MODUL
PENGEMBANGAN KEPROFESIAN BERKELANJUTAN
PENGAWAS SEKOLAH
KELOMPOK KOMPETENSI I
Pengarah
Sumarna Surapranata, Ph.D.
Penangung Jawab
Dra. Garti Sri Utami, M. Ed.
Penyusun
Suwanti, S.Pd., MM. : 08158745029; suwantiwijoyo@yahoo.com
Dr. Jenny Evelin Palunsu, MT.; 08114339990; jennypalunsu@gmail.com
Dr. C. Dyah Sulistyaningrum, M.Pd.; 081329054995; ciciliadyahsulistyaningrum@yahoo.com
Penelaah
Prof. Dr. Aris Munandar, M.Pd. 0811464813; arismunandar@unm.ac.id
Prof. Dr. Sugiyono, MPd. ; 0811269374 ; sugiyono_1953@yahoo.com
Drs. Sudarmadi, M.Pd. 081328535880; darmadi.yk@gmail.com
F. Rangkuman ................................................................................................... 63
G. Umpan Balik .................................................................................................. 65
H. Refleksi dan Tindak Lanjut ............................................................................ 65
I. Kunci Jawaban .............................................................................................. 66
Kegiatan Pembelajaran 3: Mengembangkan Instrumen, Mengumpulkan,
Menganalisis, dan Menginterpretasi Data Penelitian (7 JP) ............................... 67
A. Tujuan Pembelajaran .................................................................................... 67
B. Indikator Pencapaian Tujuan ......................................................................... 67
C. Uraian Materi ................................................................................................. 67
D. Aktivitas Pembelajaran .................................................................................. 99
E. Latihan KP 3 ................................................................................................ 102
F. Rangkuman KP3 ........................................................................................ 105
G. Umpan Balik ................................................................................................ 106
H. Refleksi dan Tindak Lanjut .......................................................................... 107
I. Kunci Jawaban KP3 .................................................................................... 108
Kegiatan Pembelajaran 4. Menyusun Dan Mempublikasikan Karya Tulis Ilmiah (5
Jp) ..................................................................................................................... 109
A. Tujuan Pembelajaran .................................................................................. 109
B. Indikator Pencapaian Tujuan ....................................................................... 109
C. Uraian Materi ............................................................................................... 109
D. Aktivitas Pembelajaran ................................................................................ 116
E. Latihan/kasus tugas..................................................................................... 121
F. Rangkuman ................................................................................................. 122
G. Umpan Balik ................................................................................................ 123
H. Refleksi dan Tindak Lanjut .......................................................................... 124
I. Kunci Jawaban ............................................................................................ 124
Kegiatan Pembelajaran 5. Menyusun Dan Melaksanakan Program
Pembimbingan Dan Pelatihan Profesional Guru Dalam Melaksanakan
Penelitian Tindakan Bagi Guru Dan/Atau Kepala Sekolah (6 Jp) ....................... 125
A. Tujuan Pembelajaran .................................................................................. 125
B. Indikator Pencapaian Tujuan ....................................................................... 125
C. Uraian Materi ............................................................................................... 125
D. Aktivitas Pembelajaran ................................................................................ 137
E. Latihan/Kasus/Tugas KP 5 .......................................................................... 141
F. Rangkuman KP 5 ........................................................................................ 143
G. Umpan Balik ................................................................................................ 145
H. Refleksi dan Tindak Lanjut .......................................................................... 145
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
1. Modul Penelitian Bidang Pengawasan ini berisi tentang: (a) konsep Dasar Penelitian
Pendidikan; (b) rumuskan masalah, tujuan, landasan teori, dan Metodologi Penelitian;
(c) pengembangkan Instrumen, Mengumpulkan, Menganalisis, dan Menginterpretasi
Data Penelitian; (d) menyusun dan pempublikasikan Karya Tulis Ilmiah; serta (e)
penyusunan dan pelaksanakan program pembimbingan dan pelatihan profesional guru
Dalam Melaksanakan Penelitian Tindakan Bagi Guru.
2. Modul ini terdiri dari 4 (empat) bagian yaitu: (a) Pendahuluan, (b) Kegiatan
Pembelajaran yang terdiri dari In Service Learning-1 (In-1), On The Job Learning (On),
In Service Learning-1 (In-2) , dan (c) Evaluasi, dan (d) Penutup.
3. Modul ini dilaksanakan melalui tiga tahap pembelajaran yaitu In-1, On , dan In-2. Tahap
In-1, peserta akan dipandu oleh fasilitator untuk mempelajari modul secara umum dan
menyiapkan dasar pengetahuan serta pengalaman peserta menyusun rencana tindak
lanjut untuk On. Pada tahap On, peserta melaksanakan rencana tindak lanjut kegiatan
pengawasan yang telah dibuat pada tahap In-1 di sekolah binaan. Pada tahap In-2,
Peserta bersama pengawas sekolah lain melaporkan tagihan On dan mempresentasikan
berbagai kendala dan keberhasilan yang peserta telah lakukan selama On.
c. Peraturan Menteri Nomor 70 Tahun 2009 tentang Pendidikan Inklusif bagi Peserta
Didik yang Memiliki Kelainan dan Memiliki Potensi Kecerdasan dan atau Bakat
Istimewa;
MODUL J
D Pedoman Pengawasan
PENELITIAN
I PENGEMBANGAN
M
MODUL I
E Penelitian Bidang Pengawasan
N
S
MODUL H
I
Penilaian Kinerja Kepala Sekolah, Guru
EVALUASI dan Tenaga Kependidikan
PENDIDIKAN
K
O MODUL G
M Penilaian dan Pemantauan
Pembelajaran
P
E MODUL F
T Pemantauan Pelaksanaan
Pemenuhan SNP
E
N SUPERVISI MODUL E
MANAJERIAL Pelaksanaan Supervisi Manajerial
S
I
MODUL D
Laporan Hasil Pengawasan
MODUL C
Program Pengawasan Supervisi
Manajerial
MODUL B
Konsep Supervisi Manajerial
SUPERVISI
Modul A
AKADEMIK Supervisi Akademik
A. Latar Belakang
Dengan demikian maka selain memahami konsep penelitian baik kualitatif maupun
kuantitatif, melaksanakan penelitian dan menulis KTI untuk dirinya, pengawas sekolah
pun harus mampu memberikan bimbingan kepada guru tentang penelitian tindakan
kelas. Akibat tuntutan tersebut maka pengawas sekolah harus kompeten dalam
penelitian pengembangan.
Nilai karakter nasionalis merupakan cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang
menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa,
lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa; menempatkan kepentingan
bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya. Subnilai karakter
nasionalis, antara lain: menghargai/apresiasi budaya bangsa sendiri, menjaga kekayaan
budaya bangsa, rela berkorban, unggul dan berprestasi, cinta tanah air, menjaga
lingkungan, taat hukum, disiplin, menghormati keragaman budaya, suku dan agama.
Nilai karakter mandiri merupakan sikap dan perilaku tidak bergantung pada orang lain
dan mempergunakan segala tenaga, pikiran, waktu untuk merealisasikan harapan,
mimpi dan cita-cita. Subnilai karakter mandiri, antara lain: etos kerja (kerja keras),
tangguh, tahan banting, daya juang, profesional, kreatif, berani, dan menjadi pembelajar
sepanjang hayat.
Nilai karakter integritas merupakan nilai yang mendasari perilaku yang didasarkan
pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam
perkataan, tindakan, dan pekerjaan, memiliki komitmen dan kesetiaan pada nilai-nilai
kesetiaan dan moral (integritas moral). Nilai karakter integritas meliputi sikap tanggung
jawab sebagai warga negara, aktif terlibat dalam kehidupan sosial melalui konsistensi
tindakan dan perkataan yang berdasarkan kebenaran. Subnilai karakter integritas,
antara lain: kejujuran, cinta pada kebenaran, setia, komitmen moral, anti korupsi,
keadilan, tanggung jawab, keteladanan, menghargai martabat individu (terutama
penyandang disabilitas).
Implementasi nilai-nilai PPK dan PIPKA pada modul ini diharapkan dapat mencegah
tumbuhnya paham radikalisme, terorisme, vandalisme, penyalahgunaan obat terlarang,
dan perilaku hidup bebas sehingga dapat merajut kehidupan damai dan sejahtera dalam
bingkai NKRI. Urgensi pokok permasalahan ini dapat dijelaskan pada bagian berikut ini.
Sebagai bangsa yang besar NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia) merupakan
suatu Negara kepulauan yang terdiri dari ribuan pulau dan diapit oleh dua samudra dan
dua benua, didiami oleh ratusan juta penduduk, memiliki iklim tropis, memiliki
keanekaragaman budaya dan adat istiadat agama dan keyakinan yang berlainan satu
sama lain bersatu, berdaulat, adil dan makmur. Keseluruhannya tercemin dalam satu
ikatan kesatuan lambang negara yaitu Bhinneka Tunggal Ika. Pada dasarnya
keberagaman masyarakat Indonesia menjadi modal dasar dalam pembangunan bangsa.
Oleh karena itu, sangat diperlukan rasa persatuan dan kesatuan yang tertanam disetiap
warga negara Indonesia. Pembentukan sikap nasionalis terhadap bangsa yang besar
perlu dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari sebagai generasi penerus bangsa
Indonesia.
Namun demikian, dalam kenyataanya masih ada konflik yang terjadi dengan
mengatasnamakan suku, agama, ras atau antargolongan tertentu. Hal ini menunjukkan
bahwa sikap nasionalis bangsa yang ada seharusnya bisa menjadi modal bagi bangsa
ini untuk menjadi bangsa yang kuat. Untuk mendukungnya, diperlukan rasa persatuan
yang kokoh dan kuat. Persatuan bangsa merupakan syarat yang mutlak bagi kejayaan
Indonesia. Jika masyarakatnya tidak bersatu dan selalu memprioritaskan
kepentingannya sendiri, maka cita-cita Indonesia yang terdapat dalam sila ketiga
Pancasila yaitu Persatuan Bangsa akan hanya menjadi mimpi yang tak akan pernah
terwujud. Sehingga semboyan “Bhinneka Tunggal Ika” yang berarti berbeda-beda tetapi
tetap satu, hanya sebatas slogan. Komitmen seluruh unsur negara menentukan sikap
yang persisten untuk kesatuan bangsa perlu ditindaklanjuti di berbagai tingkat
masyarakat. Keberagaman dalam berbagai aspek (adat, budaya, agama, bahasa)
merupakan kondisi yang dapat membentuk masyarakat Indonesia yang memiliki
toleransi dan rasa saling menghargai untuk menjaga perbedaan tersebut. Untuk itu perlu
nilai komitmen persatuan bangsa Indonesia dalam keberagaman nasional.
Kata kata bijak mengatakan: "Bila anda ingin memperbaiki dunia, mulailah terlebih dulu
dengan diri sendiri." Walaupun terkesan kuno, tetapi tetap berlaku untuk kita simak dan
Perbuatan-perbuatan negatif yang dapat merusak keutuhan suatu bangsa perlu dihindari
sedini mungkin, seperti radikalisme, vandalisme dan penyalahgunaan obat terlarang
narkoba serta kehidupan bebas melalui penguatan nilai-nilai luhur Pancasila. Untuk
mencegah lahirnya paham radikalisme maka perlunya penguatan pada cara pandang
pendidikan agama dan budi pekerti yang berlaku di Indonesia yang lebih berorientasi
pada hukum yang kaku dan eksklusif tetapi lebih pada cinta yang moderat dan inklusif.
Oleh karena itu, pembelajaran Pendidikan Agama dan Budi Pekerti dan Pendidikan
Pancasila harus dilakukan secara berkesinambungan untuk menangkis masuk dan
berkembangnya paham radikalisme di Indonesia terutama pada generasi muda.
Generasi muda adalah tulang punggung bangsa, yang diharapkan di masa depan
mampu meneruskan tongkat estafet kepemimpinan bangsa ini agar lebih baik. Dalam
mempersiapkan generasi muda juga sangat tergantung kepada kesiapan masyarakat
yakni dengan keberadaan budayanya. Termasuk didalamnya tentang pentingnya
memberikan filter tentang perilaku-perilaku yang negatif, yang antara lain; minuman
keras, mengkonsumsi obat terlarang, pergaulan bebas, dan lain-lain yang dapat
menyebabkan terjangkitnya penyakit HIV/AIDS. Generasi muda saat ini harus
diselamatkan dari era globalisasi ini karena banyak kebudayaan-kebudayaan yang asing
yang masuk dan tidak semua sama dengan kebudayaan luhur bangsa Indonesia, seperti
kebudayaan hubungan bebas. Pada saat ini, kebebasan bergaul sudah sampai pada
tingkat yang menguatirkan. Para generasi mudah dengan bebas dapat bergaul antar
jenis. Tidak jarang dijumpai pemandangan di tempat-tempat umum, para remaja saling
berangkulan mesra tanpa memperdulikan masyarakat sekitarnya.
Pembentukan karakter generasi penerus bangsa perlu ditanamkan sejak mulai dini
melalui perbuatan-perbuatan kebajikan sesuai dengan nilai-nilai luhur bangsa yang ada
dalam nilai-nilai Pancasila. Melalui Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) diharapkan
generasi penerus bangsa yang besar ini dapat merajut kedamaian dalam bingkai negara
kesatuan Republik Indonesia dan terlepas dari sisi negatif dampak globalisme yang
dapat merusak peradaban bangsa dan negara melalui perbuatan-perbuatan radikalisme
bangsa, vandalisme, penyalahgunaan obat-obatan terlarang serta kehidupan bebas di
abad super modern ini.
B. Target Kompetensi
2. Menentukan masalah kepengawasan yang penting diteliti baik untuk keperluan tugas
pengawasan maupun untuk pengembangan karir sebagai pengawas PLB.
5. Mengolah dan menganalisis data hasil penelitian pendidikan baik data kualitatif
maupun data kuantitatif dengan jujur.
1. Ruang Lingkup
Ruang Lingkup Modul I Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan Pengawas
Sekolah terdiri atas: a) konsep dasar penelitian; b) identifikasi, rumusan masalah
penelitian, dan landasan teori; c) metodologi dan instrumen penelitian; d)
pengolahan, analisis, interpretasi data, laporan penelitian, dan penulisan karya tulis
ilmiah non-penelitian; dan e) pembimbingan dan pelatihan profesional guru dan atau
kepala sekolah.
Kegiatan Pembelajaran dan Alokasi waktu terinci seperti tabel 1 di bawah ini.
Alokasi Waktu
No Kegiatan Pembelajaran
In-1 On 1n-2
1 Mengkaji Konsep Dasar Penelitian Pendidikan 3 JP
Jumlah 28 JP 20 JP 8 JP
F. Penilaian
Penilaian sikap dilakukan sejak awal sampai akhir kegiatan baik In-1 maupun In-2
secara terus menerus yang dilakukan oleh narasumber untuk setiap materi. Namun,
penetapan nilai akhir aspek sikap dilakukan terakhir. Penilaian aspek sikap
sebagaimana unsur yang ditetapkan merupakan kesimpulan terhadap sikap peserta.
Hasil penilaian sikap dituangkan dalam format Lembar Penilaian Sikap diserahkan
kepada kepada operator SIM.
Nilai Akhir (NA) peserta pelatihan PKB moda tatap muka tahap In-1, tahap On, dan
tahap In-2 diperoleh dengan formula sebagai berikut :
Batas nilai kelulusan adalah perolehan nilai akhir > 70. Peserta yang mendapat nilai
akhir > 70 akan mendapatkan sertifikat. Peserta yang mendapat nilai akhir 70 tidak
mendapatkan surat keterangan.
Pengantar
Pada tahap ini, para pengawas sekolah baik secara individu atau berkelompok mempelajari,
membahas, dan mendiskusikan materi: Mengkaji Konsep Dasar Penelitian Pendidikan;
Merumuskan Masalah, Tujuan, Landasan Teori, dan Metodologi Penelitian;
Mengembangkan Instrumen, Mengumpulkan, Menganalisis, dan Menginterpretasi Data
Penelitian; Menyusun dan Mempublikasikan Karya Tulis Ilmiah; serta Menyusun dan
Melaksanakan Program Pembimbingan Dan Pelatihan Profesional Guru Dalam
Melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
A. Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari konsep dasar penelitian, Saudara diharapkan mampu menguasai
berbagai pendekatan, jenis, dan metode penelitian dalam pendidikan.
Penelitian ilmiah adalah kegiatan sistematis, terkontrol, empiris, dan kritis dari
proposisi-proposisi hipotesis tentang hubungan-hubungan yang diperkirakan antara
gejala-gejala alam Kerlinger (1978). Penelitian adalah cara mencari kebenaran
dengan menggunakan metode ilmiah. Adapun tahapan umum dari metode ilmiah,
adalah: (1) merumuskan atau memformulasikan masalah; (2) melakukan kajian/studi
literatur berkenaan dengan masalah; (3) merumuskan pertanyaan atau menyusun
hipotesis penelitian; (4) mengumpulkan dan mengolah data untuk menguji hipotesis;
dan (5) membuat inferensi atau kesimpulan (Kadir, 2016). Selanjutnya Djaali (2008),
bahwa penelitian ilmiah bertumpu pada dua proses, yaitu proses teoretis dan proses
empirik. Kedua proses tersebut bermula dari sebuah masalah. Proses teoretis
dimulai dari pengkajian teori-teori ilmiah/konsep yang akan dipergunakan dalam
analisis, pembahasan hasil penelitian relevan, penyusunan kerangka teori dengan
menggunakan premis-premis, dan perumusan hipotesis. Sementara proses empirik
dimulai dari pengumpulan data, pengolahan data, penyajian data, dan pengujian
hipotesis. Produk dari proses teoretis adalah hipotesis dan produk dari proses
empirik adalah data untuk menguji hipotesis. Sedangkan produk dari kedua proses
tersebut adalah inferensi (kesimpulan).
Dengan demikian bahwa penelitian adalah kegiatan yang dilakukan secara sistematis
melalui proses kajian teoretis yang berujung kepada hipotesis dan yang diuji
kebenarannya secara empiris melalui pengumpulan dan analisis data, serta menarik
kesimpulan berdasarkan permasalahan penelitian. Penelitian pendidikan dilakukan
untuk mengembangkan, menguji atau menemukan teori, konsep, prinsip, dan
pengetahuan ilmiah untuk memberi solusi atau penyelesaian atas masalah-masalah
kependidikan. Penelitian berbasis pembelajaran memegang peranan penting untuk
memperbaiki proses dan produk dari kinerja sistem pendidikan. Pendidik dan Tenaga
Kependidikan merupakan Sumber Daya Manusia pendidikan memiliki posisi terdepan
untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pendidikan. Oleh karena itu, harus
dibekali pengetahuan dan pengalaman penelitian ilmiah, sehingga dapat
mengembangkan pembelajaran yang berkualitas berbasis hasil penelitian.
