Anda di halaman 1dari 29

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kita tahu bahwa kumpulan hasil pengamatan mengenai sesuatu hal, skor hasil belajar
para siswa, berat bayi yang baru lahir, gaji pegawai di suatu perusahaan, hasil jagung setiap
hektar misalnya, nilai datanya bervariasi dari yang satu dengan yang lain. Karena adanya
variasi atau ragam ini untuk sekumpulan data, dalam materi ukuran simpangan, dispersi dan
variasi telah dihitung alat ukurnya, utamanya varians. Kita lihat juga bahwa varians bersama-
sama rata-rata telah banyak digunakan untuk membuat kesimpulan mengenai populasi, baik
secara deskriptif maupun secara induktif melalui penaksiran dan pengujian hipotesis
mengenai parameter. Dalam Analisis Variansi, dapat dilihat variasi-variasi yang muncul
karena adanya beberapa perlakuan (treatment) untuk menyimpulkan ada atau tidaknya
perbedaan rataan pada populasi.
Jika untuk menguji perbedaan rata-rata antara 2 kelompok independen digunakan Uji-
t, maka untuk melakukan uji terhadap perbedaan rata-rata antara 3 kelompok independen atau
lebih, kita tidak boleh menggunakan uji t berulang-ulang. Misalnya kita ingin mengetahui
apakah ada perbedaan rata-rata hasil antara 3 kelompok intervensi, apakah ada perbedaan
rata-rata berat badan bayi lahir menurut tingkat pendidikan ibu (rendah, menengah, & tinggi).

Dalam menganalisis data seperti ini (lebih dari dua kelompok) sangat tidak dianjurkan
menggunakan uji-t. Ada dua kelemahan jika menggunakan uji-t yaitu pertama: kita harus
melakukan pengujian berulang kali sesuai kombinasi yang mungkin, kedua: bila melakukan
uji-t berulang-ulang akan meningkatkan (inflasi) nilai α, inflasi nilai α sebesar = 1 - (1-α)n.

Untuk mengatasi masalah tersebut maka uji statistik yang dianjurkan (uji yang tepat)
dalam menganalisis beda lebih dari dua mean kelompok independen adalah Uji ANOVA atau
uji-F artinya akan meningkatkan peluang mendapatkan hasil yang keliru.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun hal-hal yang akan dibahas dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Pengertian ANOVA
2. ANOVA satu jalur
3. Variabilitas dalam Anova dan Pengujiannya
1
4. ANOVA satu arah dengan Rank
5. Aplikasi Analisis Varians Satu Jalur dalam Penelitian Eksperimen
6. Aplikasi Analisis Varians Satu Jalur dalam Penelitian Ex-Post-Facto

2
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian ANOVA


Analisis varians (analysis of variance, ANOVA) adalah suatu metode analisis
statistika yang termasuk ke dalam cabang statistika inferensi. Dalam literatur Indonesia
metode ini dikenal dengan berbagai nama lain, seperti analisis ragam, sidik ragam, dan
analisis variansi. Ia merupakan pengembangan dari masalah Behrens-Fisher, sehingga uji-F
juga dipakai dalam pengambilan keputusan. Analisis varians pertama kali diperkenalkan oleh
Sir Ronald Fisher, bapak statistika modern. Dalam praktik, analisis varians dapat merupakan
uji hipotesis (lebih sering dipakai) maupun pendugaan (estimation, khususnya di bidang
genetika terapan). Analisis of variance atau ANOVA merupakan salah satu teknik analisis
multivariate yang berfungsi untuk membedakan rerata lebih dari dua kelompok data dengan
cara membandingkan variansinya. Analisis varian termasuk dalam kategori statistik
parametrik. Sebagai alat statistika parametrik, maka untuk dapat menggunakan rumus
ANOVA harus terlebih dahulu perlu dilakukan uji asumsi meliputi normalitas,
heterokedastisitas dan random sampling (Ghozali, 2009).
Analisis varian dapat dilakukan untuk menganalisis data yang berasal dari berbagai
macam jenis dan desain penelitian. Analisis varian banyak dipergunakan pada penelitian-
penelitian yang banyak melibatkan pengujian komparatif yaitu menguji variabel terikat
dengan cara membandingkannya pada kelompok-kelompok sampel independen yang diamati.
Analisis varian saat ini banyak digunakan dalam penelitian survey dan penelitian eksperimen.
Secara umum, analisis varians menguji dua varians (atau ragam) berdasarkan hipotesis nol
bahwa kedua varians itu sama. Varians pertama adalah varians antarcontoh (among samples)
dan varians kedua adalah varians di dalam masing-masing contoh (within samples). Dengan
ide semacam ini, analisis varians dengan dua contoh akan memberikan hasil yang sama
dengan uji-t untuk dua rerata (mean).
Supaya sahih (valid) dalam menafsirkan hasilnya, analisis varians menggantungkan
diri pada empat asumsi yang harus dipenuhi dalam perancangan percobaan:
1. Data berdistibusi normal, karena pengujiannya menggunakan uji F-Snedecor
2. Varians atau ragamnya homogen, dikenal sebagai homoskedastisitas, karena hanya
digunakan satu penduga (estimate) untuk varians dalam contoh
3. Masing-masing contoh saling bebas, yang harus dapat diatur dengan perancangan
percobaan yang tepat
3
4. Komponen-komponen dalam modelnya bersifat aditif (saling menjumlah).
Analisis varians relatif mudah dimodifikasi dan dapat dikembangkan untuk berbagai
bentuk percobaan yang lebih rumit. Selain itu, analisis ini juga masih memiliki keterkaitan
dengan analisis regresi. Akibatnya, penggunaannya sangat luas di berbagai bidang, mulai dari
eksperimen laboratorium hingga eksperimen periklanan, psikologi, dan kemasyarakatan.
Untuk membandingkan data hasil penelitian yang diperoleh dari 2 kelompok sampel
dapat dilakukan uji student “t” test, baik untuk sampel yang berkorelasi maupun independen.
Apabila kita memiliki banyak kelompok sampel, sedangkan kita berkeinginan untuk
membandingkan data dari seluruh kelompok tersebut tentu kurang efisien bila kita melakukan
uji “t” tersebut karena kita harus melakukan uji t untuk tiap 2 kelompok sampel. Sebagai
contoh apabila kita memiliki kelompok sampel A, B dan C maka kita harus melakukan
penghitungan dengan uji “t” antara kelompok A dan B, lalu antara kelompok A dan C serta
yang terakhir antara kelompok B dan C. Jadi praktis kita harus melakukan 3 kali uji t.
Berdasarkan hal tersebut akhirnya para ahli statistik mencari uji alternatif yang bisa
digunakan untuk membandingkan beberapa kelompok sampel dengan satu kali pengujian
saja. Uji Anova merupakan alternatif terbaik untuk mengatasi hal tersebut. Uji Anova sering
pula disebut uji F. Uji Anova ini merupakan salah satu uji statistik parametrik. Beberapa
persyaratan yang harus dipenuhi dalam melakukan uji Anova adalah sebagai berikut:
a. Sampel diambil secara acak dari masing-masing populasi.
b. Jika sampel mendapat perlakuan yang berbeda, maka penetapan jenis perlakuan
dilakukan dengan cara randomisasi.
c. Populasi-populasi asal sampel mempunyai distribusi normal.
d. Setiap populasi mempunyai varian sama.
e. Data yang diambil dalam skala data ratio atau interval.
Pada dasarnya ANOVA dapat dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu:
1. Beberapa kelompok yang dihadapi merupakan pembagian dari satu independen variabel
(variabel bebas). Kondisi ini yang sering disebut dengan single factor experiment
(analisis varians satu arah), yang akan dibahas pada makalah ini.
2. Beberapa kelompok yang dihadapi merupakan pembagian dari beberapa independen
(variabel bebas). Kondisi ini yang sering disebut dengan two way factor experiment
(analisis varians dua arah) One way ANOVA digunakan untuk menguji hipotesis rata-rata
k sampel, bila pada setiap sampel itu hanya terdiri atas satu kategori, sedangkan two way
Anova digunakan untuk menguji hipotesis rata-rata k sampel, bila setiap sampel terdiri
atas lebih dari satu kategori.
4
2.2 Anova Satu Jalur (One Way Anova)
Analisis varians satu jalur merupakan teknik statistika parametrik yang digunakan
untuk pengujian perbedaan beberapa kelompok rata-rata, di mana hanya terdapat satu
variabel bebas atau independen yang dibagi dalam beberapa kelompok dan satu variabel
terikat atau dependen. Dalam teknik Anova satu jalur biasanya digunakan dalam penelitian
eksperimen atau pun Ex-Post-Facto (Widiyanto, 2013:260). Asumsi yang digunakan adalah :


