Modul LKK Blok 8 Angkatan 2013
Modul LKK Blok 8 Angkatan 2013
PENDAHULUAN
1
1. Mahasiswa mendapat kuliah singkat mengenai topik LKK.
2. Mahasiswa dibagi menjadi 10 orang per kelompok dan dibimbing oleh satu orang
instruktur.
3. Mahasiswa secara berkelompok diminta untuk melakukan keterampilan klinik sesuai
dengan langkah kerja yang terdapat di dalam penuntun LKK.
4. Mahasiswa menerima umpan balik dari instruktur tentang teknik LKK.
5. Diskusi antara mahasiswa dan instruktur.
2
BAB II
PENUNTUN LATIHAN KETERAMPILAN KLINIK
A. SASARAN PEMBELAJARAN
Setelah kegiatan ini mahasiswa diharapkan mampu:
1. Menanyakan keluhan utama pasien.
2. Menanyakan riwayat penyakit pasien sekarang.
3. Menanyakan keluhan tambahan.
4. Menanyakan riwayat penyakit dahulu.
5. Menanyakan riwayat pengobatan
6. Menanyakan riwayat penyakit keluarga.
7. Menanyakan kebiasaan (habit) dan lifestyle pasien.
8. Menanyakan keadaan sosial ekonomi dan pekerjaan.
B. PELAKSANAAN
1. PANDUAN BELAJAR ANAMNESIS ANEMIA
1.1 Landasan Teori
Anemia didefinisikan sebagai penurunan konsentrasi hemoglobin. Kisaran normal
berbeda sesuai usia dan jenis kelamin. Penyebab anemia dapat ditegakkan dengan anamnesis,
pemeriksaan fisik dan penggunaan pemeriksaan penunjang khusus secara tepat. Anemia
dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Anemia defisiensi besi
Penyebab anemia defisiensi besi adalah:
a. Kehilangan darah (500 mL darah normal mengandung 200-250 mg besi).
Misalny menometroragia atau perdarahan pasca persalinan, perdarahan saluran
cerna.
b. Malabsorpsi, misalnya pascagastrektomi, enteropati yang diinduksi gluten.
c. Asupan besi dari makanan yang buruk terutama pada anak-anak, perempuan
yang sedang menstruasi atau hamil, terutama di negara berkembang.
d. Peningkatan kebutuhan tubuh, misalnya pada prematuritas atau pada fase
pertumbuhan.
Gejala yang dapat ditemukan pada saat anamnesis adalah napas pendek saat
beraktivitas, nyeri kepala atau angina. Apabila anemia berat, onsetnya cepat, dan
pada orang tua. Riwayat keluarga biasanya positif pada gangguan genetik pada
hemoglobin, gangguan koagulasi. Temuan laboratorium pada anemia defisiensi Fe
adalah gambaran apus darah tepi mikrositik hipokromik, feritin serum berkurang,
3
besi serum rendah, transferin meningkat, dan kapasitas pengikat besi tidak jenuh.
2. Anemia megaloblastik
Anemia ini berhubungan dengan gambaran abnormal eritroblas sumsum tulang, di
mana perkembangan inti (nucleus) terlambat dan kromatin inti memiliki gambaran
terbuka menyerupai renda. Terdapat defek pada sintesis DNA yang biasanya
disebabkan oleh defisiensi vitamin B12 (kobalamin) atau folat. Penyebab defisiensi
B12 adalah diet yang tidak adekuat (misalnya vegetarian) dan malabsorpsi.
Gambaran klinis yang dapat ditemukan adalah onset gambaran anemia yang
bertahap, ikterus ringan akibat eritropoiesis yang tidak efektif, glositis dan keilosis
angular serta, jika berat, sterilitas dan pigmentasi kulit melanin reversibel, neuropati
simetris yang mempengaruhi traktus piramidalis., atau asimtomatik.
3. Anemia hemolitik
Disebabkan oleh memendeknya masa hidup eritrosit. Keadaan ini timbul pada
eritropoiesis yang tidak efektif, defisiensi hematinik, atau penyakit sumsum tulang.
