Anda di halaman 1dari 3

Komunikasi dengan Tim kesehatan lain

Perawat menjalankan peran yang membutuhkan interaksi dengan berbagai anggota tim
pelayanan kesehatan. Unsur yang membentuk hubungan perawat klien juga dapat diterapkan
dalam hubungan sejawat, yang berfokus pada pembentukan lingkungan kerja yang sehat dan
mencapai tujuan tatanan klinis. Komunikasi ini berfokus pada pembentukan tim, fasilitasi
proses kelompok, kolaborasi, konsultasi, delegasi, supervisi, kepemimpinan, dan manajemen.
Dibutuhkan banyak keterampilan komunikasi, termasuk berbicara dalam presentasi, persuasi,
pemecahan masalah kelompok, pemberian tinjauan performa, dan penulisan laporan. Didalam
lingkungan kerja, perawat dan tim kesehatan membutuhkan interaksi sosial dan terapeutik
untuk membangun kepercayaan dan meperkuat hubungan. Semua orang memilki kebutuhan
interpribadi akan penerimaan, keterlibatan, identitas, privasi, kekuatan dan kontrol, serta
perhatian. Perawat membutuhkan persahabatan, dukungan, bimbingan, dan dorongan dari
pihak lain untuk mengatasi tekanan akibat stress pekerjaan dan harus dapat menerapkan
komunikasi yang baik dengan klien, sejawat dan rekan kerja. (Potter & Perry, 2009).

Agar efektif sebagai profesional keperawatan, itu tidak cukup untuk sangat
berkomitmen untuk klien. Pada akhirnya, iklim perusahaan tempat kerja akan memiliki efek
pada hubungan yang terjadi antara perawat dan klien pribadi. Kegagalan dalam komunikasi
antara penyedia layanan kesehatan adalah salah satu faktor yang paling umum. Komitmen
untuk kolaborasi dalam hubungan kerja dengan para profesional lain membantu
mempertahankan kualitas tinggi dari perawatan klien. Keberhasilan kelompok bergantung
pada hubungan baik diantara tim, terutama pemimpin tim dengan anggota tim yang
lain. Untuk mendorong terjadinya komunikasi, pemimpin tim harus selalu mengamati prinsip
komunikasi menurut WHO, 1999 :
· Seluruh anggota tim harus bebas mengemukakan dan menjelaskan pandangan mereka dan
harus didorong untuk bertindak seperti itu.
· Sebuah pesan atau komunikasi, baik lisan maupun tertulis harus dinyatakan dengan jelas dan
dalam bahasa atau ungkapan yang dapat dimengerti
· Komunikasi mempunyai 2 unsur yaitu mengirim dan menerima, bila pesan yang dikirim
tidak diterima komunikasi tidak berjalan. Dengan demikian pemimpin tim harus selalu
meggunakan suatu cara untuk memeriksa apakah efek yang diharapkan terjadi.
· Perselisihan atau pertentangan adalah normal dalam hubungan antar manusia, hal ini sudah
diatur sedemikian sehingga dapat mencapai hasil yang konstruktif.

