Anda di halaman 1dari 5

،‫ت أ َ ْع َما ٰلنَا‬ َ ‫ور أ َ ْنفُ ٰسنَا َو ٰم ْن‬

ٰ ‫س ٰيئَا‬ ُ ‫ َونَعُوذ ُ ٰباهللٰ ٰم ْن‬،ُ‫َـح َمدُهُ َونَ ْست َ ٰع ْينُهُ َونَ ْست َ ْغ ٰف ُره‬
ٰ ‫ش ُر‬ َّ
ْ ‫إن الـ َح ْمدَ ٰ هّلِلٰ ن‬

‫ َوأ َ ْش َهدُ أَن الَّ ٰإلَهَ ٰإالَّ هللا َو ْحدَهُ َال ش َٰري َْك‬،ُ‫ٰي َله‬ ْ ُ‫ َو َم ْن ي‬،ُ‫ض َّل لَه‬
َ ‫ض ٰل ْل فَ ََل هَاد‬ ٰ ‫َم ْن يَ ْه ٰد ٰه هللاُ فَ ََل ُم‬

ُ ‫لَهُ َوأ َ ْش َهد ُ أ َ َّن ُمـ َح َّمدا ً َع ْبدُهُ َو َر‬


‫سولُه‬

‫َّللا َح َّق تُقَاتٰ ٰه َو َال تَ ُموت ُ َّن ٰإ َّال َوأ َ ْنت ُ ْم‬
َ َّ ‫ يَا أَيُّ َها الَّذٰينَ آ َمنُوا اتَّقُوا‬،‫قال هللا تعالى فى كتابه الكريم‬

َ‫ُم ْس ٰل ُمون‬

، ‫سلَّ َم‬
َ ‫علَ ْي ٰه َو‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ُ‫َّللا‬ ُ ‫سنَ ْال َه ْدي ٰ َه ْد‬
َ ‫ي ُم َح َّم ٍد‬ َ ‫ َوأ َ ْح‬، ‫َّللا‬ ٰ ‫صدَقَ ا ْل َحدٰي‬
ُ َ ‫ث ٰكت‬
ٰ َّ ‫اب‬ َ َ ‫ فإ ٰ َّن أ‬،ُ‫أ َ َّما َب ْعد‬

َ ‫ َو ُك َّل‬، ٌ‫ضَللَة‬
ٰ َّ‫ضَللَ ٍة فٰي الن‬
‫ار‬ َ ‫ َو ُك َّل ٰب ْد‬، ٌ‫عة‬
َ ‫ع ٍة‬ ٰ ‫َوش ََّر األ ُ ُم‬
َ ‫ َو ُك َّل ُم ْحدَث َ ٍة ٰب ْد‬، ‫ور ُم ْحدَثَات ُ َها‬

Jama’ah Sidang Jum’at Rahimakumullah

Sesungguhnya Allah subhanahu wa ta’ala pasti akan memberikan kepada kaum mukminin ujian demi
ujian, musibah demi musibah. Karena itu semua adalah merupakan perkara yang bisa menggugurkan
dosa-dosanya dan mengangkat derajatnya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

ُ‫ُصبْ ٰم ْنه‬ َّ ‫َم ْن ي ُٰر ٰد‬


ٰ ‫َّللاُ ٰب ٰه َخي ًْرا ي‬
“Siapa yang Allah inginkan kebaikan untuknya Allah pasti berikan kepadanya musibah” (HR.
Bukhari)
Musibah tidak selamanya adalah merupakan adzab. Musibah terkadang menjadi rahmat.
Allah subhanahu wa ta’ala ingin memberikan kasih sayangNya dengan cara memberikan musibah.
Sehingga pada waktu itu Allah angkat derajatnya, Allah gugurkan dosa-dosanya. Disebutkan dalam
hadits juga Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