Sampel diambil dari distribusi normal, sehingga sampel juga berdistribusi normal.
Kenormalan ini dapat diatasi dengan memperbesar jumlah sampel.

Masing-masing kelompok mempunyai variabel yang sama.

Sampel diambil secara acak.

Hipotesis dalam ANOVA akan membandingkan rata-rata dari beberapa populasi yang
diwakili oleh beberapa kelompok sampel secara bersama, sehingga hipotesis matematikanya
adalah :
H0 : µ1 = µ2 … = µk
o Seluruh mean populasi adalah sama
o Tak ada efek treatment (tak ada keragaman mean dalam grup)
H1 : tidak seluruh mean populasi adalah sama
o Minimal ada 1 mean populasi yang berbeda
o Terdapat sebuah efek treatment
o Tidak seluruh mean populasi berbeda (beberapa pasang mungkin sama)
Bunyi hipotesis alternatif seperti tersebut diatas, merupakan hipotesis yang fleksibel, karena
tidak menyebutkan secara pasti µ mana yang berbeda dengan yang lainnya. Hal ini
mempunyai arti bahwa µ mana yang tidak sama bukan merupakan masalah dalam penolakan
hipotesis nol.
H0 pada One Way ANOVA adalah tidak ada perbedaan signifikan rata-rata sampel

yang ada. Bila H0 ditolak, maka analisisnya belum selesai sehingga perlu analisis lanjutan.
Analisis lanjutan setelah ANOVA sering disebut Post Hoc atau pasca-ANOVA adalah sebagai
berikut :
1) LSD (Least Significance Difference), digunakan untuk melakukan uji t di antara seluruh
pasangan kelompok mean. Uji ini sangat baik apabila pengujian mean yang akan
dibandingkan sebelumnya telah direncanakan.

5
2) Tukey (HSD : Honestly Significant Difference), uji ini disebut uji beda nyata yang
merupakan perbaikan dari LSD karena uji ini untuk membandingkan mean tanpa
perencanaan terlebih dahulu.
3) Tukey’s-b, alternative lain dari uji Tukey.
4) Duncan, digunakan untuk menguji perbedaan di antara semua pasangan perlakuan yang
ada dari percobaan tersebut serta masih dapat mempertahankan tingkat signifikansi yang
ditetapkan.
5) S-N-K (Student Newman Keuls), pengembangan dari LSD dan Duncan.
6) Dunnet, digunakan untuk membandingkan mean dari semua perlakuan dengan mean
perlakuan control.
7) Scheffe, digunakan untuk pembanding yang tidak perlu orthogonal.

Grafik ANOVA 1 Jalur yang mempunyai Means sama:

Grafik ANOVA 1 Jalur yang mempunyai Means tidak sama:

2.3 Variabilitas dalam Anova dan Pengujiannya


Perhitungan dalam ANOVA didasarkan pada variance, walaupun tujuannya adalah
menguji beberapa perbedaan rata-rata. Hal ini telah disinggung di muka (pada saat
membicarakan rata-rata dua populasi). Kita baru bisa mengatakan bahwa rata-rata tersebut
berbeda apabila telah dilihat pula variabilitasnya. Ukuran yang baik untuk melihat variabilitas

6
adalah penyimpangan baku maupun variance. Oleh karena itu, pengujian disini pun
didasarkan pada variance.
Pengukuran total variabilitas atas data yang ada dapat dikelompokkan menjadi tiga
bagian:

1. Variabilitas antar kelompok, merupakan variasi rata-rata kelompok sampel terhadap


rata-
rata keseluruhannya. Variasi ini lebih terpengaruh oleh adanya perbedaan perlakuan
(treatments) antar kelompok, disingkat SSb

2. Variabilitas dalam kelompok merupakan variasi yang ada dalam masing-masing


kelompok. Banyaknya variasi akan tergantung pada banyaknya kelompok, dan variasi ini
tidak terpengaruh oleh perbedaan perlakuan antar kelompok, disingkat SSw.

3. Jumlah kuadrat penyimpangan total, merupakan jumlah kuadrat selisih antara skor
individual dengan rata-rata totalnya, disingkat SSt
Derajat kebebasan (degrees of fredom) dalam ANOVA akan sebanyak variabilitas.
Oleh karena ada 3 macam variabilitas, maka dk pun ada tiga macam :
1. Derajat kebebasan untuk SSt, sebesar N-1
2. Derajat kebebasan untuk SSw
dk SSw = ∑ (n-1)
Disamping itu dk SSw dapat pula dicari dengan rumus :
dk SSw = N-k
Keterangan :
k : adalah banyaknya kelompok
n : adalah jumlah sampel keseluruhan
3. Derajat kebebasan untuk SSb sebesar k-1, hal ini disebabkan karena dk disini terikat
dengan banyaknya kelompok seperti halnya SSb.