KOMUNIKASI ANTARA PERAWAT DENGAN TENAGA KESEHATAN

1. Komunikasi antara Perawat dengan Dokter


Hubungan perawat-dokter adalah satu bentuk hubungan interaksi yang telah cukup lama
dikenal ketika memberikan bantuan kepada pasien. Perawat bekerja sama dangan dokter
dalam berbagai bentuk. Perawat mungkin bekerja di lingkungan di mana kebanyakan asuhan
keperawatan bergantung pada instruksi medis. Perawat diruang perawatan intensif dapat
mengikuti standar prosedur yang telah ditetapkan yang mengizinkan perawat bertindak lebih
mandiri. Perawat dapat bekerja dalam bentuk kolaborasi dengan dokter.
Contoh. Ketika perawat menyiapkan pasien yang baru saja didiagnosa diabetes pulang
kerumah, perawat dan dokter bersama-sama mengajarkan klien dan keluarga begaimana
perawatan diabetes di rumah.
Selain itu komunikasi antara perawat dengan dokter dapat terbentuk saat visit dokter terhadap
pasien, disitu peran perawat adalah memberikan data pasien meliputi TTV, anamnesa, serta
keluhan-keluhan dari pasien,dan data penunjang seperti hasil laboraturium sehingga dokter
dapat mendiagnosa secara pasti mengenai penyakit pasien.
Pada saat perawat berkomunikasi dengan dokter pastilah menggunakan istilah-istilah medis,
disinilah perawat dituntut untuk belajar istilah-istilah medis sehingga tidak terjadi
kebingungan saat berkomunikasi dan komunikasi dapat berjalan dengan baik serta mencapai
tujuan yang diinginkan.
Komuniaksi antara perawat dengan dokter dapat berjalan dengan baik apabila dari kedua
pihak dapat saling berkolaborasi dan bukan hanya menjalankan tugas secara individu,
perawat dan dokter sendiri adalah kesatuan tenaga medis yang tidak bisa dipisahkan. Dokter
membutuhkan bantuan perawat dalam memberikan data-data asuhan keperawatan, dan
perawat sendiri membutuhkan bantuan dokter untuk mendiagnosa secara pasti penyakit
pasien serta memberikan penanganan lebih lanjut kepada pasien. Semua itu dapat terwujud
dwngan baik berawal dari komunikasi yang baik pula antara perawat dengan dokter.
2. Komunikasi antara Perawat dengan Perawat
Dalam memberikan pelayanan keperawatan pada klien komunikasi antar tenaga kesehatan
terutama sesama perawat sangatlah penting. Kesinambungan informasi tentang klien dan
rencana tindakan yang telah, sedang dan akan dilakukan perawat dapat tersampaikan apabila
hubungan atau komunikasi antar perawat berjalan dengan baik.
Hubungan perawat dengan perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan dapat
diklasifikasikan menjadi hubungan profesional, hubungan struktural dan hubungan
intrapersonal.
Hubungan profesional antara perawat dengan perawat merupakan hubungan yang terjadi
karena adanya hubungan kerja dan tanggung jawab yang sama dalam memberikan pelayanan
keperawatan.
Hubungan sturktural merupakan hubungan yang terjadi berdasarkan jabatan atau struktur
masing- masing perawat dalam menjalankan tugas berdasarkan wewenang dan
tanggungjawabnya dalam memberikan pelayanan keperawatan. Laporan perawat pelaksana
tentang kondisi klien kepada perawat primer, laporan perawat primer atau ketua tim kepada
kepala ruang tentang perkembangan kondisi klien, dan supervisi yang dilakukan kepala ruang
kepada perawat pelaksana merupakan contoh hubungan struktural.
Hubungan interpersonal perawat dengan perawat merupakan hubungan yang lazim dan
terjadi secara alamiah. Umumnya, isi komunikasi dalam hubungan ini adalah hal- hal yang
tidak terkait dengan pekerjaan dan tidak membawa pengaruh dalam pelaksanaan tugas dan
wewenangnya.
3. Komunikasi antara perawat dengan Ahli terapi respiratorik
Ahli terapi respiratorik ditugaskan untuk memberikan pengobatan yang dirancang untuk
peningkatan fungsi ventilasi atau oksigenasi klien.
Perawat bekerja dengan pemberi terapi respiratorik dalam bentuk kolaborasi. Asuhan dimulai
oleh ahli terapi (fisioterapis) lalu dilanjutrkan dengan dievaluasi oleh perawat. Perawat dan
fisioterapis menilai kemajuan klien secara bersama-sama dan mengembangkan tujuan dan
rencana pulang yang melibatkan klien dan keluarga. Selain itu, perawat merujuk klien ke
fisioterapis untuk perawatan lebih jauh.
Contoh. Perawat merawat seseorang yang mengalamai penyakit paru berat dan merujuk klien
tersebut pada ahli terapis respiratorik untuk belajar latihan untuk menguatkaan otot-otot
lengan atas, untuk belajar bagaimana menghemat energi dalam melakukan aktivitas sehari-
hari, dan belajar teknik untuk mempertahankan bersihan jalan nafas.
4. Komunikasi antara Perawat dengan Ahli Farmasi
Seorang ahli farmasi adalah seorang profesional yang mendapat izin untuk merumuskan dan
mendistribusikan obat-obatan. Ahli farmasi dapat bekerja hanya di ruang farmasi atau
mungkin juga terlibat dalam konferensi perawatan klien atau dalam pengembangan sistem
pemberian obat.
Perawat memiliki peran yang utama dalam meningkatkan dan mempertahankan dengan
mendorong klien untuk proaktif jika membutuhkan pengobatan. Dengan demikian, perawat
membantu klien membangun pengertian yang benar dan jelas tentang pengobatan,
mengkonsultasikan setiap obat yang dipesankan, dan turut bertanggung jawab dalam
pengambilan keputusan tentang pengobatan bersama tenaga kesehatan lainnya.
Perawat harus selalu mengetahui kerja, efek yang dituju, dosis yang tepat dan efek smaping
dari semua obat-obatan yang diberikan. Bila informasi ini tidak tersedia dalam buku referensi
standar seperti buku-teks atau formula rumah sakit, maka perawat harus berkonsultasi pada
ahli farmasi.
Saat komunikasi terjadi maka ahli farmasi memberikan informasi tentang obat-obatan mana
yang sesuai dan dapat dicampur atau yang dapat diberikan secara bersamaan. Kesalahan
pemberian dosis obat dapat dihindari bila baik perawat dan apoteker sama-sama mengetahui
dosis yang diberikan. Perawat dapat melakukan pengecekkan ulang dengan tim medis bila
terdapat keraguan dengan kesesuaian dosis obat. Selain itu, ahli farmasi dapat menyampaikan
pada perawat tentang obat yang dijual bebas yang bila dicampur dengan obat-obatan yang
diresepkan dapat berinteraksi merugikan, sehingga informasinini dapat dimasukkan dalam
rencana persiapan pulang. Seorang ahli farmasi adalah seorang profesional yang mendapat
izin untuk merumuskan dan mendistribusikan obat-obatan. Ahli farmasi dapat bekerja hanya
di ruang farmasi atau mungkin juga terlibat dalam konferensi perawatan klien atau dalam
pengembangan sistem pemberian obat.

5. Komunikasi antara Perawat dengan Ahli Gizi

Kesehatan dan gizi merupakan faktor penting karena secara langsung berpengaruh terhadap
kualitas sumber daya manusia (SDM). Pelayanan gizi di RS merupakan hak setiap orang dan
memerlukan pedoman agar tercapai pelayanan yang bermutu.
Agar pemenuhan gizi pasien dapat sesuai dengan yang diharapkan maka perawat harus
mengkonsultasikan kepada ahli gizi tentang – obatan yang digunakan pasien, jika perawat
tidak mengkonunikasikannya maka dapat terjadi pemilihan makanan oleh ahli gizi yang bisa
saja menghambat absorbsi dari obat tersebut.

Anda mungkin juga menyukai