ٰ س ٰيئَا ُ َونَعُوذ ُ ٰباهللٰ ٰم ْن،َُـح َمدُهُ َونَ ْست َ ٰع ْينُهُ َونَ ْست َ ْغ ٰف ُره
ٰ ش ُر َّ
ْ إن الـ َح ْمدَ ٰ هّلِلٰ ن
َوأ َ ْش َهدُ أَن الَّ ٰإلَهَ ٰإالَّ هللا َو ْحدَهُ َال ش َٰري َْك،ُٰي َله ْ ُ َو َم ْن ي،ُض َّل لَه
َ ض ٰل ْل فَ ََل هَاد ٰ َم ْن يَ ْه ٰد ٰه هللاُ فَ ََل ُم
َّللا َح َّق تُقَاتٰ ٰه َو َال تَ ُموت ُ َّن ٰإ َّال َوأ َ ْنت ُ ْم
َ َّ يَا أَيُّ َها الَّذٰينَ آ َمنُوا اتَّقُوا،قال هللا تعالى فى كتابه الكريم
َُم ْس ٰل ُمون
، سلَّ َم
َ علَ ْي ٰه َو َّ صلَّى
َ َُّللا ُ سنَ ْال َه ْدي ٰ َه ْد
َ ي ُم َح َّم ٍد َ َوأ َ ْح، َّللا ٰ صدَقَ ا ْل َحدٰي
ُ َ ث ٰكت
ٰ َّ اب َ َ فإ ٰ َّن أ،ُأ َ َّما َب ْعد
َ َو ُك َّل، ٌضَللَة
ٰ َّضَللَ ٍة فٰي الن
ار َ َو ُك َّل ٰب ْد، ٌعة
َ ع ٍة ٰ َوش ََّر األ ُ ُم
َ َو ُك َّل ُم ْحدَث َ ٍة ٰب ْد، ور ُم ْحدَثَات ُ َها
Sesungguhnya Allah subhanahu wa ta’ala pasti akan memberikan kepada kaum mukminin ujian demi
ujian, musibah demi musibah. Karena itu semua adalah merupakan perkara yang bisa menggugurkan
dosa-dosanya dan mengangkat derajatnya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
ٌَطيئَة
ٰ ع َل ْي ٰه خ َ فَ َما يَب َْر ُح ْالبََلَ ُء ٰب ْال َع ْب ٰد َحتَّى َيتْ ُر َكهُ يَ ْمشٰى
ٰ علَى األ َ ْر
َ ض َما
“Seorang hamba senantiasa akan mendapatkan cobaan hingga dia berjalan di muka bumi dalam
keadaan bersih dari dosa.” (HR. Tirmidzi)
Kedua, musibah yang menimpa agama
Ini adalah musibah yang Rasul berlindung darinya. Dan ini merupakan musibah yang kita pun wajib
berlindung darinya. Yaitu musibah yang menimpa agama kita. Dijadikan kita sibuk dengan syahwat,
dijadikan kita condong kepada maksiat, dijadikan hati kita lalai dari berdzikir kepada Allah, lalu kita
pun tertipu dengan dunia, kita pun sibuk mengejar dunia dan kita pun dijadikan lupa dari kehidupan
akhirat.
Maka ini musibah yang hakiki saudara, musibah yang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam khawatirkan menimpa umat Islam. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda:
يَ ْر َح ُمنَا
“Dan janganlah Engkau jadikan musibah menimpa agama kami, dan jangan Engkau jadikan dunia
sebagai impian terbesar kami, serta pengetahuan kami yang tertinggi, serta jangan engkau kuasakan
atas kami orang-orang yang tidak menyayangi kami” (HR. Tirmidzi)
Saudara-saudaraku sekalian..
