Anda di halaman 1dari 22

BAB II

KONSEP DASAR

A. Tahap Perkembangan Keluarga Dengan Dewasa Muda

1. Definisi Keluarga

Keluarga didefinisikan dalam berbagai cara. Definisi keluarga

berbeda-beda, tergantung kepada teoritis “pendefinisi” yaitu dengan

menggunakan menjelaskan yang penulis cari untuk menghubungkan

keluarga. Misal para penulis mengikuti orientasi teoritis interaksionalis

keluarga, memandang keluarga sebagai suatu arena berlangsungnya

interaksi kepribadian, dengan demikian menekankan karakteristik

transaksi dinamika. Para penulis yang mendukung suatu perspektif sistem-

sistem sosial terbuka ukuran kecil yang terdiri dari seperangkat bagian

yang sangat tergantung sama lain dan dipengaruhi oleh struktur internal

dan sistem-sistem yang ekstrem (Friedman, 1998)

Keluarga adalah unit terkecil dari masyrakat yang terdiri atas

kepala keluarga dan beberpa orang yang terkumpul dan tinggal d suatu

tempat di bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan

(Murwani, 2007).

Dari kedua pengertian keluarga diatas penulis dapat

menyimpulkan bahwa keluarga adalah seperangkat bagian yang saling

tergantung satu sama lain serta memiliki perasaan beridentitas dan berbeda

1
dari anggota dan tugas utama keluarga adalah memelihara kebutuhan

psikososial anggota-anggotanya dan kesejahteraan hidupnya secara umum

2. Tipe dan Bentuk Keluarga

Pembagian tipe keluarga bergantung pada konteks keilmuwan dan

orang yang mengelompokkan menurut (Murwani, 2007) tipe keluarga ada

6, yaitu :

a. Keluarga inti (Nuclear Family) adalah keluarga yang hanya terdiri dari

ayah, ibu dan anak yang diperoleh dari keturunan atau adopsi atau

keduanya.

b. Keluarga besar (Extented Family) adalah keluarga inti ditambah

anggota keluarga yang lain yang masih mempunyai hubungan darah

(kakek, nenek, paman, bibi).

c. Keluarga berantai (Serial Family), adalah keluarga yang terdiri dari

wanita dan pria yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan satu

keluarga inti.

d. Keluarga duda/ janda (Single famili), adalah keluarga yang terjadi

karena perceraia / kematian.

e. Keluarga berkomposisi (Composite Family), adalah keluarga yang

perkawinannya berpoligami dan hidup secara bersama.

f. Keluarga kabitas (Cahabitation Family), adalah dua orang menjadi

satu tanpa pernikahan membentuk satu keluarga.

2
3. Peran keluarga

a. Peran formal keluarga menurut (Murwani, 2007) antara lain:

1) Peran parental dan perkawinan.

Ada Delapan peran dasar yang membentuk posisi sosial sebagai

suami-ayah dan istri-ibu antara lain yaitu, Peran sebagai provider(

penyedia ), Peran sebagai rumah tangga, Peran perawat anak, Peran

perawatan anak , Peran rekreasi, Peran persaudaraan/ kinship

(memelihara hubungan keluarga paternal dan maternal), Peran

terapeutik (Memenuhi kebutuhan afektif pasangan), Peran seksual

2) Peran perkawinan

Kebutuhan bagi pasangan memelihara suatu hubungan perkawinan

yang kokoh itu sangat penting. Anak-anak terutama dapat

mempengaruhi membentuk suatu koalisi dengan anak. Memelihara

suatu hubungan perkawinan yang memuaskan merupakan salah satu

tugas perkembangan yang vital dari keluarga.

a. Peran Informal

1) Pengharmonis : Menengahi perbedaan yang terdapat di anatara

para anggota, menghibur dan menyatukan kembali perbedaan

pendapat.

2) Insiator – kontributor : mengemukakan dan mengajukan ide- ide

baru atau cara – cara mengingat masalah-masalah atau tujuan –

tujuan kelompok.

3
3) Pendamai : merupakan salah satu dari bagian dari konflik dan

ketidak sepakatan, pendamai menyatakan kesalahannya, atau

menawarkan penyelesaian “setengah jalan”.

4) Perawat keluarga : Orang yang terpanggil untuk merawat dan

mengasuh anggota keluarga lain yang membutuhkannya.