2. Tahapan Penelitian
Tujuan penelitian merupakan kalimat yang menjelaskan adanya hasil, sesuatu yang
diperolah setelah penelitian selesai, sesuatu yang akan dicapai/dituju dalam sebuah
penelitian. Rumusan tujuan mengungkapkan keinginan peniliti untuk memperoleh
jawaban atas permasalahan penelitian yang diajukan. Oleh karena, rumusan tujuan
harus relevan dengan identitas masalah yang ditemukan, rumusan masalah dan
mencerminkan proses penelitian. Tujuan penelitian berisi: 1) arah atau fokus
pelaksanaan penelitian, dan (2) menjelaskan tentang hasil penelitian yang akan
dicapai.
Secara garis besar terdapat dua manfaat penelitian pendidikan, yaitu manfaat
teoretis dan manfaat praktis. Manfaat teoretis adalah bahwa hasil penelitian
pendidikan memperkuat, memperkaya khasanah teori serta menjadi landasan teori
bagi perancangan pendidikan dan pengajaran. Sedangkan manfaat praktis adalah
bahwa hasil penelitian pendidikan berguna untuk memberikan solusi nyata secara
praktek pendidikan dan pengajaran bagi penyelenggara pendidikan.
Secara khusus, manfaat penelitian, diantaranya:
a. Menghasilkan peta yang dapat mendeskripsikan keadaan pendidikan serta
mendeskripsikan tentang kemampuan sumber daya pendidikan.
b. Sarana diagnosis faktor atau penyebab suatu kegagalan dan masalah
pendidikan yang dihadapi untuk dicari penyelesaiannya.
c. Bahan dasar untuk menyusun suatu kebijakan, termasuk strategi dalam
pengembangan pendidikan.
d. Bahan masukan yang dapat memberikan gambaran mengenai kemampuan
dalam peralatan, pembiayaan, perbekalan dan tenaga kerja yang memiliki
peran dalam keberhasilan pendidikan.
5. Pendekatan Penelitian
2) Berdasarkan Maksud
Penelitian menurut maksud adalah penelitian yang generalisasinya sangat
terbatas atau tidak memiliki generalisasi. Penelitian ini dapat diklasifikasi:
a) Penelitian Dasar (Murni) adalah penelitian yang bertujuan untuk
mengembangkan dan memperbaiki teori. Penelitian ini menemukan
teori-teori untuk mendukung pelaksanaan pendidikan dan pengajaran.
Kegunaan hasil penelitian ini tidak segera dipakai namun dalam waktu
jangka panjang juga akan terpakai.
3) Berdasarkan Metode
Penelitian menurut metode adalah penelitian berdasarkan strategi dan
prosedur pelaksanaan penelitian.
a) Peneltian Survei adalah penelitian yang dilakukan pada populasi besar
atau kecil dengan mempelajari data dan sampel yang diambil dari
populas, proses pengumpulan datanya menggunakan kuesioner.
2) Berdasarkan pendekatan
a) Pendekatan Longitudinal adalah penelitian yang dilakukan dengan ciri:
waktu penelitian lama, memerlukan biaya yang relatif besar, dan
melibatkan populasi yang mendiami wilayah tertentu, dan dipusatkan
pada perubahan variabel amatan dari waktu ke waktu. Penelitian ini
secara umum bertujuan untuk mempelajari pola dan urutan
perkembangan dan/atau perubahan sesuatu hal, sejalan dengan
berlangsungnya perubahan waktu.
D. Aktivitas Pembelajaran
Secara berpasangan atau mandiri, silahkan Saudara temukan jawaban dari 3 (tiga)
pertanyaan di bawah ini!
1. Hakekat penelitian pendidikan ilmiah adalah …
Secara mandiri, silakan Saudara membaca kembali materi tentang jenis penelitian
kemudian jawablah pertanyaan dibawah ini!
1. Buat peta konsep klasifikasi penelitian menurut tujuan, pendekatan, bidang ilmu,
dan variabel .
2. Buat peta konsep dari klasifikasi penelitian menurut jenis, maksud dan metode!
E. Latihan
Pilihlah satu jawaban yang benar dengan memberi tanda silang (x) pada huruf A, B, C,
atau D
3. Penelitian yang bersifat praktis, ada unsur kolaborasi, dan peneliti juga berperan
sebagai praktisi, merupakan ciri dari penelitian ....
A. Evaluasi
B. Tindakan
C. Korelasi
D. Eksperimen
F. Rangkuman
1. Penelitian adalah kegiatan yang dilakukan secara sistematis melalui proses
pengumpulan data, pengolahan data, serta menarik kesimpulan berdasarkan analisis
data menggunakan metode dan teknik tertentu.
2. Ada beberapa jenis klasifikasi jenis penelitian, tapi yang perlu diingat dalam modul ini
adalah:
Dari berbagai literatur yang ada jenis penelitian sangat banyak. Pada tabel 4 merupakan
rangkuman tentang klasifikasi penelitian menurut Sugiyono.
4. Naturalistik
5. Policy Research
6. Evaluasi
7. Action Research
8. Evaluasi
9. Sejarah
Pada tabel 5 berikut ini merupakan tabel rangkuman klasifikasi penelitian menurut
Suharsimi Arikunto.
Tabel 4. Rangkuman Klasifikasi Penelitian Menurut Suharsimi Arikunto
Bidang Kealamian
Tujuan Pendekatan Tempat Variabel
Ilmu Kuantitatif Kualitatif
Penelitian Penelitian Penelitian Penelitian Deskriptif Penelitian Fenomenolo
Eksploratif Longitudinal Eksakta Perpustakaan Non gis
(pendekatan Eksperimen
bujur)
Kebijakan Antropologi
(Policy
Research)
G. Umpan Balik
Cocokkanlah jawaban Saudara dengan kunci jawaban kegiatan pembelajaran 1 yang
terdapat di bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban benar yang Saudara miliki.
Kemudian gunakan rumus di bawah ini untuk mengetahui tingkat penguasaan Saudara
terhadap kegiatan pembelajaran 1.
Membandingkan karakteristik
1 pendekatan kualitatif dan
kuantitatif
Tindak lanjut:………………………………………
A. Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari kegiatan pembelajaran 2 tentang merumuskan rumusan tujuan
penelitian, landasan teori, dan metodologi penelitian diharapkan Saudara mampu:
1. menentukan masalah kepengawasan yang penting diteliti baik untuk keperluan
tugas pengawasan maupun untuk pengembangan karir sebagai pengawas.
2. menyusun proposal penelitian pendidikan baik kualitatif maupun kuantitatif.
C. Uraian Materi
1. Identifikasi dan Rumusan Masalah Penelitian Pendidikan
a. Identifikasi Masalah
Semua jenis penelitian berawal dari adanya masalah. Apakah masalah itu?
Masalah adalah kesenjangan antara kondisi ideal dengan kondisi nyata atau
kesejenjangan (gap) antar idealitas dan realitas. Masalah penelitian pendidikan
yang berkaitan dengan tugas pengawas sekolah berkisar pada supervisi akademik
dan supervisi manajerial. Supervisi akademik sasarannya adalah guru, sedangkan
sasaran supervisi manajerial adalah kepala sekolah. Dengan demikian masalah
penelitian pengawas sekolah meliputi permasalahan guru dan kepala sekolah
dalam menjalankan tugas mereka. Terdapat empat topik atau permasalahan yang
berkaitan dengan supervisi akademik yaitu: 1) standar kompetensi lulusan (SKL),
2) standar isi, 3) standar proses, dan 4) standar penilaian ( 4 Standar yang diambil
dari Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005)
b. Perumusan Masalah
2. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian diungkapkan secara singkat sesuai dengan permasalahan
penelitian yang telah diidentifikasi dan dirumuskan. Tujuan umum dan khusus
dikemukakan secara jelas sehingga dapat diukur tingkat pencapaian
keberhasilannya. Kata-kata operasional yang dapat digunakan untuk menuliskan
tujuan penelitian antara lain: mendeskripsikan (to descibe), menelaah (to analysis),
mempelajari (to study), menyelidiki (to investigate), menemukan (to discovery/find
out), dan menguji (to examine).
3. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian adalah untuk mengemukakan hal penting bersifat teoretis
(kepentingan ilmiah) dan hal penting terkait sifat praktis (kepentingan terapan).
Berkenaan dengan manfaat praktis, misalnya manfaat untuk siswa, guru, sekolah,
dan manfaat untuk dinas pendidikan.
4. Landasan Teori
a. Deskripsi Konseptual dan Konstruk Variabel Penelitian Kuantitatif
5. Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir berisi penjelasan secara teoretis pertautan atau keterkaitan logis
antar variabel yang akan diteliti. Penjelasan tentang keterkaitan antara variabel
penelitian berisi argumentasi logis yang dibangun berdasarkan teori-teori yang
melandasi variabel penelitian. Berbagai penjelasan ilmiah mengenai keterkaitan atau
pertautan antar variabel yang diuraikan pada kerangka berpikir diakhiri dengan
menyusun diagram alir atau model hipotetis. Model hipotesis atau konstelasi antar
variabel merupakan penyederhanaan dari penjelasan argumentatif mengenai
keterkaitan antar variabel penelitian. Oleh karena itu, pada setiap penyusunan model
(paradigma) penelitian harus didasarkan pada kerangka berpikir.
6. Perumusan Hipotesis
Berdasarkan kerangka berpikir disusun hipotesis penelitian atau hipotesis tindakan
yang berisi jawaban sementara yang diuji kebenarannya melalui data penelitian.
7. Metode/Metodologi Penelitian
Metode penelitian adalah cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan
kegunaan tertentu (Sugiyono, 2015), sedangkan Metodologi Penelitian adalah
prosedur ilmiah yang memuat hal-hal pokok berkaitan dengan tempat dan waktu
penelitian, metode dan desain, populasi dan sampel, teknik sampling, instrumen,
teknik pengumpulan data, teknik analisis data, dan hipotesis statistika (jika penelitian
kuantitatif).
Tempat:
Penelitian ini dilakukan di SMK binaan
Pemilihan tempat didasarkan pada pertimbangan (1)........, (2)......., dsb.
Waktu:
Penelitian dilaksanakan berlangsung selama 3 bulan, yaitu Januari
sampai maret 2017. Rincian kegiatan penelitian tersebut adalah sbb.:
persiapan penelitian, koordinasi persiapan tindakan, pelaksanaan,
monitoring dan evaluasi, dan refleksi.
b) Subyek Penelitian
Data Penelitian:
Persentase nilai aktivitas guru selama pelatihan berbasis masalah
Persentase nilai kemampuan menyusun proposal PTS
Sumber Data:
Primer (hasil pengamatan praktek oleh guru SMK)
Sekunder (dokumen proposal PTK yang pernah dibuat sebelumnya)
Sekunder (dokumen hasil penelitian relevan sebelumnya)
e) Validitas Data
h) Prosedur Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh guru di 3 SMK Negeri di Solo
sebanyak 100 guru. Sampel diambil 30 % dari populasi yakni 30 guru
sebagai peserta pelatihan.
c. Pretest
2. Pelaksanaan Penelitian
a. Pelaporan
b. Penggandaan
Keterangan:
O1 = nilai pretest (sebelum diberi perlakuan)
O2 = nilai postest (setelah diberi perlakuan)
XE = perlakuan pada kelompok eksperimen
Xk = perlakuan pada kelompok kontrol
4) Instrumen Penelitian
random
5) Teknik sampling. Data
Pengumpulan
random sampling.
6) Teknik Analisis Data
7) Hipotesis
8) Prosedur Penelitian
Waktu
Kegiatan Penelitian Juli Agus Okt Nov Des
2017 2017 2017 2017 2017
1. Persiapan penelitian
a. Penyusunan instrumen
penelitian
b. Uji coba instrumen
2. Pelaksanaan Penelitian
a. Pengumpulan Data
b. Pengolahan Data
c. Analisis dan Interpretasi
data
3. Pelaporan Penelitian
a. Pelaporan
b. Publikasi
2) Rancangan/Desain Penelitian
X1
Y
X2
Keterangan:
X1 = Variabel Independent (misal Pengetahuan evaluasi)
X2 = Variabel Independent (misal Kepemimpinan akademik kepala sekolah)
Y = variabel terikat (misal Kemampuan melakukan penilaian otentik)
Populasi dalam penelitian ini adalah 700 guru dari suatu Kabupaten. Sampel
penelitian adalah 120 orang guru yang dipilih secara acak. Teknik sampel yang
digunakan adalah Sample Random Sampling.
random sampling.
random sampling.
D. Aktivitas Pembelajaran
2)
1 Supervisi Akademik
b. Standar Isi
1)
2)
2)
d. Standar Penilaian
1)
2)
a. Standar Pengelolaan
1)
2)
b. Standar Pendidik dan Tenaga
1)
Kependidikan
2)
Supervisi
2
Manajerial c. Standar Sarana Prasarana
1)
2)
d. Standar Pembiayaan
1)
2)
3 Pengintegrasian a. Kegiatan PPDB 1)
Nilai PPK (religius, b. Kegiatan UAS/UN
2)
nasionalis, mandiri, c. Kegiatan Kesiswaan
gotong royong, dst 3)
integritas)
Dst
Penelitian
1
Tindakan b. b. b.
a. a. a.
2 Penelitian Evaluatif
b. b. b.
a. a. a.
Penelitian
3
Eksperimen b. b. b.
a. a. a.
4 Penelitian Korelasi
b. b. b.
c) c)
2 Penelitian Evaluatif:
……………………… a)
………………………
…… b)
c)
3 Penelitian
Eksperimen: a) a)
………………………
……………………… b) b)
……
c) c)
4 Penelitian Korelasi:
……………………… a) a)
………………………
…… b) b)
c) c)
3. Tentukan populasi, sampel, dan teknik sampel pada SMK binaan Saudara;
LK 2.4.3. Menentukan Metodologi , Tempat dan Waktu, Desain, dan Hipotesis Penelitian
5. Hipotesis penelitian
LK 2.4.4. Menentukan Metodologi, Populasi, Teknik Pengumpulan dan Teknik Analisis Data
Penelitian
6. Analisis datanya
Hasil supervisi seorang pengawas menunjukkan bahwa sebagian besar guru binaan
terkendala kenaikan pangkatnya karena tidak terpenuhi unsur pengembangan profesi.
Diskusi pada forum-forum MGMP hampir sebagian besar guru mengeluh kurang mampu
dalam pelaksanaan penelitian dan penyusunan karya tulis ilmiah terutama berkaitan
dengan PTK. Berdasar permasalahan tersebut rancanglah sebuah proposal Penelitian
Tindakan Sekolah.
Judul Penelitian
Peneliti
BAB I Pendahuluan
a. Latar Belakang
b. Rumusan Masalah
E. Latihan/Kasus/Tugas KP 2
Pilihlah satu jawaban yang benar dengan memberi tanda silang (x) pada huruf A, B, C,
atau D
1. Berikut ini adalah landasan teori yang tidak boleh dijadikan referensi dalam penelitian:
2. Jika judul penelitian seperti berikut. “Kontribusi gaya kepemimpinan kepala sekolah
dan lingkungan kerja terhadap iklim organisasi sekolah mentari pagi”. Gaya
kepemimpinan merupakan:
A. variabel moderator
A. Tujuan penelitian
B. Masalah penelitian
C. Hipotesisi penelitian
D. Variabel penelitian
A. Hipotesis
B. Variabel
C. Fokus penelitian
D. Identifikasi penelitian
6. Penelitian yang menekankan pada keluasan informasi (bukan kedalaman) dan dapat
generalisasikan, adalah :
A. Penelitian evaluatif
B. Penelitian tindakan
C. Penelitian kuantitatif
D. Penelitian kualitatif
F. Rangkuman
1. Masalah penelitian pendidikan yang berkaitan dengan tugas pengawasan pendidikan
ada 2, yaitu: Supervisi akademik dan supervisi manajerial. Supervisi akademik
mencakup standar kompetensi kelulusan, standar isi, standar proses, dan standar
penilaian. Sasaran supervisi akademik adalah guru. Supervisi manajerial mencakup
standar pengelolaan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana
prasarana dan standar pembiayaan. Sasaran supervisi manajerial adalah kepala
sekolah.
3. Dalam memilih landasan teori harus relevan dengan variabel-variabel penelitian. Dari
rumusan masalah kemudian setelah didukung landasan teori, dapat dirumuskan
hipotesis.
4. Metodologi Penelitian
a. Komponen metode penelitian tindakan:
1) Setting penelitian
2) Subjek penelitian
3) Data dan sumber data
4) Teknik pengumpulan data
5) Teknik pemeriksaan data
6) Teknik analisis data
7) Indikator kinerja / keberhasilan
8) Prosedur kenelitian
b. Komponen metode penelitian evaluatif:
1) Jenis vealuasi
2) Model evaluasi
3) Tempat dan waktu evaluasi
4) Populasi dan sampel evaluasi
5) Teknik pengumpulan data dan instrumen
6) Validitas dan reliabilitas instrumen
7) Teknik analisis data
G. Umpan Balik
Cocokkanlah jawaban Saudara dengan kunci jawaban kegiatan pembelajaran 1 yang
terdapat di bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban benar yang Saudara miliki.
Kemudian gunakan rumus di bawah ini untuk mengetahui tingkat penguasaan Saudara
terhadap kegiatan pembelajaran 1.
BELUM
NO TUJUAN PEMBELAJARAN TERCAPAI KET
TERCAPAI
Menentukan masalah
kepengawasan yang penting
diteliti baik untuk keperluan
1
tugas pengawasan maupun
untuk pengembangan karir
sebagai pengawas
Tindak lanjut:………………………………………
I. Kunci Jawaban
Kunci Jawaban Latihan Soal Kegiatan Pembelajaran 2.
1. D 6. C
2. B 7. D
3. B
4. B
5. A
A. Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari kegiatan pembelajaran 3 tentang instrument penelitian,
mengumpulkan, menganalisis, dan menginterpretasi data penelitian, diharapkan
Saudara mampu melaksanakan penelitian pendidikan untuk pemecahan masalah
pendidikan, dan perumusan kebijakan pendidikan yang bermanfaat bagi tugas pokok
dan tanggung jawabnya dengan mengintegrasilkan nilai penguatan pendidikan karakter
religius, gotong royong, dan integritas.
