Anda di halaman 1dari 21

ASUHAN KEPERAWATAN ABORTUS

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

Disusun oleh:
Robby Ramdhan (88150011)
Yonata Pratomo (88150040)

UNIVERSITAS BINA SARANA INFORMATIKA


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
Antapani, Jalan Sekolah Internasional No.1-6, Cicaheum, Kiaracondong, Cicaheum,
Kiaracondong, Kota Bandung, Jawa Barat 40291
2018
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah S.W.T karena dengan rahmat dan
karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah “Asuhan Keperawatan Abortus”. Kami
ucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah ini yang telah memberikan ilmu dan
bimbingan nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini.
Kami sadar betul makalah ini belumlah sempurna dan masih banyak materi yang belum
dibahas maupun dijelaskan dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami berharap kritik dan saran
yang membangun serta usulan referensi yang dapat mendukung perbaikan makalah ini
sehingga lebih efektif dalam penggunaannya di masa yang akan datang.
Semoga makalah ini dapat dipelajari dan dipahami oleh pembacanya mengingat salah
satu tujuan pembuatan makalah ini yaitu sebagai bahan pembelajaran. Kami mohon maaf
apabila terdapat kesalahan kata maupun informasi terkait isi makalah ini.

Bandung, Oktober 2018

Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Abortus (keguguran) merupakan salah satu penyebab perdarahan yang terjadi


pada kehamilan trimester pertama dan kedua. Perdarahan ini dapat menyebabkan
berakhirnya kehamilan atau kehamilan terus berlanjut. Secara klinis, 10-15%
kehamilan yang terdiagnosis berakhir dengan abortus (Wiknjosastro, 2010).
Pada periode 2004 sampai dengan 2007 terjadi penurunan Angka Kematian Ibu
(AKI) dari 307 per 100.000 kelahiran hidup menjadi 228 per 100.000 kelahiran
hidup.Upaya penurunan AKI harus difokuskan pada penyebab langsung kematian ibu,
yang terjadi 90% pada saat persalinan dan segera setelah pesalinan, yaitu perdarahan
(28%), eklamsia (24%), infeksi (11%), komplikasi pueperium 8%, partus macet 5%,
abortus 5%, trauma obstetrik 5%, emboli 3%, dan lain-lain 11%. (Saiffudin, 2009).
Keguguran/abortus merupakan masalah kesehatan yang terjadi pada ibu hamil
juga pada janin di dalam kandungan dimana usia kehamilan kurang dari 22 minggu
atau berat badan janin 1000 gr dan abortus ini bisa terjadi karena kondisi ibu yang
lemah, kehamilan yang tidak diinginkan dan kehamilan di luar nikah. Keguguran atau
abortus sering terjadi adalah abortus inkompletus, dimana janin yang dikandungnya
sudah keluar sebagian dan sebagian lagi tinggal di dalam rahim. Bila keguguran ini
terjadi harus segera ditangani untuk mengatasi perdarahan yang banyak yang dapat
menyebabkan kematian pada ibu (Manuaba, 2010).
Istilah abortus dipakai untuk menunjukkan pengeluaran hasil kehamilan
sebelum janin dapat hidup di luar kandungan. Sampai saat ini janin yang terkecil, yang
dilaporkan dapat hidup di luar kandungan, mempunyai berat badan 297 gram waktu
lahir. Akan tetapi karena jarangnya janin yang dilahirkan dengan berat badan di bawah
500 gram dapat hidup terus, maka abortus dianggap sebagai pengakhiran kehamilan
sebelum janin mencapai berat 500 gram atau usia kehamilan kurang dari 20 minggu.
Abortus dapat berlangsung spontan secara alamiah atau buatan. Abortus buatan ialah
pengakhiran kehamilan sebelum 20 minggu dengan obat-obatan atau dengan tindakan
medik.

1.2. Rumusan Masalah


1.2.1. Apa definisi dari abortus ?
1.2.2. Apa saja jenis dari abortus ?
1.2.3. Apa etiologi dari abortus ?
1.2.4. Bagaimana tanda klinis abortus ?
1.2.5. Apa patofisiologi dari abortus ?
1.2.6. Bagaimana penatalaksanaan abortus ?
1.2.7. Apa saja penyulit abortus ?

