Anda di halaman 1dari 15

1.

Rumus Tetesan Cairan infus


Terkadang sebagai perawat, menghitung tetesan perawat lebih sering dilakukan dengan ilmu
kirologi, walaupun ada beberapa yang tepat, namun tak banyak juga yang benar-benar meleset
jauh, karena kondisi pasien tak bisa semua modal kirologi, beberapa penyakit gagal organ
akan sangat berdampak buruk akibat kelebihn cairan yang kita berikan. Sambil mereview lagi,
mari kita hitung rumus tetesan infuse
Macro
Jika yang ingin dicari tahu adalah berapa tetesan yang harus kita cari dengan modal kita tahu
jumlah cairan yang harus dimasukkan dan lamanya waktu, maka rumusnya adalah:
Tetes/menit : (jumlah cairan x 20) / (Lama Infus x 60)
Jika yang dicari adalah lama cairan akan habis, maka rumusnya adalah sebagai berikut:
Lama Infus: (Jumlah Cairan x 20) / (jumlah tetesan dlm menit x 60)
Misal: seorang pasien harus mendapat terapi cairan 500 ml dalam waktu 4 jam, maka jumlah
tetesan yang harus kita berikan adalah (500 x 20 ) / ( 4 x 60 ) = 10000 / 240 = 41,7 = 42
tetes/menit begitupun untuk rumus lama infuse tinggal dibalik aja.
Micro
Selang infuse micro adalah selang infuse yang jumlah tetesannya lebih kecil dari macro,
biasanya terdapat besi kecil di selangnya, dan biasanya digunakan untuk bayi, anak dan pasien
jantung dan ginjal. Rumus untuk menghitung jumlah tetesannya adalah sebagai berikut:
Jumlah tetes/menit : (Jumlah cairan x 60 ) / (Lama Infus x 60)
Sedangkan rumus lamanya cairan habis adalah sebagai berikut:
Lama waktu : ( Jumlah Cairan x 60) / (jumlah tetesan dalam menit x 60)

2. Rumus Rumpleed test


Rumpleed test biasanya dilakukan untuk mengetahui tanda gejala awal adanya ptekee (bintik
merah pada penderita DBD), ptekee muncul akibat pecahnya pembuluh darah kapiler,
sehingga pada fase awal tidak akan langsung muncul, oleh karena itu tujuan rumpled test
adalah untuk mengetahui lebih awal adanya ptekee. Rumus yang dipakai adalah (Sistole +
Diastole) / 2, lalu tahan 5 – 10 menit. jika terdapat sepuluh atau lebih bintik merah, maka
dikatakan rumpled test positif, jika kurang maka disebut rumpled test negative. Misal kita
melakukan tensi darah hasilnya 120/80 mmHg (systole : 120, Diastole: 80), maka (120 + 80)/2
= 100 mmHg, maka kita pompa hingga alat tensi darah menunjukkan angka 100 mmHg, kita
tutup tepat di angka 100 dan tahan selama 5 – 10 menit, lepaskan baru kita hitung jumlah
bintik merahnya. Rumpleed test merupakan uji awal adanya gangguan trombosit pada
penderita DBD, namun bukanlah hal untuk menegakkan diagnose DBD.