‫َّللا ٰإذَا أ َ َحبَّ قَ ْو ًما ا ْبتَ ََل ُه ْم‬


َ َّ ‫إ ِٰ َّن‬
“Sesungguhnya apabila Allah mencintai suatu kaum maka Dia akan menguji mereka.” (HR. Ibnu
Majah)
Allah timpakan kepada mereka bala’. Itu merupakan tanda cinta Allah subhanahu wa ta’ala kepada
suatu kaum. Maka dari itulah saudara-saudaraku sekalian, ketika kita melihat saudara-saudara kita
yang di Lombok sana diberikan musibah berupa bencana gempa yang meluluhlantakkan dan
menghancurkan, barangkali itu adalah sebagai tanda cinta Allah kepada meraka. Sebagai rahmat
untuk kaum muslimin yang ada di sana, menggugurkan dosa-dosa mereka, mengangkat derajat-derajat
mereka. Sementara kita yang disini, kita diberikan oleh Allah keamanan dan kenikmatan. Seringkali
terkadang kenikmatan dan keamanan membuat kita lupa kepada Allah subhanahu wa ta’ala.
Seringkali terkadang kenikmatan-kenikmatan itu menjadikan kita ujub, menjadikan kita sombong,
menjadikan kita mengikuti syahwat dan hawa nafsu. Seringkali kenikmatan itu menjadikan kita lupa
kepada Allah dan kehidupan akhirat.
Maka dari itulah saudara-saudaraku sekalian, musibah yang menimpa manusia ada dua macam.

Pertama, musibah yang menimpa dunia


Maka musibah yang menimpa dunia itu lebih ringan. Karena musibah yang menimpa dunia seorang
mukmin akan mengangkat derajatnya dan menggugurkan dosa-dosanya sehingga akhirnya ia berjalan
dimuka bumi dalam keadaan ia tidak punya dosa. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

ٌ‫َطيئَة‬
ٰ ‫ع َل ْي ٰه خ‬ َ ‫فَ َما يَب َْر ُح ْالبََلَ ُء ٰب ْال َع ْب ٰد َحتَّى َيتْ ُر َكهُ يَ ْمشٰى‬
ٰ ‫علَى األ َ ْر‬
َ ‫ض َما‬
“Seorang hamba senantiasa akan mendapatkan cobaan hingga dia berjalan di muka bumi dalam
keadaan bersih dari dosa.” (HR. Tirmidzi)
Kedua, musibah yang menimpa agama
Ini adalah musibah yang Rasul berlindung darinya. Dan ini merupakan musibah yang kita pun wajib
berlindung darinya. Yaitu musibah yang menimpa agama kita. Dijadikan kita sibuk dengan syahwat,
dijadikan kita condong kepada maksiat, dijadikan hati kita lalai dari berdzikir kepada Allah, lalu kita
pun tertipu dengan dunia, kita pun sibuk mengejar dunia dan kita pun dijadikan lupa dari kehidupan
akhirat.

Maka ini musibah yang hakiki saudara, musibah yang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam khawatirkan menimpa umat Islam. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda:

،‫علَى َم ْن َكانَ قَ ْبلَ ُك ْم‬ َ ‫علَ ْي ُك ْم َك َما بُ ٰس‬


ْ ‫ط‬
َ ‫ت‬ َ ‫س‬
َ ‫ط الدُّ ْن َيا‬ َ ‫َما اْلفَ ْق ُر ا َ ْخشَى‬
َ ‫ َو ل ٰك ْن ا َ ْخشَى ا َ ْن ت ُ ْب‬،‫علَ ْي ُك ْم‬

‫س ْوهَا فَت ُ ْه ٰل َك ُك ْم َك َما ا َ ْهلَ َكتْ ُه ْم‬


ُ َ‫س ْوهَا َك َما تَنَاف‬
ُ َ‫فَتَنَاف‬
“bukanlah kefakiran (kemiskinan) yang aku khawatirkan terhadap kalian, tetapi yang aku
khawatirkan terhadap kalian apabila keduniaan berlimpah-ruah sebagaimana telah dijadikan
berlimpah ruah pada orang-orang sebelum kalian. Maka kalian akan bersaing untuk
mendapatkannya sebagaimana mereka bersaing, sehingga keduniaan itu membinasakan kamu
sekalian sebagaimana telah membinasakan mereka” (HR. Bukhari dan Muslim)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam khawatir umat Islam sibuk memikirkan harta, memikirkan
kedudukan, memikirkan syahwatnya, lupa kepada kehidupan akhirat. Ini hakikat musibah yang berat
yang menimpa seorang hamba. Oleh karena itu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berdo’a
kepada Allah:

‫علَ ْينَا َم ْن َال‬ ْ ‫س ٰل‬


َ ‫ط‬ َ ُ ‫صيبَتَنَا فٰي دٰينٰنَا َو َال تَ ْج َع ْل الدُّ ْنيَا أَ ْكبَ َر ه َٰمنَا َو َال َم ْبلَ َغ ٰع ْل ٰمنَا َو َال ت‬
ٰ ‫َو َال تَ ْج َع ْل ُم‬

‫يَ ْر َح ُمنَا‬
“Dan janganlah Engkau jadikan musibah menimpa agama kami, dan jangan Engkau jadikan dunia
sebagai impian terbesar kami, serta pengetahuan kami yang tertinggi, serta jangan engkau kuasakan
atas kami orang-orang yang tidak menyayangi kami” (HR. Tirmidzi)
Saudara-saudaraku sekalian..