C. Uraian Materi
1. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat pengumpul atau penjaring data penelitian. Secara
garis besarnya instrumen peneltian terbagi atas dua, yaitu instrumen tes dan non-tes.
a. Tes
Tes adalah sederetan pertanyaan atau latihan atau alat yang digunakan untuk
mengukur prestasi, potensi akademik, intelegensi keterampilan, kemampuan
atau bakat yang dimiliki individu atau kelompok. Tes prestasi adalah tes yang
diberikan kepada peserta didik setelah mengikuti proses pembelajaran untuk
mengukur penguasaan seperangkat pengetahuan atau konten kurikulum. Tes
potensi akademik dan intelegensi adalah tes yang digunakan untuk mengukur
kemampuan abilitas/laten/potensi kecerdasan yang dimiliki seseoarng. Tes bakat
adalah tes yang digunakan untuk menjaring bakat khusus, misalnya bakat seni,
b. Angket/Kuesioner
o Penataran apa saja yang pernah Saudara ikuti yang menunjang tugas
Kepengawasan Saudara
No. Jenis Penataran Tempat Penataran Lama Penataran
1. …………………………. …………………………. …………………..
2. …………………………. …………………………. …………………..
3. …………………………. …………………………. …………………..
c. Skala
Proses interaksi edukatif antar siswa dan guru dalam suatu lingkungan
pendidikan adalah sesuatu yang menyenangkan bagi saya.
A. Sangat Setuju
B. Setuju
C. Netral
D. Tidak Setuju
E. Sangat Tidak Setuju
d. Wawancara
e. Observasi
f. Dokumentasi
Dokumentasi berasal dari asal kata dokumen, yang artinya tertulis. Dalam
penelitian penggunaan instrumen berbentu dokumentasi, dilakukan untuk
menyelidiki benda-benda tertulis, bergambar, rekaman, foto, portofolio hasil kerja
siswa. Contoh buku-buku, majalah, dokumen peraturan-peraturan, notulen rapat,
dan sebagainya.
Untuk mengembangkan instrumen baru, ada beberapa langkah yang perlu dilakukan
(Creswell, 2007):
3. Pengujian Instrumen
a. Validitas Instrumen
b. Reliabilitas Instrumen
Instrumen yang reliabel jika digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang
sama akan menghasilkan data yang sama. Pengukuran yang memiliki reliabilitas
tinggi disebut sebagai pengukuran yang reliabel (reliable). Beberapa nama lain
seperti keterpercayaan, keterandalan, keajengan, kestabilan, konsistensi, dan
sebagainya namun ide pokok yang terkandung dalam konsep reliabilitas adalah
sejauhmana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya (Azwar, 2001: 5).
Hasil pengukuran dapat dipercaya hanya apabila dalam beberapa kali
pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok subyek yang sama diperoleh hasil
relatif sama, selama aspek yang diukur dalam diri subjek memang belum berubah.
Dalam hal ini, relatif sama berarti tetap adanya toleransi terhadap perbedaan-
a. Pengertian Data
Data adalah sesuatu yang belum mempunyai arti bagi penerimanya dan masih
memerlukan pengolahan. Data dapat berwujud suatu keadaan, gambar, suara,
huruf, angka, matematika, bahasa ataupun simbol-simbol lainnya yang
digunakan sebagai bahan untuk melihat lingkungan, obyek, kejadian ataupun
suatu konsep.
b. Jenis-jenis Data
Data penelitian dengan pendekatan kuantitatif berbeda dengan data penelitian
dengan pendekatan kualitatif. Metode pengumpulan data untuk masing-masing
pendekatan pun berbeda, namun pada dasarnya memiliki tujuan yang sama.
Dengan pendekatan yang berbeda, maka secara tidak langsung jenis data juga
berbeda. Pada umumnya data penelitian terdiri dari berbagai jenis sesuai dengan
klasifikasi perolehanya. Berikut ini merupakan penjelasan klasifikasi data sesuai
perolehannya.
1) Berdasarkan cara memperoleh
Data penelitian yang didasarkan pada cara memperolehnya dibagi dua yakni
data primer dan data sekunder.
a) Data primer
Data Primer adalah data yang dikumpulkan oleh peneliti secara langsung
dari sumber datanya secara faktual dan aktual. Data primer disebut juga
sebagai data asli atau data baru yang memiliki sifat up-to-date. Teknik
pengumpulan data primer antara lain: observasi, wawancara, diskusi
terfokus (focus grup discussion-FGD) dan penyebaran kuesioner. Contoh
data primer, seperti hasil rekaman wawancara yang dilakukan oleh peneliti
kepada guru sekolah tertentu secara langsung untuk memperoleh
preferensi tentang kepemimpinan kepala sekolahnya.
b) Data sekunder
Data Sekunder adalah data yang dikumpulkan oleh peneliti secara tidak
langsung dari sumber datanya secara faktual dan aktual. Data
dikumpulkan oleh peneliti dari berbagai sumber yang telah ada (peneliti
sebagai tangan kedua). Data dimaksud telah dikumpulkan oleh pihak lain.
Contoh data sekunder seperti data dari Biro Pusat Statistik (BPS), buku,
laporan, jurnal, data hasil penelitian LPPKS dari tentang kinerja kepala
sekolah.
Data penelitian yang didasarkan pada Sumbernya dibagi dua yakni data
internal, dan data eksternal.
a) Data internal
Data Internal adalah data yang menggambarkan keadaan atau kegiatan
dalam suatu organisasi. Contoh data internal seperti data sarana
prasarana sekolah, data pegawai, data keuangan, dan lain sebagainya.
b) Data eksternal
Data eksternal adalah data yang menggambarkan suatu keadaan atau
kegiatan di luar suatu organisasi. Contoh data eksternal seperti data
jumlah keterserapan alumni sekolah, tingkat animo masyarakat pada
sekolah, persebaran alumni, dan lain sebagainya.
3) Berdasarkan sifat
Data penelitian yang didasarkan pada sifatnya dibagi dua yakni data
kuantitatif (yang berbentuk angka), dan data kualitatif (yang berbentuk kata-
kata/kalimat).
a) Data Kuantitatif
Data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka atau bilangan. Sesuai
dengan bentuknya, data kuantitatif dapat diolah atau dianalisis
menggunakan teknik perhitungan matematika atau statistika. Data
kuantitatif dapat dikelompokkan berdasarkan cara mendapatkannya yaitu
1) data diskrit dan 2) data kontinum, sedangkan berdasarkan sifatnya,
data kuantitatif terdiri atas 1) data nominal, 2) data ordinal, 3) data interval
dan 4) data rasio.
Data diskrit adalah data dalam bentuk angka (bilangan) yang diperoleh
dengan cara membilang. Data diskrit diperoleh dengan cara membilang
sehingga berbentuk bilangan bulat, bukan bilangan pecahan. Contoh data
diskrit seperti: (1) Jumlah SMK Negeri Ciputat; (2) Jumlah siswa laki-laki
di SMK Negeri Jakarta; (3) Jumlah guru matematika di SMK Negeri di
Kabupaten Badarmas sebanyak 7 orang; dan (4) Jumlah tenaga
kependidikan pada SMK X sebanyak 15 orang.
Data nominal atau disebut data kategori adalah data yang diperoleh
melalui pengelompokan obyek berdasarkan kategori tertentu. Perbedaan
kategori obyek hanya menunjukkan perbedaan kualitatif. Contoh data
nominal seperti: (1) Data jenis kelamin: Laki-laki; Perempuan, angka (1)
untuk laki-laki dan angka (2) untuk perempuan pada data jenis kelamin
hanya merupakan simbol untuk membedakan dua kategori jenis kelamin.
Angka-angka tersebut tidak memiliki makna kuantitatif. Artinya bahwa
angka (2) pada jenis kelamin perempuan tidak berarti lebih besar dari
angka (1) pada jenis kelamin laki-laki. Terhadap kedua data (angka)
tersebut tidak dapat dilakukan operasi matematika (+,-,x,:). Artinya bahwa
secara matematik (1) = laki-laki, (2) = perempuan, maka (1) + (2) ≠ (3),
karena tidak ada kategori (3) yang merupakan hasil penjumlahan (1) dan
(2). Contoh lain adalah status pernikahan yang terdiri dari tiga kategori
yaitu: (1) Belum menikah, (2) Menikah, (3) Janda/Duda. Data tersebut
memiliki sifat-sifat yang sama dengan data tentang jenis kelamin yang
tidak bermakna (1) lebih atau kurang dari (2) atau (3).
Data ordinal adalah data yang berasal dari suatu objek atau kategori yang
disusun secara berjenjang menurut besarnya. Setiap data ordinal memiliki
tingkatan tertentu yang dapat diurutkan mulai dari yang terendah sampai
tertinggi atau sebaliknya. Namun demikian, jarak atau rentang antar
jenjang yang tidak harus sama. Dibandingkan dengan data nominal, data
ordinal memiliki sifat berbeda dalam hal urutan. Terhadap data ordinal
berlaku perbandingan dengan menggunakan fungsi pembeda yaitu “>”
dan “<”. Walaupun data ordinal dapat disusun dalam suatu urutan, namun
belum dapat dilakukan operasi matematika (+,–,x,:). Contoh data ordinal
seperti: (1) Data Tingkat Pendidikan, (2) Taman Kanak-kanak (TK), (3)
Sekolah Dasar (SD); (4) Sekolah Menengah Pertama (SMP); (5) Sekolah
Menengah Atas (SMA)/Sekolah Menengah Kejuruan (SMK); (6) Diploma,
dan (7) Sarjana. Urutan ini menunjukkan bahwa SD memiliki tingkatan
lebih tinggi dibandingkan dengan TK dan lebih rendah dibandingkan
dengan SMP. Namun demikian, data tersebut tidak dapat dijumlahkan,
misalnya SD (2) + SMP (3) ≠ (5) Diploma. Dalam hal ini, operasi
matematika (+,–, x, :) tidak berlaku untuk data ordinal. Demikian pula
dalam satu kelas yang menunjukkan urutan prestasi belajar tertinggi
Data interval adalah data hasil pengukuran yang dapat diurutkan atas
dasar kriteria tertentu serta menunjukan semua sifat yang dimiliki oleh
data ordinal. Data interval memiliki sifat kesamaan jarak (equality interval)
atau rentang yang sama antara data yang telah diurutkan. Oleh karena
kesamaan jarak tersebut, maka dengan data interval dapat dilakukan
operasi matematika penjumlahan dan pengurangan (+,–). Namun masih
ada sifat yang belum dimilikinya yakni tidak adanya angka Nol mutlak
pada data interval. Contoh data interval seperti:
Data rasio adalah data yang menghimpun semua sifat yang dimiliki oleh
data nominal, data ordinal, serta data interval. Data rasio adalah data
yang berbentuk angka dalam arti yang sesungguhnya karena dilengkapi
dengan titik Nol absolut (mutlak) sehingga dapat diterapkan semua
bentuk operasi matematika (+,–,x,:). Sifat-sifat yang membedakan antara
data rasio dengan jenis data nominal, ordinal, maupun interval. Contoh
data rasio seperti:
(1) Data hasil pengukuran panjang suatu benda yang dinyatakan dalam
ukuran meter memiliki sifat data rasio.
Benda yang panjangnya 1 m berbeda secara nyata dengan benda
yang panjangnya 2 m sehingga dapat dibuat kategori benda yang
berukuran 1 m dan 2 m (sifat data nominal). Ukuran panjang benda
dapat diurutkan mulai dari yang terpanjang sampai yang terpendek
3 m, 2 m, 1 m (sifat data ordinal). Perbedaan antara benda yang
panjangnya 1 m dengan 2 m memiliki jarak yang sama dengan
perbedaan antara benda yang panjangnya 2 m dan 3 m (sifat data
interval). Kelebihan sifat yang dimiliki data rasio ditunjukkan oleh
dua hal yaitu: (1) Angka 0 m menunjukkan nilai mutlak yang artinya
tidak ada benda yang diukur; serta (2) Benda yang panjangnya 2 m,
2 kali lebih panjang dibandingkan dengan benda yang panjangnya 1
m yang menunjukkan berlakunya semua operasi matematik. Kedua
hal tersebut tidak berlaku untuk jenis data nominal, data ordinal,
maupun data interval.
(2) Data hasil pengukuran berat suatu benda yang dinyatakan dalam
ukuran kilogram memiliki sifat data interval.
Benda yang beratnya 1 kg berbeda secara nyata dengan benda
yang beratnya 2 kg. Ukuran berat benda dapat diurutkan mulai dari
yang terberat sampai yang terringan. Perbedaan antara benda yang
beratnya 1 kg. dengan 2 kg memiliki rentang berat yang sama 2 kg
dengan 3 kg. Angka 0 kg menunjukkan tidak ada benda (berat)
b) Data Kualitatif
Responden
No Pernyataan/Pertanyaan
1 2 3 4 5 6 7 dst
b) Distribusi Frekuensi
(1) Tabel Distribusi Frekuensi Tunggal
Tabel Distribusi Frekuensi Tunggal adalah tabel yang digunakan
untuk menyusun distribusi data dalam frekuensi dengan distribusi
yang bersifat tunggal.
CONTOH DISTRIBUSI FREKUENSI TUNGGAL
Sumber Data: …
1-3 0 0 1 2 0 1 4 4,44 %
4-7 4 8 13 11 6 4 46 51,11 %
8-10 7 5 10 7 5 6 40 44,44 %
Jumlah 11 13 14 20 11 11 90 100
Sumber Data:…
Keterangan:
(1) Grade 1-3 (Rendah) untuk guru yang dapat grade ini dilabel "Tidak
Layak Guru", yaitu mereka yang mendapat nilai kurang dari 40.
(2) Grade 4-7 (Sedang), yaitu yang nilainya antara 40-70 akan diberi
pembinaan pedagogik dan profesional.
(3) Grade 8-10 (Tinggi), yaitu yang dinyatakan lulus dan mendapat
nilai 70 ke atas akan dijadikan sebagai tutor sebaya bagi guru-guru
yang mendapat grade 4-7.
2) Membuat Diagram
a) Diagram Batang
Diagram Batang adalah grafik yang berbentuk persegi panjang yang
lebarnya sama dan dilengkapi dengan skala atau ukuran dalam interval
tertentu pada pada bidang cartesius. Diagram batang biasanya digunakan
untuk menggambarkan data diskrit (data cacahan). Ada dua jenis diagram
batang, yaitu 1) diagram batang vertikal, dan 2) diagram batang
horizontal.
Contoh Diagram Batang Vertikal
20,5 27,5 34,5 41,5 48,5 55,5 62,5 69,5 76,5 83,5
90,5
c) Diagram Pie/Pastel
144,5 (Lingkaran)
Diagram Pie/Pastel (Lingkaran) adalah grafik atau bagan berupa
lingkaran yang telah dibagi menjadi beberapa bagian sesuai dengan
proporsi data. Biasanya dinyatakan dalam prosentase.
Contoh Diagram (Lingkaran)
d) Diagram Garis
Diagram Garis adalah grafik data berupa garis yang diperoleh dari ruas
garis yang menghubungkan titik-titik pada bilangan. Grafik ini dibuat
dengan 2 sumbu yakni sumbu X menunjukkan bilangan yang sifatnya
tetap, seperti tahun, ukuran dan sebagainya. Sedangkan pada sumbu Y
1) Koleksi Data
a) Catatan Lapangan
CATATAN PENELITI
Data Informan:
Nama : Andika, S. Pd., M.Pd.
Jabatan : Kepala SMK Bulan Bintang
Alamat : Jln. Kapuas No. 38 Kota Bengawan
Tanggal pengamatan/wawancara: 18 April 2017
Informan menjawab: “jujur saja, belum pernah lakukan penilaian diri”. (Catatan
peneliti): situasi saat ditanya cukup membingungkan, karena informan tidak
melakukan penilaian diri, sedangkan penilaian diri akan ditagih pada saat IN-2.
Setelah wawancara, peneliti mencoba menggali informasi dari informan lain,
seperti pengawas SMP dan juga pengawas SD. Dari informasi informan lain
ternyata informan baru saja mengalami kedukaan (suaminya meninggal dunia),
kemudian menikah lagi, namun suaminya terkena penyakit stroke ringan
Interpretasi
sehingga harus dibawa dan ditemani untuk berobat. Menurut peneliti:
peneliti kemungkinan besar, perhatian dan fokus informan tidak kepada pelatihan
atau penyelesaian tagihan-tagihan, karena perhatiannya kepada suami
yang sedang sakit.
CATATAN LAPANGAN
PROVINSI : SULASI
KABUPATEN/KOTA : SINBAL
NAMA TIM ENUMERATOR : MUHAMMAD SYUKRI ABDILLAH
Kode :G3.RW.W-1
Hari : Selasa Tanggal : 15 April 2017 Jam: 15.30
Informan: Guru Posisi:Guru SMK
Nama Subyek: Dra.
Jenis Kelamin: Perempuan Umur: -
Hikmah
Alat Bantu : Camera Foto / Audio Recorder / Video Recorder / Alat Tulis
ISI TRANSKRIP
2) Reduksi Data
Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, maka perlu
dicatat secara teliti dan rinci. Reduksi data dapat diartikan sebagai suatu
proses: 1) pemilihan data; 2) pemusatan perhatian pada penyederhanaan
data; 3) pengabstrakan data; 4) transformasi data: kasar” yang muncul dari
catatan tertulis di lapangan. Reduksi data merupakan bagian tak terpisahkan
dari pengolahan data, berlangsung terus-menerus selama pengumpulan data
kualitatif dilakukan. Pada proses reduksi data dilakukan pemilihan tentang: 1)
data mana yang perlu di kode; 2) data mana yang perlu dibuang; 3) pola
mana yang harus diringkas, dst. Jadi kegiatan reduksi data adalah proses: 1)
penajaman analisis, 2) penggolongan data; 3) pengarahan data; 4)
pembuangan data yang tidak perlu dan; 5) pengorganisasian data sedemikan
rupa untuk bahan penarikan kesimpulan. Proses mereduksi data merupakan
suatu tantangan ketika jumlah data yang dikumpulkan sangat banyak.
Contoh Hasil Reduksi Data (Kodifikasi Dan Penentuan Tema)
PANDANGAN PENELITI
TEMA: Pengembangan Guru
Komentar Peneliti: Kondisi kebingungan kepala sekolah dalam menentukan peserta
semakin menegaskan pernyataan kepala sekolah sendiri bahwa kegiatan
pengembangan sering dilakukan belum terencana atau lebih bersifat insidental.