1.3. Tujuan Penulisan


1.3.1. Apa definisi dari abortus ?
1.3.2. Apa saja jenis dari abortus ?
1.3.3. Apa etiologi dari abortus ?
1.3.4. Bagaimana tanda klinis abortus ?
1.3.5. Apa patofisiologi dari abortus ?
1.3.6. Bagaimana penatalaksanaan abortus ?
1.3.7. Apa saja penyulit abortus ?
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Abortus

Abortus adalah keluarnya janin sebelum mencapai viabilitas. Dimana masa gestasi
belum mencapai usia 22 minggu dan beratnya kurang dari 500gr (Derek
liewollyn&Jones, 2002)
Abortus adalah berakhirnya kehamilan sebelmun janin dapat hidup di dunia luar
tanpa mempersoalkan penyebabnya. Bayi mungkin hidup di dunia luar bila berat
badannya telah mencapai >500 gr atau umur kehamilan >20 minggu. (Satrawinata,
Sulaiman, 2004)
Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi pada usia kehamilan
kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram. Istilah abortus dipakai
untuk menunjukkan pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar
kandungan. (Manuaba. 2010)
Kelainan dalam kehamilan ada beberapa macam yaitu abortus spontan, abortus
buatan, dan terapeutik. Biasanya abortus spontan dikarenakan kurang baiknya kualitas
sel telur dan sel sperma. Abortus buatan merupakan pengakhiran kehamilan dengan
disengaja sebelum usia kandungan 28 minggu. Pengguguran kandungan buatan karena
indikasi medik disebut abortus terapeutik.

2.2. Jenis Abortus

a. Abortus spontanea
Abortus spontanea merupakan abortus yang berlangsung tanpa tindakan, dalam
hal ini dibedakan sebagai berikut:
1) Abortus imminen adalah perdarahan bercak yang menunjukkan ancaman
terhadap kelangsungan sauatu kehamilan. Dalam kondisi seperti ini
kehamilan masih mungkin berlanjut atau dipertahankan. (Syaifudin. Bari
Abdul, 2000).
Ditandai dengan perdarahan pada usia kehamilan kurang dari 20 minggu,
ibu mungkin mengalami mulas atau tidak sama sekali. Pada abortus jenis
ini, hasil konsepsi atau janin masih berada di dalam, dan tidak disertai
pembukaan (dilatasi serviks).

2) Abortus insipiens adalah perdarahan uterus pada kehamilan sebelum 20


minggu dan disertai mulas yang sering dan kuat. Pada abortus jenis ini
terjadi pembukaan atau dilatasi serviks tetapi hasil konsepsi masih di
dalam rahim atau uterus.

3) Abortus inkompletus adalah pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada


kehamilan sebelum 20 minggu. Sementara sebagian masih berada di dalam
rahim. Terjadi dilatasi serviks atau pembukaan, jaringan janin dapat diraba
dalam rongga uterus atau sudah menonjol dari os uteri eksternum.
Perdarahan tidak akan berhenti sebelum sisa hasil konsepsi dikeluarkan,
sehingga harus dikuret.

4) Abortus kompletus Pada abortus jenis ini, semua hasil konsepsi


dikeluarkan sehingga rahim kosong. Biasanya terjadi pada awal kehamilan
saat plasenta belum terbentuk. Perdarahan mungkin sedikit dan os uteri
menutup dan rahim mengecil. Pada wanita yang mengalami abortus ini,
umumnya tidak dilakukan tindakan apa-apa, kecuali jika datang ke rumah
sakit masih mengalami perdarahan dan masih ada sisa jaringan yang
tertinggal, harus dikeluarkan dengan cara dikuret.

5) Abortus Servikalis adalah pengeluaran hasil konsepsi terhalang oleh os


uteri eksternum yang tidak membuka, sehingga mengumpul di dalam
kanalis servikalis (rongga serviks) dan uterus membesar, berbentuk
bundar, dan dindingnya menipis.
Gb. 1 abortus spontanea

b. Abortus provokatus

Abortus provokatus merupakan jenis abortus yang sengaja


dibuat/dilakukan, yaitu dengan cara menghentikan kehamilan sebelum janin
dapat hidup di luar tubuh ibu. Pada umumnya bayi dianggap belum dapat hidup
diluar kandungan apabila usia kehamilan belum mencapai 28 minggu, atau
berat badan bayi kurang dari 1000 gram, walaupun terdapat beberapa kasus
bayi dengan berat dibawah 1000 gram dapat terus hidup.