Hemolisis dapat disebabkan oleh cacat pada sel darah merah atau kelainan pada
lingkungan, biasanya didapat. Gambaran klinisnya berupa anemia, ikterus (biasanya
ringan) akibat penumpukan bilirubin yang tidak terkonjugasi dalam plasma,
peningkatan insidensi batu empedu pigmen, splenomegali, penonjolan os frontal
akibat ekspansi sumsum pada tulang.
4. Anemia sideroblastik
Adalah suatu anemia refrakter di mana sumsum tulang menunjukkan peningkatan
besi yang terlihat sebagai granul yang tersusun membentuk cincin di sekitar ini
dalam eritroblas yang sedang berkembang. Terjadi defek sintesis hem. Gambaran
klinis kadang-kadang ringan (pada anemia kongenital) tetapi dapat menjadi lebih
berat seiring pertambahan usia. Leukopenia dan trombositopenia dapat terjadi pada
pasien dengan mielodisplasia. Apus darah tepi bersifat dimorfik.
5. Anemia aplastik
Merupakan pansitopenia kronik yang berhubungan dengan sumsum tulang
hipoplastik. Terjadi penurunan sel stem sumsum, peningkatan ruang lemak, dan tidak
ada tanda keganasan. Gambaran klinis timbul akibat kegagalan sumsum tulang. Hati,
limpa dan kelenjar getah bening tidak membesar.
CONTOH:
a. Badan lemah saat beraktivitas
- Onset
- Hilang timbul atau menetap
- Gejala penyerta: demam, mual, sesak nafas, pucat, konsentrasi menurun,
mudah mengantuk, dll.
- Faktor yang memperberat keluhan
- Faktor yang memperingan keluhan
- Riwayat keluhan serupa sebelumnya
- Riwayat pengobatan dahulu dan saat ini
- Pola makan dan minum
- Sering BAK, sering minum, sering makan (kecurigaan terhadap DM)
b. Pendarahan
Nyata : Pendarahan gusi, epistaksis, kencing berdarah, menstruasi panjang
dan lama, batuk berdarah, BAB hitam, muntah berdarah, muntah
hitam
Tidak nyata: petechiae, purpura, echymosis, hematom, hemarthrosis.
- Onset
- Hilang timbul atau menetap
- Didahului trauma atau tidak
- Faktor yang memperberat keluhan
- Faktor yang memperingan keluhan
- Riwayat keluhan serupa sebelumnya
- Riwayat pengobatan dahulu dan saat ini
- Riwayat transfusi darah
- Riwayat DM dan keluhan serupa di keluarga
c. Ikterik
- Onset
- Hilang timbul atau menetap
- Gejala penyerta: demam, mual, muntah, perut membesar, BAK kuning
tua/coklat, BAB seperti dempul, muntah darah, BAB hitam seperti aspal
5
- Riwayat keluhan serupa sebelumnya
- Riwayat pengobatan dahulu dan saat ini
- Riwayat transfusi darah
- Riwayat sakit kuning pada ibu penderita, sering minum minuman alkohol
- Riwayat pernikahan kerabat pada orang tuanya
d. Pucat
- Onset
- Hilang timbul atau menetap
- Gejala penyerta: badan lemah saat aktivitas, pendarahan, konsentrasi
menurun, mudah mengantuk, Pusing : saat aktivitas, perubahan posisi, atau
saat istirahat; berdebar : saat istirahat atau saat aktivitas; sesak nafas saat
istirahat atau saat aktivitas
- Riwayat keluhan serupa sebelumnya
- Riwayat pengobatan dahulu dan saat ini
- Riwayat transfusi darah
- Riwayat pernikahan kerabat pada orang tuanya
1.4 Kesimpulan
Berdasarkan hasil anamnesis yang telah dilakukan, mahasiswa diminta menyimpulkan
kemungkinan penyakit yang diderita pasien. Perlu diingatkan bahwa harus dilakukan
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang untuk memastikan diagnosis pasien tersebut.
6
PEMERIKSAAN FISIK PADA PASIEN ANEMIA
A. SASARAN PEMBELAJARAN
Setelah kegiatan ini mahasiswa diharapkan mampu:
1. Melakukan pemeriksaan fisik pada pasien anemia.
a. Melakukan inspeksi.
b. Melakukan palpasi.
c. Melakukan perkusi.
d. Melakukan auskultasi.