3. Rumus Kebutuhan Cairan


Kebutuhan cairan pada tubuh data dihitung sebagai berikut:
Pada anak < 10 Kg , maka 10 Kg maka dihitung 100 ml/ BB. Missal BB 8 kg maka kebutuhan
cairan adalah 8 x 100 = 800 ml/hari. Pada anak dengan BB 10 – 20 Kg, maka 1000 ml pada 10
kg pertama dan ditambah 50 ml per Kg penambahan berat badannya. Missal BB = 15 kg,
maka 1000 ml ditambah 5 x 50 ml maka menjadi 1250 ml/ hari kebutuhan cairannya Pada
seorang dengan berat badan > 20 Kg maka rumusnya adalah 1500 ml pada 20 kg pertama dan
ditambah 20 ml/Kg sisanya, missal seseorang dengan BB 40 Kg, maka 20 kg pertama adalah
1500 ml, sedangkan 20 kg sisanya x 20 ml = 400 ml sehingga kebutuhan cairan seseorang
dengan berat 40 kg adalah 1500 + 400 ml = 1900 ml/hari
4. Rumus luas Luka Bakar
Rumus luas luka bakar memang terkadang membuat kita harus lebih mengerutkan dahi,
karena memang sulit-sulit gampang dalam penerapannya. Rumus pada bayi menggunakan
rumus 10 – 20 %, jika tangan dan kaki yang terkena maka 10 %, jika kepala, leher dan badan
depan dan belakang maka 20 %. Untuk dewasa menggunakan rumus Rule of Nine yang
digambarkan sebagai berikut:

5. Rumus Body mass index (BMI)

Body Mass Index dicari menggunakan rumus BB (Kg) / TB2 (m)


Underweight :
Kurang dari 18.5
Normal : 18.5 - 24.9
Overweight/pre-obes : 25.0 - 29.9
Obes I : 30-34.9
Obes II : 35-39.9
Obes III: lebih dari atau sama dengan 40
Diposkan oleh Ners Mawan di 14:21:00 Label: Keperawatan Dasar
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook
duniaaaqu
Just another WordPress.com site
 About

INFUS CAIRAN INTRAVENA (Macam-Macam


Cairan Infus)
Posted by antonhidayat on November 1, 2011
Posted in: kesehatan. Tinggalkan Sebuah Komentar

NOVEMBER 1, 2011

Infus cairan intravena (intravenous fluids infusion) adalah pemberian sejumlah cairan ke
dalam tubuh, melalui sebuah jarum, ke dalam pembuluh vena (pembuluh balik) untuk
menggantikan kehilangan cairan atau zat-zat makanan dari tubuh.

Secara umum, keadaan-keadaan yang dapat memerlukan pemberian cairan infus adalah:

1. Perdarahan dalam jumlah banyak (kehilangan cairan tubuh dan komponen darah)
2. Trauma abdomen (perut) berat (kehilangan cairan tubuh dan komponen darah)
3. Fraktur (patah tulang), khususnya di pelvis (panggul) dan femur (paha) (kehilangan
cairan tubuh dan komponen darah)
4. “Serangan panas” (heat stroke) (kehilangan cairan tubuh pada dehidrasi)
5. Diare dan demam (mengakibatkan dehidrasi)
6. Luka bakar luas (kehilangan banyak cairan tubuh)
7. Semua trauma kepala, dada, dan tulang punggung (kehilangan cairan tubuh dan
komponen darah)

Indikasi pemberian obat melalui jalur intravena antara lain:

1. Pada seseorang dengan penyakit berat, pemberian obat melalui intravena langsung
masuk ke dalam jalur peredaran darah. Misalnya pada kasus infeksi bakteri dalam
peredaran darah (sepsis). Sehingga memberikan keuntungan lebih dibandingkan
memberikan obat oral. Namun sering terjadi, meskipun pemberian antibiotika
intravena hanya diindikasikan pada infeksi serius, rumah sakit memberikan antibiotika
jenis ini tanpa melihat derajat infeksi. Antibiotika oral (dimakan biasa melalui mulut)
pada kebanyakan pasien dirawat di RS dengan infeksi bakteri, sama efektifnya dengan
antibiotika intravena, dan lebih menguntungkan dari segi kemudahan administrasi RS,
biaya perawatan, dan lamanya perawatan.
2. Obat tersebut memiliki bioavailabilitas oral (efektivitas dalam darah jika dimasukkan
melalui mulut) yang terbatas. Atau hanya tersedia dalam sediaan intravena (sebagai
obat suntik). Misalnya antibiotika golongan aminoglikosida yang susunan kimiawinya
“polications” dan sangat polar, sehingga tidak dapat diserap melalui jalur
gastrointestinal (di usus hingga sampai masuk ke dalam darah). Maka harus
dimasukkan ke dalam pembuluh darah langsung.
3. Pasien tidak dapat minum obat karena muntah, atau memang tidak dapat menelan obat
(ada sumbatan di saluran cerna atas). Pada keadaan seperti ini, perlu dipertimbangkan
pemberian melalui jalur lain seperti rektal (anus), sublingual (di bawah lidah),
subkutan (di bawah kulit), dan intramuskular (disuntikkan di otot).
4. Kesadaran menurun dan berisiko terjadi aspirasi (tersedak—obat masuk ke
pernapasan), sehingga pemberian melalui jalur lain dipertimbangkan.
5. Kadar puncak obat dalam darah perlu segera dicapai, sehingga diberikan melalui
injeksi bolus (suntikan langsung ke pembuluh balik/vena). Peningkatan cepat
konsentrasi obat dalam darah tercapai. Misalnya pada orang yang mengalami
hipoglikemia berat dan mengancam nyawa, pada penderita diabetes mellitus. Alasan
ini juga sering digunakan untuk pemberian antibiotika melalui infus/suntikan, namun
perlu diingat bahwa banyak antibiotika memiliki bioavalaibilitas oral yang baik, dan
mampu mencapai kadar adekuat dalam darah untuk membunuh bakteri.

Indikasi Pemasangan Infus melalui Jalur Pembuluh Darah Vena (Peripheral Venous
Cannulation)

1. Pemberian cairan intravena (intravenous fluids).


2. Pemberian nutrisi parenteral (langsung masuk ke dalam darah) dalam jumlah terbatas.
3. Pemberian kantong darah dan produk darah.
4. Pemberian obat yang terus-menerus (kontinyu).
5. Upaya profilaksis (tindakan pencegahan) sebelum prosedur (misalnya pada operasi
besar dengan risiko perdarahan, dipasang jalur infus intravena untuk persiapan jika
terjadi syok, juga untuk memudahkan pemberian obat)
6. Upaya profilaksis pada pasien-pasien yang tidak stabil, misalnya risiko dehidrasi
(kekurangan cairan) dan syok (mengancam nyawa), sebelum pembuluh darah kolaps
(tidak teraba), sehingga tidak dapat dipasang jalur infus.

Kontraindikasi dan Peringatan pada Pemasangan Infus Melalui Jalur Pembuluh Darah Vena

1. Inflamasi (bengkak, nyeri, demam) dan infeksi di lokasi pemasangan infus.


2. Daerah lengan bawah pada pasien gagal ginjal, karena lokasi ini akan digunakan untuk
pemasangan fistula arteri-vena (A-V shunt) pada tindakan hemodialisis (cuci darah).
3. Obat-obatan yang berpotensi iritan terhadap pembuluh vena kecil yang aliran darahnya
lambat (misalnya pembuluh vena di tungkai dan kaki).

Beberapa komplikasi yang dapat terjadi dalam pemasangan infus:

1. Hematoma, yakni darah mengumpul dalam jaringan tubuh akibat pecahnya pembuluh
darah arteri vena, atau kapiler, terjadi akibat penekanan yang kurang tepat saat
memasukkan jarum, atau “tusukan” berulang pada pembuluh darah.
2. Infiltrasi, yakni masuknya cairan infus ke dalam jaringan sekitar (bukan pembuluh
darah), terjadi akibat ujung jarum infus melewati pembuluh darah.
3. Tromboflebitis, atau bengkak (inflamasi) pada pembuluh vena, terjadi akibat infus
yang dipasang tidak dipantau secara ketat dan benar.
4. Emboli udara, yakni masuknya udara ke dalam sirkulasi darah, terjadi akibat masuknya
udara yang ada dalam cairan infus ke dalam pembuluh darah.