Pengelompokan Abortus provokatus secara lebih spesifik :

1) Abortus Provokatus Medisinalis/Artificialis/Therapeuticus, abortus yang


dilakukan dengan disertai indikasi medik. Di Indonesia yang dimaksud
dengan indikasi medik adalah demi menyelamatkan nyawa ibu. Syarat-
syaratnya:

- Dilakukan oleh tenaga kesehatan yang memiliki keahlian dan


kewenangan untuk melakukannya (yaitu seorang dokter ahli kebidanan
dan penyakit kandungan) sesuai dengan tanggung jawab profesi.

- Harus meminta pertimbangan tim ahli (ahli medis lain, agama, hukum,
psikologi).

- Harus ada persetujuan tertulis dari penderita atau suaminya atau


keluarga terdekat.

- Dilakukan di sarana kesehatan yang memiliki tenaga/peralatan yang


memadai, yang ditunjuk oleh pemerintah.
- Prosedur tidak dirahasiakan.

- Dokumen medik harus lengkap.

2) Abortus Provokatus Kriminalis, aborsi yang sengaja dilakukan tanpa


adanya indikasi medik (ilegal). Biasanya pengguguran dilakukan dengan
menggunakan alat-alat atau obat-obat tertentu.

2.3. Etiologi Abortus


Faktor ovovetal yang menyebabkan abortus adalah kelainan pertumbuhan
janin dan kelainan pada plasenta. Penyebab kelainan pertumbuhan janin ialah kelainan
kromosom, lingkungan kurang sempurna, dan pengaruh dari luar. Kelainan plasenta
disebabkan endarteritis pada villi koriales yang menghambat oksigenisasi plasenta
sehingga terjadi gangguan pertumbuhan bahkan menyebabkan kematian
(Prawirohardjo, S, 2002).

Kelaianan pertumbuhan hasil konsepsi, biasa menyebabkan abortus pada


kehamilan sebelum usia 8 minggu. Faktor yang menyebabkan kelainan ini adalah :

a. Kelainan kromosom, terutama trisomi autosom dan monosomi X


b. Lingkungan sekitar tempat implantasi kurang sempurna
c. Pengaruh teratogen akibat radiasi, virus, obat-obatan, tembakau atau alkohol.

Pada awal abortus terjadi pendarahan yang menyebabkan janin terlepas. Pada
kehamilan kurang dari 8 minggu janin biasanya dikeluarkan seluruhnya karena villi
koriales belum menembus desidua secara mendalam. Pada kehamilan 8–14 minggu
villi koriales menembus desidua secara mendalam, plasenta tidak dilepaskan
sempurna sehingga banyak perdarahan. Pada kehamilan diatas 14 minggu, setelah
ketubah pecah janin yang telah mati akan dikeluarkan dalam bentuk kantong amnion
kosong dan kemudian plasenta (Prawirohardjo, S, 2002).

a. Keadaan ibu yang menyebabkan abortus antara lain:


b. Penyakit Ibu seperti pneumonia, tifus abdominalis, pielonefritis, malaria,
c. Toksin, bakteri, virus, plasmodium masuk ke janin menyebabkan kematian
sehingga terjadi abortus,
d. Kenyakit menahun, dan
e. Kelainan traktus genitalis, seperti inkompetensi serviks, retroversi uteri, mioma
uteri, dan kelainan bawaan uterus (Prawirohardjo, S, 2002).

Penyebab secara umum:

Penyebab dari segi martenal :


a. Infeksi akut

1) Virus, misalnya cacar, rubella, hepatitis.


2) Infeksi bakteri, misalnya streptokokus.

3) Parasit, misalnya malaria.

b. Infeksi kronis

1) Sifilis, biasanya menyebabkan abortus pada trimester kedua.

2) Tuberkulosis paru aktif.

3) Keracunan, misalnya keracunan tembaga, timah, air raksa, dll.

