Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH HOME CARE

DEBRIDEMENT LUKA

Dosen pengampu mata kuliah : Despita Pramesti,.S.Kep.,Ns.,M.Kes

Disusun oleh:

Lili suryani (141100228)

Maria Regina(14110022)

Siti Jaitun(141100249)

solikin (141100251)

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
melimpahkan Rahmat dan Hidayahnya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan
tugas makalah kami tentang ‘ DEBRIDMENT LUKA’ ini dengan lancar. Dalam
kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih kepada :

1. Ibu Despita Pramesti,.S.Kep.,Ns.,M.Kes sebagai dosen pengampu mata kuliah Home


Care
2. Orang tua kami yang telah membantu baik moril maupun materi
3. Rekan-rekan satu kelompok yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini jauh dari sempurna, baik
dari segi penyusunan, bahasa, ataupun penulisannya. Oleh karena itu kami mengarapkan
kritik dan saran yang sifatnya membangun.

Yogyakarta 16 November 2017

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...............................................................................................

DAFTAR …...............................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN… ......................................................................................

A. Latar belakang… ............................................................................................


B. Rumusan masalah… ......................................................................................
C. Tujuan… ........................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN… .......................................................................................

A. Pengertian debridement… .............................................................................


B. Tujuan debridement… ...................................................................................
C. Jenis-jenis debridement… ..............................................................................
D. Metode debridement… ..................................................................................

BAB III PENUTUP… ...............................................................................................

A. Kesimpulan dan saran… ................................................................................

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kulit tersusun dari tiga lapisan yaitu epidermis, dermis dan jaringan sub kutan.
Kulit merupakan organ tubuh yang terletak paling luar dan merupakan proteksi
terhadap organ-organ yang terdapat dibawahnya dan membangun sebuah barier yang
memisahkan organ-organ internal dengan lingkungan luar.

Dalam menjalankan aktivitas, seringkali kita mengalami kecelakaan baik


ringan ataupun berat. Salah satunya adalah luka bakar. Luka bakar merupakan luka
yang unik diantara bentuk-bentuk luka lainnya karna luka tersebut meliputi sejumlah
besar jaringan mati (eskar) yang tetap berada pada tempatnya untuk jangka waktu
yang lama. Dengan cepat luka bakar akan didiami oleh bakteri pathogen, mengalami
eksudasi dengan perembasan sejumlah besar air, protein serta elektrolit dan kerapkali
memerlukan pencangkokan kulit dari bagian tubuh yang lain untuk menghasilkan
penutupan luka yang permanen.

Luka bakar disebabkan oleh pengalihan energi dari suatu sumber panas kepada
tubuh. Luka bakar dapat dikelompokkan menjadi luka bakar termal, radiasi atau
kimia. Nekrosis dan kegagalan organ dapat terjadi. Untuk menghilangkan nekrosis
inilah dilakukan tindakan pembersihan dan debridemen pada luka.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah pengertian debridement luka?
2. Apakah tujuan dari debridement?
3. Apa saja jenis-jenis debridement?
4. Apa saja metode debridement?

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian debridement luka.
2. Untuk mengetahui tujuan dari debridement.
3. Untuk mengetahui jenis-jenis debridement.
4. Untuk mengetahui metode debridemment.

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian

Debridement merupakan sebuah tindakan eksisi yang bertujuan untuk


membuang jaringan nekrosis ataupun debris yang menghalangi proses penyembuhan
luka dan pontensial terjadi atau berkembangnya infeksi sehingga merupakan tindakan
pemutus rantai respon inflamasi sistematik dan maupun sepsis. Tindakan ini
dilakukan seawal mungkin, dan dapat dilakukan tindakan ulangan sesuai kebutuhan.