3) Display/Sajian Data
Display data atau penyajian data dapat berbentuk uraian singkat, bagan,
hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya. Menurut Miles dan
Huberman (1984) “the most frequent form of display data for qualitative
research data in past has been narrative text”. Dengan menyajikan data, maka
peneliti mudah menentukan tema dan pola hubungan antar tema sehingga
akan mempermudah pula untuk membuat proposisi-proposisi. Berikut ini
contoh sajian data dengan temuan pola terkait perencanaan dana
pengembangan profesional.
CONTOH VERIFIKASI
VERIFIKASI: Proposisi Mayor dan Proposisi Minor
Proposisi Mayor: Tetapan anggaran dapat ditentukan dengan pertimbangan
besarnya satuan kegiatan per orang sesuai jarak, lama waktu kegiatan dan
kebutuhan yang terkait.
Proposisi Minor: Sekolah perlu menetapkan besarnya anggaran pembelian buku,
relevansi dan urgensi buku, nominal dana. Pengembalian oleh sekolah dilakukan
dalam tahun pembelian.
Proposisi Minor: Sekolah perlu menetapkan besarnya anggaran per guru per
tahun untuk melakukan kegiatan MGMP termasuk uang saku, uang penggandaan
bahan dalam satuan waktu dan lokasi tertentu.
Proposisi Minor: Sekolah perlu membuat tetapan pendanaan penelitian bagi guru
untuk pengembangan profesionalnya maupun untuk kepentingan lain seperti
kenaikan pangkat dan sertifikasi.
CONTOH KESIMPULAN
1) Validitas Data
Validitas data merupakan “derajat ketepatan” antara data yang terjadi pada
obyek penelitian dengan daya yang dapat dilaporkan oleh peneliti. Dengan
demikian data yang valid adalah data “yang tidak berbeda” antara data yang
dilaporkan oleh peneliti dengan data yang sesungguhnya terjadi pada obyek
penelitian. Contoh suatu obyek penelitian ada warna merah, maka data
peneliti akan melaporkan bahwa benar ada obyek berwarna merah.
APLIKASI: jika data penelitian menunjukkan bahwa kepala sekolah telah
melakukan langkah-langkah supervisi terhadap guru dengan yang benar,
maka laporan peneliti akan menunjukkan bahwa kepala sekolah telah
melakukan supervisi guru dengan langkah yang benar.
2) Reliabilitas Data
3) Obyektivitas Data
Display Data
Koleksi Data
(penyajian data)
Reduksi Data
Verifikasi/
Kesimpulan
INTERPRETASI PENELITI
Perencanaan dana pengembangan profesional guru dipersepsikan oleh guru-guru SMK
Negeri 1 Bengawan dengan nilai rerata 3,2502 dalam rentang skor 1,00 - 4,00, yang berarti
kriterianya tinggi, sehingga dikonversikan ke kategori yakni perlu/penting. Dengan demikian
kesimpulannya bahwa persepsi guru-guru SMK Negeri 1 Bengawan tentang pentingnya
perencanaan dana pengembangan profesional guru adalah tinggi yang berarti perlu atau
penting
Penelitian Kualitatif
INTERPRETASI PENELITI
Proposisi Mayor:
Dinas Pendidikan sangat perlu/penting melakukan kerjasama dengan sekolah dan pihak
lain seperti universitas dalam menyusun rancangan pengembangan profesional guru
khususnya untuk mendukung sekolah yang mengimplementasikan RSBI.
Kegiatan 3.1 Mengkaji Berbagai Jenis Data dalam Penelitian (45 menit)
Secara berpasangan atau mandiri, buatlah peta konsep jenis-jenis data penelitian yang
sudah Saudara baca pada uraian materi di atas.
Setelah Saudara memahami jenis-jenis data penelitian, Saudara juga perlu memahami
bagaimana data penelitian dimaksud disajikan. Untuk itu Saudara perlu melakukan
kegiatan 4.2 dan mengerjakan LK 4.2 pada kertas yang disediakan. Adapun langkah
kegiatan pembelajaran 4.2 sebagai berikut.
1. Saudara diminta mengikuti penjelasan awal dari pelatih dengan sikap menghargai
2. Selanjutnya secara mandiri dengan antusias dan penuh tanggung jawab, Saudara
mencermati sajian data penelitian sebagai berikut
Terdapat 30 orang guru pada sebuah sekolah. Ada 3 orang berijazah S2; ada 12 orang
berijazah S1 dan lainnya D3. Dalam kepangkatan, golongan III/d ada 13 orang, IV/a ada 15
orang, dan IV/b ada 2 orang. Dari 30 guru tesebut belum tersertifikasi sejumlah 9 orang
dan 21 orang telah tersertifikasi sejak tahun 2010.
Sajian data dalam bentuk tabel Sajian data dalam bentuk grafik
4. Setelah sajian data selesai dikerjakan (di print out), Saudara secara acak diminta
mempresentasikan sajian data.
Kegiatan 3.3. Mengkaji Pengolahan dan Analisis Data Penelitian (115 menit)
LK 3.3.1. Menelaah Perbedaan Sajian dalam Bentuk Tabel/daftar dan Diagram, serta
Menggambarkan Skema Penyajian dan Analisis data Kuantitatif
Diskusikan 2 pertanyaan di bawah dan hasilnya dituliskan pada kertas yang disediakan
kemudian sajikan untuk windows shopping!
1. Jelaskan perbedaan sajian data dalam bentuk tabel/daftar dan diagram!
LK 3.3.2. Menyajikan Data Distribusi Garis dan Kolom Serta Data Frekuensi Kontingensi
Silahkan Saudara cermati tabel di bawah ini serta instruksi yang diberikan, selanjutnya
silahkan Saudara sajikan untuk windows shopping!
Tersedia data dari 20 guru di 4 (empat) Sekolah Binaan sebagai berikut.
Pangkat/Golongan PNS
Nama Asal Jenis
No
Kelamin
Jabatan Iii Iv
Guru Sekolah
A B C D A B C D E
1 A Sekolah A L Guru Madya V
1. Berdasarkan data di atas, Saudara diminta menyajikan data distribusi baris dan kolom
berdasarkan jenis kelamin guru dan pangkat/golongan PNS.
Jika Saudara diberikan data penelitian kuantitatif korelasional dengan rangkuman data
hasil olahan rhitung sebesar 0,564 dan rtabel 0,344 dengan tingkat signifikansi 0,001, karena
rhitung > rtabel (0,564>0,344), apakah hipotesis berikut “ada hubungan yang signifikan antara
keterampilan membaca nyaring dengan pemahaman bacaan” terbukti atau tidak terbukti?
Silahkan diskusikan dan simpulkan data tersebut dan tuliskan pada sarana yang
disediakan!.
E. Latihan KP 3
A. Nominal
B. Ordinal
C. Interval
D. Ratio
A. Nominal
B. Ordinal
C. Interval
D. Ratio
4. Jika dilihat dari nama ruang, jenis data apa sajian data berikut ini:
Data Ruang
SD Negeri 1 Ampar-ampar Pisang
No Nama Ruang Jumlah Satuan Sumber Keterangan
1 Kantor 1 Buah DAK
2 Kelas 1-6 6 Buah Hibah
3 Guru 1 Buah Pinjaman
4 TU 1 Buah Hibah
5 Perpustakaan 1 Buah Hibah
A. Nominal
B. Ordinal
6. Instrumen yang cocok digunakan untuk sampel di daerah yang cukup luas
adalah....
A. Wawancara
B. Observasi
C. Angket
D. Dokumentasi
7. Berikut ini yang BUKAN merupakan alat pengumpul data untuk penelitian kualitatif
A. Tes
B. Observasi
C. Wawancara
D. Dokumentasi
9. Sajian data dalam bentuk diagram berikut ini adalah jenis diagram:
10. Ketika data tersebar masih dalam berbagai format asli seperti catatan peneliti,
transkripsi foto, transkripsi wawancara maupun video, maka data tersebut harus
dipilih. Proses yang dilakukan tersebut termasuk pada tahap:
A. Pengumpulan Data
B. Mereduksi Data
C. Mendisplay Data
D. Memverifikasi
11. Pola hubungan antar tema dapat terbentuk jika peneliti mudah mengakses dengan
mudah semua data. Tahap untuk mempermudah peneliti agar dapat menentukan
tema dan pola hubungan dimaksud adalah….
A. Pengumpulan Data
B. Mereduksi Data
C. Mendisplay Data
D. Memverifikasi
F. Rangkuman KP3
1. Komponen metode penelitian tindakan:
a. Setting penelitian
b. Subjek penelitian
c. Data dan sumber data
d. Teknik pengumpulan data
e. Teknik pemeriksaan data
G. Umpan Balik
jumlahjawabanyangbenar
Tingkat penguasaan = x 100
jumlahsoal
Keterangan:
Angka Predikat
60 Kurang
Apabila Saudara telah mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Saudara dapat
meneruskan dengan modul berikutnya. Mantap! Namun bila tingkat penguasaan
Saudara masih di bawah 80%, Saudara masih harus mengulangi kegiatan pembelajaran
3, terutama bagian yang belum Saudara kuasai.
Mampu melaksanakan
penelitian pendidikan untuk
1
pemecahan masalah
pendidikan,
A. Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari Kegiatan Pembelajaran 4 tentang menyusun dan mempublikasikan
karya tulis ilmiah, Saudara mampu:
1. menyusun penulisan karya ilmiah (artikel) hasil penelitian dan non-hasil penelitian
secara individual;
2. menulis karya tulis ilmiah (KTI) dalam bidang pendidikan dan atau bidang
kepengawasan; dan
3. Memanfaatkan temuan karya tulis ilmiah (KTI) untuk perbaikan mutu pendidikan.
C. Uraian Materi
1. Penulisan Laporan Karya Tulis Ilmiah
Artikel ilmiah adalah bentuk tulisan yang memaparkan hasil penelitian yang telah
dilakukan. Pada dasarnya artikel jenis ini dapat dibagi ke dalam dua kategori,
yakni (1) artikel yang memuat kajian hasil penelusuran pustaka dan (2) artikel
yang berisikan ringkasan hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis. Karya tulis
ilmiah hasil penelitian dibagi menjadi tiga jenis, yakni:
1). Karya tulis ilmiah untuk dipublikasikan lewat majalah ilmiah atau jurnal ilmiah,
yang disebut artikel ilmiah;
2). Karya tulis ilmiah untuk dipresentasikan (dipaparkan) dalam forum seminar
atau diskusi ilmiah, yang disebut makalah ilmiah; dan
3). Karya tulis ilmiah sebagai laporan hasil penelitian, baik penelitian kepustakaan
(normatif) maupun penelitian lapangan (empiris), yang disebut laporan
penelitian.
2) Best Practice
Best practice merupakan karya tulis ilmiah non-hasil penelitian yang isinya
tentang hasil praktik terbaik dalam mengatasi masalah pendidikan. Adapun
sistematika penulisan sebagai berikut.
a) Bagian Awal terdiri atas: halaman judul, halaman pernyataan keaslian,
halaman persetujuan dari atasan langsung dan/atau pejabat terkait, kata
pengantar, abstrak atau ringkasan, daftar Isi, daftar tabel, daftra gambar,
daftar lampiran.
b) Bagian Isi terdiri dari:
(1) Pendahuluan, berisi: paparan latar belakang, masalah, tujuan, dan
manfaat best practice yang dilaporkan.
(2) Metode pemecahan masalah, berisi paparan teori atau pengalaman
yang dijadikan rujukan dalam menyelesaikan masalah, dan metode
Dari uraian mengenai karya ilmiah diatas, baik untuk karya ilmiah hasil penelitian
maupun karya ilmiah non hasil penelitian, salah satu komponen penting yang
selalu ada dalam sistematika penulisan karya ilmiah adalah abstrak.
Abstrak memiliki peran yang sangat penting bagi sebuah karya ilmiah, karena
melalui abstrak pembaca dapat menilai apakah karya ilmiah tersebut layak untuk
dibaca atau tidak. Oleh karena itu, agar abstrak dapat menarik minta pembaca,
diperlukan teknik penulisan tertentu. Berikut hal-hal yang perlu ditulis dalam
sebuah abstrak:
2) Buku
Buku pada umumnya adalah buku pengawasan yang digunakan sebagai acuan
atau pedoman utama pembelajaran. Fungsi, tujuan, dan manfaat buku teks
pelajaran sangat penting dalam pembelajaran. Setiap pembelajaran selalu
didampingi dengan adanya buku teks pelajaran meskipun sudah terdapat bahan
ajar ataupun sumber belajar lainnya. Buku teks pelajaran dapat disesuaikan
dengan kebutuhan pembelajaran, namun untuk buku teks pelajaran tidak
sembarangan dapat digunakan. Buku teks pelajaran memiliki karakteristik khusus
agar buku tersebut layak digunakan sebagai bahan ajar maupun sumber belajar.
Prastowo (2012:170) menyebutkan bahwa terdapat 4 karakteristik buku teks
pelajaran secara umum, karakteristik tersebut antara lain: 1) diterbitkan dan
memiliki ISBN; 2) memiliki misi utama; 3) mengacu pada program Kemdikbud.
Ada beberapa tahapan pengajuan KTI pada forum ilmiah. Berikut ini tahapa
lengkap (tidak semua melalui keseluruhan tahapan):
a. mengakses informasi terkait kualifikasi naskah yang layak diterima dengan
memperhatikan tema, ruang lingkup isi tulisan, ketentuan pemakalah, serta
tanggal penting seperti batas akhir pengiriman abstrak.
b. mengirim (submit) abstrak dan/atau makalah.
c. abstrak dan/atau makalah diseleksi oleh tim
d. mempresentasikan makalah
e. memperbaiki/melengkapi makalah berdasarkan saran saat presentasi di
forum
f. mengirim makalah lengkap
g. naskah direview oleh tim
h. Memperbaiki makalah dengan atau tanpa konsultasi dengan reviewer.
i. mengirim makalah final
Secara umum Prosedur publikasi KTI melalui jurnal adalah sebagai berikut:
a) mengakses gaya selingkung jurnal ilmiah
b) menyusun KTI/artikel sesuai gaya selingkung jurnal yang akan dituju
c) mengirim /submit artikel
d) merevisi artikel berdasarkan catatan reviewer
e) mengirim kembali
D. Aktivitas Pembelajaran
Melalui kegiatan 4.1 Saudara diminta untuk mendeskripsikan jenis-jenis karya tulis
ilmiah. Untuk melaksanakan kegiatan 4.1 ikuti langkah-langkah berikut:
1. Bacalah dengan teliti uraian materi kegiatan pembelajaran 4.
2. Deskripsikan jenis-jenis karya tulis ilmiah berikut dengan berdiskusi dengan rekan-
rekan Saudara dalam kelompok, kemudian tuangkan hasil diskusi tersebut dalam
LK 4.1 berikut.
Modul …………………………………………...............................
Pada kegiatan 4.2 ini Saudara akan menuliskan sistematika masing-masing jenis karya
tulis ilmiah, baik karya tulis ilmiah hasil penelitian maupun non-hasil penelitian. Untuk
mengerjakannya gunakanlah Lembar Kerja 4.2 di bawah ini.
3) ………..
4) Dst
2) ………..
3) ………..
4) Dst
3) ………..
4) Dst
2) ……….
3) ……….
4) Dst
LK 4.3. Setelah saudara mempelajari Karya Tulis Ilmiah, saudara diminta untuk
mengerjakan LK 4.3 dan diskusikan dengan pasangan saudara.
Apakah perbedaan dasar antara Laporan dan Artikel Ilmiah sesuai dengan pemahaman
saudara.
1. 1.
2. 2.
3. 3.
4. 4.
LK 4.4. Setelah saudara mempelajari Cara penulisan abstrak, saudara diminta untuk
mengerjakan LK 4.2 dan diskusikan dengan pasangan saudara.
1.Judui 1. ………………………………………………………….
2.Tujuan 2. …………………………………………………………..
5.Simpulan 5. ……………………………………………………………
6.Kata kunci
Abstrak
Penelitian Tindakan Sekolah ini dilakukan dengan tujuan: (1) Meningkatan kinerja guru-guru
produktif SMK binaan dalam menyusun perencanaan penilaian pembelajaran; (2)
Meningkatkan kualitas dokumen perencanaan penilaian pembelajaran guru-guru produktif
(Administrasi Perkantoran, Akuntansi dan Pemasaran) SMK di sekolah binaan; (3)
Menunjukkan peningkatan kinerja guru-guru produktif (Administrasi Perkantoran, Akuntansi
dan Pemasaran) SMK di sekolah binaan dalam menyusun perencanaan penilaian
pembelajaran. Penelitian ini dirancang sebagai Penelitian Tindakan Sekolah (PTS), dengan
prosedur tindakan yang terdiri dari dua siklus. Subjek penelitian ini adalah guru-guru produktif
SMK di sekolah binaan. Setiap siklus terdiri dari dua kali pertemuan (satu kali tatap muka dan
satu kali non tatap muka atau email naskah perencanaan penilaian). Setiap siklus
dilaksanakan dengan empat tahap, yakni tahap perencanaan, tahap pelaksanaan tindakan,
tahap observasi dan tahap refleksi. Hasil refleksi para siklus digunakan sebagai pertimbangan
untuk merencanakan langkah-langkah yang akan ditempuh pada siklus I dan refleksi siklus I
digunakan sebagai pertimbangan untuk merencanakan langkah-langkah yang akan ditempuh
pada siklus II. Jenis data yang dikumpulkan adalah (1) analisis SK/KD dalam merumuskan
indikator pencapaian kompetensi; (2) Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM); (3) kisi-kisi soal; (4)
Indikator soal; dan (5) Butir soal. Instrumen pengumpul data terdiri dari Instrumen validasi:
analisis SK/KD dalam merumuskan indikator pencapaian kompetensi, KKM, kisi-kisi soal,
indikator soal dan instrumen penilaian (butir soal). Analisis data peneliti lakukan secara
deskriptif kualitatif berdasarkan hasil pencermatan dokumen penilaian. Dengan
mempertimbangkan hasil analisis data dan pembahasan, maka peneliti menyimpulkan bahwa:
(1) Guru-guru produktif(Administrasi Perkantoran, Akuntansi dan Pemasaran) SMK di sekolah
binaan setelah dilakukan Mentoring Pola In-On-In mengalami peningkatan kinerjanya; (2)
Kinerja guru guru produktif(Administrasi Perkantoran, Akuntansi dan Pemasaran) di sekolah
binaan telah mengalami peningkatan dalam menyusun kualitas dokumen perencanaan
penilaian pembelajaran dari pra siklus , siklus I dan siklus II setelah dilakukan Mentoring Pola
In-On-In; (3) Peningkatan kenerja guru-guru produktif (Administrasi Perkantoran, Akuntansi
dan Pemasaran) SMK di sekolah binaan setelah dilakukan Mentoring Pola In-On-In dalam
menyusun perencanaan penilaian pembelajaran dengan perolehan skor rata-rata dari pra
siklus, siklus I dan siklus II adalah 2,03, 2,57 dan 3,33 dengan kategori baik.