B. PELAKSANAAN
1. PANDUAN BELAJAR PEMERIKSAAN FISIK PADA PASIEN ANEMIA
1.2 Landasan Teori
Selain anamnesis, untuk menegakkan diagnosis anemia pada pasien perlu dilakukan
pemeriksaan fisik. Pemeriksaan fisik yang perlu dilakukan meliputi kepala sampai ke kaki.
Pucat adalah temuan fisik yang paling sering ditemukan pada anemia. Namun temuan ini
sering dibatasi oleh faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi warna kulit. Kepucatan sukar
diidentifikasi pada orang yang kulitnya sangat berpigmentasi, missal orang negro. Meskipun
demikian, pada kulit hitam anemia dapat dideteksi melalui warna telapak tangan atau
jaringan nonkutan seperti membrana mukosa mulut, bantalan kuku, dan jaringan palpebra.
a. Kepala
Fisik seorang pasien dengan anemia menunjukkan konjungtiva yang pucat, sklera ikterik,
kadang ada perdarahan hidung, sariawan di mulut dan lidah. Sclera ikterik biasanya
timbul akibat meningkatnya pemecahan eritrosit pada anemia hemolitik yang
menimbulkan hiperbilirubinemia, menyebabkan warna kuning pada kulit dan mukosa.
Pada kasus anemia hemolitik yang disebabkan oleh penyakit Thalassemia, dapat dilihat
adanya facies Cooley dimana tulang-tulang wajah tampak menonjol.
b. Leher
Terkadang dapat ditemukan pembesaran kelenjar limfe di daerah leher.
c. Thorax
Pada pasien dengan anemia berat yang kronis, dapat ditemukan gangguan jantung yaitu
pembesaran ruang-ruang jantung dan terdengar bunyi murmur. Dapat juga ditemukan
takikardia. Temuan pada jantung ini dapat menghilang bila anemia dikoreksi.
d. Abdomen
Timbulnya pembesaran organ viscera abdomen muncul pada beberapa kasus anemia,
misalnya pada Thalassemia. Bisa lien saja yang membesar (splenomegali) atau disertai
pembesaran hepar (hepatomegali).
e. Extremitas
Karena berkurangnya suplai O2 di daerah perifer pada anemia, sering timbul jari tabuh
yang merupakan tanda hipoksia kronis.
7
1.2 Media Pembelajaran
1. Penuntun LKK Blok VIII FK UMP
2. Pasien simulasi
3. Ruang periksa dokter
4. Tempat tidur pemeriksaan
5. Stetoskop
6. Thermometer
7. Tensimeter
8. Timbangan badan
11
A. SASARAN PEMBELAJARAN
Setelah kegiatan ini mahasiswa diharapkan mampu:
1. Melakukan komunikasi dengan pasien baik secara verbal maupun non verbal
- Mengucapkan salam
- Memperkenalkan diri
- Menanyakan identitas pasien dan orang tua pasien
- Meminta izin kepada orang tua/pasien
2. Memberikan penjelasan mengenai anemia defisiensi besi
3. Menggali informasi dan mengidentifikasi faktor risiko/penyebab masalah pasien.
4. Melakukan edukasi untuk upaya promotif pasien.
5. Melakukan edukasi untuk upaya preventif.
6. Melakukan edukasi untuk upaya kuratif.
7. Memberi kesempatan kepada pasien/orang tua untuk bertanya.
B. PELAKSANAAN
1. PANDUAN BELAJAR KONSELING ANEMIA DEFISIENSI BESI
1.1 Landasan Teori
Anemia didefinisikan sebagai penurunan konsentrasi hemoglobin. Kisaran normal berbeda
sesuai usia dan jenis kelamin. Penyebab anemia dapat ditegakkan dengan anamnesis,
pemeriksaan fisik dan penggunaan pemeriksaan penunjang khusus secara tepat. Anemia
dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
Anemia defisiensi besi
Anemia defisiensi besi adalah anemia yang timbul akibat berkurangnya penyediaan besi untuk
eritropoesis, karena cadangan besi kosong (depleted iron store) yang pada akhirnya mengakibatkab
pembentukan hemoglobin berkurang.