Komplikasi yang dapat terjadi dalam pemberian cairan melalui infus:

• Rasa perih/sakit

• Reaksi alergi

Jenis Cairan Infus:

1. Cairan hipotonik
2. Cairan Isotonik
3. Cairan hipertonik

Pembagian cairan lain adalah berdasarkan kelompoknya:

1. Kristaloid:

bersifat isotonik, maka efektif dalam mengisi sejumlah volume cairan (volume expanders) ke
dalam pembuluh darah dalam waktu yang singkat, dan berguna pada pasien yang memerlukan
cairan segera. Misalnya Ringer-Laktat dan garam fisiologis.

1. Koloid:

ukuran molekulnya (biasanya protein) cukup besar sehingga tidak akan keluar dari membran
kapiler, dan tetap berada dalam pembuluh darah, maka sifatnya hipertonik, dan dapat menarik
cairan dari luar pembuluh darah. Contohnya adalah albumin dan steroid.

JENIS-JENIS CAIRAN INFUS

ASERING

Indikasi:

Dehidrasi (syok hipovolemik dan asidosis) pada kondisi: gastroenteritis akut, demam berdarah
dengue (DHF), luka bakar, syok hemoragik, dehidrasi berat, trauma.

Komposisi:

Setiap liter asering mengandung:


 Na 130 mEq
 K 4 mEq
 Cl 109 mEq
 Ca 3 mEq
 Asetat (garam) 28 mEq

Keunggulan:

1. Asetat dimetabolisme di otot, dan masih dapat ditolelir pada pasien yang
mengalami gangguan hati
2. Pada pemberian sebelum operasi sesar, RA mengatasi asidosis laktat lebih baik
dibanding RL pada neonatus
3. Pada kasus bedah, asetat dapat mempertahankan suhu tubuh sentral pada
anestesi dengan isofluran
4. Mempunyai efek vasodilator
5. Pada kasus stroke akut, penambahan MgSO4 20 % sebanyak 10 ml pada 1000
ml RA, dapat meningkatkan tonisitas larutan infus sehingga memperkecil risiko
memperburuk edema serebral

KA-EN 1B

Indikasi:

1. Sebagai larutan awal bila status elektrolit pasien belum diketahui, misal pada kasus
emergensi (dehidrasi karena asupan oral tidak memadai, demam)
2. < 24 jam pasca operasi
3. Dosis lazim 500-1000 ml untuk sekali pemberian secara IV. Kecepatan sebaiknya 300-
500 ml/jam (dewasa) dan 50-100 ml/jam pada anak-anak
4. Bayi prematur atau bayi baru lahir, sebaiknya tidak diberikan lebih dari 100 ml/jam

KA-EN 3A & KA-EN 3B

Indikasi:

1. Larutan rumatan nasional untuk memenuhi kebutuhan harian air dan elektrolit dengan
kandungan kalium cukup untuk mengganti ekskresi harian, pada keadaan asupan oral
terbatas
2. Rumatan untuk kasus pasca operasi (> 24-48 jam)
3. Mensuplai kalium sebesar 10 mEq/L untuk KA-EN 3A
4. Mensuplai kalium sebesar 20 mEq/L untuk KA-EN 3B

KA-EN MG3

Indikasi :
1. Larutan rumatan nasional untuk memenuhi kebutuhan harian air dan elektrolit dengan
kandungan kalium cukup untuk mengganti ekskresi harian, pada keadaan asupan oral
terbatas
2. Rumatan untuk kasus pasca operasi (> 24-48 jam)
3. Mensuplai kalium 20 mEq/L
4. Rumatan untuk kasus dimana suplemen NPC dibutuhkan 400 kcal/L

KA-EN 4A

Indikasi :

1. Merupakan larutan infus rumatan untuk bayi dan anak


2. Tanpa kandungan kalium, sehingga dapat diberikan pada pasien dengan berbagai kadar
konsentrasi kalium serum normal
3. Tepat digunakan untuk dehidrasi hipertonik

Komposisi (per 1000 ml):