5) Koordinator keluarga : Mengorganisasi dan merencanakan

kegiatan – kegiatan keluarga, berfungsi mengangkat keterikatan/

keakraban.

4. Fungsi Keluarga

Fungsi keluarga menurut Friedman (1998) antara lain :

Yang pertama Fungsi Afektif (The affective function) adalah Fungsi

keluarga yang utama untuk mengajarkan segala sesuatu untuk

mempersiapkan anggota keluarga berhubungan dengan orang lain,

kemudian yang kedua Fungsi Sosialisasi dan penempatan sosial

(sosialisation and social placement fungtion) adalah Fungsi

pengembangan dan tempat melatih anak untuk berkehidupan sosial

sebelum meninggalkan rumah untuk berhubungan dengan orang lain di

luar rumah, ketiga Fungsi Reproduksi (reproductive function) adalah

Fungsi untuk mempertahankan generasi menjadi kelangsungan keluarga,

ke empat yaitu Fungsi Ekonomi (the economic function) adalah berfungsi

untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara ekonomi dan tempat untuk

mengembangkan kemampuan individu meningkatkan penghasilan untuk

4
memenuhi kebutuhan keluarga dan yang terakhir fungsi perawatan atau

pemeliharaan kesehatan (the healty care function) adalah untuk

mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar tetap memiliki

produktivitas tinggi.

5. Tugas Kesehatan Keluarga

Tugas kesehatan keluarga menurut (Friedman, 1998) yaitu :

a. Mengenal masalah kesehatan

Megenal masalah kesehatan dalam mengenal masalah kesehatan nyeri

sendi karena kurangnya pengetahuan tentang nyeri sendi dan rasa takut

akibat masalah yang di ketahui.

b. Membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat.

Ketidak mampuan keluarga dalam mengambil keputusan di sebabkan

oleh tidak memahami mengeni sifat, berat, dan luasnya masalah,

maslah tidak begitu menonjol dan tidak sanggup memcahkan masalah

kurang pengetahuan tentang nyeri sendi.

c. Memberi perawatn pada anggota keluarga yang sakit.

Ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga yang

sakit nyeri sendi di karenakan oleh ketidak mampuan tentang penyakit,

misal penyebab, gejala, penyebaran, dan perawatan penyakit.

d. Mempertahankan atau menciptakan suasana rumah yang sehat.

5
Di karenakan oleh keluarga dapat melihat keuntungan dan manfaat

pemeliharaan lingkungan rumah, dan ketidak tahuan tentang usaha

penyakit nyeri sendi.

e. Mempertahankan hubungan dengan (menggunakan) fasilitas

kesehatan masyarakat.

Ketidakmampuan keluarga menggunakan sumber di masyarakat guna

memelihara kesehatan di sebabkan keluarga tidak memahami

keuntungan yang di peroleh dan tidak ada dukungan dari masyarakat.

6. Tugas Perkembangan Keluarga Dewasa Muda

Setelah mengalami masa kanak-kanak dan remaja yang panjang,

seorang individu akan mengalami masa dimana ia telah menyelesaikan

pertumbuhannya dan mengharuskan dirinya untuk berkecimpung dengan

masyarakat bersama dengan orang dewasa lainnya. Dibandingkan dengan

masa-masa sebelumnya, masa dewasa adalah waktu yang paling lama

dalam rentang hidup yang ditandai dengan pembagiannya menjadi 3 fase

yaitu; masa dewasa dini, masa dewasa muda, dan masa dewasa lanjut (usi

lanjut)

Masa dewasa muda biasanya dimulai sejak usia 18 tahun sampai dengan

kira-kira usia 40 tahun dan biasanya ditandai dengan selesainya

pertumbuhan pubertas dan organ kelamin anak telah berkembang dan

mampu berproduksi. Pada masa ini, individu akan mengalami perubahan

6
fisik dan psikologis tertentu bersamaan dengan masalah-masalah

penyesuaian diri dan harapan-harapan terhadap perubahan tersebut.

Masa dewasa dini dikatakan sebagai masa yang sulit dan bermasalah. Hal

ini dikarenakan seseorang harus mengadakan penyesuaian dengan peran

barunya (perkawinan VS pekerjaan). Jika ia tidak bias mengatasinya

maka akan menimbulkan masalah. Ada 3 faktor yang membuat masa ini

begitu rumit yaitu; Pertama, individu tersebut kurang siap dalam

menghadapi babak baru bagi dirinya dan tidak bisa menyesuaikan dengan

babak/peran baru tersebut. Kedua, karena kurang persiapan maka ia kaget

dengan 2 peran/lebih yang harus diembannya secara serempak. Ketiga, ia

tidak memperoleh bantuan dari orang tua atau siapapun dalam

menyelesaikan masalah.