4) Penyakit kronis, misalnya :

a) Hipertensi.

b) Nephritis.

c) Diabetes.

d) Anemia berat.

e) Penyakit jantung.

f) Toxemia gravidarum.

g) Gangguan fisiologis, misalnya Syok, ketakutan, dll.

h) Trauma fisik.

Penyebab yang bersifat lokal:

1) Fibroid, inkompetensia serviks.

2) Radang pelvis kronis, endometrtis.

3) Retroversi kronis.

4) Hubungan seksual yang berlebihan sewaktu hamil, sehingga menyebabkan


hiperemia dan abortus.
Penyebab dari segi Janin :

 Kematian janin akibat kelainan bawaan.



 Mola hidatidosa.

 Penyakit plasenta dan desidua,misalnya inflamasi dan degenerasi. 



2.4. Tanda Klinis Abortus

a. Terlambat haid atau amenore kurang dari 20 minggu.


b. Pada pemeriksaan fisik : Keadaan umum tampak lemah atau kesadaran menurun,
tekanan darah normal atau menurun, denyut nadi normal atau cepat dan kecil,
suhu badan normal atau meningkat.
c. Perdarahan pervaginam, mungkin disertai keluarnya jaringan hasil konsepsi
d. Rasa mulas atau keram perut di daerah atas simfisis, sering disertai nyeri pinggang
akibat kontraksi uterus
e. Pemeriksaan ginekologi :

1) Inspeksi vulva : perdarahan pervaginam ada / tidak jaringan hasil konsepsi,


tercium/tidak bau busuk dari vulva.
2) Inspekulo : perdarahan dari kavum uteri, ostium uteri terbuka atau sudah
tertutup, ada/tidak jaringan keluar dari ostium, ada/tidak cairan atau jaringan
berbau busuk dario ostium.
3) Colok vagina : porsio masih terbuka atau sudah tertutup, teraba atau tidak
jaringan dalam kavum uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil dari usia
kehamilan, tidak nyeri saat porsio dogoyang, tidak nyeri pada perabaan
adneksa, kavum Douglasi, tidak menonjol dan tidak nyeri.
(Km Ita Wirasadi. 2010)

2.5. Patofisologi Abortus


Patofisiologi terjadinya keguguran mulai dari terlepasnya sebagian atau
seluruh jaringan plasenta, yang menyebabkan perdarahan sehingga janin kekurangan
oksigen. Bagian yang terlepas dianggap benda asing sehingga rahim berusaha untuk
mengeluarkan dengan berkontraksi. Pengeluaran tersebut dapat terjadi spontan
seluruhnya atau sebagian masih tertinggal sehingga dapat menyebabkan berbagai
penyakit. Oleh karena itu keguguran memberi gejala umum sakit perut karena
kontraksi rahim, terjadi perdarahan dan disertai pengeluaran seluruh atau sebagian
hasil konsepsi. (Manuaba, 2010)

2.6. Penatalaksanaan Abortus

Pemeriksaan lanjut untuk mencari penyebab abortus. Perhatikan juga involusi


uterus dan kadar B-hCG 1-2 bulan kemudian. Pasien dianjurkan jangan hamil dulu
selama 3 bulan kemudian (jika perlu, anjurkan pemakaian kontrasepsi kondom atau pil).
(Manuaba. 2010)

Semua wanita yang mengalami abortus, baik spontan maupun buatan,


memerlukan asuhan pascakeguguran. Asuhan pascakeguguran terdiri dari:

a. Tindakan pengobatan abortus inkomplit

Setiap fasilitas kesehatan seyogyanya menyediakan dan mampu melakukan


tindakan pengobatan abortus inkomplit sesuai dengan kemampuannya. Biasanya
tindakan evakuasi/kuretase hanya tersedia di Rumah Sakit Kabupaten. Hal ini
merupakan kendala yang dapat berakibat fatal, bila Rumah Sakit tersebut sulit
dicapai dengan kendaraan umum. Sehingga peningkatan kemampuan melakukan
tindakan pengobatan abortus inkomplit di setiap tingkat jaringan pelayanan sesuai
dengan kemampuannya akan mengurangi risiko kematian dan kesakitan. Tindakan
pengobatan abortus inkomplit meliputi :

1) Membuat diagnosis abortus inkomplit.