 Na 30 mEq/L
 K 0 mEq/L
 Cl 20 mEq/L
 Laktat 10 mEq/L
 Glukosa 40 gr/L

KA-EN 4B

Indikasi:

1. Merupakan larutan infus rumatan untuk bayi dan anak usia kurang 3 tahun
2. Mensuplai 8 mEq/L kalium pada pasien sehingga meminimalkan risiko hipokalemia
3. Tepat digunakan untuk dehidrasi hipertonik

Komposisi:

1.

o Na 30 mEq/L
o K 8 mEq/L
o Cl 28 mEq/L
o Laktat 10 mEq/L
o Glukosa 37,5 gr/L

Otsu-NS

Indikasi:
1. Untuk resusitasi
2. Kehilangan Na > Cl, misal diare
3. Sindrom yang berkaitan dengan kehilangan natrium (asidosis diabetikum, insufisiensi
adrenokortikal, luka bakar)

Otsu-RL

Indikasi:

1. Resusitasi
2. Suplai ion bikarbonat
3. Asidosis metabolik

MARTOS-10

Indikasi:

1. Suplai air dan karbohidrat secara parenteral pada penderita diabetik


2. Keadaan kritis lain yang membutuhkan nutrisi eksogen seperti tumor, infeksi berat,
stres berat dan defisiensi protein
3. Dosis: 0,3 gr/kg BB/jam
4. Mengandung 400 kcal/L

AMIPAREN

Indikasi:

1. Stres metabolik berat


2. Luka bakar
3. Infeksi berat
4. Kwasiokor
5. Pasca operasi
6. Total Parenteral Nutrition
7. Dosis dewasa 100 ml selama 60 menit

AMINOVEL-600

Indikasi:

1. Nutrisi tambahan pada gangguan saluran GI


2. Penderita GI yang dipuasakan
3. Kebutuhan metabolik yang meningkat (misal luka bakar, trauma dan pasca operasi)
4. Stres metabolik sedang
5. Dosis dewasa 500 ml selama 4-6 jam (20-30 tpm)

PAN-AMIN G

Indikasi:

1. Suplai asam amino pada hiponatremia dan stres metabolik ringan


2. Nitrisi dini pasca operasi

Orang yang banyak melakukan aktivitas fisik seperti olahragawan akan berbeda kebutuhannya
akan cairan dibandingkan dengan orang kantoran yang lebih banyak duduk. Kelompok usia
lanjut yang tidak aktif memiliki kebutuhan cairan lebih sedikit dibandingkan orang dewasa
yang masih sangat aktif secara fisik.Orang yang mengalami gangguan ginjal sangat dibatasi
asupan cairannya dibanding mereka yang ginjalnya sehat.

Karena itulah setiap orang hendaknya memahami kebutuhan tubuhnya masing-masing, sesuai
dengan kondisinya. Bila perlu, konsultasikan dengan dokter ahli gizi setelah melakukan
pemeriksaan kesehatan secara umum (general check up).

Secara umum, dalam kondisi noraml, kebutuhan tubuh akan cairan sehari-hari dapat dihitung
dengan rumus:

Rumus 1
Kebutuhan cairan adalah sekitar 1 mililiter untuk setiap kilokalori kebutuhan energi tubuh.
Jika seseorang kebutuhan energinya 1.800 kkal, berarti kebutuhannya akan cairan adalah 1 x
1.800 = 1.800 mililiter atau 1,8 liter air.

Rumus 2
Untuk 10 kg pertama berat badan butuh 1 liter cairan, 10 kg kedua berat badan butuh 500
mililiter cairan, dan sisanya setiap kilogram berat badan butuh 20 mililiter cairan.

Contohnya, bila seseorang memiliki berat badan 50 kg. Maka 10 kg pertama berat badan = 1
liter, 10 kg kedua – 500 ml, sisanya 30 (50 kg-10-10) x 20 ml = 600 ml.
Jadi kebutuhan cairan keseluruhan adalah 1.000 + 500 + 600 = 2.100 ml atau 2,1 liter per hari.