2.Tujuan 2. …………………………………………………………..
3. Metodologi 3. …………………………………………………………..
5. Simpulan 5. ……………………………………………………………
E. Latihan/kasus tugas
1. Penelitian yang isinya tentang hasil praktik terbaik dalam mengatasi masalah
pendidikan dinamakan…
A. Jurnal
B. Best Practise
C. Prosiding
D. Telaah pustaka
5. Self instructional, self contained, stand alone, adaptif, user friendly, dan konsisten,
adalah karakteristik dari :
A. Modul
B. Jurnal
C. Prosiding
D. Karya seni
F. Rangkuman
Artikel ilmiah adalah bentuk tulisan yang memaparkan hasil penelitian yang telah
dilakukan. Pada dasarnya artikel jenis ini dapat dibagi ke dalam dua kategori, yakni (1)
artikel yang memuat kajian hasil penelusuran pustaka dan (2) artikel yang berisikan
ringkasan hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis.
Karya tulis ilmiah hasil penelitian dibagi menjadi tiga jenis, yakni: (1) Karya tulis ilmiah
untuk dipublikasikan lewat majalah ilmiah atau jurnal ilmiah, yang disebut artikel ilmiah;
(2) Karya tulis ilmiah untuk dipresentasikan (dipaparkan) dalam forum seminar atau
diskusi ilmiah, yang disebut makalah ilmiah; dan (3) Karya tulis ilmiah sebagai laporan
G. Umpan Balik
Cocokkanlah jawaban Saudara dengan kunci jawaban kegiatan pembelajaran 1 yang
terdapat di bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban benar yang Saudara miliki.
Kemudian gunakan rumus di bawah ini untuk mengetahui tingkat penguasaan Saudara
terhadap kegiatan pembelajaran 4
jumlahjawabanyangbenar
Tingkat penguasaan = x 100
jumlahsoal
Keterangan:
Angka Predikat
91,0 – 100 Amat Baik
81,0 – 90,0 Baik
71,0 – 80,0 Cukup
61,0 – 70,0 Sedang
60 Kurang
Apabila Saudara telah mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Saudara dapat
meneruskan dengan modul berikutnya. Mantap! Namun bila tingkat penguasaan
Saudara masih di bawah 80%, Saudara masih harus mengulangi kegiatan pembelajaran
4, terutama bagian yang belum Saudara kuasai.
Memanfaatkan temuan
karya tulis ilmiah (KTI)
3 untuk perbaikan mutu
pendidikan
Tindak lanjut:………………………………………
I. Kunci Jawaban
1. B
2. A
3. C
4. D
5. A
6. C
A. Tujuan Pembelajaran
Selama dan setelah proses pelatihan berlangsung, Saudara dapat memberikan
bimbingan melalui komitmen bersama antara pengawas dengan guru dan kepala
sekolah kepada guru dan/atau kepala sekolah tentang penelitian tindakan
kelas/penelitian tindakan sekolah, baik perencanaan, maupun pelaksanaannya di
sekolah, dengan penuh tanggung jawab, dan konsisten.
C. Uraian Materi
Tugas pokok pengawas sekolah adalah melaksanakan tugas pengawasan akademik
dan manajerial pada satuan pendidikan yang meliputi penyusunan program
pengawasan, pelaksanaan pembinaan, pemantauan pelaksanaan Standar Nasional
Pendidikan, penilaian, pembimbingan dan pelatihan profesional guru, evaluasi hasil
pelaksanaan program pengawasan, dan pelaksanaan tugas pengawasan di daerah
khusus.
Dalam Kegiatan pembelajaarn ini Saudara diharapkan mampu melatih kepala sekolah
(KS) untuk melakukan penelitian tindakan sekolah (PTS) dan membimbing guru untuk
melakukan penelitian tindakan kelas (PTK), yang merupakan salah satu tugas pokok
Saudara sebagai pengawas. Agar Saudara dapat melaksanakan tugas pelatihan dan
pembimbingan tersebut, terlebih dahulu Saudara harus menguasai konsep tentang PTS
dan PTK. Akan lebih bagus lagi jika Saudara pernah melakukan PTS dan PTK tersebut.
Mengingatkan Saudara dalam persiapan melatih KS dan guru, berikut ini disajikan
konsep PTS dan PTK sebagai berikut.
Penelitian tindakan yang sering dilakukan oleh pengawas dan kepala sekolah adalah
penelitian tindakan sekolah (PTS). Penelitian Tindakan (Action Research) adalah
penelitian yang berorientasi pada penerapan tindakan dengan tujuan peningkatan
mutu atau pemecahan masalah pada suatu kelompok subyek yang diteliti dan
mengamati tingkat keberhasilan atau akibat tindakannya, untuk kemudian diberikan
tindakan lanjutan yang bersifat penyempurnaan tindakan atau penyesuaian dengan
kondisi dan situasi sehingga diperoleh hasil yang lebih baik. Dalam buku lain
dijelaskan mengenai penelitian tindakan adalah suatu bentuk penelitian refleksi diri
yang dilakukan oleh para partisipan dalam situasi-situasi sosial (termasuk
pendidikan) untuk memperbaiki praktik yang dilakukan (BPU PKB-5 Pengembangan
Profesi Pengawas Sekolah, 2013).
Ciri penelitian tindakan (1) bersifat praktis, (2) ada unsur kolaborasi, (3) guru, kepala
sekolah/pengawas sekolah berperan ganda baik sebagai peneliti maupun sebagai
praktisi.
a. Masalah PTS
PTS dilakukan karena adanya masalah. Dengan kata lain, peneliti (pengawas atau
kepala sekolah) merasakan adanya masalah dalam pekerjaannya, yang harus
segera diatasi. Masalah penelitian tindakan yang berkaitan dengan tugas
pengawas sekolah berkisar pada hasil supervisi akademik dan supervisi
manajerial, serta pengintegrasian nilai PPK. Supervisi akademik sasarannya
adalah guru, sedangkan sasaran supervisi manajerial adalah kepala sekolah,
tenaga administrasi, pengelolaan laboratorium, dan pengelolaan perpustakaan.
1) Supervisi akademik
Ada empat permasalahan yang berkaitan dengan supervisi akademik yaitu:
standar kompetensi lulusan (SKL), standar isi, standar proses, dan standar
penilaian;
a) Masalah SKL berkisar pada: kriteria kualifikasi kemampuan peserta didik
yang diharapkan dapat dicapai setelah menyelesaikan masa belajarnya di
satuan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah.
b) Masalah standar isi berkisar pada: kerangka dasar dan struktur kurikulum,
beban belajar, kurikulum tingkat satuan pendidikan, silabus, RPP, dan
kalender pendidikan.
c) Masalah standar proses berkisar pada: perencanaan pembelajaran,
pelaksanaan pembelajaran, penilaian hasil dan proses pembelajaran,
serta pengawasan proses pembelajaran.
d) Masalah standar penilaian berkisar pada: penilaian hasil belajar oleh
pendidik.
Dari berbagai masalah yang mungkin terjadi di sekolah binaan, dapat ditentukan
salah satu fokus masalah yang paling mendesak untuk segera diatasi. Oleh
karena itu calon peneliti harus mampu mengidentifikasi masalah, mencari
penyebab munculnya masalah, dan mencari alternatif tindakan solusi, yang
selanjutnya akan dibuat rumusan masalah penelitian.
Jenis penelitian tindakan yang biasa dilakukan oleh guru adalah PTK. PTK
merupakan serangkaian kegiatan tindakan yang dilakukan di kelas dalam situasi
belajar mengajar dengan tujuan untuk memperbaiki kinerja pembelajaran. Dalam
tindakan tersebut ada unsur tindakan yang dilakukan oleh peneliti, ada subyek
penelitian yang dikenai tindakan, dan ada kinerja peneliti yang diperbaiki. Mengapa
penelitian perlu dilakukan? Pasti jawabannya karena ada masalah. Artinya, tidak
perlu ada penelitian jika tidak ada masalah. Dengan kata lain, penelitian tindakan
kelas selalu diawali dengan adanya masalah pembelajaran di kelas.
a. Masalah PTK
Apakah masalah itu? Masalah adalah kesenjangan yang terjadi antara kondisi
yang seharusnya (ideal) dengan kondisi nyata. Misalnya, kondisi ideal yang
seharusnya terjadi setiap pendidik berijazah S1. Namun kenyataan yang terjadi di
persekolahan tidak semua guru berijazah S1. Berarti dalam hal ini ada
kesenjangan. Kesenjangan itulah yang disebut masalah (perlu dilengkapi data,
fakta, bahkan tabel) yang merupakan alasan perlunya penelitian. Selanjutnya
apakah masalah PTK? Karena PTK berada di kelas dalam suasana proses belajar
mengajar, maka masalah-masalah itulah yang yang disebut dengan masalah PTK.
Karakteristik utama masalah dalam PTK adalah adanya masalah yang dirasa oleh
guru yang harus segera mendapat penyelesaian. Dengan kata lain, guru merasa
adanya masalah yang harus segera diselesaikan. Karakteristik lainnya, masalah
tersebut terjadi di kelas [laboratorium, ruang praktik lainnya, perpustakaan,
lapangan olah raga, alam terbuka, dll. (tempat guru mengajar/siswa belajar)],
terjadi pada saat proses belajar mengajar berlangsung.
Contoh:
• Peserta didik kurang terampil dalam mempresentasikan hasil kerjanya.
Jika penyebab masalah telah ditemukan, maka alternatif tindakan pun dapat
dilakukan. Beberapa contoh alternatif tindakan untuk mengatasi masalah
keterampilan berbicara misalnya dengan penerapan metode bermain peran,
metode diskusi, pendekatan saintifik, dll.
Dari tiga alternatif tindakan yang ditawarkan, peneliti dapat menentukan salah satu
tindakan yang diyakini paling tepat untuk mengatasi masalah tersebut. Untuk
menentukan alternatif mana yang paling tepat, yakinkan pada diri peneliti bahwa
dalam tindakan tersebut terdapat langkah-langkah yang benar-benar dapat
mengatasi penyebab masalah. Yakinkan pula bahwa tindakan tersebut benar-
benar dikuasai oleh peneliti dan bisa dilaksanakan. Meskipun langkah-langkah
c. Judul penelitian
Judul penelitian dapat dibuat setelah masalah dan alternatif tindakan ditentukan.
Untuk membuat judul PTK, rangkaikan antara masalah dan tindakan dengan kata
penghubung yang tepat. dalam sebuah judul PTK. Dalam masalah ini, misalnya
masalah yang akan diteliti adalah keterampilan berbicara peserta didik.
Sedangkan tindakan yang dipilih adalah penerapan metode diskusi. Maka judul
penelitiannya menjadi “Metode Diskusi untuk Meningkatkan Keterampilan
Berbicara Peserta Didik”. Untuk lebih sempurna hendaknya dilengkapi setting
penelitian, baik lokasi di mana peserta didik berada maupun kapan waktu
penelitian tsb dilaksanakan. Maka akan muncul judul PTK sebagai berikut;
“Penerapan Pendekatan Komunikatif untuk Meningkatkan Keterampilan Berbicara
Peserta Didik Kelas XE SMK Bulan Bintang Kota Bengawan Tahun 2017”. Judul
yang baik hendaknya menarik untuk diketahui dan dirumuskan dalam kalimat yang
efektif. Idealnya jumlah kata dalam judul tidak lebih dari 20 kata, mengandung
unsur subyek peneitian, masalah yang diteliti, tindakan yang dilakukan, lokasi, dan
waktu pelaksanaan penelitian. Dalam contoh tersebut diketahui sbb;
Subyek : Siswa Kelas XE
Masalah yang diteliti : Keterampilan berbicara
Tindakan yang dilakukan : Penerapan pendekatan komunikatif
Lokasi penelitian : SMAK Bulan Bintang Kota Bengawan
Waktu pelaksanaan penelitian : Tahun 2017
d. Rumusan masalah
Rumusan masalah selalu diungkapkan dalam bentuk kalimat tanya. Sesuai judul
diatas dapat dibuat rumus masalah sebagai berikut:
1) Bagaimana penerapan pendekatan komunikatif dalam meningkatkan
keterampilan berbicara peserta didik?
2) Bagaimana aktivitas peserta didik dalam pembelajaran dengan pendekatan
komunikatif?
e. Tujuan PTK
Tujuan penelitian tindakan adalah untuk memperbaiki kinerja peneliti dan subyek
yang diteliti. Masih banyak peneliti yang menuliskan tujuan penelitian untuk
melengkapi persyaratan naik pangkat, pemenuhan angka kredit, persyaratan
mengikuti lomba guru berprestasi, dll. Tujuan tsb tidak tepat. Karena angka kredit,
naik pangkat, dan lainnya hanyalah sebagai penghargaan karena sudah
melakukan penelitian.
f. Manfaat Penelitian
PTK bersifat ilmiah. Oleh karena itu peneliti harus berbekal teori. Teori yang
diangkat dalam PTK harus relevan dengan masalah dan tindakan yang diangkat
dalam penelitian. Jika rumusan masalah dalam penelitian tindakan adalah metode
diskusi untuk meningkatkan keterampilan berbicara, maka landasan teori yang
diangkat adalah teori-teori yang berkaitan dengan “metode diskusi” dan “
keterampilan berbicara”. Kumpulkan teori-teori yang relevan tersebut, baik yang
berasal dari sumber primer (buletin penelitian, jurnal penelitian, laporan hasil
penelitian, warta penelitian, dll) maupun sumber sekunder (ensiklopedi, handbook,
telaah hasil penelitian, media non-cetak atau elektronik, dll) untuk dinilai
kualitasnya. Agar dapat menilai kualitas kutipan, upayakan dapat membaca
sumber primer dari penulis aslinya, sebagai sumber pustaka. Hal-hal yang perlu
diuraikan dalam kerangka teori adalah:
1) deskripsi teoretis (teori yang berhubungan dengan keterampilan berbicara:
pengertian tentang keterampilan berbicara, unsur pendukung keterampilan
berbicara, teknik penilaian keterampilan berbicara. Sedangkan teori yang
Salah satu ciri khas PTK adalah adanya siklus dalam tahapan penelitian. Setiap
PTK minimal dua siklus. Suharsimi: 2007, menjelaskan bahwa setiap siklus
terdiri atas 4 tahapan, yaitu:
1) Tahapan perencanaan (planing)
Berisi uraian tentang hal-hal yang dilakukan peneliti sebelum PTK
dilaksanaan. Misalnya: penyusunan proposal/rancangan PTK, penyiapan
RPP, penentuan kolaborator, dan jadwal pelaksanan PTK
2) Tahapan pelaksanaan dan pengamatan (acting)
Dalam tahapan ini peneliti menerapkan tindakan sesuai dengan langkah-
langkah metode yang dirancang yang telah disusun dalam RPP
3) Tahapan pengamatan (observing) :
Bersamaan dengan kegiatan tersebut (setelah tindakan dilakukan, jika
melalui rekaman), peneliti dan kolaborator mengamati palaksanaan
penerapan tindakan menggunakan instrumen yang telah disiapkan. Selain
itu, baik peneliti maupun kolaborator juga mencatat hal-hal penting yang
terjadi selama tindakan berlangsung. Misalnya: bagaimana suasana
berlajar, bagaimana reaksi subyek penelitian terhadap tindakan yang
dilakukan peneliti, dan hal lain yang perlu untuk dicatat terutama yang
berkaitan dengan perubahan keterampilan berbicara peserta didik (sesuai
dengan pokok masalah yang ingin ditingkatkan oleh peneliti). Hal ini
penting karena sangat berguna untuk menentukan tindak lanjut yang akan
dilakukan pada siklus berikutnya.
4) Tahapan refleksi (reflecting)
Tahapan ini diisi dengan temu muka antara peneliti dengan kolaborator.
Kegiatan yang dilakukan adalah mendiskusikan hasil temuan selama
pengamatan berlangsung baik yang ditemukan oleh peneliti maupun
Setelah Saudara memahami konsep PTS dan PTK selanjutnya Saudara dapat
melakukan pembimbingan dan pelatihan guru dan/atau KS dalam melaksanakan
PTK/PTS. Pembimbingan pelatihan profesional guru dan atau kepala sekolah
dilakukan melalui tahapan:
1) penyusunan program pembimbingan dan pelatihan;
2) pelaksanaan program; dan
3) evaluasi hasil pembimbingan dan pelatihan profesional guru dan/atau
kepala sekolah.
4) Laporan hasil pembimbingan dan pelatihan profesional guru dan/atau
kepala sekolah
Untuk menyusun program pembimbingan dan pelatihan guru dan atau KS Saudara
dapat membaca kembali Panduan Kerja Pengawas Sekolah 2015 yang telah
menyajikan berbagai format. Salah satu diantara format tersebut adalah format
program pembimbingan dan pelatihan profesional guru dan/atau kepala sekolah.
Saudara dapat menyusun program pembimbingan dan pelatihan profesional guru
dan/ atau kepala sekolah dengan menggunakan format berikut (sesuai Panduan
Kerja Pengawas Sekolah 2015)
.
LK 5.1 Menyusun Program Pembimbingan dan pelatihan Profesional Guru untuk Membuat
Proposal PTK
Selain menyusun program pembimbingan dan pelatihan profesional guru tentang PTK
dengan ketentuan sbb.
a. Sasaran : seluruh guru binaan Saudara
b. Tujuan : Guru mampu melaksanakan PTK
c. Indikator Keberhasilan:
1) Membimbing guru mengidentifikasi masalah PTK
2) Membimbing guru merumuskan masalah PTK
3) Membimbing guru menentukan alternatif tindakan PTK
4) Membimbing guru menyusun kerangka teori
5) Membimbing guru menyusun hipotesis tindakan
6) Memimbing guru menyusun tahapan siklus PTK
Selain menyusun program dan pelatihan profesional guru tentang PTK, Saudara pun
diminta untuk meyusun rancangan PTS, dengan ketentuan sebagai berikut.