Seorang mukmin senantiasa mengambil pelajaran dari setiap musibah dan ujian yang menimpa
dirinya. Seorang mukmin senantiasa berusaha bagaimana caranya ia diampuni oleh Rabbnya dengan
banyak beristighfar kepada Allah subhanahu wa ta’ala, dengan banyak minta ampun kepada Allah
dan beramal shalih. Dan ia khawatir apabila agamanya terkena fitnah. Karena itu bisa menghancurkan
agama dan keimanannya. Apabila seseorang ditimpa musibah dunia, hancur rumahnya, hancur
mobilnya, hancur hartanya, tapi imannya tidak hancur. Ia bertakwa kepada Allah, ia takut kepada
Allah, maka itulah yang akan menyelamatkan ia dari api neraka.
Tapi ketika seseorang ditimpa musibah dalam agamanya, rumahnya mewah, kendaraannya pun juga
mahal, demikian pula diberikan kenikmatan-kenikmatan, tapi kemudian menjadikan lalai dari Allah,
menjadikan dia sombong, menjadikan ia ujub, menjadikannya ia senantiasa mengikuti syahwatnya,
orang seperti ini bagaimana Pak selamat dari api neraka? Justru kekayaan dan kenikmatannya itu
menjerumuskannya ke dalam api neraka. Dan itulah musibah yang terbesar yang menimpa kehidupan
seorang hamba.

Saudara-saudaraku sekalian..

Oleh karena itulah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mensifati seorang mukmin, ia berusaha
lari dari fitnah yang bisa merusak agamanya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

‫ضا َوتَ ٰجي ُء ْال ٰفتْنَةُ فَيَقُو ُل ْال ُمؤْ ٰم ُن َه ٰذ ٰه ُم ْه ٰل َكتٰي‬ ُ ‫ت َ ٰجي ُء فٰتْنَةٌ فَي َُرقٰ ُق بَ ْع‬
ً ‫ض َها بَ ْع‬
“Akan datang fitnah-fitnah, dimana fitnah sebelumnya terasa ringan dibandingkan fitnah setelahnya,
nanti akan datang fitnah, maka seorang mukmin berkata: ini yang akan membinasakan agamaku”
(HR. Muslim)
Maka dari itulah saudara-saudaraku sekalian..

Justru yang kita khawatirkan atas diri kita ketika bencana itu menimpa agama kita, menimpa
keimanan kita, menimpa ketakwaan kita. Yang tadinya kita takut kepada Allah menjadi tidak takut
kepada Allah. Yang tadinya kita taat kepada Allah, menjadi orang yang malas-malasan beribadah
kepada Allah. Yang tadinya kita senantiasa membaca Al-Qur’an, berubah kemudian membaca selain
Al-Qur’an dari perkara yang tidak ada manfaatnya. Yang tadinya ia senantiasa berlomba dalam
kebaikan, kemudian ia pun menjadi orang yang tidak lagi berlomba dalam kebaikan. Justru ia jatuh
dalam keburukan. Ini lebih kita khawatirkan saudaraku, karena itu musibah yang hakiki yang
menimpa seorang hamba.

‫أقول قولي هذا واستغفر هللا لي ولكم‬

Khutbah kedua

‫ نبينا محمد و آله‬،‫الحمد هلل والصَلة والسَلم على رسول هللا‬


‫ وأشهد أن ال إله إال هللا وحده ال شريك‬،‫وصحبه ومن وااله‬
ُ‫أن محمدا ً عبده ورسوله‬
َّ ‫ وأشهد‬،‫له‬