B. Konsep Nyeri sendi

1. Pengertian

Sendi adalah suatu ruangan, tempat satu atau dua tulang berada saling

berdekatan.

Sendi adalah pertemuan antara dua tulang atau lebih, sendi

memberikan adannya segmentasi pada rangka manusia dan memberikan

kemungkinan variasi pergerakan di antara segmen-segmen serta

kemungkinan variasi pertumbuhan ( Chairudin Rasjad ).

7
2. Etiologi

Penyebab utama penyakit nyeri sendi masih belum diketahui

secara pasti. Biasanya merupakan kombinasi dari faktor genetik,

lingkungan, hormonal dan faktor sistem reproduksi. Namun faktor

pencetus terbesar adalah faktor infeksi seperti bakteri, mikroplasma dan

virus

Ada beberapa teori yang dikemukakan sebagai penyebab nyeri

sendi , yaitu:

a. Mekanisme imunitas

Penderita nyeri sendi mempunyai auto anti body di dalam serumnya

yang di kenal sebagai faktor rematoid nti body nya adalah suatu faktor

antigama globulin(IgM) yang bereaksi terhadap perubahan IgG titer

yang lebih besar 1:100, Biasanaya di kaitkan dengan Vaskulitis dan

prognosis yang buruk.

b. Faktor metabolik

Faktor metabolik dalam tubuh erat hubungannya dengan proses auto

imun.

c. Faktor genetik serta faktor pemicu lingkungan

8
Penyakit nyeri sendi terdapat kaitannya dengan pertanda genetik. Juga

dengan masalah lingkungan, Persoalan perumahan dan penataan yang

buruk dan lembab juga memicu pennyebab nyeri sendi.

d. Faktor usia

Degenerasi dari organ tubuh menyebabkan usia lanjut rentan terhadap

penyakit baik yang bersifat akut maupun kronik.

3. Patofisiologi

Pemahaman mengenai anatomi normal dan fisiologis persendian

diartrodial atau sinovial merupakan kunci untuk memahami patofisiologi

penyakit nyeri sendi. Fungsi persendian sinovial adalah gerakan. Setiap

sendi sinovial memiliki kisaran gerak tertentu kendati masing-masing

orang tidak mempunyai kisaran gerak yang sama pada sendi-sendi yang

dapat digerakkan.

Pada sendi sinovial yang normal. Kartilago artikuler membungkus

ujung tulang pada sendi dan menghasilkan permukaan yang licin serta ulet

untu gerakan. Membran sinovial melapisi dinding dalam kapsula fibrosa

dan mensekresikan cairan kedalam ruang antara-tulang. Cairan sinovial ini

berfungsi sebagai peredam kejut (shock absorber) dan pelumas yang

memungkinkan sendi untuk bergerak secara bebas dalam arah yang tepat.

Sendi merupakan bagian tubuh yang sering terkena inflamasi dan

degenerasi yang terlihat pada penyakit nyeri sendi. Mieskipun memiliki

9
keaneka ragaman mulai dari kelainan yang terbatas pada satu sendi hingga

kelainan multi sistem yang sistemik, semua penyakit reumatik meliputi

inflamasi dan degenerasi dalam derajat tertentu yang biasa terjadi

sekaligus. Inflamasi akan terlihat pada persendian sebagai sinovitis. Pada

penyakit reumatik inflamatori, inflamasi merupakan proses primer dan

degenerasi yang merupakan proses sekunder yang timbul akibat

pembentukan pannus (proliferasi jaringan sinovial). Inflamasi merupakan

akibat dari respon imun.

Sebaliknya pada penyakit nyeri sendi degeneratif dapat terjadi

proses inflamasi yang sekunder. Sinovitis ini biasanya lebih ringan serta

menggambarkan suatu proses reaktif, dan lebih besar kemungkinannya

untuk terlihat pada penyakit yang lanjut. Sinovitis dapat berhubungan

dengan pelepasan proteoglikan tulang rawan yang bebas dari karilago

artikuler yang mengalami degenerasi kendati faktor-faktor imunologi

dapat pula terlibat (Smeltzer).