1. Menghitung jumlah kuadrat total (JKT), jumlah kuadrat rerata (JKR), jumlah kuadrat
total direduksi/dikoreksi (JKTR), jumlah kuadrat antar kelompok (JKA), dan jumlah
kuadrat dalam kelompok (JKD). Untuk menghitung masing-masing harga JK digunakan
rumus sebagai berikut.
a. JKT = Σ

b. JKR =

7
c. JKTR = Σ =Σ -

d. JKA = Σ -
JKA = + + +…+ -

e. JKD =

JKD = Σ +Σ +Σ +.

.. + Σ

JKTR = JKA + JKD atau JKD = JKTR - JKA


2. Menghitung derajat kebebasan total (dbT), derajat kebebasan rerata (dbR), derajat
kebebasan direduksi/dikoreksi (dbTR), derajat kebebasan antar kelompok (dbA), dan
derajat kebebasan dalam kelompok (dbD), dengan rumus sebagai berikut.
a. dkT = n
b. dkR = 1
c. dkTR = n – 1
d. dkA = k – 1
e. dkD = n – k
3. Menghitung rata-rata jumlah kuadrat antar kelompok (RJKA) dan rata-rata jumlah
kuadrat dalam kelompok (RJKD), dengan rumus sebagai berikut.

a. RJKA =

b. RJKD =

4. Menghitung nilai F dengan rumus sebagai berikut.

F=

5. Melakukan interpretasi dan uji signifikansi dengan membandingkan nilai uji F hitung
dengan Ftabel. Koefisien Ftabel diperoleh dari distribusi F yang nilainya didasarkan
pada derajat kebebasan antar kelompok (dbA) dan derajat kebebasan dalam kelompok
(dbD) pada taraf signifikansi baik α = 0,05 atau α = 0,01.

8
Apabila nilai Fhitung lebih besar dari Ftabel maka H0 ditolak dan H1 diterima yang
diinterpretasikan signifikan, berarti terdapat perbedaan rata-rata dari kelompok yang
dibandingkan. Sebaliknya jika nilai Fhitung lebih kecil dari Ftabel maka H0 diterima dan
H1 ditolak yang diinterpretasikan tidak signifikan, berarti tidak terdapat perbedaan
rata-rata dari kelompok yang dibandingkan.
Ftabel bisa dihitung pada tabel F:
o Tingkat signifikansi (α) adalah 5%
o Numerator adalah (k ─ 1) dalam ini sebagai pembilang (dk2)
o Denumerator adalah (N ─ k) dalam hal ini sebagai penyebut (dk 1)
Jika menggunakan Microsoft Excel yaitu ketik =Finv(0.05,dk 2,dk1).
6. Apabila adanya perbedaan yang signifikan, maka dilakukan uji lanjut. Untuk
kelompok data yang sama jumlahnya atau jumlah sampel tiap kelompok sama maka
dapat digunkaan uji Tukey. Sedangkan untuk kelompok data yang tidak sama
jumlahnya atau jumlah sampel tiap kelompok tidak sama dapat digunakan uji Scheffe.
Adapun rumus keduanya sebagai berikut.
a. Uji Tukey

Q=

b. Uji Scheffe

F=

2.4 Anova Satu Arah dengan Rank


Apabila variabel terikat mempunyai skala ordinal, maka analisisnya mempunyai
langkah yang agak berbeda dengan yang lain. Ini terjadi apabila syarat-syarat untuk
melakukan analisis of variance tidak terpenuhi. Untuk menghadapi data yang bersakal
ordinal maka digunakan Kruskeal-Walles.
Kruskal-walles menggunakan asumsi bahwa msing-masing kelompok sampel diambil dari
populasi yang sama. Kruskal-Walles dapat dihitung dengan rumus :

9
Keterangan :
S : adalah jumlah rank
n : adalah jumlah keseluruhan.
Langkah-Langkah pengujian hipotesis dengan skala ordinal adalah :
1. Menyusun hipotesis :
Ho: Tidak ada perbedaaan antar kelompok
Ha : Paling sedikit satu kelompok tidak sama dengan kelompok lainnya
2. Menyusun rank
Keseluruhan dapat diurutkan, bias dari yang terbesar kelompok yang terkecil atau
sebaliknya tergantung pada rank yang diukur. Hal yang perlu diperhatikan adalah angka
rank terkecil merupakan nilai yang tertinggi. Apabila terdapat persamaan pada individu
skor, maka rank merupakan nilai tengahnya (sering terjadi jika kita melakukan
perubahan skala dari ratio atau interval ke skala ordinal).
3. Menghitung kruskel-Walles
4. Membandingkan hasil perhitungan H dengan tabel (chi Square distribusi) berdasarkan
alpha dan derajat kebebasan = k-1
5. Mengambil kesimpulan yaitu akan menerima hipotesis nol apabila H sama dengan atau
lebih kecil daripada nilai tabel, sebaliknya tolak hipotesis nol jika H lebih besar daripada
nilai tabel.

2.5 Aplikasi Analisis Varians Satu Jalur dalam Penelitian Eksperimen


Berikut ini contoh aplikasi Anova satu jalur dalam penelitian eksperimen. Misalnya,
Seorang peneliti melakukan suatu penelitian eksperimen untuk menguji efektivitas metode
mengajar IPA, yaitu metode pemecahan masalah (A), penugasan (B), diskusi (C), dan
ceramah (D). Judul penelitian tersebut sebagai berikut.
Pengaruh Metode Mengajar trehadap Hasil Belajar IPA Siswa di SMP XYZ
Malang
Berdasarkan judul di atas dirumuskan permasalahan sebagai berikut.
1. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar IPA siswa ditinjau dari metode mengajar?
2. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar IPA siswa antara yang diajar menggunakan
metode pemecahan masalah dengan penugasan?
3. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar IPA siswa antara yang diajar menggunakan
metode pemecahan masalah dengan diskusi?

10
4. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar IPA siswa antara yang diajar menggunakan
metode pemecahan masalah dengan ceramah?
5. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar IPA siswa antara yang diajar menggunakan
metode penugasan dengan diskusi?
6. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar IPA siswa antara yang diajar menggunakan
metode penugasan dengan ceramah?
7. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar IPA siswa antara yang diajar menggunakan
metode diskusi dengan ceramah?