Dari mana kita dapat memenuhi kebutuhan cairan? Pada intinya dari dua sumber, yaitu
makanan (sayur, buah, dan sebagainya) dan minuman. Umumnya cairan yang diperoleh dari
makanan berjumlah sekitar 20 persen, sedangkan 80 persen lainnya berasal dari minuman.

1. Berat Badan
BB klien = 7,1 kg
BB normal untuk usia klien (9 bulan)adalah : Umur (bulan) + 9 = 18/2
= 9 kg
Persentase BB klien = 7,1 x 100%
= 79 % (Malnutrisi ringan) (75 – 90 % Grade I).
2. Tinggi Badan
TB = 70,5 cm
TB normal (0 – 1 thn) = 75 cm
Persentase TB Klien = 70, 5 x 100 %
= 94% (Malnutrisi Ringan) (90 – 95%)

3. Kebutuhan cairan
Kebutuhan cairan maintenance = 7,1 x 100 cc/hari = 710 cc/hari
IWL = 30 x 7,1 Total IWL + SWL = 333 + 1041
= 213 ……….(A) = 1374 cc
= A + 200 (37,4 – 36,8 0C)
= 213 + 200 (0,6)
= 213 + 120
= 333 cc
SWL = 1. Out put urine = 2 cc/kg BB/jam
= 2 x 7.1
= 14,2 cc/jam
= 341 cc/hari
2. Feses (3 kali) = 3 x 200 cc
= 600 cc
3. Muntah (1 kali) = 100 cc

CARA MENGHITUNG KEBUTUHAN


CAIRAN
1. Luas permukaan tubuh (BSA = Body Surface Area)

= mL/ m2/ 24 jam

Paling tepat untuk BB > 10 kg

Normal: 1500 ml/ m2/ 24 jam (kebutuhan maintenance/ kebutuhan rumatan)

2. Kebutuhan kalori

100 – 150 cc/ 100 KAL

3. Berat badan

Rumus umum:

0 100 ml/ kg – 10 kg pertama

0 50 ml/ kg – 10 kg kedua
0 20 ml/ kg – berat > 20 kg

Misalnya ó anak dengan BB 25 kg, memerlukan:

0 100 ml/ kg x 10 kg = 1000 cc – 10 kg (I)

0 50 ml/ kg x 10 kg = 500 cc – 10 kg (II)

0 20 ml/ kg x 5 kg = 100 cc – 5 kg (sisa)

Total = 25 kg = 1600 cc/ 24 jam


Explore

INFUS CAIRAN INTRAVENA (Macam-Macam Cairan Infus)


September 16, 2010by yuda handaya Infus cairan intravena (intravenous fluids infusion)
adalah
pemberian sejumlah cairan ke dalam tubuh, melalui sebuah jarum, ke dalam pembuluh vena
(pembuluh balik) untuk menggantikan kehilangan cairan atau zat-zat makanan daritubuh.
Secara umum, keadaan-keadaan yang dapat memerlukan
pemberian cairan infus
adalah:1.

Perdarahan dalam jumlah banyak (kehilangan cairan tubuh dan komponen darah)2.

Trauma abdomen (perut) berat (kehilangan cairan tubuh dan komponen darah)3.

Fraktur (patah tulang), khususnya di pelvis (panggul) dan femur (paha) (kehilangancairan
tubuh dan komponen darah)4.

“Serangan panas” (heat stroke) (kehilangan cairan tubuh pada dehidrasi)


5.

Diare dan demam (mengakibatkan dehidrasi)6.

Luka bakar luas (kehilangan banyak cairan tubuh)7.

Semua trauma kepala, dada, dan tulang punggung (kehilangan cairan tubuh dankomponen
darah)
Indikasi pemberian obat
melalui jalur intravena antara lain:1.