Debridement adalah menghilangkan jaringan mati juga membersihkan luka


dari kotoran yang berasal dari luar yang termasuk benda asing bagi tubuh. Caranya
yaitu dengan mengompres luka menggunakan cairan atau beberapa material
perawatan luka yang fungsinya untuk menyerap dan mengangkat bagian-bagian luka
yang nekrotik. (Keperawatan Medikal Bedah edisi 8. Brunner & Suddarth, 2002,
Suzzane C. Smeltzer Brenda G.Bare)

B. Tujuan

Debridement merupakan sisi lain pada perawatan luka bakar. Adapun


Tindakan debridement ini, memiliki dua tujuan yaitu :

1. Untuk menghilangkan jaringan yang terkontaminasi oleh bakteri dan benda asing.
2. Untuk menghilangkan jaringan yang telah mati dalam persiapan kesembuhan luka.
3. Ekstensi luka  identifikasi daerah luka
4. Mengurangi kontaminasi bakteri
5. Deteksi dan membuang benda asing  terutama benda organic
6. Deteksi dan membuang jaringan non viable
7. Membuat luka yang dapat mentoleransi kontaminasi bakteri  sembuh tanpa
infeksi

C. Jenis-jenis debridement
 Chemical
- Bekerja secara proteolitik, fibrinolitik dan kolagenase  tergantung dari target
jaringan yang akan dihancurkan.
- Misalnya
- kolagenase (santyl) hasil fermentasi dari Clostridium histolyticum 
mencerna kolagen dalam jaringan nekrotik
- Papain (Panafil, Accuzyme)  penghancur protein tetapi tidak berbahaya bagi
jaringan normal.

5
 Mechanical
- Prinsip kerjanya adalah wet-to-dry dressing
- Luka ditutup dengan kassa yang telah dibasahi normal saline, setelah kering jaringan
nekrotik akan melekat ke kassa sehingga saat ganti verban, jaringan nekrotik ikut
terbuang
- Tindakan ini dilakukan berulang kali (2-6 kali per hari)
- Prosedur ini membuat tidak nyaman bagi penderita saat mengganti balutan, merusak
jaringan granulasi baru, merusak epitel yang masih fragile.

 Biological
- Merupakan upaya debridement secara biologis menggunakan larva
- Maggot Debridement Therapy (MDT)
Larvae of Calliphoid flies of the species Phanecia sericata (formerly known as Lucilia
sericata)
- Prosedur ini dapat membersihkan jaringan nekrotik dan infeksi tanpa rasa nyeri
sekaligus desinfeksi dan stimulasi penyembuhan luka.

1. Debridement alami
Pada peristiwa debridement alami, jaringan mati akan memisahkan diri secara
spontas dari jaringan viable yang ada dibawahnya. Namun, pemakaian preparat
topical antibakteri cenderung memperlambat proses pemisahan eskar yang alami
ini. Tindakan mempercepat proses ini dapat menguntungkan bagi pasien dan dapat
dilakukan dengan cara-cara lain seperti debridemen mekanis atau bedah sehingga
waktu antara terjadinya invasi bakteri dan timbulnya masalah iatrogenik yang lain
dapat dikurangi.

2. Debridement mekanis
Debridemen mekanis meliputi penggunaan gunting bedah dan forsep untuk
memisahkan dan mengangkat eskar. Teknik ini dapat dilakukan oleh dokter atau
perawat yang berpengalaman, dan biasanya debridemen mekanis dikerjakan setiap
hari pada saat penggantian balutan serta pembersihan luka. Debridemen dengan
cara-cara ini dilaksanakan sampai tempat yang masih terasa sakit dan
mengeluarkan darah. Preparat hemostatik atau balutan tekan dapat digunakan
untuk menghentikan perdarahan dari pembuluh-pembuluh darah yang kecil.