1. Terdapat perbedaan hasil belajar IPA siswa ditinjau dari metode mengajar.
2. Hasil belajar IPA siswa antara yang diajar menggunakan metode pemecahan masalah
lebih tinggi dibandingkan dengan penugasan.
3. Hasil belajar IPA siswa antara yang diajar menggunakan metode pemecahan masalah
lebih tinggi dibandingkan dengan diskusi.
4. Hasil belajar IPA siswa antara yang diajar menggunakan metode pemecahan masalah
lebih tinggi dibandingkan dengan ceramah.
5. Hasil belajar IPA siswa antara yang diajar menggunakan metode penugasan lebih
tinggi dibandingkan dengan diskusi.
6. Hasil belajar IPA siswa antara yang diajar menggunakan metode penugasan lebih
tinggi dibandingkan dengan ceramah.
7. Hasil belajar IPA siswa antara yang diajar menggunakan metode ceramah lebih
rendah dibandingkan dengan diskusi.
Dari jumlah siswa sebanyak 40 orang diambil secara acak sebanayk 28 siswa dan
dimasukkan ke dalam 4 kelas dengan masing-masing kelas terdiri dari 7 siswa yang diajar
dengan metode yang berbeda-beda.
Pada akhir eksperimen, setiap siswa dalam kelompok tersebut dikenai pengukuran dan
diperoleh data sebagai berikut.
Tabel 2.1 Data Hasil Belajar IPA Siswa Untuk Pengujian
ANOVA Satu Jalur

Hasil Belajar IPA


No Metode A Metode B Metode D Metode C
1 88 82 74 68
2 87 77 70 66
3 90 87 72 64
4 91 85 76 69
5 93 80 78 71
11
6 86 79 73 68
7 95 84 75 70

Berdasarkan data pada tabel 2.1 tentang data pengukuran hasil belajar siswa,
kemudian dimasukkan dalam lembar kerja SPSS pada Data View, pada kolom pertama isikan
data metode mengajar dimana untuk metode mengajar Pemecahan Masalah diberikan angka
1, Penugasan diberikan angka 2, Diskusi diberikan angka 3 dan Ceramah diberikan angka
4, kemudian pada kolom kedua isikan dengan data hasil belajar IPA siswa.
Kemudian pada lembar kerja Variabel View diberikan nama dan label. Pada baris
pertama diberikan nama Metode Mengajar. Pada kolom Value di klik dan diberikan nama
Value 1 untuk Pemecahan Masalah dan klik Add, Value 2 untuk label Penugasan dan klik
Add, Value 3 untuk Diskusi dan klik Add, dan Value 4 untuk label Ceramah dan klik Add,
Kemudian pada baris kedua diberikan nama Hasil Belajar lalu klik Ok. Tampilannya sebagai
berikut.

Selanjutnya klik analyze, pilih compare means, kemudian pilih dan klik one way
Anova, sehingga muncul tampilan sebagai berikut:

12
Masukkan variabel Metode mengajar ke dalam kotak Factor dan Hasil Belajar ke dalam
kotak Dependent List. Kemudian klik Post Hoc untuk menguji metode mengajar mana yang
hasil belajarnya lebih tinggi, apakah metode Pemecahan Masalah, Penugasan, Diskusi, atau
Ceramah. Tampilannya sebagai berikut.

Apabila jumlah data (responden) untuk tiap latar belakang adalah sama, misalnya
siswa yang menjadi sampel penelitian pada masing-masing kelas yang diajar dengan metode
mengajar pemecahan masalah, penugasan, diskusi dan ceramah sama-sama 7 orang, maka
klik pada kotak Tukey dan apabila jumlah data (responden) untuk tiap latar belakang berbeda
maka klik Scheffe.
Dalam contoh ini klik Tukey karena jumlah data semua kelompok sama. Selanjutnya
klik Continue, klik Options, maka akan muncul tampilan sebagai berikut.

13
Selanjutnya pada kotak Homogeneity of Variance Test diklik. Hal ini untuk melakukan
pengujian homogenitas varians. Untuk uji perbedaan, selain harus memenuhi asumsi data
berdistribusi atau berada dalam sebaran normal, juga harus memenuhi asumsi bahwa data
dari kelompok yang akan dibandingkan harus memiliki varians yang homogen (Asumsi
Homogenitas Varians). Untuk mengetahui plot estimasi rerata dari hasil belajar terhadap
metode mengajar pada kotak Means plot diklik.
Dengan demikian dalam uji perbedaan harus dilakukan uji persyaratan analisis yaitu
uji normalitas data dan uji homogenitas. Uji normalitas data adalah hal yang lazim dilakukan
sebelum sebuah metode statistik. Tujuan uji normalitas adalah untuk mengetahui apakah
distribusi data mengikuti atau mendekati distribusi normal, yakni distribusi data yang
mempunyai pola seperti distribusi normal (distribusi tersebut tidak melenceng ke kiri maupun
ke kanan). Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah varians dari kelompok
berbeda yang akan dibandingkan adalah homogen. Uji homogenitas varians dilakukan untuk
peneliti yang bersifat membandingkan (Eksperimen, Ex-Post-Facto atau Komparatif).

Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov


Lakukan analisis dengan cara: pilih menu Analize, kemudian sub menu Nonarametrics Test.
Dari serangkaian pilihan yang ada, pilih 1-Sample K-S, akan muncul kotak dialog sebagai
berikut.

14
Pindahkan semua variabel ke kotak Test Variable List dengan cara menandai semua
variabel, kemudian menekan tanda >. Klik Options sehingga muncul kotak dialog sebagai
berikut, kemudian centang Descriptive lalu klik Continue

Klik OK sehingga akan muncul Output sebagai berikut:

Descriptive Statistics
N Mean Std. Deviation Minimum Maximum
Metode_Mengajar 28 2.50 1.139 1 4
Hasil_Belajar 28 78.50 8.905 64 95

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test


Metode_Mengaj
ar Hasil_Belajar
N 28 28
a,b Mean 2.50 78.50
Normal Parameters
Std. Deviation 1.139 8.905
Most Extreme Differences Absolute .170 .089
Positive .170 .089

15
Negative -.170 -.089
Kolmogorov-Smirnov Z .898 .470
Asymp. Sig. (2-tailed) .395 .980
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.