1. Saudara diminta mengikuti penjelasan awal dari narasumber dengan sikap
menghargai sebagai bagian dari budaya mendengar
2. Secara mandiri, Saudara mengerjakan LK 5.2.1
3. Saudara, diminta membaca kasus di bawah ini
Kasus
Sebuah SMK unit gedung baru (UGB) di wilayah A memiliki 3 rombongan belajar (rombel)
sesuai dengan ruang kelas yang tersedia. Selain ruang kelas, SMK tersebut juga memiliki 1
ruang kepala sekolah lengkap dengan toiletnya, 1 ruang guru lengkap dengan toiletnya, 1
ruang UKS, 1 ruang keterampilan, 1 ruang gudang, dan 2 toilet siswi, dan 1 toilet siswa.
Jumlah siswa kelas X ada 42 orang, kelas XI ada 38 orang, kelas XII ada 45 orang. Jumlah
guru ada 6 orang, semuanya perantau dari tanah seberang dengan berbekal ijazah diploma 2
tiga orang, dan sarjana 4 orang. Kelas X, XI, dan XII masing-masing diajar oleh dua guru,
seorang seorang mengajar kelas XII merangkap bendahara BOS, dan seorang lagi mengajar
kelas XI merangkap kepala sekolah. Sedangkan pelajaran agama dan olah raga dilakukan
oleh guru bahasa Indonesia. Karena merangkap guru, kepala sekolah jarang melakukan
supervisi. Guru-guru merasa nyaman meskipun mengajar tanpa RPP. Anehnya nilai USBN
selalu di atas rata-rata kecamatan, walaupun, pengalaman belajar dalam keterampilan menulis
laporan praktik jarang dilakukan, termasuk peringatan hari-hari besar nasional. Guru sering
memberikan soal-soal latihan dalam bentuk pilihan ganda sesuai dengan bentuk soal USBN.
Dua dari 8 guru yang ada di SMK tersebut tinggal di sekolah, menempati ruang UKS.
Sedangkan 2 guru lainnya tinggal di desa sebelah yang jarak tempuhnya melebihi 2,5 jam
Standar Isi
Standar Proses
Standar Penilaian
Standar Pengelolaan
(2)
(3)
(2)
(3)
Setting Penelitian …
Tahapan Siklus
Pelaksanaan (Acting)....
Pengamatan (Observing)....
Refleksi (Reflecting)....
Siklus 2, n …
Teknik Pengolahan
....
Data
Instrumen yang
....
digunakan
Jadwal Penelitian …
E. Latihan/Kasus/Tugas KP 5
Pilihlah satu jawaban yang benar dengan memberi tanda silang (x) pada huruf A, B, C,
atau D
8. Kegiatan pada tahapan perencanaan yang tidak termasuk dalam PTK adalah ....
A. Penyusunan perangkat pembelajaran
B. Mengolah data hasil intervensi tindakan
C. Penentuan indikator keberhasilan tindakan
D. Penyusunan instrumen
9. Diskusi peneliti dengan kolaborator tentang hasil pengamatan tindakan dilaksanakan
dalam tahapan ... pada siklus penelitian.
A. Acting
10. Pencatatan hal-hal penting atas perubahan tingkah laku subyek penelitian, dilakukan
tada tahapan ...dalam siklus penelitian.
A. Acting
B. Planing
C. Observing
D. Reflecting
F. Rangkuman KP 5
1. Penelitian tindakan adalah suatu bentuk penelitian refleksi diri yang dilakukan oleh
para partisipan dalam situasi-situasi sosial (termasuk pendidikan) untuk
memperbaiki praktik yang dilakukan. Dalam dunia pendidikan, dikenal 2 jenis
penelitian tindakan, yaitu, penelitian tindakan sekolah (PTS) dan penelitian tindakan
kelas (PTK)
G. Umpan Balik
Cocokkanlah jawaban Saudara dengan kunci jawaban kegiatan pembelajaran 1 yang
terdapat di bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban benar yang Saudara miliki.
Kemudian gunakan rumus di bawah ini untuk mengetahui tingkat penguasaan Saudara
terhadap kegiatan pembelajaran 5.
jumlahjawabanyangbenar
Tingkat penguasaan = x 100
jumlahsoal
Keterangan:
Angka Predikat
91,0 – 100 Amat Baik
81,0 – 90,0 Baik
71,0 – 80,0 Cukup
61,0 – 70,0 Sedang
60 Kurang
Apabila Saudara telah mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Saudara dapat
meneruskan dengan modul berikutnya. Mantap! Namun bila tingkat penguasaan
Saudara masih di bawah 80%, Saudara masih harus mengulangi kegiatan pembelajaran
1, terutama bagian yang belum Saudara kuasai
BELUM
NO TUJUAN PEMBELAJARAN TERCAPAI KET
TERCAPAI
Memberikan bimbingan
melalui komitmen bersama
antara pengawas dengan
guru dan kepala sekolah
kepada guru dan/atau
kepala sekolah tentang
penelitian tindakan
kelas/penelitian tindakan
sekolah, baik perencanaan,
maupun pelaksanaannya di
sekolah, dengan penuh
tanggung jawab, dan
konsisten.
Tindak lanjut:………………………………………
I. Kunci Jawaban
1. D 6. C
2. D 7. D
3. C 8. B
4. D 9. DD
5. B 10.CC
Menyusun program
2
pembimbingan (LK 5.1)
Menyusun instrumen
penilaian proposal PTK
4 yang telah diisi siklus ke-1
dan ke-2 (LK 6.4).
Melaksanakan
5 pembimbingan tahap 1
(siklus 1)
Melaksanakan
6 pembimbingan tahap 2
(siklus 2)
Pengantar
Pada tahap On, Saudara akan melaksanakan kegiatan sesuai rencana tindak lanjut yang
telah dibuat pada tahap In-1. Kegiatan tersebut meliputi: (1) Melaksanakan PTS berupa
pembimbingan dan pelatihan profesional guru dalam membuat proposal PTK, yang
rancangan proposalnya telah Saudara siapkan pada kegiatan In-1, (2) Menyusun bahan
tayang laporan hasil On the Job Learning. Untuk melaksanakan kegiatan On tersebut, ikuti
tahapan sebagai berikut:
1. Tulislah Proposal lengkap (bab 1, 2, dan 3) yang rancangannya saudara buat pada In-1
(LK 2.5).
2. Laksanakan PTS dengan langkah-langkah sebagai berikut :
a. Menyusun program pembimbingan dan pelatihan profesional guru sekolah untuk
membuat proposal PTK denga memanfaatkan LK 5.1
b. Menyiapkan materi/bahan tayang pembimbingan dan pelatihan profesional guru
dalam membuat proposal PTK.
c. Menyiapkan instrumen penilaian proposal PTK guru
d. Menyiapkan daftar hadir (siklus I dan II).
3. Mintalah testimoni dari peserta (siklus I dan II).
4. Susunlah laporan PTS tentang Pembimbingan dan Pelatihan Profesional Guru dalam
Membuat Proposal PTK.
5. Implementasikan nilai-nilai utama Penguatan Pendidikan Karakter (PPK), yang terdiri
atas: 1) religius, 2) nasionalis, 3) mandiri, 4) gotong royong, dan 5) integritas dalam
pelaksanaan pengawasan. Pertimbangkan pula aspek inklusi tanpa membedakan suku,
agama, ras, golongan, jenis kelamin, status sosial ekonomi, penyandang HIV/AIDS dan
yang berkebutuhan khusus. .
6. Selama melakukan On, Saudara dapat membuka kembali uraian materi pada modul ini.
Disamping itu, Saudara juga dapat memanfaatkan sumber lain yang relevan sebagai
rujukan.
7. Pada akhir tahap On, Saudara menyusun laporan dan mempersiapkan bahan tayang
untuk dipresentasikan pada tahap In-2.
C. Aktivitas Pembelajaran
Dalam pelaksanaan On ini, Saudara akan melaksanakan PTS dengan tindakan berupa
pembimbingan dan pelatihan profesional guru dalam menyusun proposal PTK kelas dan
penyusunan hasil On the job learning . Untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan tersebut,
maka saudara perlu mengikuti dan melaksanakan seluruh rangkaian sebagai berikut.
Pada kegiatan 1.1 ini saudara diminta untuk menyelesaikan rancangan proposal PTS
yang sudah saudara kerjakan pada waktu in-1 untuk melaksanakan kegiatan tersebut
ikuti langkah-langkah berikut:
1. Siapkan L.K. 2.5 yang sudah saudara kerjakan pada In-1
2. Pelajari kembali materi-materi In-1 yang terkait dengan latar belakang identifikasi
masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, landasan teori, hipotesis tindakan, dan
metodologi penelitian.
Pada kegiatan ini Saudara akan menyusun bahan tayang pembimbingan dan pelatihan
profesional guru dalam menyusun proposal PTK dengan mengikuti langkah-langkah
berikut:
1. Pelajari kembali materi-materi pada In-1 mengenai: (a) pendahuluan (latar belakang,
identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, hipotesis tindakan), (b)
landasan teori, hipotesis tindakan (c) dan metodologi penelitian,
2. Buatlah bahan tayang dengan menggunakan MS Power Point yang berisi empat
aspek dalam proposal PTK: pendahuluan, landasan teori, dan metodologi.
Untuk membantu Saudara menyusun bahan tayang, perhatikan tabel berikut:
2 Pendahuluan:
Teknik kutipan
1 Judul …………..
dst
Setelah dilaksanakan kegiatan 1.1 sampai dengan 1.4 pada kegiatan On diatas,
selanjutnya Saudara dapat menyusun laporan PTS. Laporan PTS Saudara dapat
dikembangkan dari proposal yang telah disusun kemudian dilengkapi dengan analisis
dan pembahasan, Kesimpulan. Sistematika Laporan PTS disediakan pada lampiran 3.
A. Tujuan Pembelajaran
Saudara dapat menyusun laporan kegiatan yang telah dilakukan pada tahan On.
C. Aktivitas Pembelajaran
Pada kegiatan ini Saudara diminta menyusun bahan presentasi Laporan Hasil On yang
telah saudara lakukan. Kerjakan bahan presentasi tersebut dengan menggunakan MS
Power Point. Berikut diberikan contoh garis besar bahan presentasi.
COVER
LAPORAN HASIL On
LOGO DINAS PENDIDIKAN KOTA/KAB….
NAMA
NIP
JABATAN
ALAMAT INSTANSI
Isi Laporan Hasil On berupa Bahan Presentasi yang mencakup hal-hal sebagai
berikut.
1. Judul On
2. Tujuan On
3. Pelaksanaan On (kegiatan, jadwal, waktu, tempat, peserta, Catatan-catatan
penting tentang keberhasilan, kendala, maupun solusi sebagai good practices
yang layak untuk didesiminasikan kepada peserta lain
Pengantar
Pada kegiatan 1, Saudara akan mengikuti kegiatan penilaian yang akan dilakukan oleh
narasumber. Berikut ini beberapa hal yang perlu Saudara lakukan:
1. Silahkan Saudara serahkan portofolio hasil ON (laporan ON) kepada narasumber untuk
dinilai.
Pada kegiatan ini, Saudara diberi kesempatan untuk mengkonfirmasi pemahaman Saudara
tentang isi modul yang masih perlu dipertajam dan diperkuat. Kegiatan ini dapat diawali
dengan brainstorming dengan topic bahasan terkait pemahaman isi modul. Selanjutnya
Saudara perlu menyimak penjelasan dari narasumber.
Setelah kegiatan penguatan oleh narasumber usai, maka dengan demikian Saudara telah
mengikuti secara utuh rangkaian kegiatan In-2. Nah sekarang bagaimana perasaan
Saudara? Apa kira-kira rencana Saudara selanjutnya setelah menyelesaikan kegiatan In-1,
On, In-2 dan setelah melalui tahapan penilaian? Kegiatan selanjutnya Saudara diminta untuk
menyusun rencana tidak lanjut yang akan Saudara terapkan terkait hasil belajar atau pasca
In-2. Silahkan ikuti kegiatan 3 berikut.
Pada kegiatan 3, Saudara diminta untuk menyusun rencana tindak lanjut pasca In-2 yang
akan Saudara gunakan sebagai acuan implementasi di tempat Saudara bertugas setelah
Saudara selesai belajar modul. Silahkan menggunakan LK RTL Pasca In-2 berikut ini.
Pilihlah satu jawaban yang benar dengan memberi tanda silang (x) pada huruf A, B, C,
atau D
1. Judul Penelitian “Hubungan Kompetensi Guru dengan Hasil Belajar Peserta Didik”. Hasil
belajar peserta didik merupakan variabel:
A. Independen
B. Intervening
C. Kontrol
D. Dependen
2. Terdapat hubungan yang signifikan antara kompetensi kepala sekolah dengan prestasi
belajar siswa. Hipotesis tersebut merupakan hipotesis penelitian....
A. Tindakan
B. Evaluasi
C. Eksperimen
D. Korelasional
14. Tindakan yang paling sesuai untuk mengatasi siswa pasif adalah penerapan metode ... .
A. presentasi
B. wawancara
C. kerja kelompok
D. tugas mandiri tidak terstruktur
15. Di bawah ini merupakan komponen metode penelitian korelasional, kecuali ... .
A. indikator kinerja
B. tempat dan waktu penelitian
C. rancangan/desain penelitian
D. populasi, sampel, dan sampling
19. Kegiatan yang dilaksanakan untuk mengkaji dan memecahkan suatu masalah
menggunakan prosedur sistematis berlandaskan data empirik disebut ….
A. Penelitian
B. Metoda ilmiah
C. Penelitian kualitatif
D. Penelitian kuantitatif
20. Salah satu perbedaan penelitian kuantitatif dan penelitian kualitatif adalah ….
A. Penelitian .kualitatif sampelnya diambil secara random sedang kan kuantitatif secara
khusus
B. Penelitian kualitatif berorientasi pada proses sedangkan penelitian kuantitatif
berorientasi pada hasil
C. Penelitian kualitatif menunjukkan hubungan antar variable,sedangkan penelitian
kuantitatif bersifat interaktif/timbal balik
D. Penelitian kualitatif bersifat menguji teori sedangkan penelitian kuantitatif bersifat
mengembangkan teori
21. Suatu penelitian dengan cara membagi dua kelompok, yaitu kelompok percobaan dan
kelompok kontrol adalah penelitian....
A. Korelasi
B. Tindakan
C. Eksperimen
D. Evaluasi
22. Penelitian yang bertujuan untuk membandingkan suatu produk, kejadian, kegiatan yang
dijalankan dengan standar yang telah ditetapkan sebelumya adalah penelitian....
A. Korelasi
B. Tindakan
C. Eksperimen
D. Evaluasi
25. Apabila ada data tentang NEGERI dan SWASTA, menurut Saudara data tersebut
termasuk jenis:
A. Nominal
B. Ordinal
C. Interval
D. Ratio
26. Termasuk jenis data apa urutan kepangkatan PNS berikut ini:
(1) Golongan I
(2) Golongan II
(3) Golongan III
(4) Golongan IV
A. Nominal
B. Ordinal
C. Interval
D. Ratio
A. Nominal
B. Ordinal
C. Interval
D. Ratio
28. Jika dilihat dari nama ruang, jenis data apa sajian data berikut ini:
Data Ruang SD Negeri 1 Ampar-ampar Pisang
No Nama Ruang Jumlah Satuan Sumber Keterangan
1 Kantor 1 Buah DAK
2 Kelas 1-6 6 Buah Hibah
3 Guru 1 Buah Pinjaman
4 TU 1 Buah Hibah
5 Perpustakaan 1 Buah Hibah
A. Nominal
B. Ordinal
C. Diskrit
D. Kontinum
31. Pola hubungan antar tema dapat terbentuk jika peneliti mudah mengakses dengan
mudah semua data. Tahap untuk mempermudah peneliti agar dapat menentukan tema
dan pola hubungan dimaksud adalah tahap ….
A. Pengumpulan Data
B. Mereduksi Data
C. Mendisplay Data
D. Memverifikasi
Modul I tentang Pengembangan Profesi melalui Penelitian Pendidikan ini merupakan bagian
yang tidak terpisahkan dari sepuluh modul lainnya untuk Pengembangan Keprofesian
Berkelanjutan Pengawas Sekolah. Berbeda dengan guru yang hanya memiliki kewajiban
melakukan pengembangan keprofesian berkelanjutan, pengawas sekolah mempunyai
kewajiban ganda. Mereka tidak saja harus melakukan pengembangan profesi bagi dirinya,
tetapi juga mempunyai kewajiban melakukan pembimbingan dan pelatihan profesional bagi
guru dalam pengembangan keprofesian berkelanjuran.
Dua hal harus dimiliki oleh pengawas sekolah. yaitu pertama, pengawas sekolah semestinya
mempunyai kemampuan dan pengalaman yang memadai dalam pengembangan profesinya
(lebih khusus dalam pembuatan karya tulis ilmiah), sebelum mereka dapat “membimbing dan
melatih” para guru dan atau kepala sekolah. Kedua, pengawas sekolah juga harus
memahami dengan benar tentang apa dan bagaimana “Pengembangan Keprofesian
Berkelanjutan” yang seharusnya dilakukan oleh guru.
Pada akhirnya, keberhasilan peserta dalam mempelajari modul ini bergantung pada tinggi
rendahnya motivasi dan komitmen peserta dalam mempelajari dan mempraktikkan materi
yang disajikan. Modul ini merupakan salah satu bentuk stimulasi bagi peserta untuk
mempelajari lebih lanjut substansi materi yang disajikan serta penguasaan kompetensi
lainnya
Agung, I Gusti Ngurah (2003). Statistika: Penerapan Model Linear Univariat dan Multivariat.
Jakarta: UI.
Anwar, Ilham. (2010). Pengembangan Bahan Ajar, Bahan Kuliah Online. Direktori UPI.
Bandung
Creswell, Jhon W. (2013). Research Design: Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed.
Terj. Achmad Fawaid. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Cronbach, Lee J. (1984). Essential of Psychologcal Testing. New Yor: Harper an Row
Publishers
Djaali dan Kadir. (2008). Materi Penunjang Kuliah: Metodologi Penelitian Lanjut. Jakarta:
Program Pascasarjana Universitas Negeri Jakarta.
Ferguson G.A, & Takane, Y. (1989). Statistical Analysis in Psychology and Education. San
Francisco: McGraw-Hill Book Company.
Kadir. (2016). Statistika Terapan: Konsep, Contoh dan Analisis Data dengan Program SPSS/
Lisrel dalam Penelitian. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.
Kerlinger, F.N. and Pedhazur, E.J. (1986). Multiple Regression in Behavioral Research. New
York: Rinehart & Winston.