Contoh cara merawat luka bakar :

 Periksa GDS sebelum melakukan tindakan


 Lihat kondisi luka pasien, apakah luka dalam keadaan kotor atau tidak, ada
pus atau ada jaringan nekrotik (mati) atau tidak
 Lakukan perawatan luka dengan menggunakan NaCl dan kasa steril

6
 Jika ada jaringan nekrotik, sebaiknya dibuang dengan cara digunting sedikit
demi sedikit sampai kondisi luka mengalami granulasi
 Lihat kedalaman luka, apakah terdapat sinus atau tidak. Bila terdapat sinus,
ada baiknya disemprot ( irigasi) dengan NaCl sampai pada kedalaman luka.
 Keluarkan semua pus yang ada.
 Setelah bersih, pasang tampon dengan betadine yang sudah diencerkan dengan
NaCl 1:1
 Ditutup kembali dengan kassa steril yang kering untuk selanjutnya dibalut.
 Lakukan setiap hari, jika perlu pagi dan sore
 Setelah luka bersih lakukan perawatan dengan pemberian salep untuk
penumbuh jaringan

3. Debridement bedah
bedah merupakan tindakan operasi dengan melibatkan eksisi primer seluruh
tebal kulit sampai fasia (eksisi tangensial) atau dengan mengupas lapisan kulit
yang terbakar secara bertahap hingga mengenai jaringan yang masih viabel dan
berdarah. Tindakan ini dapat dimulai beberapa Debridemen hari pasca luka bakar
atau segera setelah kondisi hemodinamik pasien stabil dan edemanya berkurang.
Kemudian lukanya segera ditutup dengan graf kulit atau balutan. Balutan biologik
temporer atau balutan biosintetik dapat digunakan dahulu sebelum graf kulit
dipasang pada pembedahan berikutnya.

Adapun indikasi dan kontraindikasi setelah melakukan debridement bedah dan


teknik pembedahanya serta komplikasinya adalah :

a. Indikasi
Debridement luka bakar diindikasikan pada luka bakar yang dalam misalnya
luka bakar deep-dermal dan subdermal. Luka bakar yang dalam ini ditandai
dengna permukaan yang keputihan, merah, kecoklatan, kuning atau bahkan
kehitaman dan tidak adanya capillary refillataupun sensibilitas kulit.

b. Kontraindikasi
 Kondisi fisik yang tidak memungkinkan
 Gangguan pada proses pembekuan darah
 Tidak tersedia donor yang cukup untuk menutup permukaan terbuka (raw
surface) yang timbul.

c. Adapun Tehnik pembedahan debridement yaitu :


 Informed consent
 Posisi terlentang dalam pembiusan
 Cuci luka dengan Normal Saline (PZ) sambil dilakukan nekrotomi &
bullektomi hingga bersih (debridement)
 Bilas dengan savlon, kemudian bilas kembali dengan PZ

7
 Keringkan dengan kasa steril
 Beri betadine (kecuali daerah wajah), ditutup tulle (salah satu kain yang
ringan dan berbetuk jala dengan lubang kecil).Dan diatasnya diberi Silver
Sulfadiazin (SSD)  manfaatnya untuk perawatan membakar infeksi
 Bebat tebal diseluruh area luka bakar

d. Komplikasi operasi
 Pembentukan kista.

Hal ini dapat disebabkan oleh sumbatan dari duktus atau kelenjar adneksa.
Kista ini dapat muncul sekitar 4 minggu postpembedahan dan dapat tumbuh hingga
diameternya 20mm. Biasanya kista ini dapat pecah sendiri, namun pada kasus yang
cukup berat akan membutuhkan tindakan bedah.

D. Metode debridement

Terdapat 4 metode debridement, yaitu autolitik, mekanikal, enzimatik dan


surgikal. Metode debridement yang dipilih tergantung pada jumlah jaringan nekrotik,
luasnya luka, riwayat medis pasien, lokasi luka dan penyakit sistemik.

1. Debridement Autolitik
Autolitik menggunakan enzim tubuh dan pelembab untuk rehidrasi,
melembutkan dan akhirnya melisiskan jaringan nekrotik. Debridement otolitik
bersifat selektif, hanya jaringan nekrotik yang dihilangkan. Proses ini juga tidak
nyeri bagi pasien. Debridemen otolitik dapat dilakukan dengan menggunakan
balutan oklusif atau semioklusif yang mempertahankan cairan luka kontak dengan
jaringan nekrotik. Debridement otolitik dapat dilakukan dengan hidrokoloid,
hidrogel atau transparent films.