Interpretasi Kolomogorov Smirnov


a,b
Perhatikan pada tabel di atas, pada bagian Normal parameters pada baris Absolute
diperoleh hasil analisis sebesar 0,170 untuk Metode Mengajar dan 0,089 untuk Hasil Belajar.
Pada bagian Assym.Sig. (2 tailed) atau P-value diperoleh koefisien 0,395 untuk Metode
Mengajar dan 0,980 untuk variabel Hasil Belajar.
Untuk menyatakan apakah data berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau
tidak dapat dilakukan dengan membandingkan koefisien Assym.Sig. (2 tailed) atau P-value
dengan 0,05 (taraf signifikansi). Apabila P-value lebih besar dari 0,05 (taraf signifikansi)
yang berarti tidak signifikan, maka memiliki makna bahwa data berasal dari populasi yang
berdistribusi normal.
Sebaliknya apabila P-value lebih kecil dari 0,05 yang berarti signifikan, maka
memiliki makna bahwa data berasal dari populasi yang berdistribusi tidak normal.
Berdasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa P-value > 0,05 yaitu 0,395>0,05 dan
0,980>0,05 sehingga sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
Karena data berdistribusi normal, maka uji ANOVA satu jalur bisa dilakukan, berikut
adalah tabel hasil uji ANOVA satu jalur, Berikut ini output dari hasisl analisis untuk
pengujian homogenitas menggunakan program SPSS.
Selanjutnya klik Descriptive dan klik Continue dan kembali ke tampilan awal dan klik
Ok. Berikut ini output dari hasil analisis uji perbedaan dengan menggunakan Anova satu jalur
dan uji homogenitas.
Oneway

Descriptives
Hasil_Belajar
95% Confidence Interval for
N Mean Std. Std. Mean Minimum Maximum
Deviation Error Lower Upper
Bound Bound
Pemecahan 7 90.00 3.266 1.234 86.98 93.02 86 95
Masalah
Penugasan 7 82.00 3.559 1.345 78.71 85.29 77 87

16
Diskusi 7 74.00 2.646 1.000 71.55 76.45 70 78
Ceramah 7 68.00 2.380 .900 65.80 70.20 64 71
Total 28 78.50 8.905 1.683 75.05 81.95 64 95

Test of Homogeneity of Variances


Hasil_Belajar
Levene Statistic df1 df2 Sig.
.714 3 24 .553

ANOVA
Hasil_Belajar
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 1925.000 3 641.667 71.296 .000
Within Groups 216.000 24 9.000
Total 2141.000 27

Post Hoc Test

Multiple Comparisons
Hasil_Belajar
Tukey HSD
(I) Metode_Mengajar (J) Metode_Mengajar Mean 95% Confidence Interval
Difference (I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound
Pemecahan Masalah Penugasan * 1.604 .000 3.58 12.42
8.000
Diskusi * 1.604 .000 11.58 20.42
16.000
Ceramah * 1.604 .000 17.58 26.42
22.000
Penugasan Pemecahan Masalah * 1.604 .000 -12.42 -3.58
-8.000
Diskusi * 1.604 .000 3.58 12.42
8.000
Ceramah * 1.604 .000 9.58 18.42
14.000
Diskusi Pemecahan Masalah * 1.604 .000 -20.42 -11.58
-16.000
Penugasan * 1.604 .000 -12.42 -3.58
-8.000
Ceramah * 1.604 .005 1.58 10.42
6.000
Ceramah Pemecahan Masalah * 1.604 .000 -26.42 -17.58
-22.000
Penugasan * 1.604 .000 -18.42 -9.58
-14.000
Diskusi * 1.604 .005 -10.42 -1.58
-6.000

*. The mean difference is significant at the 0.05 level.

17
Homogeneous Subsets

Hasil_Belajar
Tukey HSD
a
Metode_Mengajar N Subset for alpha = 0.05
1 2 3 4
Ceramah 7 68.00
Diskusi 7 74.00
Penugasan 7 82.00
Pemecahan Masalah 7 90.00
Sig. 1.000 1.000 1.000 1.000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.


a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 7.000.

Means Plots

Interpretasi
1. Output Test Homogeneity Of Variance merupakan hasil dari uji homogenitas varians.
Untuk menyatakan apakah varians adalah homogen atau tidak dengan melihat koefisien
P-value. Apabila koefisien P-value lebih besar dari taraf signifikansi pada α = 0,05 maka
dinyatakan tidak signifikan yang berarti bahwa varians adalah homogen. Sebaliknya
apabila koefisien P-value lebih kecil dari taraf signifikansi pada α = 0,05 maka
dinyatakan signifikansi yang berarti bahwa varians tidak homogen. Hasil analisis
diperoleh koefisien levene sebesar 0,714 dengan P-value sebesar 0,553. Oleh karena P-
value lebih besar dari 0,05 maka dinyatakan bahwa varians dari kelompok yang
dibandingkan adalah homogen.
2. Output ANOVA sebagai hasil analisis yang digunakan untuk menentukan apakah
hipotesis penelitian diterima atau tidak. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan hasil
belajar IPA siswa ditinjau dari metode mengajar dengan melihat besarnya koefisien F

18
hitung atau P-value dan membandingkannya dengan F tabel atau taraf signifikansi baik
pada α = 0,05 atau α = 0,01.
Apabila F hitung lebih besar dari F tabel yang besarnya 3,008 atau P-value lebih kecil
dari 0,05 maka dinyatakan terdapat perbedaan yang berarti hipotesis kerja (H 1) diterima
dan hipotesis nol (H0) ditolak. Hasil analisis menunjukkan bahwa koefisien F hitung
sebesar 71,296 dengan P-value sebesar 0,000.
Oleh karena P-value lebih kecil dari 0,05 bahkan 0,01 maka hipotesis kerja diterima
yang berarti terdapat perbedaan yang sangat signifikan hasil belajar IPA siswa yang
diajar menggunakan keempat metode mengajar.
3. Oleh karena adanya perbedaan, maka dilakukan uji lanjut. Uji lanjut dilakukan dengan
uji Tukey dikarenakan jumlah data untuk masing-masing kelompok sama. Pada tabel
Multiple Comparasions diketahui bahwa:
a. Hasil belajar IPA siswa yang diajar dengan menggunakan metode pemecahan
masalah dengan metode penugasan memiliki perbedaan rata-rata Mean Difference (I-
J) sebesar 8,000 dengan P-value sebesar 0,000. Oleh karena koefisien P-value lebih
kecil dari 0,05 bahkan 0,01 maka disimpulkan terdapat perbedaan yang signifikan
siswa yang diajar dengan menggunakan metode pemecahan masalah dengan metode
penugasan.
Berdasarkan nilai rata-rata pada tabel Descriptives menunjukkan bahwa nilai rata-rata
siswa yang diajar dengan menggunakan metode pemecahan masalah lebih tinggi
dibandingkan dengan metode penugasan (90, 00 > 82,00).
Dengan demikian hasil belajar siswa yang diajar dengan menggunakan metode
pemecahan masalah lebih tinggi dibandingkan dengan metode penugasan.
b. Hasil belajar IPA siswa yang diajar dengan menggunakan metode pemecahan
masalah dengan metode diskusi memiliki perbedaan rata-rata Mean Difference (I-J)
sebesar 16,000 dengan P-value sebesar 0,000. Oleh karena koefisien P-value lebih
kecil dari 0,05 bahkan 0,01 maka disimpulkan terdapat perbedaan yang signifikan
siswa yang diajar dengan menggunakan metode pemecahan masalah dengan metode
diskusi.
Berdasarkan nilai rata-rata pada tabel Descriptives menunjukkan bahwa nilai rata-rata
siswa yang diajar dengan menggunakan metode pemecahan masalah lebih tinggi
dibandingkan dengan metode diskusi (90, 00 > 74,00).
Dengan demikian hasil belajar siswa yang diajar dengan menggunakan metode
pemecahan masalah lebih tinggi dibandingkan dengan metode diskusi.