‫نت فٰي ٰه ْم ۚ َو َما َكانَ اللَّـهُ ُمعَ ٰذبَ ُه ْم َو ُه ْم‬


َ َ ‫َو َما َكانَ اللَّـهُ ٰليُ َع ٰذبَ ُه ْم َوأ‬
﴾٣٣﴿ َ‫يَ ْستَ ْغ ٰف ُرون‬
‫ُ ة َايَحْلا اَمَو ۗ َز َاف ْ َد َقف َ َّةنَجْلا َلِخْ ُدأَو ِر َّانلا ِنَع َحِزْحُز ن َ َمف‬
‫﴾‪ِ ﴿١٨٥‬رو ُ ُرغْلا ُع َاتَم َّ ِ‬
‫َّلإ َايْ ُّندلا‬
‫علَى‬ ‫صلَّي َ‬
‫ْت َ‬ ‫علَى آ ٰل ُم َح َّم ٍد َك َما َ‬ ‫اَللَّ ُه َّم َ‬
‫ص ٰل َعلَى ُم َح َّم ٍد َو َ‬
‫علَى ُم َح َّم ٍد‬ ‫علَى آ ٰل ٰإب َْرا ٰهي َْم‪ٰ ،‬إنَّ َك َح ٰم ْيدٌ َم ٰج ْيدٌ‪َ .‬وبَ ٰ‬
‫ار ْك َ‬ ‫ٰإب َْرا ٰهي َْم َو َ‬
‫علَى آ ٰل ٰإب َْرا ٰهي َْم‪،‬‬
‫علَى ٰإب َْرا ٰهي َْم َو َ‬ ‫ار ْك َ‬
‫ت َ‬ ‫علَى آ ٰل ُم َح َّم ٍد َك َما بَ َ‬
‫َو َ‬
‫ٰإنَّ َك َح ٰم ْيدٌ َم ٰج ْيدٌ‬

‫الل ُه َّم ا ْغ ٰف ْر ٰل ْل ُم ْس ٰل ٰميْنَ َوالم ْس ٰل َما ٰ‬


‫ت َوالمؤْ ٰمنٰيْنَ َوالمؤْ ٰمنَا ٰ‬
‫ت‬
‫اء ٰم ْن ُه ْم َواأل َ ْم َوا ٰ‬
‫ت‬ ‫األ َ ْحيَ ٰ‬
‫ي ال َحا َجات‬ ‫عوات‪ ،‬فَيَا قَ ٰ‬
‫اض َ‬ ‫يب الدَّ َ‬ ‫س ٰمي ٌع قَ ٰر ٌ‬
‫يب ُم ٰج ُ‬ ‫إنك َ‬
‫الر ٰحيم‬
‫واب َّ‬ ‫علَ ْينَا اٰنَّ َك اَ ْن َ‬
‫ت الت َّ ُ‬ ‫الل ُه َّم َوتُبْ َ‬
‫يا غفار اغفر لنا ذنوبنا‬
‫يا ارحم الراحمين ارحمنا‬
‫الل ُه َّم وتقبل اعمالنا يا رب العالمين‬
‫الل ُه َّم اٰنَّا نَ ْساَلُ َك ال َجنَّه َونَعُوذُ بٰ َك ٰمنَ النَّار‬
‫اب النَّ ٰ‬
‫ار‬ ‫سنَةً َوقٰنَا َ‬
‫عذَ َ‬ ‫سنَةً َوفٰي ٰ‬
‫اآلخ َرةٰ َح َ‬ ‫الل ُه َّم آتٰنَا فٰي الدُّ ْنيَا َح َ‬

‫عباد هللا‪:‬‬
‫اء ذٰي ْالقُ ْربَ ٰى َويَ ْن َه ٰى َ‬
‫ع ٰن‬ ‫ان َو ٰإيتَ ٰ‬‫س ٰ‬‫اْل ْح َ‬ ‫ٰإ َّن اللَّـهَ يَأ ْ ُم ُر بٰ ْالعَ ْد ٰل َو ْ ٰ‬
‫ظ ُك ْم لَعَلَّ ُك ْم تَذَ َّك ُرونَ ﴿‪﴾٩٠‬‬‫َاء َو ْال ُمن َك ٰر َو ْالبَ ْغي ٰ ۚ يَ ٰع ُ‬ ‫ْالفَ ْحش ٰ‬
‫فَا ْذ ُك ُروا هللا العَ ٰظي َْم يَ ْذ ُك ْر ُكم‪َ ،‬وا ْش ُك ُروهُ َ‬
‫علَى نٰعَ ٰم ٰه يَ ٰز ْد ُكم‪،‬‬
‫ٰكر هللا أكبَر‪.‬‬
‫ولذ ُ‬

Anda mungkin juga menyukai