentrasi semakin
menurun, disorientasi waktu, tempat dan perorangan meningkat, sehingga
terjadi salah intepretasi terhadap lingkungan lebih nyata. Aktivitas
meningkat, tetapi masih tampak bertujuan dan emosi labil.
 Fase ketiga - pasien menjadi hiperaktif tanpa tujuan yang jelas,
disorganisasi dalam berbicara, disorientasi, disamnesia dan mudah
terganggu, terdapat halusinasi dan delusi.
 Fase keempat - pasien mengalami stupor dan tidak ada kontak dengar,
lingkungan.

Pasien dengan keadaan gaduh-gelisah karena delirium menunjukkan kesadaran


yang menurun. Istilah sindrom otak organic menunjuk kepada keadaan gangguan
fungsi otak karena suatu penyakit badaniah. Penyakit badaniah itu yang
menyebabkan gangguan fungsi otak. Penyebab itu mungkin terletak di dalam
tengkorak atau otak sendiri dan karenanya menimbulkan kelainan patologi-
anatomis (misalnya meningoensefalitis, gangguan pembuluh darah otak,
neoplasma intracranial). Mungkin juga terletak di luar otak (misalnya tifus
abdominalis, pneumonia, malaria, uremia, keracunan atropine/kecubung atau
alkohol) dan hanya mengakibatkan gangguan fungsi otak dengan manifestasi
sebagai psikosis atau keadaan gaduh gelisah tetapi tidak ditemukan kelainan pada
otak sendiri.
Gangguan Demensia (Kepikunan Berat)
Demensia merupakan kumpulan gejala yang disebabkan karena gangguan pada
struktur otak yang mengakibatkan penurunan fungsi luhur (kognitif). Gangguan
bersifat menahun yang menurunkan fungsi seseorang serta mengganggu kegiatan
sehari-hari. Gejala terutama pada daya ingat/memori terutama kesulitan
mengingat hal-hal yang baru dipelajari (ingatan jangka pendek). Namun dalam
gangguan makin berat, ingatan yang sebelumnya (ingatan jangka panjang) juga
hilang.
Gejala Kognitif Gejala Psikologik Gejala Perilaku
1. Mudah lupa terutama 1.Misidentifikasi 1.Perilaku agitasi,
untuk daya ingat/memori 2.Waham/delusi agresif
baru/jangka pendek 3. Halusinasi 2.Pergi tanpa tujuan
2. Kesulitan berkonsentrasi 4. Depresi (wandering)
3. Kebingungan 5. Emosi labil 3.Gangguan tidur
(disorientasi waktu, 6.Kecemasan/ 4.Perilaku kekanak-
tempat, orang) anxietas kanakan (regresi)
4. Penurunan daya nilai 7.Perubahan 5.Agresivitas verbal:
(identifikasi risiko, kepribadian berteriak, mengumpat,
memilih strategi, dan 8.Keluhan menyumpah
menimbang konsekuensi) somatik
5. Penurunan kemampuan
merencanakan
6. Kesulitan menemukan
kata-kata atau memahami
percakapan (afasia)
7. Pikiran tersendat
(blocking)

Gejala dan hendaya harus sudah nyata setidaknya dalam waktu 6 bulan. Problem
perilaku dan psikologik yang sering ditemukan pada orang dengan demensia di
antaranya gangguan persepsi, proses pikir, suasana perasaan, dan perilaku sering
pulan disalahartikan sebagai skizofrenia.

Gangguan skizotipal
Bila kesadaran tidak menurun, maka biasanya keadaan gaduh gelisah merupakan
manifestasi suatu psikosis yang tidak berhubungan dengan suatu penyakit
badaniah seperti pada gangguan mental organik.
Gangguan skizotipal merupakan gangguan yang ditandai secara khas oleh
perilaku yang eksentrik dan anomali-anomali dalam berpikir dan dalam afek yang
menyerupai yang terdapat pada skizofrenia, walaupun anomali skizofrenik yang
khas dan nyata tidak pernah terjadi pada stadium manapun.

Skizofrenia
Skizofrenia merupakan psikokis yang paling sering terdapat di negara kita. Secara
sederhana dapat dikatakan bahwa bila kesadaran tidak menurun dan terdapat
inkoherensi serta afek-emosi yang inadekuat, tanpa frustasi atau konflik yang
jelas, maka hal ini biasanya suatu skizofrenia. Diagnosis kita diperkuat bila
kelihatan juga tidak ada perpaduan (disharmoni) antara berbagai aspek
kepribadian seperti proses berfikir, afek-emosi, psikomotor dan kemauan
(kepribadian yang retak, terpecah-pecah atau bercabang = schizo; jiwa = phren),
yaitu yang satu meningkat, tetapi yang lain menurun. Pokok gangguannya terletak
pada proses berfikir.
Dalam berbagai jenis skizofrenia, yang sering menimbulkan keadaan gaduh-
gelisah adalah episode skizofrenia akut dan skizofrenia jenis gaduh-gelisah
katatonik. Disamping psikomotor yang meningkat, pasien menunjukkan
inkoherensi dan afek-emosi yang inadekuat. Proses berfikir sama sekali tidak
realistik lagi.

Anda mungkin juga menyukai