19
c. Hasil belajar IPA siswa yang diajar dengan menggunakan metode pemecahan
masalah dengan metode ceramah memiliki perbedaan rata-rata Mean Difference (I-
J) sebesar 22,000 dengan P-value sebesar 0,000. Oleh karena koefisien P-value lebih
kecil dari 0,05 bahkan 0,01 maka disimpulkan terdapat perbedaan yang signifikan
siswa yang diajar dengan menggunakan metode pemecahan masalah dengan metode
ceramah.
Berdasarkan nilai rata-rata pada tabel Descriptives menunjukkan bahwa nilai rata-rata
siswa yang diajar dengan menggunakan metode pemecahan masalah lebih tinggi
dibandingkan dengan metode ceramah (90, 00 > 68,00).
Dengan demikian hasil belajar siswa yang diajar dengan menggunakan metode
pemecahan masalah lebih tinggi dibandingkan dengan metode ceramah.
d. Hasil belajar IPA siswa yang diajar dengan menggunakan metode penugasan dengan
metode diskusi memiliki perbedaan rata-rata Mean Difference (I-J) sebesar 8,000
dengan P-value sebesar 0,000. Oleh karena koefisien P-value lebih kecil dari 0,05
bahkan 0,01 maka disimpulkan terdapat perbedaan yang signifikan siswa yang diajar
dengan menggunakan metode penugasan dengan metode diskusi.
Berdasarkan nilai rata-rata pada tabel Descriptives menunjukkan bahwa nilai rata-rata
siswa yang diajar dengan menggunakan metode penugasan lebih tinggi dibandingkan
dengan metode diskusi (82, 00 > 74,00).
Dengan demikian hasil belajar siswa yang diajar dengan menggunakan metode
penugasan lebih tinggi dibandingkan dengan metode diskusi.
e. Hasil belajar IPA siswa yang diajar dengan menggunakan metode penugasan dengan
metode ceramah memiliki perbedaan rata-rata Mean Difference (I-J) sebesar 14,000
dengan P-value sebesar 0,000. Oleh karena koefisien P-value lebih kecil dari 0,05
bahkan 0,01 maka disimpulkan terdapat perbedaan yang signifikan siswa yang diajar
dengan menggunakan metode penugasan dengan metode ceramah.
Berdasarkan nilai rata-rata pada tabel Descriptives menunjukkan bahwa nilai rata-rata
siswa yang diajar dengan menggunakan metode penugasan lebih tinggi dibandingkan
dengan metode ceramah (82, 00 > 68,00).
Dengan demikian hasil belajar siswa yang diajar dengan menggunakan metode
penugasan lebih tinggi dibandingkan dengan metode ceramah.
f. Hasil belajar IPA siswa yang diajar dengan menggunakan metode diskusi dengan
metode ceramah memiliki perbedaan rata-rata Mean Difference (I-J) sebesar 6,000
dengan P-value sebesar 0,005. Oleh karena koefisien P-value lebih kecil dari 0,05

20
bahkan 0,01 maka disimpulkan terdapat perbedaan yang signifikan siswa yang diajar
dengan menggunakan metode diskusi dengan metode ceramah.
Berdasarkan nilai rata-rata pada tabel Descriptives menunjukkan bahwa nilai rata-rata
siswa yang diajar dengan menggunakan metode diskusi lebih tinggi dibandingkan
dengan metode ceramah (74, 00 > 68,00).
Dengan demikian hasil belajar siswa yang diajar dengan menggunakan metode
diskusi lebih tinggi dibandingkan dengan metode ceramah.
4. Plot dari output di atas merupakan plot estimasi rerata dari hasil belajar IPA siswa
terhadap metode mengajar. Dari plot Nampak bahwa hasil belajar IPA siswa tertinggi
adalah yang diajar menggunakan metode pemecahan masalah, jadi peneliti dapat
menganjurkan kepada guru di SMP XYZ Malang untuk menggunakan metode mengajar
pemecahan masalah agar hasil belajar siswanya menjadi lebih tinggi.

2.6 Aplikasi Analisis Varians Satu Jalur dalam Penelitian Ex-Post-Facto


Berikut ini contoh aplikasi ANOVA satu jalur dalam penelitian ex-post-facto.
Misalnya, suatu penelitian dengan judul Analisis Hasil Panen Padi Ditinjau dari Varietas
padi. Dari masing-masing varietas diambil secara acak, kemudian diukur dan diperoleh data
sebagai berikut.
Tabel 2.2 Data Pengukuran Hasil Panen Padi Untuk
Pengujian ANOVA Satu Jalur

Hasil Panen Padi


Hipa-3 Sembada B9 Hipa-6 Sembada B5
96 93 60 76
37 81 54 89
58 79 78 88
69 101 56 84
73 96 61 75
81 102 69 68

Berdasarkan data tersebut hipotesis penelitian dinyatakan sebagai berikut.


1. Terdapat perbedaan hasil panen padi ditinjau dari varietas padi.
2. Hasil panen padi varietas Hipa-3 lebih rendah dibandingkan dengan Sembada B9
3. Hasil panen padi varietas Hipa-3 lebih tinggi dibandingkan dengan Hipa-6
4. Hasil panen padi varietas Hipa-3 lebih rendah dibandingkan dengan Sembada B5
5. Hasil panen padi varietas Sembada B9 lebih tinggi dibandingkan dengan Hipa-6
6. Hasil panen padi varietas Sembada B9 lebih tinggi dibandingkan dengan Sembada
B5
21
7. Hasil panen padi varietas Sembada Hipa-6 lebih rendah dibandingkan dengan
Sembada B5
Berdasarkan data pada tabel 2.2 tentang data pengukuran hasil panen padi, kemudian
dimasukkan dalam lembar kerja SPSS pada Data View, pada kolom pertama isikan data
Hasil Panen, kemudian pada kolom kedua isikan dengan data Varietas Padi dimana untuk
varietas Hipa-3 diberikan angka 1, Sembada B9 diberikan angka 2, Hipa-6 diberikan angka
3 dan Sembada B5 diberikan angka 4.
Kemudian pada lembar kerja Variabel View diberikan nama dan label. Pada baris
pertama diberikan nama Hasil Panen, pada baris kedua diberikan nama Varietas Padi
kemudian pada kolom Value di klik dan diberikan nama Value 1 untuk Pemecahan Hipa-3
dan klik Add, Value 2 untuk Sembada B9 dan klik Add, Value 3 untuk Hipa-6 dan klik
Add, dan Value 4 untuk label Sembada B5 dan klik Add, lalu klik Ok.
Dengan cara yang sama seperti pada penelitian experiment maka didapat output
sebagai berikut.

Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov

Descriptive Statistics
N Mean Std. Deviation Minimum Maximum
Hasil_Panen 24 76.00 16.434 37 102
Varietas_Padi 24 2.50 1.142 1 4

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test


Hasil_Panen Varietas_Padi
N 24 24
a,b Mean 76.00 2.50
Normal Parameters
Std. Deviation 16.434 1.142
Most Extreme Differences Absolute .069 .169
Positive .069 .169
Negative -.063 -.169
Kolmogorov-Smirnov Z .340 .829
Asymp. Sig. (2-tailed) 1.000 .498
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.

Interpretasi Kolomogorov Smirnov


a,b
Perhatikan pada tabel di atas, pada bagian Normal parameters pada baris Absolute
diperoleh hasil analisis sebesar 0.069 untuk Hasil Panen dan 0,169 untuk Varietas Padi. Pada

22
bagian Assym.Sig. (2 tailed) atau P-value diperoleh koefisien 1,000 untuk Hasil Panen dan
0,498 untuk variabel Varietas Padi.
Untuk menyatakan apakah data berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau
tidak dapat dilakukan dengan membandingkan koefisien Assym.Sig. (2 tailed) atau P-value
dengan 0,05 (taraf signifikansi). Apabila P-value lebih besar dari 0,05 (taraf signifikansi)
yang berarti tidak signifikan, maka memiliki makna bahwa data berasal dari populasi yang
berdistribusi normal.
Sebaliknya apabila P-value lebih kecil dari 0,05 yang berarti signifikan, maka
memiliki makna bahwa data berasal dari populasi yang berdistribusi tidak normal.
Berdasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa P-value > 0,05 yaitu 1,000>0,05 dan
0,498>0,05 sehingga sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
Karena data berdistribusi normal, maka uji ANOVA satu jalur bisa dilakukan, berikut
adalah tabel hasil uji ANOVA satu jalur, Berikut ini output dari hasisl analisis untuk
pengujian homogenitas menggunakan program SPSS.
Selanjutnya klik Descriptive dan klik Continue dan kembali ke tampilan awal dan klik
Ok. Berikut ini output dari hasil analisis uji perbedaan dengan menggunakan Anova satu jalur
dan uji homogenitas.

Oneway
Descriptives

Hasil_Panen
95% Confidence Interval for
Mean
N Mean Std. Deviation Std. Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum
Hipa-3 6 69.00 20.169 8.234 47.83 90.17 37 96
Sembada B9 6 92.00 9.879 4.033 81.63 102.37 79 102
Hipa-6 6 63.00 8.989 3.670 53.57 72.43 54 78
Sembada B5 6 80.00 8.319 3.396 71.27 88.73 68 89
Total 24 76.00 16.434 3.355 69.06 82.94 37 102

Test of Homogeneity of Variances


Hasil_Panen
Levene Statistic df1 df2 Sig.
1.402 3 20 .271

23
ANOVA

Hasil_Panen
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 2940.000 3 980.000 5.990 .004
Within Groups 3272.000 20 163.600
Total 6212.000 23

Post Hoc Tes


Multiple Comparisons
Hasil_Panen
Tukey HSD
(I) Varietas_Padi (J) Varietas_Padi Mean 95% Confidence Interval
Difference (I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound
Hipa-3 Sembada B9 * 7.385 .026 -43.67 -2.33
-23.000
Hipa-6 6.000 7.385 .848 -14.67 26.67
Sembada B5 -11.000 7.385 .462 -31.67 9.67
Sembada B9 Hipa-3 * 7.385 .026 2.33 43.67
23.000
Hipa-6 * 7.385 .004 8.33 49.67
29.000
Sembada B5 12.000 7.385 .388 -8.67 32.67
Hipa-6 Hipa-3 -6.000 7.385 .848 -26.67 14.67
Sembada B9 * 7.385 .004 -49.67 -8.33
-29.000
Sembada B5 -17.000 7.385 .131 -37.67 3.67
Sembada B5 Hipa-3 11.000 7.385 .462 -9.67 31.67
Sembada B9 -12.000 7.385 .388 -32.67 8.67
Hipa-6 17.000 7.385 .131 -3.67 37.67
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.

Homogeneous Subsets
Hasil_Panen
a
Tukey HSD
Varietas_Padi Subset for alpha = 0.05
N 1 2
Hipa-6 6 63.00
Hipa-3 6 69.00
Sembada B5 6 80.00 80.00
Sembada B9 6 92.00
Sig. .131 .388
Means for groups in homogeneous subsets are
displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.

24
Means Plots

Interpretasi
1. Output Test Homogeneity Of Variance merupakan hasil dari uji homogenitas varians.
Untuk menyatakan apakah varians adalah homogen atau tidak dengan melihat koefisien
P-value. Apabila koefisien P-value lebih besar dari taraf signifikansi pada α = 0,05 maka
dinyatakan tidak signifikan yang berarti bahwa varians adalah homogen. Sebaliknya
apabila koefisien P-value lebih kecil dari taraf signifikansi pada α = 0,05 maka
dinyatakan signifikansi yang berarti bahwa varians tidak homogen. Hasil analisis
diperoleh koefisien levene sebesar 1,402 dengan P-value sebesar 0,271. Oleh karena P-
value lebih besar dari 0,05 maka dinyatakan bahwa varians dari kelompok yang
dibandingkan adalah homogen.
2. Output ANOVA sebagai hasil analisis yang digunakan untuk menentukan apakah
hipotesis penelitian diterima atau tidak. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan hasil
panen padi ditinjau dari varietas padi dengan melihat besarnya koefisien F hitung atau P-
value dan membandingkannya dengan F tabel atau taraf signifikansi baik pada α = 0,05
atau α = 0,01.
Apabila F hitung lebih besar dari F tabel yang besarnya 3,098 atau P-value lebih kecil
dari 0,05 maka dinyatakan terdapat perbedaan yang berarti hipotesis kerja (H 1) diterima
dan hipotesis nol (H0) ditolak. Hasil analisis menunjukkan bahwa koefisien F hitung
sebesar 5,990 dengan P-value sebesar 0,004.
Oleh karena P-value lebih kecil dari 0,05 bahkan 0,01 maka hipotesis kerja diterima
yang berarti terdapat perbedaan yang sangat signifikan hasil panen padi ditinjau dari
varietas padi.