4. Anatomi

Gambar 2.1 Perbandingan sendi lutut normal dan nyeri sendi

10
Sistem muskuloskeletal bekerja membuat gerakan dan tindakan

yang harmoni sehingga manusia menjadi seorang yang bebas dan mandiri.

Sistem muskuloskeletal terdiri dari kerangka, sendi, otot, ligamentum dan

bursa. Kerangka membentuk dan menopang tubuh, melindungi organ

penting dan berperan sebagai penyimpanan mineral tertenatu seperti

kalsium, magnesium, dan fosfat. Rongga medula tulang adalah tempat

utama yang memproduksi sel darah. Otot memberikan kekuatan untuk

menggerakkan tubuh, menutup lobang luar dari sistem gastrointestinal dan

saluran kencing serta meningkaykan produksi panas untuk menjaga

kontrol temperatur.

5. Fisiologi

Tulang – tulang dalam tbuh dihubungkan satu sama lain

dengan sendi atau artikulasi yang memungkinkan berbagai macam

gerakan. Berapapun besarnya gerakan yang mungkin dilakukan, ada tiga

macam sendi : sinartrosis, amfiartrosis, dan diartrosis. Sendi sinartrosis

adalah sendi yang tidak dapat digerakkan, misalnya adalah sendi pada

tengkorak. Sendi amfiartrosis seperti sendi pada vertebra dan simfisis

pubis, memungkinkan gerakan terbatas. Tulang dipisahkan oleh tulang

11
rawan fibrus. Sendi diartrosis adalah sendi yang mampu digerakkan secara

bebas. Pada sendi yang dapat digerakkan, ujung persendian tulang ditutupi

oleh tulang rawan hialin yang halus. Persendian tulang tersebut dikelilingi

oleh selubung fibrus kuat kapsul sendi. Kapsul dilapisi oleh membran,

sinofium, yang mengsekresi cairan pelumas dan peradam getaran kedalam

kapsul sendi. Maka, permukaan tulang tidak dapat kontak langsung. Pada

beberapa sendi sinovial, terdapat diskus fibrokartilago diantara permukaan

tulang rawan sendi.

Ligamaen (pita jaringan ikat fibrus) mengikat tulang dalam sendi.

Ligamen dan tendon otot, yang melintasi sendi, menjaga stabilitas sendi.

Pada beberapa sendi, ligamen antara sendi (mis. Ligamen krusiatum di

lutut) terletak di dalam kapsul sendi dan memperkuat stabilitas sendi.

Bursa adalah suatu kantung yang berisi cairan sinovial yang

terletak dititik pergeseran tendon, ligamen dan tulang di siku, lutut, dan

beberapa sendi lainnya (Smetzer).

12
6. Pathwais

13
7. Manifestasi klinik

Ada banyak sekali sebab mengapa persendian sakit, nyeri sendi dapat

merupakan gejala tunggal atau menjadi bagian banyak gejala lain yang di

alami . Manifestasi nyeri sendi dapat bervariasi, seperti kelembutan atau

tidak nyaman ketika di sentuh, pembengkakan, peradangan, kekakuan,

atau pembatasan gerakan.

8. Penatalaksanaan

Sendi yang meradang di istirahatkan selama eksaserbasi, periode-periode

istirahat setiap hari, kompres panas dan dingin bergantian, aspirin, obat

anti-inflamasi nonsteroid lainnya, atau steroid sistemik, pembedahan

untuk mengeluarkan membran sinovium (Corwin, 2001).

C. Proses Keperawatan Keluarga

1. Pengkajian Keluarga

Pengkajian yang dilakukan pada Asuhan Keperawatan Keluarga

Dengan nyeri sendi antara lain :

a. Identitas Data

1) Usia

Penyakit nyeri sendi ini biasa menyerang umumnya terjadi

selama dekade keempat dalam hidup,dengan 80% penderita

nyeri sendi antara usia 40 - 60tahun.

2) Jenis kelamin

14
Nyeri sendi adalah peradangan yang sistematis, progresif dan

lebih banyak terjadi pada wanita dengan perbandingan 3:1

dengan kasus pada pria.

3) Pekerjaan

Pekerjaan yang berat/ kerja yang yang produktif bertahun-

tahun pada seorang setengah baya (kuli panggul,tukang

becak,dll) juga mendukung terjadinnya penyakit nyeri sendi.