Indikasi :

 Pada luka stadium III atau IV dengan eksudat sedikit sampai sedang.

8
Keuntungan :

 Sangat selektif, tanpa menyebabkan kerusakan kulit di sekitarnya.


 Prosesnya aman, menggunakan mekanisme pertahanan tubuh sendiri
untuk membersihkan luka debris nekrotik .
 Efektif dan mudah
 Sedikit atau tanpa nyeri.
Kerugian :
 Tidak secepat debridement surgikal.
 Luka harus dimonitor ketat untuk melihat tanda-tanda infeksi.
 Dapat menyebabkan pertumbuhan anaerob bila hidrokoloid oklusif
digunakan.

2. Debridement Enzymatik

Debridement enzimatik meliputi penggunaan salep topikal untuk


merangsang debridement, seperti kolagenase. Seperti otolisis, debridement
enzimatik dilakukan setelah debridement surgical atau debridement otolitik dan
mekanikal. Debridement enzimatik direkomendasikan untuk luka kronis.

Indikasi :

 Untuk luka kronis


 Pada luka apapun dengan banyak debris nekrotik.
 Pembentukan jaringan parut

Keuntungan :

 Kerjanya cepat
 Minimal atau tanpa kerusakan jaringan sehat dengan penggunaan yang tepat.

Kerugian :

 Mahal
 Penggunaan harus hati-hati hanya pada jaringan nekrotik.
 Memerlukan balutan sekunder.
 Dapat terjadi inflamasi dan rasa tidak nyaman.

3. Debridement Mekanik

Dilakukan dengan menggunakan balutan seperti anyaman yang melekat


pada luka. Lapisan luar dari luka mengering dan melekat pada balutan anyaman.
Selama proses pengangkatan, jaringan yang melekat pada anyaman akan diangkat.
Beberapa dari jaringan tersebut non-viable, sementara beberapa yang lain viable.
Debridement ini nonselektif karena tidak membedakan antara jaringan sehat dan
tidak sehat. Debridement mekanikal memerlukan ganti balutan yang sering.

9
Proses ini bermanfaat sebagai bentuk awal debridement atau sebagai
persiapan untuk pembedahan. Hidroterapi juga merupakan suatu tipe debridement
mekanik.Keuntungan dan risikonya masih diperdebatkan.

Indikasi :

 Luka dengan debris nekrotik moderat.


Keuntungan :
 Materialnya murah (misalnya tule)
Kerugian :
 Non-selective dan dapat menyebabkan trauma jaringan sehat atau jaringan
penyembuhan
 Lambat
 Nyeri
 Hidroterapi dapat menyebabkan maserasi jaringan. Juga penyebaran
melalui air dapat menyebabkan kontaminasi atau infeksi. Disinfeksi
tambahan dapat menjadi sitotoksik.

4. Debridement Surgikal
Debridement surgikal adalah pengangkatan jaringan avital dengan
menggunakan skalpel, gunting atau instrument tajam lain Debridement surgikal
merupakan standar perawatan untuk mengangkat jaringan nekrotik. Keuntungan
debridement surgikal adalah karena bersifat selektif; hanya bagian avital yang
dibuang. Debridement surgikal dengan cepat mengangkat jaringan mati dan dapat
mengurangi waktu. Debridement surgikal dapat dilakukan di tempat tidur pasien
atau di dalam ruang operasi setelah pemberian anestesi.
Ciri jaringan avital adalah warnanya lebih kusam atau lebih pucat(tahap awal),
bisa juga lebih kehitaman (tahap lanjut), konsistensi lebih lunak dan jika di insisi
tidak/sedikit mengeluarkan darah. Debridement dilakukan sampai jaringan tadi
habis, cirinya adalah kita sudah menemulan jaringan yang sehat dan perdarahan
lebih banyak pada jaringan yang dipotong.