25
3. Oleh karena adanya perbedaan, maka dilakukan uji lanjut. Uji lanjut dilakukan dengan
uji Tukey dikarenakan jumlah data untuk masing-masing kelompok sama. Pada tabel
Multiple Comparasions diketahui bahwa:
a. Hasil panen padi varietas Hipa-3 dengan varietas Sembada B9 memiliki perbedaan
rata-rata Mean Difference (I-J) sebesar 23,000 dengan P-value sebesar 0,026. Oleh
karena koefisien P-value lebih kecil dari 0,05 maka disimpulkan terdapat perbedaan
yang signifikan hasil panen padi varietas Hipa-3 dengan varietas Sembada B9.
Berdasarkan nilai rata-rata pada tabel Descriptives menunjukkan bahwa nilai rata-rata
hasil panen padi varietas Hipa-3 lebih rendah daripada varietas Sembada B9 (69,00 <
92,00). Dengan demikian hasil hasil panen padi varietas Hipa-3 lebih rendah daripada
varietas Sembada B9.
b. Hasil panen padi varietas Hipa-3 dengan varietas Hipa-6 memiliki perbedaan rata-
rata Mean Difference (I-J) sebesar 6,000 dengan P-value sebesar 0,848. Oleh karena
koefisien P-value lebih besar dari 0,05 maka disimpulkan tidak terdapat perbedaan
yang signifikan hasil panen padi varietas Hipa-3 dengan varietas Hipa-6.
Berdasarkan nilai rata-rata pada tabel Descriptives menunjukkan bahwa nilai rata-rata
hasil panen padi varietas Hipa-3 lebih tinggi daripada varietas Hipa-6 (69,00 >
63,00). Dengan demikian hasil hasil panen padi varietas Hipa-3 lebih tinggi daripada
varietas Hipa-6.
c. Hasil panen padi varietas Hipa-3 dengan varietas Sembada-B5 memiliki perbedaan
rata-rata Mean Difference (I-J) sebesar 11,000 dengan P-value sebesar 0,462. Oleh
karena koefisien P-value lebih besarl dari 0,05 maka disimpulkan tidak terdapat
perbedaan yang signifikan hasil panen padi varietas Hipa-3 dengan varietas Sembada
B5.
Berdasarkan nilai rata-rata pada tabel Descriptives menunjukkan bahwa nilai rata-rata
hasil panen padi varietas Hipa-3 lebih rendah daripada varietas Sembada B5 (69,00 <
80,00). Dengan demikian hasil hasil panen padi varietas Hipa-3 lebih rendah daripada
varietas Sembada B5.
d. Hasil panen padi varietas Sembada B9 dengan varietas Hipa-6 memiliki perbedaan
rata-rata Mean Difference (I-J) sebesar 29,000 dengan P-value sebesar 0,004. Oleh
karena koefisien P-value lebih kecil dari 0,05 bahkan 0,01 maka disimpulkan terdapat
perbedaan yang signifikan hasil panen padi varietas Sembada B9 dengan varietas
Hipa-6.

26
Berdasarkan nilai rata-rata pada tabel Descriptives menunjukkan bahwa nilai rata-rata
hasil panen padi varietas Sembada B9 lebih tinggi daripada varietas Hipa-6 (92,00 >
63,00). Dengan demikian hasil hasil panen padi varietas Sembada B9 lebih tinggi
daripada varietas Hipa-6.
e. Hasil panen padi varietas Sembada B9 dengan varietas Sembada B5 memiliki
perbedaan rata-rata Mean Difference (I-J) sebesar 12,000 dengan P-value sebesar
0,388. Oleh karena koefisien P-value lebih besar dari 0,05 maka disimpulkan tidak
terdapat perbedaan yang signifikan hasil panen padi varietas Sembada B9 dengan
varietas Sembada B5.
Berdasarkan nilai rata-rata pada tabel Descriptives menunjukkan bahwa nilai rata-rata
hasil panen padi varietas Sembada B9 lebih tinggi daripada varietas Sembada B5
(92,00 > 80,00). Dengan demikian hasil hasil panen padi varietas Sembada B9 lebih
tinggi daripada varietas Sembada B5.
f. Hasil panen padi varietas Hipa-6 dengan varietas Sembada B5 memiliki perbedaan
rata-rata Mean Difference (I-J) sebesar 17,000 dengan P-value sebesar 0,131. Oleh
karena koefisien P-value lebih besar dari 0,05 maka disimpulkan tidak terdapat
perbedaan yang signifikan hasil panen padi varietas Hipa-6 dengan varietas Sembada
B5.
Berdasarkan nilai rata-rata pada tabel Descriptives menunjukkan bahwa nilai rata-rata
hasil panen padi varietas Hipa-6 lebih rendah daripada varietas Sembada B5 (63,00 <
80,00).
Dengan demikian hasil hasil panen padi varietas Sembada B9 lebih tinggi daripada
varietas Hipa-6.
4. Plot dari output di atas merupakan plot estimasi rerata dari hasil panen padi terhadap
varietas padi. Dari plot nampak bahwa hasil panen padi tertinggi adalah menggunakan
varietas Sembada B9, jadi peneliti dapat menganjurkan kepada petani di daerah
penelitian tersebut untuk menggunakan varietas padi Sembada B9.

27
BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Analisis of variance atau ANOVA merupakan salah satu teknik analisis multivariate
yang berfungsi untuk membedakan rerata lebih dari dua kelompok data dengan cara
membandingkan variansinya. Analisis varian termasuk dalam kategori statistik parametrik.
Sebagai alat statistika parametrik, maka untuk dapat menggunakan rumus ANOVA harus
terlebih dahulu perlu dilakukan uji asumsi meliputi normalitas, heterokedastisitas dan random
sampling. Uji ANOVA sering pula disebut uji F.
Analisis varians satu jalur merupakan teknik statistika parametrik yang digunakan
untuk pengujian perbedaan beberapa kelompok rata-rata, di mana hanya terdapat satu variabel
bebas atau independen yang dibagi dalam beberapa kelompok dan satu variabel terikat atau
dependen.

28
Daftar Rujukan

Imam Ghozali. 2009. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang : BP
UNDIP.

Irianto, Agus. 2012. Statistik Konsep Dasar, Aplikasi, dan Pengembangannya. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group.

Pramesti, Getut 2011. Aplikasi SPSS daam Penelitian. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

Santoso, S. 2010. Statistik Parametrik. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

Spiegel, M. R. & Stephens, L. J. 2008. Schaum’s Outlines of Theory and Problem of


Statistic,Fourth Edition. The McGraw-Hill Companies, Inc.

Widiyanto, M.A. 2013. Statistika Terapan. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

29

Anda mungkin juga menyukai