Anemia defisiensi besi merupakan anemia yang paling sering dijumpai, terutama di negara-negara tropik,
berkaiatan dengan taraf sosial ekonomi.
Anemia defisiensi besi dapat disebabkan oleh karena rendahnya masukan besi, gangguan, ganguan
absorbsi, serta kehilangan besi akibat perdarahan menahun:
- Kehilangan darah menahun dapat berasal dari:
saluran cerna: akibat dari tukak peptik, pemakaian salisilat atau NSAID, kanker
lambung, kanker kolon, divertikululosis, hemoroid dan infeksi cacing tambang.
Saluran genitalia perempuan: menorrhagia atau metrorhagia.
Saluran kemih: hematuri
Saluran nafas: hemoptoe
- Faktor nutrisi: akibat kurangnya jumlah besi total dalam makanan, atau kualitas besi
(bioavailabilitas) besi yang tidak baik (makanan banyak serat, rendah vitamin C, dan
rendah daging)
- Kebutuhan besi meningkat: seperti pada prematuritas, anak dalam masa pertumbuhan dan
kehamilan.
- Gangguan absorbsi besi: gastrektomi, tropical sprue atau kolitis kronik.
12
Gejala umum anemia yang disebut juga sebagai sindrom anemia (anemic syndrome) dijumpai pada
anemia defisiensi besi apabila kadar hemoglobin turun di bawah 7-8 g/dl. Gejala ini berupa badan
lemah, lesu, cepat lelah, mata berkunang-kunang, serta telinga mendenging.
Gejala yang khas dijumpai pada defisiensi besi, tetapi tidak dijumpai pada anemia jenis lain adalah:
- Koilonychia: kuku sendok (spoon nail), kuku menjadi rapuh, bergaris-garis vertikal dan
menjadi cekung sehingga mirip seperti sendok.
- Atrofi papi lidah: permuikaan lidah menjadi licin dan mengkilap karena papil lidah
menghilang.
- Stomatitis angularis (cheilosis): adanya keradangan pada mulut sehingga tampak sebagai
bercak berwarna pucat keputihan.
- Disfagia: nyeri menelan
- Atrofi mukosa gaster sehinga meningkalkan akhloridia
- Pica: keinginan untuk memakan bahan yang tidak lazim, seperti tanah liat, es lem dan
lain-lain.
1.2 Media Pembelajaran
1. Penuntun LKK Blok VIII FK UMP
2. Pasien simulasi
3. Ruang periksa dokter
1.4 Kesimpulan
Pasien dan orang tua dapat mengerti apa yang telah dijelaskan dan dapat melakukan saran yang telah
disampaikan.
14
3 Menggali informasi dan Anemia defisiensi besi dapat - Usia Jalal 7 tahun (dalam
mengidentifikasi faktor risiko atau disebabkan oleh karena masa pertumbuhan)
penyebab masalah pasien melalui rendahnya masukan besi, - Ibu Jalal saat hamil juga
gangguan, ganguan absorbsi, menderita anemia
riwayat penyakit sekarang, riwayat
serta kehilangan besi akibat
penyakit dahulu, riwayat keluarga, defisiensi besi
perdarahan menahun:
riwayat makanan, riwayat kehamilan. - Riwayat penyakit
sekarang: menderita
penyakit
infeksi/infestasi,
perdarahan, keganasan
pada kasus ini Jalal
menderita cacingan
- Riwayat penyakit
dahulu: gangguan ginjal
(gagal ginjal)
- Riwayat keluarga: faktor
sosial ekonomi, perilaku
kesehatan (tidak
menggunakan alas kaki,
tidak mencuci tangan
sebelum dan sesudah
makan, setelah bermain,
sebelum tidur)
- Faktor nutrisi: akibat
kurangnya jumlah besi
total dalam makanan,
atau kualitas besi
(bioavailabilitas),
anak Jalal jarang makan
daging berwarna merah,
jarang mengkonsumsi
hati sapi
Makanan yang
membantu penyerapan
zat besi (vitamin C)
Jalal tidak suka
mengkonsumsi sayur dan
buah-buahan
- Riwayat kehamilan
Jalal lahir tidak cukup
bulan (prematuritas),
usia Jalal 7 tahun (masa
15pertumbuhan), ibu Jalal
7 Menanyakan kepada pasien/orang tua
apakah ada hal-hal yang kurang jelas
dan apakah ada yang ingin ditanyakan
oleh pasien.