Indikasi :

 Luka dengan jaringan nekrotik yang luas


 Jaringan terinfeksi.

Keuntungan :

 Cepat dan selektif


 Efektif

Kerugian :

 Nyeri
 Mahal, terutama bila perlu dilakukan di kamar operasi

10
Prinsip dan teknik debridement

 Tourniquet
- Mengurangi perdarahan
- Resiko  menambah iskemia jaringan pada bagian yang telah cedera serta
mempersulit penilaian vitalitas jaringan
- Alternatif  mengembangkan tourniket selama 10-20 menit  lepaskan 
melihat hasil pengisian pada kapiler (capiler flush) untuk menilai viabilitas
jaringan lunak
- Penggunaan tourniket dalam debridement  sangat terbatas dan sebagian
besar tindakan dilakukan tanpa tourniket.

 Eksisi luka
- Eksisi dilakukan hingga mencapai tepian kulit yang sehat
- Perlu diingat bahwa untuk membersihkan kontaminasi diperlukan paparan
(exposure) yang adekuat.
- Usaha membersihkan debris dengan mengorek (poking) luka yang kecil dapat
berbahaya.
- Perluasan luka asli harus dilakukan dengan penuh perencanaan  menghidari
adanya sayatan yang tidak berguna yang akan mengganggu tatalaksana
selanjutnya.
- Eksisi yang paling aman adalah mengikuti garis untuk fasiotomi karena
sayatan ini menghindari arteri perforator yang mungkin berguna untuk
mengambil flap kulit bila dibutuhkan.
- Selain itu kadang diperlukan insisi tambahan di luar perluasan dari luka yang
ada.

 Jaringan non vital


- Jaringan mati atau non vital merupakan medium yang baik untuk pertumbuhan
bakteri oleh karena itu semua jaringan yang meragukan sebaiknya dibuang
- Pendekatan bertahap dan sistematis diperlukan terutama bila menghadapi luka
yang besar dan kompleks agar tidak terjadi debridement yang tidak adekuat.

 Jaringan nekrotik
- Kulit dan lemak subkutis  ekstensi hingga ke jaringan sehat
- Fasia  indikasi eksisi: non viabel, rusak, terkontaminasi
- Otot  hati-hati dalam eksisi, 10% massa otot sisa dapat berfungsi baik
apabila terhubung dengan tendon.
- Tendon
 Pertahankan  bukan tempat yang baik untuk pertumbuhan bakteri
 Eksisi hanya bila terjadi kerusakan parah
 Cuci dengan cairan dengan jumlah banyak
- Tulang
 Vaskularisasi terbatas  sulit menilai vitalitas

11
 Usahakan pertahankan periosteum  jaringan rentan mati
- Sendi
 Pastikan sendi bebas dari infeksi dan kotoran
 Dapat dilakukan insisi luas, alternatif  atroskopi

 Pencucian luka

- Irigasi tekanan tinggi


 Dasar: tekanan tinggi dapat menghambat penempelan bakteri pada
permukaan luka secara mekanik
- Irigasi tekanan rendah
 Dasar: Efek samping tekanan tinggi terlalu besar
 Kemungkinan rusaknya jaringan lunak lebih rendah
 Penutupan luka

- Luka kecil yang sedikit terkontaminasi dapat langsung dijahit kembali dengan
syarat luka dapat ditutup primer
- Dapat diberikan antibiotik topikal
- Penggunaan alat bantu vacuum dressing
- Penutupan segera dari luka  menurunkan insidens infeksi
- Modern dressing

Teknik Operasi

1. Tindakan dan antiseptik


2. Anestesi infiltrasi sekitar luka
3. Luka dicuci sampai bersih
4. Identifikasi jaringan nekrotik dan struktur neuro vaskular.
5. Jepit jaringan nekrotik dengan pinset, gunting
6. Ulangi langkah 5 sampai semua/sebagian besar jaringan terbuang. Sampai
jaringan sehat terlihat (sudah ada perdarahan normal)
7. Jika luka tertutup darah, cuci kembali dengan NaCl 0.9 %, lalu kembali
identifikasi jaringan nekrotik.
8. Selanjutnya tergantung tipe luka dapat dijahit primer atau dilakukan perawatan
luka terbuka atau tindakan definitif lainnya.