4) Status sosial ekonomi keluarga

Penghsilan yang rendah dan sulit memungkinkan adannya

konflik dalam keluarga termasuk kebuttuhan akan biaya

perawatan dan pengobatan anggota keluarga yang yang sakit

nyeri sendi.

5) Aktifitas rekreasi dan waktu luang

Mengidentifikasi aktifitas- aktifitas dan waktu senggang

keluarga, Penggunaan waktu senggang yang ada menggali

perasaan dari anggota keluarga tentang aktifitas rekreasi.

6) Kebiasaan aktifitas

Mengangkat benda- benda berat menimbulkan stres pada sendi,

kerja tanpa waktu istirahat yang cukup dan seimbang

mempunyai efek yang signifikan pada nyeri sendi

15
b. Riwayat dan Tahap perkembangan keluarga

Tahap perkembangan keluarga yang rentan mengalami penyakit

nyeri sendi adalah usia lanjut dimana terjadi degenerasi dari organ

tubuh khususnya pada sistem muskuluskeletal.

c. Data Lingkungan

1) Kondisi Rumah

Faktor lingkungan rumah yang kurang aman dan

membahayakan juga memperbesar peningkatan resiko untuk

jatuh pada penderita penyakit nyeri sendi, Misalnya

penggunaan keset yang licin,lantai yang licin, Pencahayaan

yang kurang memadahi, Tangga rumah yang terlalu

curam,Tidak menggunakan alas kaki, Tempat tidur yang

terlalu tinggi, Tidak menggunakan alat bantu mobilitas yang

tepat, Tidak ada pengaman atau pegangan dari lokasi- lokasi

yang tepat, seperti kamar mandi.

2) Fasilitas dan pelayanan kesehatan :

Tingkat ekonomi yang rendah dapat mengakibatkan sulitnya

pengobatan nyeri sendi. Ketidak efektifannya dan keluarga

dalam mengunjungi pelayanan kesehatan yang ada.

3) Fasilitas transportasi : Transportasi

merupakan sarana yang penting dan sangat diperlukan agar

penderita mendapatkan pelayanan kesehatan dengan segera.

Ketiadaan sarana transportasi menjadikan masyarakat enggan

16
berkunjung ke pelayanan kesehatan sehingga kondisi akan

semakin memburuk.

d. Struktur Keluarga

1) Struktur komunikasi : Berkomunikasi

dan berinteraksi antar sesama anggota keluarga merupakan

tugas keluarga, dan dapat menurunkan beban masalah (Efendi,

1998).

2) Struktur kekuasaan : Kekuasaan

dalam keluarga dipegang oleh pemegang keputusan yang

mempunyai hak dalam menentukan masalah dan kebutuhan

dalam mengatasi masalah kesehatan nyeri sendi dalam keluarga

(Efendi, 1998).

3) Struktur peran : Peran antar kelurga

menggambarkan perilaku interpersonal yang berhubungan

dengan masalah kesehatan dalam posisi dan situasi tertentu

(Efendi, 1998).

4) Nilai kepercayaan : Beban kasus

keluarga sangat bergantung pada nilai kekuasaan dan

kebutuhan akan asuhan keperawatan keluarga (Efendi, 1998).

e. Fungsi Keluarga

1) Ketidak mampuan keluarga mengenal masalah kesehatan

yang disebabkan oleh: Kurangnya pengetahuan keluarga

17
tentang artritis, anggapan bahwa penyakit nyeri sendi adalah

biasa yang bisa sembuh dengan sendirinya.

2) Ketidak kemampuan keluarga dalam mengambil keputusan

serta dalam mengambil tindakan yang tepat tentang nyeri

sendi atau Tidak memahami mengenai sifat berat dan

meluasnya masalah nyeri sendi.

3) Ketidak mampuan keluarga dalam memecahkan masalah

Karena kurangnya pengetahuan dan sumber daya keluarga

seperti : latar belakang pendidikan dan keuangan keluarga.

4) Ketidakmampuan keluarga memilih tindakan diantara

beberapa alternative perawatan dan pengobatan terhadap

nyeri sendi.