8 Memberikan penekanan kembali tentang
perlunya pasien dan orang tua mengikuti
nasihat dokter
9 Mengucap salam pada saat mengakhiri
edukasi.
A. SASARAN PEMBELAJARAN
Setelah kegiatan ini mahasiswa diharapkan mampu:
1. Melakukan komunikasi dengan pasien baik secara verbal maupun non verbal
i. Mengucapkan salam
ii. Memperkenalkan diri
iii. Menanyakan identitas pasien dan orang tua pasien
iv. Meminta izin kepada orang tua/pasien
2. Melakukan identifikasi faktor risiko/penyebab masalah pasien.
3. Melakukan edukasi untuk upaya promotif pasien.
4. Melakukan edukasi untuk upaya preventif.
5. Melakukan edukasi untuk upaya kuratif.
6. Melakukan edukasi untuk upaya rehabilitatif penyakit pasien.
7. Memberi kesempatan kepada pasien/orang tua untuk bertanya.
B. PELAKSANAAN
1. PANDUAN BELAJAR KONSELING PENYAKIT THALASSEMIA MAYOR
1.1 Landasan Teori
Thalassemia adalah kelainan sintesis hemoglobin yang diturunkan dengan akibat sel
darah merah mudah pecah. Sehingga penderita thalassemia memerlukan transfusi yang
teratur. Secara klinis thalassemia dibagi menjadi 3 ; thalassemia mayor (yang sangat
tergantung transfusi), thalasemia minor (tanpa gejala) dan thalassemia intermedia.
Pemberian transfusi dan perjalanan penyakit thalassemia memerlukan penanganan yang
berkesinambungan dan komprehensif. Oleh karena itu, edukasi pada pasien thalassemia dan
keluarganya sangatlah penting dalam mencapai hasil terbaik untuk penangannya.
Edukasi sebaiknya meliputi pemahaman tentang:
- Pengertian dan bagaimana penyakit Thalassemia diturunkan (faktor risiko)
- Makna dan perlunya transfusi secara teratur pada thalassemia mayor
- Penyulit/komplikasi yang mungkin timbul selama perjalanan penyakit.
16
- Intervensi farmakologis (obat) dan non-farmakologis (dukungan ortu dan lingkungan),
mencakup upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.
- Penumpukan besi (iron overload) dan komplikasi yang ditimbulkannya pada pasien
thalassemia.
- Masalah khusus yang dihadapi, misalnya tumbuh kembang dan aktivitas sehari-hari
- Cara pengembangan terapi pendukung dan mengajarkan keterampilan pemakaian alat
kelasi besi injeksi subkutan.
- Cara mempergunakan fasilitas perawatan kesehatan, yaitu fasilitas kesehatan yang
melayani transfuse darah.
17
27. Menanyakan kepada pasien/orang tua apakah ada hal-hal yang kurang jelas dan apakah
ada yang ingin ditanyakan oleh pasien.
28. Memberikan penekanan kembali tentang perlunya pasien dan orang tua mengikuti
nasihat dokter
29. Mengucap salam pada saat mengakhiri edukasi.
Skenario:
Seorang pasien anak perempuan, Naima, usia 4 tahun, datang ke RS untuk melakukan
transfusi, tetapi pasien sudah terlihat sangat pucat.
Pasien merupakan penderita thalassemia sejak usia 7 bulan, tetapi karena orang tua
sibuk bekerja akhir-akhir ini Naima sering terlambat untuk dibawa ke RS untuk transfusi.
Dan Naima seringkali menolak minum obat kelasi besi dan obat lainnya (asam folat dan
vitamin E).