Seorang mukmin senantiasa mengambil pelajaran dari setiap musibah dan ujian yang menimpa
dirinya. Seorang mukmin senantiasa berusaha bagaimana caranya ia diampuni oleh Rabbnya dengan
banyak beristighfar kepada Allah subhanahu wa ta’ala, dengan banyak minta ampun kepada Allah
dan beramal shalih. Dan ia khawatir apabila agamanya terkena fitnah. Karena itu bisa menghancurkan
agama dan keimanannya. Apabila seseorang ditimpa musibah dunia, hancur rumahnya, hancur
mobilnya, hancur hartanya, tapi imannya tidak hancur. Ia bertakwa kepada Allah, ia takut kepada
Allah, maka itulah yang akan menyelamatkan ia dari api neraka.
Tapi ketika seseorang ditimpa musibah dalam agamanya, rumahnya mewah, kendaraannya pun juga
mahal, demikian pula diberikan kenikmatan-kenikmatan, tapi kemudian menjadikan lalai dari Allah,
menjadikan dia sombong, menjadikan ia ujub, menjadikannya ia senantiasa mengikuti syahwatnya,
orang seperti ini bagaimana Pak selamat dari api neraka? Justru kekayaan dan kenikmatannya itu
menjerumuskannya ke dalam api neraka. Dan itulah musibah yang terbesar yang menimpa kehidupan
seorang hamba.
Saudara-saudaraku sekalian..
Oleh karena itulah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mensifati seorang mukmin, ia berusaha
lari dari fitnah yang bisa merusak agamanya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
ضا َوتَ ٰجي ُء ْال ٰفتْنَةُ فَيَقُو ُل ْال ُمؤْ ٰم ُن َه ٰذ ٰه ُم ْه ٰل َكتٰي ُ ت َ ٰجي ُء فٰتْنَةٌ فَي َُرقٰ ُق بَ ْع
ً ض َها بَ ْع
“Akan datang fitnah-fitnah, dimana fitnah sebelumnya terasa ringan dibandingkan fitnah setelahnya,
nanti akan datang fitnah, maka seorang mukmin berkata: ini yang akan membinasakan agamaku”
(HR. Muslim)
Maka dari itulah saudara-saudaraku sekalian..
Justru yang kita khawatirkan atas diri kita ketika bencana itu menimpa agama kita, menimpa
keimanan kita, menimpa ketakwaan kita. Yang tadinya kita takut kepada Allah menjadi tidak takut
kepada Allah. Yang tadinya kita taat kepada Allah, menjadi orang yang malas-malasan beribadah
kepada Allah. Yang tadinya kita senantiasa membaca Al-Qur’an, berubah kemudian membaca selain
Al-Qur’an dari perkara yang tidak ada manfaatnya. Yang tadinya ia senantiasa berlomba dalam
kebaikan, kemudian ia pun menjadi orang yang tidak lagi berlomba dalam kebaikan. Justru ia jatuh
dalam keburukan. Ini lebih kita khawatirkan saudaraku, karena itu musibah yang hakiki yang
menimpa seorang hamba.
Khutbah kedua
عباد هللا:
اء ذٰي ْالقُ ْربَ ٰى َويَ ْن َه ٰى َ
ع ٰن ان َو ٰإيتَ ٰس ٰاْل ْح َ ٰإ َّن اللَّـهَ يَأ ْ ُم ُر بٰ ْالعَ ْد ٰل َو ْ ٰ
ظ ُك ْم لَعَلَّ ُك ْم تَذَ َّك ُرونَ ﴿﴾٩٠َاء َو ْال ُمن َك ٰر َو ْالبَ ْغي ٰ ۚ يَ ٰع ُ ْالفَ ْحش ٰ
فَا ْذ ُك ُروا هللا العَ ٰظي َْم يَ ْذ ُك ْر ُكمَ ،وا ْش ُك ُروهُ َ
علَى نٰعَ ٰم ٰه يَ ٰز ْد ُكم،
ٰكر هللا أكبَر.
ولذ ُ