12
Prinsip-prinsip dalam tindakan debridemen pada terapi fraktur terbuka
Pada fraktur terbuka, pemilihan cara-cara pengelolaan fraktura seringkali
secara prinsipil dipengaruhi oleh bahaya infeksi, kegagalan penyembuhan luka dan
osteomyelitis. Kelambatan penyambungan tulang dan tidak adanya penyambungan
lebih sering terjadi pada fraktur terbuka. Kesembuhan luka, disamping penyambungan
fraktura dalam posisi yang baik, merupakan suatu tujuan.

Penatalaksanaan debridemen pada luka fraktur terbuka;


Meskipun infeksi pada luka akibat kontaminasi bakteri yang biasanya
berlangsung pada saat cedera, namun jaringan mati serta benda asing yang tertinggal
di dalam luka merupakan faktor predisposisi terjadinya sepsis. Oleh karena itu,
pembedahan segera merupakan indikasi untuk menghilangkan pabulum atau unsur-
unsur yang menyebabkan sepsis ini.
Kulit di daerah yang luka dibersihkan secara luas dan diteliti untuk persiapan
operasi. Luka ditutup dengan duk steril sehingga cairan yang digunakan untuk
mencuci kulit tidak mengalir ke dalam luka. Bulu-bulu pada kulit di sekitar luka harus
dicukur. Tepi kulit yang rusak haus dieksisi dengan memperhatikan bahwa kulit
sangat penting artinya dan diperlukan bagi kesembuhan luka primer ;bagian tepi yang
harus dibuang hanyalah bagian yang sudah hancur dan tidak vital lagi.Insisi pada kulit
dan pascia harus cukup panjang sehingga seluruh luka laserasi jaringan yang dalam
dapat terbuka. Semua jaringan yang mati dan tidak vital harus dikeluarkan. Otot yang
tidak berdarah ketika terpotong atau otot yang tidak mengerut ketika dijepit oleh
pinset merupakan otot yang sudah mati dan harus dibuang. Otot yang berdarah tetapi
tidak mengerut ketika dijepit mungkin masih hidup, namun semua ujung otot yang
robek atau serabut-serabut otot yang terpisah harus digunting dengan rapih. Semua
benda asing, kecusli pecahan peluru yang tertanam sngat dalam atau sulita dicapai,
juga perlu dikeluarkan. Semua tempat yang berdarah haruus dicari dan diikat.
Bagian-bagian yang penting-nervus, tendon, pembuluh-pembuluh darah yang
besar dan liganemtum harus dibersihkan secara mekanis ;daerah tendon dan
ligamentum yang compang-camping harus di rapihkan sehemat mungkin sedangkan
strukturnya dibiarkan.pecahan tulang yang kecil dan sudah terlepas dari jaringan
lunak dapat dikeluarkan. Fragmen tulang yang besar, sekalipun sudah terpisah dari