2) Melakukan konseling tentang keadaan abortus dan rencana pengobatan.
3) Menilai keadaan pasien termasuk perlu atau tidak dirujuk.
4) Mengobati keadaan darurat serta komplikasi sebelum dan setelah tindakan.
5) Melakukan evakuasi sisa jaringan dari rongga rahim.
6) Seminar

b. Konseling dan pelayanan kontrasepsi Pasca keguguran

Kesuburan segera kembali setelah 12 hari pascaabortus. Untuk itu


pelayanan kontrasepsi hendaknya merupakan bagian dari pelayanan Asuhan
Pascakeguguran. Secara praktek hampir semua jenis kontrasepsi dapat dipakai
pascaabortus.

c. Pelayanan Kesehatan Reproduksi Terpadu

Kejadian abortus hendaknya dijadikan kesempatan untuk memperhatikan


segi lain dari Kesehatan Reproduksi. Misalnya masalah Penyakit Menular Seksual
(PMS) dan skrining kanker ginekologik termasuk kanker payudara.

2.7. Penyulit Abortus


Penyulit yang disebabkan oleh abortus kriminalis (walaupun dapat juga
terjadi pada abortus spontan) berupa (Satrawinata, Sulaiman, 2004) :

a. Pendarahan yang hebat.


b. Kerusakan serviks.
c. Infeksi kadang-kadang sampai terjadi sepsis, infeksi dan tuba dapat
menimbulkan kemandulan.
d. Perforasi.
e. Faal ginjal rusak (renan failure) disebabkan oleh infeksi dan syok pada psien
dengan abortus diuresis selalu harus diperhatikan. Pengobatannya adalah dengan
pembatasan cairan dan mengatasi infeksi.
f. Syok-bakterial, terjadi syok yang berat, yang disebabkan oleh toksin-toksin.
Pengobatannya ialah dengan pemberian antibiotik, cairan, kortikosteroid dan
heparin.
BAB III

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN IBU DENGAN ABORTUS

3.1. Pengkajian
a. Biodata
Mengkaji identitas klien dan penanggung yang meliputi ; nama, umur, agama, suku
bangsa, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, perkawinan ke- , lamanya
perkawinan dan alamat.

b. Keluhan utama
Kaji adanya menstruasi tidak lancar dan adanya perdarahan pervaginam berulang.

c. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat kesehatan sekarang yaitu keluhan sampai saat klien pergi ke Rumah
Sakit atau pada saat pengkajian seperti perdarahan pervaginam di luar siklus
haid, pembesaran uterus lebih besar dari usia kehamilan.
2) Riwayat kesehatan masa lalu.

d. Riwayat pembedahan
Kaji adanya pembedahan yang pernah dialami oleh klien, jenis pembedahan ,
kapan , oleh siapa dan di mana tindakan tersebut berlangsung.

f. Riwayat penyakit yang pernah dialami


Kaji adanya penyakit yang pernah dialami oleh klien misalnya DM , jantung ,
hipertensi , masalah ginekologi/urinary , penyakit endokrin , dan penyakit-
penyakit lainnya.
g. Riwayat kesehatan keluarga
Yang dapat dikaji melalui genogram dan dari genogram tersebut dapat
diidentifikasi mengenai penyakit turunan dan penyakit menular yang terdapat
dalam keluarga.

h. Riwayat kesehatan reproduksi


Kaji tentang mennorhoe, siklus menstruasi, lamanya, banyaknya, sifat darah,
bau, warna dan adanya dismenorhoe serta kaji kapan menopause terjadi, gejala
serta keluahan yang menyertainya.

i. Riwayat kehamilan , persalinan dan nifas


Kaji bagaimana keadaan anak klien mulai dari dalam kandungan hingga saat
ini, bagaimana keadaan kesehatan anaknya.

j. Riwayat seksual

Kaji mengenai aktivitas seksual klien, jenis kontrasepsi yang digunakan serta
keluahn yang menyertainya.

k. Riwayat pemakaian obat

Kaji riwayat pemakaian obat-obatankontrasepsi oral, obat digitalis dan jenis obat
lainnya.