Pada seseorang dengan penyakit berat, pemberian obat melalui intravena langsung masuk ke
dalam jalur peredaran darah. Misalnya pada kasus infeksi bakteri dalam peredarandarah
(sepsis). Sehingga memberikan keuntungan lebih dibandingkan memberikan obatoral. Namun
sering terjadi, meskipun pemberian antibiotika intravena hanyadiindikasikan pada infeksi
serius, rumah sakit memberikan antibiotika jenis ini tanpamelihat derajat infeksi. Antibiotika
oral (dimakan biasa melalui mulut) pada kebanyakanpasien dirawat di RS dengan infeksi
bakteri, sama efektifnya dengan antibiotikaintravena, dan lebih menguntungkan dari segi
kemudahan administrasi RS, biayaperawatan, dan lamanya perawatan.2.

Obat tersebut memiliki bioavailabilitas oral (efektivitas dalam darah jika dimasukkanmelalui
mulut) yang terbatas. Atau hanya tersedia dalam sediaan intravena (sebagai obatsuntik).
Misalnya antibiotika golongan aminoglikosida yang susunan kimiawinya
“polications” dan sangat polar, sehingga tidak dapat diserap melalui jalur gastrointestinal
(di usus hingga sampai masuk ke dalam darah). Maka harus dimasukkan ke dalampembuluh
darah langsung.3.
Pasien tidak dapat minum obat karena muntah, atau memang tidak dapat menelan obat(ada
sumbatan di saluran cerna atas). Pada keadaan seperti ini, perlu dipertimbangkan

pemberian melalui jalur lain seperti rektal (anus), sublingual (di bawah lidah), subkutan(di
bawah kulit), dan intramuskular (disuntikkan di otot).4.

Kesadaran menurun dan berisiko terjadi aspirasi (tersedak



obat masuk ke pernapasan),sehingga pemberian melalui jalur lain dipertimbangkan.5.

Kadar puncak obat dalam darah perlu segera dicapai, sehingga diberikan melalui injeksibolus
(suntikan langsung ke pembuluh balik/vena). Peningkatan cepat konsentrasi obatdalam darah
tercapai. Misalnya pada orang yang mengalami hipoglikemia berat danmengancam nyawa,
pada penderita diabetes mellitus. Alasan ini juga sering digunakanuntuk pemberian antibiotika
melalui infus/suntikan, namun perlu diingat bahwa banyak antibiotika memiliki
bioavalaibilitas oral yang baik, dan mampu mencapai kadar adekuatdalam darah untuk
membunuh bakteri.
Indikasi Pemasangan Infus
melalui Jalur Pembuluh Darah Vena (Peripheral VenousCannulation)1.

Pemberian cairan intravena (intravenous fluids).2.

Pemberian nutrisi parenteral (langsung masuk ke dalam darah) dalam jumlah terbatas.3.

Pemberian kantong darah dan produk darah.4.

Pemberian obat yang terus-menerus (kontinyu).5.

Upaya profilaksis (tindakan pencegahan) sebelum prosedur (misalnya pada operasi


besardengan risiko perdarahan, dipasang jalur infus intravena untuk persiapan jika terjadisyok,
juga untuk memudahkan pemberian obat)6.

Upaya profilaksis pada pasien-pasien yang tidak stabil, misalnya risiko dehidrasi(kekurangan
cairan) dan syok (mengancam nyawa), sebelum pembuluh darah kolaps(tidak teraba),
sehingga tidak dapat dipasang jalur infus.
Kontraindikasi dan Peringatan
pada Pemasangan Infus Melalui Jalur Pembuluh Darah Vena1.

Inflamasi (bengkak, nyeri, demam) dan infeksi di lokasi pemasangan infus.2.

Daerah lengan bawah pada pasien gagal ginjal, karena lokasi ini akan digunakan untuk
pemasangan fistula arteri-vena (A-V shunt) pada tindakan hemodialisis (cuci darah).3.

