Anda di halaman 1dari 3

VAGINOSIS BAKTERIALIS

Vaginosis bakterial merupakan salah satu keadaan yang berkaitan dengan adanya keputihan
yang tidak normal pada wanita usia reproduksi. VB merupakan sindrom polimikroba , yang mana
laktobasilus vagina normal, khususnya yang menghasilkan hidrogen peroksidase digantikan oleh
berbagai bakteri anaerob dan mikoplasma. Bakteri yang sering ada pada VB adalah G. vaginalis,
Mobiluncus sp, Bacteroides sp dan M. hominis

1. Epidemiologi

Menentukan prevalensi VB sulit karena sepertiga sampai seperempat wanita yang terinfeksi
bersifat asimptomatik. VB merupakan infeksi vagina yang paling sering pada wanita yang
aktif melakukan hubungan seksual, penyakit ini dialami pada 15% wanita yang mendatangi
klinik ginekologi, 10- 25% wanita hamil dan 33-37% wanita yang mendatangi klinik IMS.
11,12 Prevalensi VB juga sangat bervariasi, dikarenakan kriteria diagnostik yang berbeda
serta perbedaan dalam sampel populasi klinik, beberapa penelitian nasional telah dilakukan
di Amerika serikat, prevalensi VB yang dilaporkan oleh National Health and Nutrition Survey
(NHAES) yang menegakkan VB melalui kriteria Nuggent menemukan dari 12.000 pasien yang
dikumpulkan, prevalensi VB sebesar 29, 2% dan ditemukan prevalensi 3,13 kali lebih tinggi
pada Afro Amerika, Afrika dan Afro karibia dibandingkan dengan kulit putih

Penelitian yang dilakukan Bhalla dan kawan- kawan (2007) menyatakan prevalensi VB pada
wanita di New Delhi India sebesar 17%, sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Ocviyanti
dan kawan – kawan (2010) menyatakan prevalensi VB di Indonesia sebesar 30, 7%.

2. Etiologi dan Faktor Risiko

Ekosistem vagina normal sangat komplek, laktobasilus merupakan spesies bakteri yang
dominan (flora normal) pada vagina wanita usia subur, tetapi ada juga bakteri lain yaitu
bakteri aerob dan anaerob. Pada saat VB muncul, terdapat pertumbuhan berlebihan dari
beberapa spesies bakteri, dimana dalam keadaan normal ditemukan dalam konsentrasi
rendah. Oleh karena itu VB dikategorikan sebagai salah satu infeksi endogen saluran
reproduksi wanita. Diketahui ada 4 kategori dari bakteri vagina yang berkaitan dengan VB,
yaitu : G.vaginalis, bakteri anaerob, M. hominis dan mikroorganisme lainnya.

Faktor Risiko:

a. Aktivitas Seksual
Dikatakan VB lebih jarang pada wanita paskapubertas tanpa pengalaman seksual
dibandingkan yang mempunyai pengalaman seksual.
b. Merokok
Merokok dikatakan berkaitan dengan VB dan penyakit IMS lainnya, dari penelitian
yang dilakukan di Inggris dan Swedia, dikatakan merokok dapat menekan sistem
imun, sehingga memudahkan terjadinya infeksi serta dapat menekan pertumbuhan
laktobasilus yang menghasilkan hidrogen peroksidase
c. Penggunaan AKDR
Amsel dkk, dan Holst dkk menemukan VB lebih sering ditemukan pada wanita yang
menggunakan AKDR dibandingkan yang tidak menggunakannya.

3. Patofisiologi
VB ditandai dengan hilangnyanya laktobasilus penghasil hidrogen peroksidase dan
pertumbuhan pesat spesies anaerob. Tidak diketahui secara pasti mana peristiwa yang
mendahului, apakah terdapat faktor yang dapat menyebabkan kematian laktobasilus
sehingga bakteri anaerob ini berkembang secara pesat atau bakteri anaerob yang sangat
banyak jumlahnya menyebabkan laktobasilus menghilang. Pertanyaan dasar yang
merupakan patogenesis VB ini masih belum dapat terjawab sampai sekarang.
Sejumlah perubahan biokimia juga telah dijelaskan, epitel vagina normal dilapisi oleh lapisan
musin tipis.
Pada VB lapisan pelindung ini digantikan oleh biofilm yang dihasilkan G.vaginalis. 21 β
defensin -1 dan konsentrasi secretory leukosit protease inhibitor juga berkurang pada VB.
Interleukin (IL) 1 α, 1β dan reseptor 1 agonis meningkat, IL8 ( sitokin leukotaktik primer )
berkurang.22 Terjadi peningkatan pada protein 70 kD heat shock, enzim lytic sialidase,
matriks metaloproteinase 8 dan fosfolidase A2, nitrit oksida dan endotoksin juga ditemukan
pada vagina dengan VB.
Kesemuanya ini dapat menghilangkan mekanisme proteksi normal dan meningkatkan
terjadinya proses inflamasi.

4. Manifestasi Klinis
Asimtomatik pada sebagian penderita
• Bila ada keluhan umumnya berupa cairan yang berbau amis seperti ikan terutama setelah
melakukan hubungan seksual
• Bila timbul keputihan, biasanya cairan berwarna putih atau abu-abu dan biasanya tipis.
• Keluhan lain bisa berupa terjadinya perdarahan setelah melakukan hubungan seksual
• Rasa panas seperti terbakar saat buang air kecil
• Gatal di bagian luar vagina atau keduanya, disertai kemerahan, dan kadang ada bengkak.

5. Diagnosis
Diagnosis VB ditegakkan berdasarkan gejala klinis dan didukung oleh pemeriksaan
laboratorium.
1) Kriteria Amsel
Amsel dan kawan –kawan menganjurkan dasar diagnosis VB berdasarkan adanya
paling tidak tiga tanda – tanda berikut : sekret vagina berwarna putih yang homogen,
pH cairan vagina > 4,5. adanya fishy odor dari cairan vagina yang ditetesi KOH 10% (
whiff test ), serta pada pemeriksaan mikroskop ditemukan Clue cells
2) Kultur
Kultur G. vaginalis hanya memberikan sedikit keuntungan untuk mendiagnosis VB
karena G.vaginalis merupakan flora vagina sehingga didapatkan juga pada cairan
vagina normal , meskipun dalam konsentrasi rendah.
3) Pewarnaan gram
Dengan tujuan untuk mendiagnosis VB secara objektif , Spiegel dan kawan – kawan
memperkenalkan pewarnaan gram untuk diagnosis VB. Sistem skoring pewarnaan
gram dipakai untuk metode standar untuk diagnosis VB berdasarkan tiga morfotipe ,
yaitu kuman batang gram positif besar (laktobasilus), kuman batang gram negatif
kecil atau bervariasi (Gardnerella) dan kuman batang anaerob (Mobiluncus).

6. Tatalaksana
Berdasarkan CDC tahun 2010 pengobatan yang direkomendasikan ialah
 metronidazol 500 mg yang diberikan dua kali sehari selama 7 hari, atau
 metronidazol 250 mg yang diberikan tiga kali sehari selama 7 hari atau
 klindamisin 300 mg yang diberikan dua kali sehari selama 7 hari.

7. Komplikasi

Meningkatkan kepekaan pada Infeksi menular seksual dan virus HIV dan bisa menyebabkan
kelahiran prematur pada ibu hamil

8. Prognosis
Prognosis bakterial vaginosis sangat baik, karena infeksinya dapat disembuhkan. Bakterial
vaginosis dapat timbul kembali pada 20-30% wanita walaupun tidak menunjukkan gejala

Anda mungkin juga menyukai