Moleong, Lexy J. (2005). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Penerbit PT. Remaja
Rosdakarya.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2007 tentang
Standar Pengawas Sekolah/Madrasah. Jakarta: Depdiknas
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 143 Tahun 2014
tentang Jabatan Fungsional Pengawas dan Angka Kreditnya. Jakarta: Kemendikbud
Suharsimi, Arikunto. dkk. (2006). Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: Bumi Aksara
Hari/tanggal : ……………………………
Tempat : ……………………………
Siklus ke : ……………………………
dst
KOP SURAT
Surat Keterangan
No.................
Menerangkan bahwa
Nama : ...
NIP : ...
Jabatan : Pengawas ....
...............................
.Nip .... ..............
Wilayah Indonesia terdiri dari ribuan pulau dengan kondisi geografis yang bervariasi dan
diwarnai oleh keanekaragaman budaya, adat istiadat, agama, maupun keyakinan.
Keanekaragaman tersebut dapat menjadi keunggulan jika semboyan Bhinneka Tunggal
Ika mewujud dengan baik pada setiap sendi kehidupan berbangsa. Sebaliknya,
keberagaman akan menjadi bumerang jika perbedaan budaya, adat istiadat, agama,
maupun keyakinan tidak dikelola. Gesekan yang mengarah pada konflik horisontal
sangat mungkin terjadi jika bukannya persamaan namun perbedaan yang dikedepankan
oleh masing-masing pengampu budaya, pemangku adat, pemeluk agama, dan penggiat
keyakinan. Sila ke tiga Pancasila, yaitu Persatuan Indonesia, menjadi jauh dari
kenyataan.
Pancasila sebagai ideologi sudah seharusnya menjadi rujukan dan pegangan utama
dalam pengelolaan pendidikan, baik secara sistem di tingkat nasional maupun
operasional di tingkat sekolah. Secara formal nilai-nilai Pancasila harus diterima,
didukung, dihargai, dan diupayakan perwujudannya secara sungguh-sungguh di setiap
sendi sekolah karena merupakan cita-cita hukum dan cita-cita moral seluruh bangsa
Indonesia.
Implikasi dari Gerakan PPK dalam konteks persekolahan, sebagaimana tertera pada
Konsep dan Pedoman PPK (Kemdikbud, 2017), adalah:
a. pertama adalah penguatan karakter peserta didik dalam mempersiapkan daya saing
siswa dengan kompetensi abad 21 (4Cs), yaitu berpikir kritis (critical thinking),
kreativititas (creative thinking), komunikasi (communication), dan kolaborasi
(collaborative)
b. pembelajaran bermakna yang dilakukan di dalam maupun luar sekolah yang
diwujudkan pada kegiatan-kegiatan yang bersifat intra-kurikuler, ko-kurikuler, ekstra-
kurikuler, dan pengkondisian, pembiasaan sekolah secara terus menerus (habituasi),
serta kegiatan-kegiatan sekolah yang terintegrasi dengan kegiatan komunitas antara
lain seni budaya, bahasa dan sastra, olahraga, sains, keagamaan
c. revitalisasi peran Pengawas, Kepala Sekolah sebagai manajer dan Guru sebagai
inspirator PPK
d. revitalisasi peran Komite Sekolah sebagai badan gotong royong sekolah dan
partisipasi masyarakat
e. penguatan peran keluarga melalui kebijakan pembelajaran 5 (lima) hari sekolah.
Nilai utama Gerakan PPK yang saat ini dikembangkan dari kristalisasi pemikiran Ki
Hadjar Dewantara tersebut adalah: religius, nasionalis, mandiri, gotong royong, dan
integritas (Kemdikbud, 2017). Secara detail, nilai-nilai utama PPK dapat diuraikan
menjadi sub-sub nilai yang perwujudannya dapat diuraikan sebagai berikut.
a. Nilai karakter religius ditunjukkan dalam perilaku mencintai dan menjaga keutuhan
ciptaan: cinta damai, toleransi, menghargai perbedaan agama, teguh pendirian,
percaya diri, kerja sama lintas agama, antibuli dan kekerasan, persahabatan,
ketulusan, tidak memaksakan kehendak, melindungi yang kecil dan tersisih.
b. Nilai karakter nasionalis merupakan cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang
menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa,
lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa, menempatkan
kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya: apresiasi
budaya bangsa sendiri, menjaga kekayaan budaya bangsa, rela berkorban, unggul
dan berprestasi, cinta tanah air, menjaga lingkungan, taat hukum, disiplin,
menghormati keragaman budaya, suku, dan agama.
c. Nilai karakter mandiri merupakan sikap dan perilaku yang tidak bergantung pada
orang lain dan mempergunakan segala tenaga, pikiran, waktu untuk merealisasikan
harapan, mimpi dan cita-cita. Subnilai kemandirian antara lain etos kerja (kerja
Supervisi manajerial adalah kegiatan profesional yang dilakukan oleh pengawas sekolah
dalam rangka membantu kepala sekolah, guru, dan tenaga kependidikan lainnya guna
meningkatkan mutu penyelenggaraan pendidikan dan pembelajaran. Pengawasan
sekolah berkenaan dengan aspek pelaksanaan tugas pemantauan, pembinaan, penilaian
kepala sekolah dalam peningkatan efisiensi dan efetivitas sekolah dalam proses
perencanaan, koordinasi dan pengembangan mutu sekolah. Peran pengawas dalam
supervisi manajerial melakukan fasilitasi kepala sekolah dalam melakukan evaluasi diri
sekolah (EDS) dan merefleksikan hasil-hasilnya untuk melakukan penjaminan mutu
pendidikan. Tugas pokok pengawas dalam melakukan pengawasan manajerial, yaitu
E. Kesimpulan
F. Daftar Pustaka
5. Chen, M. (2010). Education Nation: Six leading edges of innovation in our schools,
dalam Erry Utomo. The development of character education and its’ implementation
at educational unit in Indonesia.Paper is presented for the 8th International APEC
Collaborative Education (IACE) ALCoB Conference in Busan, South Korea, Nov. 24th
to 26th, 2010.
A. Pendahuluan
Semua anak berhak untuk memperoleh kesempatan yang sama dan seluas-luasnya
untuk tumbuh dan berkembang secara optimal, baik fisik, mental maupun sosial. Dalam
hal ini negara memiliki kewajiban untuk memastikan bahwa hak tersebut dilindungi
sehingga kesejahteraan pada anak dapat tercapai.
Untuk mencapai kesejahteraan anak sesuai dengan yang diinginkan maka pendidikan di
keluarga dan lingkungan memegang peranan yang penting. Pola didik di sekolah dan
pola asuh di keluarga berperan sangat penting dalam mengembangkan potensi
akademik dan non-akademik seorang anak. Keyakinan bahwa pendidikan yang baik
merupakan pendidikan yang berfokus pada kurikulum (curriculum centered) harus segera
ditinggalkan dan mulai menerapkan pendidikan inklusif yang berfokus pada semua
anak/peserta didik (children/students centered) tanpa memandang suku, bahasa, agama,
jender, keadaan fisik, keadaan kesehatan, status sosial, dan ekonomi.
Tulisan ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan dasar kepada kepala dan
pengawas sekolah mengenai konsep pendidikan inklusif dan perlindungan kesejahteraan
anak; sejarah pendidikan inklusif dan perlindungan kesejahteraan anak; dan
penyelenggaraan pendidikan inklusif sebagai cara terbaik untuk memastikan
dilaksanakannya perlindungan kesejahteraan anak.
PDBK
Istilah anak/peserta didik berkebutuhan khusus memiliki cara pandang yang lebih luas
dan positif terhadap peserta didik atau anak/peserta didik yang memiliki kebutuhan
yang sangat beragam.
Ditinjau dari penyebabnya, maka kebutuhan khusus dapat dibagi dua bagian, yakni
(1) kebutuhan khusus yang berasal dari diri sendiri dan (2) kebutuhan khusus akibat
dari lingkungan. Salah satu penyebab munculnya kebutuhan khusus dari diri sendiri
adalah disabilitas. Sedangkan kebutuhan khusus yang berasal dari lingkungan
misalnya anak mengalami kesulitan belajar karena tidak dapat konsentrasi dengan
baik dan penyebabnya misalnya suasana tempat belajar yang tidak nyaman.
Di samping itu, kebutuhan khusus juga dapat dibedakan menjadi (1) kebutuhan
khusus umum, (2) kebutuhan khusus individu, dan (3) kebutuhan khusus kekecualian.
Kebutuhan khusus umum adalah kebutuhan khusus yang secara umum dapat terjadi
pada siapapun, misalnya karena sakit tidak bisa belajar dengan baik. Sedangkan
kebutuhan khusus individu (pribadi) adalah kebutuhan yang sangat khas yang dimiliki
oleh seorang individu, misalnya seseorang tidak dapat belajar tanpa sambil
mendengarkan musik. Adapun kebutuhan khusus kekecualiaan adalah kebutuhan
khusus yang ada akibat disabilitas, misalnya kebutuhan berkomunikasi dengan
bahasa isyarat bagi anak dengan hambatan pendengaran.
Pendidikan inklusif di suatu negara dibangun oleh 3 (tiga) pilar yang saling
mempengaruhi satu dengan yang lain, yaitu: (1) budaya; (2) kebijakan; (3) praktik.
(2) (3)
(1)
Di Indonesia tanpa kita sadari budaya pendidikan inklusif juga telah ada sejak lama.
Semboyan ‘Bhinneka Tunggal Ika’ nyata menunjukkan bahwa Indonesia adalah
bangsa yang menjunjung nilai-nilai inklusif, berbeda-beda tetapi tetap satu juga.
Budaya inklusif yang ada di Indonesia juga telah didukung oleh perangkat-perangkat
kebijakan terkait dengan penyelenggaraan pendidikan inklusif baik ditingkat nasional
maupun lokal (provinsi dan kabupaten/kota). Namun yang masih menyisakan
pekerjaan rumah bersama adalah bagaimana praktik penyelenggaraan pendidikan
inklusif di sekolah dan masyarakat.
Konsep perlindungan kesejahteraan anak lahir dari kesadaran bahwa anak perlu
dilindungi guna mencapai sebuah tata kehidupan dan penghidupan yang menjamin
pertumbuhan dan perkembangan yang wajar, baik secara rohani, jasmani, maupun
sosial.
Kesejahteraan anak merupakan suatu tata kehidupan dan penghidupan anak yang
dapat menjamin pertumbuhan dan perkembangan yang wajar, baik secara rohani,
jasmani, maupun sosial2. Kesejahteraan anak dapat pula diartikan sebagai beberapa
kegiatan dan program yang dilaksanakan oleh masyarakat untuk menyampaikan
2
Undang-Undang no. 4 tahun 1979 bab 1 pasal 1
1. Pendidikan Inklusif
Pendidikan Untuk Semua/Education for All dicetuskannya melalui deklarasi
Pendidikan Untuk Semua/Education for All di pada konferensi pendidikan di Jomtien,
Thailand pada pada tahun 1990. Walaupun belum eksplisit namun istilah pendidikan
inklusif telah dimunculkan pada deklarasi ini. Deklarasi Pendidikan Untuk Semua
(PUS) ini berangkat dari kenyataan bahwa di banyak negara : (1) kesempatan untuk
memperoleh pendidikan masih terbatas atau masih banyak orang yang belum
mendapat akses pendidikan, (2) kelompok tertentu yang terpinggirkan seperti
kelompok disabilitas, etnik minoritas, suku terasing dan sebagainya masih
terdiskriminasi dari pendidikan bersama.
Pada kenyataannya, penyelenggaraan hasil konferensi tersebut masih jauh dari yang
diharapkan, khususnya yang terkait dengan kesempatan memperoleh pendidikan
bagi para penyandang disabilitas. Oleh karena itu, pada tanggal 7-10 Juni 1994 di
Salamanca, Spanyol, para praktisi pendidikan khusus menyelenggarakan konferensi
pendidikan kebutuhan khusus (Special Needs Education) yang diikuti oleh 92 negara
dan 25 organisasi international yang menghasilkan Pernyataan Salamanca
(Salamanca Statement) yangmenyatakan agar anak berkebutuhan khusus (children
with special needs) mendapat layanan pendidikan yang lebih baik dan berkualitas.
Dalam konferensi ini istilah inclusive education (pendidikan inklusif) secara formal
mulai diperkenalkan.
3
Johnson&Schwartz (1991, h.167)
Pada tanggal 25 Agustus 1990, melalui Keppres 36/1990, Indonesia telah meratifikasi
Konvensi Hak Anak (KHA) dan dikuatkan dengan terbitnya Undang Undang Nomor
23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak yang mengatur tentang hak dan
kewajiban anak, serta kewajiban dan tanggung jawab negara, pemerintah,
masyarakat, keluarga, dan orangtua. Undang-undang tersebut kemudian
disempurnakan dengan munculnya Undang-Undang no. 35 tahun 2014 tentang
Perubahan atas Undang-Undang Nomor 23 tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak.
Menurut Undang-Undang no. 35 tahun 2014, perlindungan anak adalah segala
Sekolah inklusif adalah sekolah yang mampu mengakomodir kebutuhan semua anak
termasuk kebutuhan khusus anak/peserta didik berkebutuhan khusus sehingga mereka
dapat hadir di kelas, diterima oleh guru, tenaga kependidikan, dan sesama peserta didik,
serta berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran serta menunjukkan pencapaian baik di
bidang akademik maupun non-akademik. Dalam hal mengakomodir kebutuhan semua
anak/peserta didik, sekolah harus selalu memperhatikan prinsip-prinsip dasar Konvensi
Hak-Hak Anak, yaitu: (1) nondiskriminasi; (2) kepentingan yang terbaik bagi anak; (3) hak
untuk hidup, kelangsungan hidup, dan perkembangan; dan (4) penghargaan terhadap
pendapat anak/peserta didik. Dengan demikian mereka dapat berkembang secara wajar,
baik secara jasmani, rohani, dan sosial.
Praktik-praktik di sekolah inklusif sangat sesuai dengan prinsip dasar Konvensi Hak-Hak
Anak yang meliputi: (a) non diskriminasi; (b) kepentingan yang terbaik bagi anak; (c) hak
untuk hidup, kelangsungan hidup, dan perkembangan; dan (d) penghargaan terhadap
pendapat anak. Tindakan bully dan kekerasan terhadap anak/peserta didik di sekolah
inklusif diharapkan tidak akan terjadi karena pihak sekolah (guru dan tenaga
kependidikan) memberikan pengertian kepada semua warga sekolah termasuk orang tua
dan anak/peserta didik baik yang berkebutuhan khusus maupun anak/peserta didik
lainnya tentang keberagamanan yang ada dan hak asasi manusia yang perlu dihormati.
Dengan demikian sekolah yang menyelenggarakan sistem pendidikan inklusif sudah
pasti menerapkan hal-hal positif yang mendukung kesejahteraan anak.
Di sekolah inklusif semua peserta didik harus hadir dan terlibat dalam proses
pembelajaran. Semua upaya untuk menghilangkan hambatan diarahkan untuk
membantu peserta didik berkebutuhan khusus agar mereka dapat berpartisipasi, belajar,
dan berprestasi sesuai dengan kemampuan mereka. Pencapaian tersebut dapat di
bidang akademik maupun non-akademik.
Lingkungan yang aman dan nyaman serta tidak diskriminasi akan menciptakan
lingkungan pendidikan yang mendukung terbentuknya pribadi anak yang sehat secara
emosi dan sosial.
Asesmen pendidikan adalah suatu proses yang sistematis dalam memperoleh informasi
atau data melalui pertanyaan terkait perilaku belajar anak/ peserta didik dengan tujuan
penempatan dan pengembangan pembelajaran (Wallace dan McLoughlin, 1981: 5).
Tujuan melakukan asesmen adalah untuk melihat kebutuhan khusus anak/peserta didik
dalam rangka penyusunan program pembelajaran sehingga dapat melakukan intervensi
pembelajaran secara tepat. Hal ini tentunya dilakukan hanya demi kepentingan
Pengambilan keputusan dilakukan oleh tim yang terdiri dari minimal guru kelas/mata
pelajaran, kepala sekolah, dan orang tua. Sekiranya tersedia maka akan lebih baik
apabila tim juga beranggotakan guru pembimbing khusus atau guru pendidikan khusus
dan professional (tenaga medis, psikolog, terapi dll). Pada saat proses pengambilan
keputusan pun anak/peserta didik juga dilibatkan.
Referal Evaluasi
Gambar 3. Struktur identifikasi dan asesmen digambarkan sebagai berikut ( Mc Loughlin &
Lewis,1981):
Setelah sekolah merancang program bagi peserta didik khususnya bagi peserta didik
berkebutuhan khusus berdasarkan kebutuhan anak/peserta didik yang merupakan hasil
asesmen, maka sekolah diharapkan dapat melakukan penyesuaian-penyesuaian di
berbagai hal guna menjamin pemenuhan hak dan partisipasi anak/peserta didik
berkebutuhan khusus dalam proses pembelajaran.
Adaptasi dan penyediaan alat bantu dapat dilakukan setelah proses identifikasi dan
asesmen selesai dilaksanakan sehingga bantuan yang disediakan sesuai dengan
kebutuhan anak/peserta didik.
E. Penutup
Pendidikan inklusif dan Perlindungan Kesejahteraan Anak bukanlah suatu hal yang
terpisah. Sebaliknya pendidikan inklusif merupakan salah satu cara terbaik untuk
menjamin perlindungan kesejahteraan anak. Praktik-praktik pendidikan inklusif sangat
memperhatikan pemenuhan hak anak/peserta didik sehingga mereka dapat tumbuh dan
berkembang secara wajar pada ranah kognitif, emosi, dan sosial yang akhirnya potensi
akademik dan non-akademik anak/peserta didik tersebut dapat tergali secara maksimal.
Dengan menerapkan Pendidikan inklusif maka diharapkan sekolah dan masyarakat
dapat memastikan bahwa semua anak/peserta didik dihargai haknya dengan begitu
bullying dan kekerasan terhadap anak/pesert didik dapat dihilangkan. Tujuan akhir dari
Dapat dikatakan juga bahwa pendidikan inklusif adalah juga merupakan salah satu
strategi untuk mempromosikan masyarakat inklusif, dimana semua anak dan orang
dewasa dapat berpartisipasi dan berkontribusi dalam kehidupan bermasyarakat tanpa
melihat adanya perbedaan jender, usia, kemampuan, etnis, disabilitas, ataupun status
kesehatannya akibat HIV. (Stubbs S. Publication online What is Inclusive Education?
Concept Sheet).
F. Daftar Pustaka
1. Ainscow, Mel. & Miles, Susie. (2009). Developing inclusive education systems: how
can we move policies forward. United Kingdom: University of Manchester.