Pasien adalah anak pertama dan adik pasien juga terkena thalassemia. Ke dua orang tua
pasien saat ini juga menginginkan memiliki anak lagi.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan anak tampak pucat dan sesak. Berat badan anak 20
kg, TD 90/60 mmHg, pernafasan 42 x/menit. Hepar 5 cm bac, 5 cm bpx, lien S V, Facies
cooley (+). Dari pemeriksaan laboratorium didapatkan Hb 5 g/dl dan kadar feritin 4500
mg/L.
1.4 Kesimpulan
Pasien dan orang tua dapat mengerti apa yang telah dijelaskan dan dapat melakukan saran
yang telah disampaikan.
19
endokrin
8 Melakukan edukasi untuk upaya rehabilitatif upaya yang diperlukan untuk mengurangi
pasien komplikasi, seperti fraktur (jika timbul)
akibat kekurangan kalsium.
9 Menanyakan kepada pasien/orang tua
apakah ada hal-hal yang kurang jelas dan
apakah ada yang ingin ditanyakan oleh
pasien.
10 Memberikan penekanan kembali tentang
perlunya pasien dan orang tua mengikuti
nasihat dokter
11 Mengucap salam pada saat mengakhiri
edukasi.
A. SASARAN PEMBELAJARAN
Setelah kegiatan ini mahasiswa diharapkan mampu:
1. Mengetahui indikasi dan kontraindikasi tindakan FNA.
2. Mengetahui keuntungan dari tindakan FNA.
3. Mengetahui komplikasi dari tindakan FNA.
4. Melakukan prosedur tindakan FNA secara lege artis.
5. Membuat preparat apus dari hasil aspirasi dengan benar.
B. PELAKSANAAN
1. PANDUAN BELAJAR TEKNIK FINE NEEDLE ASPIRATION
1.1 Landasan Teori
FNAB (Fine Needle Aspiration Biopsy) atau biopsi aspirasi jarum halus adalah cara
pengambilan sampel sel dengan menggunakan jarum halus dengan atau tanpa suction dari
jaringan solid atau kavitas yang berisi cairan. FNAB memiliki beberapa keuntungan, yaitu:
a. Relatif aman
b. Cepat
c. Minimal invasif
d. Relatif lebih murah
Beberapa jenis tindakan FNAB yaitu suction FNAB, metode kapiler, dan FNAC pada kulit.
Indikasi dilakukannya tindakan FNAB adalah pada tumor superfisial yang bisa dilihat atau
20
untuk tumor yang terletak lebih dalam (dengan bantuan USG). Kontraindikasi dilakukannya
FNAB adalah:
a. Adanya tendensi perdarahan
b. Infeksi kulit pada daerah aspirasi
c. Pasien tidak kooperatif
d. Massa tidak teraba
Komplikasi yang mungkin timbul akibat tindakan FNAB adalah perdarahan lokal atau
infeksi.
BAB III
EVALUASI
Mahasiswa akan dievaluasi pada saat pelaksanaan latihan keterampilan klinik dalam
bentuk formatif dan akan dievaluasi pada akhir blok dalam bentuk sumatif.
22
Evaluasi keterampilan akan dilaksanakan secara komprehensif pada ujian LKK
menggunakan daftar penilaian (checklist). Evaluasi dilakukan dalam bentuk station dimana
satu station akan menguji satu keterampilan klinik. Satu ujian LKK akan menguji 2-4
station, sesuai dengan banyaknya LKK yang telah dilakukan dalam blok tersebut.
BAB IV
PENUTUP
Demikianlah Modul Latihan Keterampilan Klinik Blok VIII ini disusun sedemikian rupa
agar dapat membantu mahasiswa dan instruktur memahami maksud dan tujuan LKK sehingga
dapat dilaksanakan dengan tepat dan terarah. Lampiran daftar tilik (checklist) dalam modul LKK
ini diharapkan dapat membantu mahasiswa mengarahkan keterampilan mereka dan sebagai
panduan persiapan mengikuti evaluasi sumatif dalam bentuk ujian LKK.
23
DAFTAR REFERENSI
24
LAMPIRAN 1
Instrumen Evaluasi Anamnesis anemia
LAMPIRAN 2
Instrumen Evaluasi Pemeriksaan Fisik Pada Pasien Anemia
26
LAMPIRAN 3
Instrumen Evaluasi Tindakan FNA
28