Obat-obatan yang berpotensi iritan terhadap pembuluh vena kecil yang aliran darahnyalambat
(misalnya pembuluh vena di tungkai dan kaki).Beberapa komplikasi yang dapat terjadi dalam
pemasangan infus:
1.
Hematoma, yakni darah mengumpul dalam jaringan tubuh akibat pecahnya pembuluhdarah
arteri vena, atau kapiler, terjadi akibat penekanan yang kurang tepat saat
memasukkan jarum, atau “tusukan” berulang pada pembuluh darah.
2.

Infiltrasi, yakni masuknya cairan infus ke dalam jaringan sekitar (bukan pembuluhdarah),
terjadi akibat ujung jarum infus melewati pembuluh darah.3.

Tromboflebitis, atau bengkak (inflamasi) pada pembuluh vena, terjadi akibat infus
yangdipasang tidak dipantau secara ketat dan benar.4.

Emboli udara, yakni masuknya udara ke dalam sirkulasi darah, terjadi akibat masuknyaudara
yang ada dalam cairan infus ke dalam pembuluh darah.

Komplikasi yang dapat terjadi dalam


pemberian cairan melalui infus:

• Rasa perih/sakit

• Reaksi alergi

Jenis Cairan Infus:


1.

Cairan hipotonik:
osmolaritasnya lebih rendah dibandingkan serum (konsentrasi ion Na+ lebih
rendahdibandingkan serum), sehingga larut dalam serum, dan menurunkan osmolaritas serum.
Maka
cairan “ditarik” dari dalam pembuluh darah keluar ke jaringan sekitarnya (prinsip cairan
berpindah dari osmolaritas rendah ke osmolaritas tinggi), sampai akhirnya mengisi sel-sel
yang
dituju. Digunakan pada keadaan sel “mengalami” dehidrasi, misalnya pada pasien cuci darah
(dialisis) dalam terapi diuretik, juga pada pasien hiperglikemia (kadar gula darah tinggi)
denganketoasidosis diabetik. Komplikasi yang membahayakan adalah perpindahan tiba-tiba
cairan daridalam pembuluh darah ke sel, menyebabkan kolaps kardiovaskular dan peningkatan
tekananintrakranial (dalam otak) pada beberapa orang. Contohnya adalah NaCl 45% dan
Dekstrosa2,5%.1.

Cairan Isotonik:
osmolaritas (tingkat kepekatan) cairannya mendekati serum (bagian cair dari komponen
darah),sehingga terus berada di dalam pembuluh darah. Bermanfaat pada pasien yang
mengalamihipovolemi (kekurangan cairan tubuh, sehingga tekanan darah terus menurun).
Memiliki risikoterjadinya overload (kelebihan cairan), khususnya pada penyakit gagal jantung
kongestif danhipertensi. Contohnya adalah cairan Ringer-Laktat (RL), dan normal
saline/larutan garamfisiologis (NaCl 0,9%).1.
Cairan hipertonik:
osmolaritasnya lebih ti
nggi dibandingkan serum, sehingga “menarik” cairan dan elektrolit dari
jaringan dan sel ke dalam pembuluh darah. Mampu menstabilkan tekanan darah,
meningkatkanproduksi urin, dan mengurangi edema (bengkak). Penggunaannya kontradiktif
dengan cairanhipotonik. Misalnya Dextrose 5%, NaCl 45% hipertonik, Dextrose 5%+Ringer-
Lactate, Dextrose5%+NaCl 0,9%, produk darah (darah), dan albumin.Pembagian cairan lain
adalah berdasarkan kelompoknya:1.

Kristaloid:
bersifat isotonik, maka efektif dalam mengisi sejumlah volume cairan (volume expanders)
kedalam pembuluh darah dalam waktu yang singkat, dan berguna pada pasien yang
memerlukancairan segera. Misalnya Ringer-Laktat dan garam fisiologis.
Macam-macam Cairan Infus Dan Indikasi
Add To Collection

Anda mungkin juga menyukai