5) Ketidak mampuan keluarga dalam merawat anggota kelurga

yang sakit berhubungan dengan tidak mengetahui keadaan

nyeri sendi misal : sifat artritis, penyebab nyeri sendi, dan

tanda gejala yang menyertai nyeri sendi (Nasrul effendi,

1998)

f. Koping keluarga : Koping keluarga dipengaruhi oleh situasi

emosional keluarga, sikap dan pandangan hidup, hubungan kerja

sama antara anggota keluarga serta adanya support system dalam

keluarga (Efenndy, 1998).

18
g. Perumusan Masalah : Perumusan masalah dilakukan dengan

menggunakan data yang diperoleh dari pengkajian keluarga .

Struktur diagnosis keperawatan.

Keluraga terdiri dari maslah (problem), penyebab (etiologi) dan

atau tanda atau gejala. Maslah adalah suatu pernyataan tidak

terpenuhi kebutuhan dasar manusia yang dialami keluarga atau

anggota keluarga . Penyebab adalah suatu pernyataan yang dapat

menyebabkan masalah dengan mengacu pada lima tugas keluarga

yaitu mengenal masalah, mengambil keputusan yang tepat,

merawat anggota keluarga, memodifikasi lingkungan dan

memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan. Tanda/gejala adalah

sekumpulan data objektif dan subjektif yang diperoleh oleh

perawat dari kelurga yang mendukung maslah dan penyebab.

Diagnosis keperwatan keluarga merupakan respons keluarga

terhadap maslah kesehatan yang dialami, baik actual, risiko taupun

potensial, yang dapat diatasi dengan tindakan keperawatan secara

mandiri maupun kolektif yang terdiri dari maslah, etiologi, serta

tanda dan gejala (PES).

Diagnosis keperawatan dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu

diagnosis keperwatan actual, risiko atau risiko tinggi, dan potensial

atau wellness.

1) Diagnosis actual, menunjukan keadaan yang nyata dan sudah

terjadi pada sat pengkajian di keluarga.

19
2) Risiko atau risiko tinggi. Merupakan maslah yang belum terjadi

pada pengkajian. Namun dapat menjadi maslah actual bila

tidak diulakukan pencegahan dengan cepat.

3) Potensial atau Wellness. Merupakan proses pencapaian tingkat

fungsi yang lebih tinggi. Potensial juga merupakan suatu

keadaan sejahtera dari keluarga yang sudah mampu memenuhi

kebutuhan kesehatan dan mempunyai sumber penunjang

kesehatan yang memungkinkan dapat ditingkatkan. Diagnosis

Potensial dapat dirumuskan tanpa disertai etiologi

i. Diagnosa keperawatan

1) Hambatan mobilitas fisik berhungan dengan ketidakmampuan

keluarga merawat anggota keluarga yang menderia nyeri sendi.

2) Resiko injuri berhubungan dengan Ketidakmampuan keluarga

mengenal masalah nyeri sendi dan memodifikasi lingkungan

j. Fokus intervensi

1. Diagnosa pertama hambatan mobilitas fisik berhungan dengan

ketidak mampuan keluarga merawat anggota keluarga yang

menderia nyeri sendi.

1) Pencegahan primer

a) Berikan penyuluhan tentang pencegahan nyeri

b) Ajarkan cara untuk kompres hangat

c) Identifikasi adanya factor-faktor nyeri

2) Pencegahan sekunder

20
a) Kaji karakteristik nyeri

b) Beri kompres hangat dan dingin

c) Beri obat anti inflamasi seperti aspirin dll.

3) Pencegahan tersier

a) Segera bawa ke pelayanan kesehatan bila diketahui

nyeri berkelanjutan.

b) Kolaborasi pemberian obat antianalgetik.

2. Diagnosa kedua Resiko injuri berhubungan dengan

Ketidakmampuan keluarga mengenal, masalah nyeri sendi dan

memodifikasi lingkungan.

1) Pencegahan primer

a) Berikan penyuluhan tentang resiko injuri

b) Ajarkan cara untuk pencegahan jatuh

c) Identifikasi adanya factor-faktor resiko injuri

2) Pencegahan sekunder

a) Kaji resiko injuri

b) Beri pendidikan kesehatan tentang lingkungan yang

aman bagi penderita nyeri sendi.

c) Modifikasi lantai yang licin, pencahayaan yang

terang dan penataan perabotan rumah tangga yang

aman bagi penderita nyeri sendi.

3) Pencegahan tersier

21
Segera bawa ke pelayanan kesehatan bila kondisi pasien

semakin memburuk.

22

Anda mungkin juga menyukai