13
bagian lunak harus dibiarkan pada tempatnya. Fragmen tulang yang besar dan
mengalami avulsion total harus dicelupkan dengan segera kedalam larutan antibiotik
dan dibiakan di dalam larutan tersebut sampai lukanya selesai dipersiapkan untuk
tindakan operasi mengembalikan fragmen tulang tersebut. Tulang merupakan struktur
yang amat penting. Secara umum, lebih baik membuat kesalahan dengan membuang
terlalu sedikit fragmen tulang daripada terlalu banyak. Ujung tulang yang kotor harus
dibersihkan secara cermat, kalau perlu dengan menggunakan sikat atau alat curett
sehingga kotoran yang terbenam dapat dikeluarkan.
Rongga luka yang telah menjalani debridement harus dibersihkan oleh lvage
mekanis, dari dalam ke luar. Dengan larutan garam fisiologis hangat dalam jumlah
yang berlebihan. Tindakan lavage akna mengeluarkan kuman-kuman yang mencemari
luka dan menghilangkan banyak partikel halus yang sudah terlepas tetapi belum
dikeluarkan karena tidak kelihatan.
Preparat antibiotik tidak mencegah terjadinya sepsis luka. Antibiotik tidak
memiliki pengaruh atas nekrosis jaringan yang progresif akibat enzim proteolitik
dekomposisi hematoma dan jaringan mati. Juga jaringan mati dalam luka tidak dapat
disterilisasi. Pecursor infeksi lokal tersebut harus dilenyapkan dengan tindakan
debridement yang memadai.

Tindakan Debridemen dan posisi terbuka


1. Penderita diberi toksoid,ATS atau tetanus human globuli.
2. Antibiotika untuk kuman gram positif dan negatif dengan dosis tinggi
3. Kultur dan resistensi kuman dari dasar luka fraktur terbuka
4. Torniquet disiapkan tetapi tidak perlu ditiup
5. Setelah dalam narkose seluruh eksremitas dicuci selama 5-10 menit dan di cukur
6. Luka diiirigasi dengan cairan NaCl steril atau air matang 5-10 liter. Luka derajat 3
harus disemprot hingga bebas dari kontaminasi (jet lavage)
7. Tindakan desinfeksi dan pemasangan duk (draping)
8. Eksisi luka lapis demi lapis. Eksisi kulit, subkutis, fassia, otot. Otot-otot yang
tidak vital dieksisi. Tulang-tulang kecil yang tidak melekat pada periosteum
dibuang. Fragmen tulang besar yang perlu untuk stabilitas dipertahankan
9. Bila letak luka tidak menguntungkan maka untuk reposisi terbuka dibuat insisi
baru yang biasa dipergunakan,misalnya fraktur femur dengan fragmen distal

14
menembus dekat lipat paha, untuk reposisi terbuka dipakai approach posterolateral
biasa
10. Luka fraktur terbuka selalu dibiarkan terbuka dan bila ditutup setelah satu minggu
setelah oedema menghilang. Luka untuk reposisi terbuka dijahit primer
11. Fiksasi yang baik adalah fiksasi eksterna. Bagi yang sudah berpengalaman dan di
rumah sakit dengan perlengkapan yang baik, pengguna fiksasi interna dapat
dibenarkan. Bila fasilitas tidak memadai, gips sirkuler dengan jendela atau traksi
dapat digunakan dan kemudian dapat diencanakan untuk fiksasi interna setelah
luka sembuh (delayed interna fixation). Pemakaian antibiotika diteruskan untuk 3
hari dan bila diperlukan debridement harus diulang.

15
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Debridement adalah menghilangkan jaringan mati juga membersihkan luka


dari kotoran yang berasal dari luar yang termasuk benda asing bagi tubuh. Caranya
yaitu dengan mengompres luka menggunakan cairan atau beberapa material
perawatan luka yang fungsinya untuk menyerap dan mengangkat bagian-bagian luka
yang nekrotik.

B. SARAN

Penulis dengan ini menyadari masih banyak kesalahan dalam penulisan, maka
dari itu penulis mengharapkan kritikan ataupun saran yang dapat membantu penulis
dalam mengembangkan hasil dari makalah ini.

16
DAFTAR PUSTAKA

(Keperawatan Medikal Bedah edisi 8. Brunner & Suddarth, 2002, Suzzane C.


Smeltzer Brenda G.Bare)

(Perawatan Dini Penderita Cedera,American College Of Surgeons,yayasan


essentia medica 1983 )
(Ilmu bedah, 1995.Bina Rupa Aksara,FKUI Bagian Ilmu Bedah Fakultas
Kedokteran UI/RS. Dr.CiptoMangun Kusumo)

17

Anda mungkin juga menyukai