2. Choate, S. Joyce. (2013). Pengajaran inklusif yang sukses: cara handal untuk
mendeteksi dan memperbaiki kebutuhan khusus. Jakarta: Helen Keller International.
3. Damanik, Tolhas. (2016). Akomodasi yang wajar. Jakarta: Helen Keller International.
4. Firdaus, Endis. (2010). Pendidikan Inklusif di Indonesia. Bandung: Universitas
Pendidikan Indonesia.
5. Glazzard, Jonathan et.al. (2016). Asih Asah Asuh Anak Berkebutuhan Khusus di
Sekolah Dasar. Yogyakarta: PT Kanisius.
6. http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/195903241984031-
ZAENAL_ALIMIN/MODUL_1_UNIT_2.pdf
Pada bulan Januari 2017, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
telah menerbitkan Permendikbud No.3 Tahun 2017 tentang Penilaian Hasil Belajar oleh
Pemerintah dan Penilaian Hasil Belajar oleh Satuan Pendidikan. Peran pengawas
dalam peraturan tersebut memang tidak secara harfiah disebutkan, akan tetapi
mengingat tugas dan fungsinya, pengawas sekolah perlu untuk menguasai konsep,
penilaian, penyusunan kisi-kisi, dan penulisan butir soal. Hal ini terutama didasarkan
pada point-point Permendikbud No.3 Tahun 2017 berikut ini:
1. Pasal 2 ayat 2: “Penilaian hasil belajar oleh Satuan Pendidikan dilakukan melalui US
(ujian sekolah) dan USBN (ujian sekolah berstandar nasional)”
A. Konsep Penilaian
1. Pengertian
2. Prinsip Penilaian
Dalam melaksanakan penilaian, agar hasilnya dapat diterima oleh semua pihak,
penilaian harus merujuk kepada prinsip-prinsip penilaian. Berikut merupakan
prinsip-prinsip penilaian.
a. Sahih
Agar penilaian sahih (valid) harus dilakukan berdasar pada data yang
mencerminkan kemampuan yang diukur.
b. Objektif
Penilaian tidak dipengaruhi oleh subjektivitas penilai. Karena itu perlu
dirumuskan pedoman penilaian (rubrik) sehingga dapat menyamakan persepsi
penilai dan meminimalisirsubjektivitas.
c. Terpadu
Penilaian merupakan proses untuk mengetahui apakah suatu kompetensi
telah tercapai? Kompetensi tersebut dicapai melalui serangkaian aktivitas
dalam pengembangan profesi.
d. Terbuka
Prosedur penilaian dan kriteria penilaian harus terbuka, jelas, dan dapat
diketahui oleh siapapun yang berkepentingan.
e. Sistematis
Penilaian dilakukan secara berencana dan bertahap dengan mengikuti
langkah-langkah yang baku,
g. Akuntabel
Penilaian dapat dipertanggungjawabkan, baik dari segi teknik, prosedur, maupun
hasilnya.
3. Penilaian Kelas
Penilaian kelas merupakan suatu bentuk kegiatan guru yang terkait dengan
pengambilan keputusan terhadap pencapaian kompetensi atau hasil belajar peserta
didik yang mengikuti proses pembelajaran tertentu. Oleh sebab itu penilaian kelas
lebih merupakan proses pengumpulan dan penggunaan informasi oleh guru untuk
menilai hasil belajar peserta didik berdasarkan tahapan belajarnya. Berikut diuraikan
model-model Penilaian Kelas dan Pemanfaatan Hasil Ujian (Puspendik, 2004).
a. Tes Tertulis
Tes tertulis merupakan kumpulan soal-soal yang diberikan kepada peserta didik
dalam bentuk tulisan. Dalam menjawab soal, peserta didik tidak selalu harus
merespon dalam bentuk jawaban, tetapi juga dapat dilakukan dalam bentuk lain
seperti memberi tanda, mewarnai, menggambar dan sejenisnya.
Bentuk soal tes tertulis dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu soal dengan
memilih jawaban yang sudah disediakan (bentuk soal pilihan ganda, benar-salah,
dan menjodohkan) dan soal dengan memberikan jawaban secara tertulis (bentuk
soal isian, jawaban singkat dan uraian).
b. Penilaian Kinerja
Penilaian kinerja merupakan penilaian yang dilakukan dengan mengamati
kegiatan peserta didik dalam melakukan sesuatu. Penilaian ini tepat dilakukan
untuk menilai ketercapaian kompetensi yang menuntut peserta didik
menunjukkan kinerjanya. Cara penilaian ini dianggap lebih otentik daripada tes
tertulis karena apa yang dinilai lebih mencerminkan kemampuan peserta didik
yang sebenarnya.
c. Penilaian Produk
Penilaian produk adalah penilaian terhadap keterampilan dalam membuat suatu
produk dan kualitas produk tersebut. Penilaian produk tidak hanya diperoleh dari
hasil akhir, namun juga proses pembuatannya. Pengembangan produk meliputi 3
tahap yaitu tahap persiapan, tahap pembuatan, dan tahap penilaian.
d. Penilaian Projek
Penilaian projek merupakan kegiatan penilaian terhadap suatu tugas yang harus
diselesaikan dalam periode/waktu tertentu. Tugas tersebut berupa suatu
kegiatan investigasi sejak dari perencanaan, pengumpulan data,
pengorganisasian, pengolahan dan penyajian data.
e. Penilaian Sikap
Penilaian sikap merupakan salah satu penilaian berbasis kelas terhadap suatu
konsep psikologi yang kompleks. Pengukuran sikap dapat dilakukan dengan
berbagai cara, diantaranya dengan menggunakan lembar observasi, pertanyaan
langsung, dan penggunaan skala sikap.
f. Penilaian Portofolio
Penilaian portofolio adalah penilaian terhadap sekumpulan karya peserta didik
yang disusun secara sistematis dan terorganisasi, yang diambil selama proses
pembelajaran dalam kurun waktu tertentu. Penilaian ini digunakan guru maupun
peserta didik untuk memantau perkembangan pengetahuan, keterampilan, dan
sikap peserta didik.
B. Penyusunan Kisi-Kisi
1. Pengertian
Kemampuan
No. Kompeten Kompetensi Level Indikator No.
yang Diuji/ Tema
Urut si Inti Dasar Kognitif Soal Soal
Materi
Keterangan:
- Isi pada kolom 2 dan3 adalah harus sesuai dengan pernyataan yang ada di dalam
silabus/kurikulum. Penulis kisi-kisi tidak diperkenankan mengarang sendiri atau
menguranginya, karena kurikulum ini adalah kurikulum minimal.
- Isi pada kolom 4 didasarkan UKRK (urgensi, kontinyuitas, relevansi, keterpakaian
dalam kehidupan sehari-hari) pada KD
- Isi pada kolom 5, level kognitif: pemahaman dan pengetahuan, aplikasi, atau
penalaran.
- Isi pada kolom 6, Tema= personal, lokal/nasional, atau global.
- Isi pada kolom 7 pernyataannya dirumuskan terdiri dari: audience, behaviour,
condition, dan degree (A,B,C,D).
- Isi pada kolom 8 adalah nomor urut butir soal.
a. Kisi-kisi harus dapat mewakili isi atau materi yang akan diujikan secara tepat dan
proporsional.
b. Komponen-komponennya diuraikan secara rinci, jelas,dan mudah dipahami.
c. Materi yang hendak ditanyakan atau diukur dapat dibuatkan soalnya.
Indikator soal dalam kisi-kisi merupakan pedoman dalam merumuskan soal yang
dikehendaki. Kegiatan perumusan indikator soal merupakan kegiatan akhir dalam
penyusunan kisi-kisi. Indikator yang baik adalah indikator yang dirumuskan secara
singkat dan jelas. Syarat indikator yang baik adalah:
Ada dua model penulisan indikator (Safari, 2005). Model pertama adalah
menempatkan kondisinya di awal kalimat. Sedangkan model yang kedua adalah
menempatkan objek dan perilaku yang harus ditampilkan di awal kalimat. Setiap
indikator soal, rumusannya terdiri dari A=Audience, B=Behavior, C=Condition,
D=Degree. Adapun jenisnya adalah seperti berikut. Agar butir soal yang dihasilkan
berdasarkan rumusan indikator soal dapat menuntut tingkat kemampuan tinggi atau
higher order thinking skills (HOTS), dibutuhkan kemampuan berpikir seperti: kritis,
logis, reflektif, metakognitif, dan kreatif (King dkk, 2010:1).
1. Pengertian
Soal bentuk pilihan ganda adalah soal yang jawabannya harus dipilih dari beberapa
kemungkinan jawaban yang telah disediakan. Secara umum, setiap soal pilihan
ganda terdiri dari pokok soal (stem) dan pilihan jawaban (option). Pilihan jawaban
terdiri atas kunci jawaban dan pengecoh (distractor). Menulis soal bentuk pilihan
ganda sangat diperlukan keterampilan dan ketelitian (Safari, 2000). Hal yang paling
sulit dilakukan dalam menulis soal bentuk pilihan ganda adalah menulis
Keterangan:
B = kelompok bawah (kelompok yang belum memahami materi)
T = kelompok tengah, (kelompok yang belum tuntas memahami materi)
A = kelompok atas (kelompok yang sudah tuntas memahami materi)
Wujud soalnya terdiri dari: (1) dasar pertanyaan/stimulus (bila ada), (2) pokok soal
(stem), (3) pilihan jawaban yang terdiri dari: kunci jawaban dan pengecoh (Nitko,
2001).
a. permintaan
pengecoh
Pilihan jawaban b. propaganda (distractor)
(…) tanda ellipsis
(Option) c. pengumuman
(pernyataan yang
d. penawaran * kunci jawaban
sengaja
dihilangkan)
Kaidah penulisan soal bentuk pilihan ganda terdiri dari tiga aspek, yaitu aspek materi,
konstruksi, dan bahasa atau budaya.
a. Materi
b. Konstruksi
1) Pokok soal harus dirumuskan secara jelas dan tegas.
2) Rumusan pokok soal dan pilihan jawaban harus merupakan pernyataan yang
diperlukan saja.
3) Pokok soal jangan memberi petunjuk ke arah jawaban yang benar.
4) Pokok soal jangan mengandung pernyataan yang bersifat negatif ganda
5) Panjang rumusan pilihan jawaban harus relatif sama.
6) Pilihan jawaban jangan mengandung pernyataan, “Semua pilihan jawaban di
atas salah”, atau “Semua pilihan jawaban di atas benar”.
c. Bahasa
1) Setiap soal harus menggunakan bahasa yang sesuai dengan kaidah Bahasa
Indonesia.
2) Setiap soal menggunakan bahasa yang komunikatif.
3) Jangan menggunakan bahasa yang berlaku setempat.
4) Pilihan jawaban jangan mengulang kata atau frase yang bukan merupakan
satu kesatuan pengertian.
Penulisan soal pilihan ganda yang tersulit adalah menyusun pengecoh (distractor).
Menyusun pengecoh yang baik harus memiliki alasan akademik yang dapat
dipergunakan untuk meremedi peserta tes. Berikut ini adalah contoh menyusun
pengecoh (Fahmi, 2017).
Contoh.
1. 48 : 4 – 2 x 3 = ....
A. 6*
B. 8
C. 30
D. 72
Penjelasan:
Kunci : 48 : 4 – 2 x 3 = 12 – 6 = 6
Pengecoh (C) : 48 : 4 – 2 x 3 = 12 – 2 x 3 = 10 x 3 = 30
Pengecoh (D) : 48 : 4 – 2 x 3 = 48 : 2 x 3 = 24 x 3 = 72
Pengecoh (B) : 48 : 4 – 2 x 3 = 48 : 2 x 3 = 48 : 6 = 8
1. Pengertian
Soal bentuk uraian adalah soal yang menuntut jawaban siswa dalam bentuk uraian
secara tertulis.Menulis soal bentuk uraian diperlukan ketepatan dan kelengkapan
dalam merumuskannya (Safari, 2017). Ketepatan yang dimaksud adalah bahwa
Kelebihan dan kelemahan bentuk soal uraian di antaranya adalah seperti berikut ini
(Safari, 2017).
KELEBIHAN KELEMAHAN
4. Biaya pembuatannya lebih murah. 4. Untuk nilai pada awal koreksi nilai
sangatketat, tetapisetelah mengoreksi
5. Mampu mengukur jalan pikiran siswa dalam jumlah banyak nilai agak longgar
secara urut, sistematis,logis. sehingga kurang objektif.
6. Mampu memberikan penskoran yang tepat 5. Tidak mampu mencakup materi esensial
pada setiap langkah siswa. seluruhnya.
Kaidah penulisan soal bentuk pilihan ganda terdiri dari tiga aspek, yaitu aspek materi,
konstruksi, dan bahasa atau budaya.
a. Materi
b. Konstruksi
1) Ada petunjuk yang jelas mengenai cara mengerjakan soal
2) Rumusan kalimat soal/pertanyaan menggunakan kata tanya atau perintah
yang menuntut jawaban terurai
3) Gambar/grafik/tabel/diagram dan sejenisnya harus jelas dan berfungsi
4) Ada pedoman penskoran
c. Bahasa
1) Rumusan kalimat soal/pertanyaan komunikatif
2) Butir soal menggunakan bahasa Indonesia yang baku
3) Tidak mengandung kata-kata/kalimat yang menimbulkan penafsiran ganda
atau salah pengertian
3. Pedoman Penskoran
Pedoman penskoran adalah pedoman yang memuat jawaban dan skor sebagai
arahan dalam melakukan penskoran. Pedoman ini berisi kemungkinan-kemungkinan
jawaban benar atau kata-kata kunci berikut skor yang ditetapkan untuk setiap kunci
jawaban. Berdasarkan metode penskorannya, bentuk uraian diklasifikasikan menjadi
2, yaitu uraian objektif dan uraian non-objektif. Bentuk uraian objektif adalah suatu
soal atau pertanyaan yang menuntut sehimpunan jawaban dengan
pengertian/konsep tertentu, sehingga penskorannya dapat dilakukan secara objektif.
a. Tuliskan semua kemungkinan jawaban benar atau kata kunci jawaban dengan
jelas untuk setiap butir soal.
d. Jumlahkan skor dari semua kata kunci yang telah ditetapkan pada soal. Jumlah
skor ini disebut skor maksimum dari satu soal.
b. Tetapkan rentang skor untuk tiap garis besar jawaban. Besarnya rentang skor
minimum 0 (nol), sedangkan skor maksimum ditentukan berdasarkan keadaan
jawaban yang dituntut oleh soal itu sendiri.
c. Jumlahkan skor tertinggi dari tiap-tiap rentang skor yang telah ditetapkan. Jumlah
skor dari beberapa criteria jawaban ini kita sebut skor maksimum dari satu soal.
1. Pengertian
Dalam kurikulum 2013, kompetensi keterampilan dinilai melalui: (1) penilaian kinerja
(performance), (2) penugasan (project), atau (3) hasil karya (product), dan portofolio
(portfolio). Penilaian kinerja merupakan penilaian yang meminta siswa untuk
mendemonstrasikan dan mengaplikasikan pengetahuan ke dalam konteks yang
sesuai dengan kriteria yang ditetapkan.Penilaian penugasan merupakan penilaian
tugas (meliputi: pengumpulan, pengorganisasian, pengevaluasian, dan penyajian
data) yang harus diselesaikan siswa (individu/kelompok) dalam waktu tertentu.
Adapun aspek yang dinilai diantaranya meliputi kemampuan (1) pengelolaan, (2)
relevansi, dan (3) keaslian. Penilaian hasil karya merupakan penilaian keterampilan
siswa dalam membuat suatu produk benda tertentu seperti hasil karya seni, lukisan,
gambar, patung, dll. Aspek yang dinilai di antaranya meliputi: (1) tahap persiapan:
pemilihan dan cara penggunaan alat, (2) tahap proses/produksi: prosedur kerja, dan
(3) tahap akhir/hasil: kualitas serta estetika hasil karya. Di samping itu, guru dapat
memberikan penilaian pada pembuatan produk rancang bangun/perekayasaan
teknologi tepat guna misalnya melalui: (1) adopsi, (2) modifikasi, atau (3) difusi.
Adapun contoh penulisan butir soalnya dapat dilihat pada keterangan berikut.
Portofolio merupakan alat penilaian yang berupa kumpulan dokumen dan hasil
karya beserta catatan perkembangan belajar siswa yang disusun secara sistematis
yang tujuannya untuk mendukung belajar tuntas. Hasil karya yang dimasukkan ke
dalam bundel portofolio dipilih yang benar-benar dapat menjadi bukti pencapaian
suatu kompetensi. Setiap hasil karya dicatat dalam jurnal atau sebuah format dan
ada catatan guru yang menunjukkan tingkat perkembangan sesuai dengan aspek
yang diamati.
Dalam menulis butir soal untuk tes perbuatan, penulis soal harus mengetahui konsep
dasar penilaian perbuatan/praktik (Safari, 2017). Maksudnya pernyataan dalam soal
harus disusun dengan pernyataan yang betul-betul menilai perbuatan/praktik, bukan
menilai yang lainnya. Adapun kaidah penulisannya adalah seperti berikut.
a. Materi
1) Soal harus sesuai dengan indikator (menuntut tes perbuatan: kinerja, hasil
karya, atau penugasan).
4) Isi materi yang ditanyakan sesuai dengan jenjang jenis sekolah atau tingkat
kelas.
b. Konstruksi
4) Tabel, gambar, grafik, peta, atau yang sejenisnya disajikan dengan jelas dan
terbaca.
c. Bahasa/Budaya
F. Daftar Pustaka
18. Pusat Penilaian Pendidikan, Balibang Depdiknas. (2004). Pedoman Penilaian Kelas.
Jakarta.
19. Petunjuk Teknis Rancangan Penilaian Hasil Belajar (2010). Jakarta: Direktorat
Pembinaan SMA.
20. Safari. (2000). Kaidah Bahasa Indonesia dalam Penulisan Soal. Jakarta: PT.
Kartanegara.
21. Safari. (2005). Teknik Analisis Butir Soal: Instrumen Tes dan Non-Tes dengan
Manual, Kalkulator, Komputer. Jakarta: Asosiasi Pengawas Sekolah Indonesia,
Departeman Pendidikan Nasional.
24. Stufflebeam, DL and Zhang, G. (2017). The CIPP Evaluation models: How to
Evaluate for Improvement and Accountability. New York: The Guilford Press.
27. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan nomor 3 tahun 2017 tentang
Penilaian Hasil Belajar oleh Pemerintah dan Penilaian Hasil Belajar oleh Satuan
Pendidikan.