l. Pola aktivitas sehari-hari

Kaji mengenai nutrisi, cairan dan elektrolit, eliminasi (BAB dan BAK), istirahat
tidur, hygiene, ketergantungan, baik sebelum dan saat sakit.
Pemeriksaan fisik, (Johnson & Taylor, 2005 : 39) meliputi :

a. Inspeksi

Mengobservasi kulit terhadap warna, perubahan warna, laserasi, lesi terhadap


drainase, pola pernafasan terhadap kedalaman dan kesimetrisan, bahasa tubuh,
pergerakan dan postur, penggunaan ekstremitas, adanya keterbatasan fifik, dan
seterusnya

b. Palpasi

1) Sentuhan : merasakan suatu pembengkakan, mencatat suhu, derajat


kelembaban dan tekstur kulit atau menentukan kekuatan kontraksi uterus.
2) Tekanan : menentukan karakter nadi, mengevaluasi edema, memperhatikan
posisi janin atau mencubit kulit untuk mengamati turgor.
3) Pemeriksaan dalam : menentukan tegangan/tonus otot atau respon nyeri
yang abnormal.

c. Perkusi

1) Menggunakan jari : ketuk lutut dan dada dan dengarkan bunyi yang
menunjukkan ada tidaknya cairan , massa atau konsolidasi.
2) Menggunakan palu perkusi : ketuk lutut dan amati ada tidaknya
refleks/gerakan pada kaki bawah, memeriksa refleks kulit perut apakah ada
kontraksi dinding perut atau tidak.

d. Auskultasi

Mendengarkan di ruang antekubiti untuk tekanan darah, dada untuk bunyi


jantung/paru abdomen untuk bising usus atau denyut jantung janin.
3.2. Diagnosa Keperawatan
3.3. Perencanaan dan Rasional
3.4. Pelaksanaan dan Evaluasi
BAB IV

PENUTUP

4.1. Kesimpulam

Abortus sebagai pengakhiran kehamilan sebelum masa gestasi 28 minggu atau

sebelum janin mencapai berat 1000 gram. Abortus adalah keluarnya janin sebelum

mencapai viabilitas. Dimana masa getasi belum mencapai 22 minggu dan beratnya

kurang dari 500gr (Derek liewollyn&Jones, 2002). Kelainan dalam kehamilan ada

beberapa macam yaitu abortus spontan, abortus buatan, dan terapeutik. Biasanya

abortus spontan dikarenakan kurang baiknya kualitas sel telur dan sel sperma.

Abortus buatan merupakan pengakhiran kehamilan dengan disengaja sebelum usia

kandungan 28 minggu. Pengguguran kandungan buatan karena indikasi medik disebut

abortus terapeutik.

4.2. Saran

Pada pembahasan ini tentang abortus, betapa pentingnya benar-benar

diperhatikan dan dapat bermanfaat bagi kita semua untuk mengantisipasi dari pada

bentuk abortus, faktor-faktor penyebab abortus serta dampak negative yang dapat

mengancam jiwa bagi penderita.

Abortus hendaknya dilakukan jika benar-benar terpaksa karena bagaimanapun

didalam kehamilan berlaku kewajiban untuk menghormati kehidupan manusia dan

abortus hendaknya dilakukan oleh tenaga profesional yang terdaftar.


DAFTAR PUSTAKA

Derek liewollyn & Jones. 2002. DASAR – DASAR OBSTETRI & GINEKOLOGI. Jakarta :

Hipokrates.

Johnson dan Taylor. 2005. Buku Ajar Praktik Kebidanan.Jakarta: EGC.

Km Ita Wirasadi. 2010. Asuhan Keperawatan Gawat Darurat. Pada Pasien Dengan

Abortus. Jakarta : EGC.

Liza. 2010. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Kehamilan Abortus.

Manuaba. 2010. Ilmu kebidanan Penyakit Kandungan dan KB . Jakarta : EGC.

Sastrawinata, Sulaiman. 2004. Ilmu Kesehatan Reproduksi : Obstetri Patologi. Jakarta : EGC.

Saifuddin AB. 2009. Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta:

EGC.

Wiknjosastro. 2010. Buku panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan. Neonatal,

Edisi 1. Cet. 12. Jakarta : Bina Pustaka.

Anda mungkin juga menyukai