PEMBAHASAN
A. ATRESIA DUODENI
1. PENGERTIAN
2. ETIOLOGI
Penyebab dari atresia duodeni merupakan kelainan bawaan yang penyebabnya belum
diketahui secara jelas. Namun kerusakan pada duodenum terjadi karena suplay darah yang
rendah pada masa kehamilan sehingga duodenum mengalami penyempitan dan menjadi
obstruksi.
Akan tetapi dilhat dari jenis kelainan, atresia duodeni ini merupakan kelainan pengembangan
embrionik saat masih dalam kehamilan.
a) Perutnya menggelembung
b) Muntah pertama sangat banyak, yang berwarna kehijau-hijauan.
c) Muntah berikutnya terjadi ketika tidak mendapatkan makanan selama beberapa waktu.
d) Tidak kencing setelah disusui
e) Tidak ada gerakan husus setelah pengeluaran mekonium
4. ANGKA KEJADIAN
Atresia duodeni merupakan salah satu abnormalitas usus yang biasa didalam ahli bedah
pediatric. Atresia duodenal ini dijumpai satu diantara 300-4.500 kelahiran hidup. Lebih dari 40%
dari kasus kelainan ini ditemukan pada bayi dengan sindrom down.
5. MANIVESTASI KLINIK
Atresia duodeni pada bayi baru lahir harus dicurigai bila bayi tersebut muntah segera
setelah lahir dan secara progesif menjadi buruk dengan pemberian makanan. Feses akan terlihat
seperti mikonium normal, tetapi pada pemeriksaan tidak mengandung sel epitelium berlapis.
Adanya sel epitel menunjukkan keutuhan atau kenormalan usus tersebut. Dengan adanya
peningkatan dehidrasi, maka dapat menimbulkan demam, yaitu bersuhu 39° C yang merupakan
indikasi peritonitis akibat ruktur dari atresia. Kelainan ini seringkali ditemukan sindrom down.
6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a) Dengan X-ray abdomen memperlihatkan pola gelembung ganda. Jika obstruksi tidak
lengkap dapat ditemukan sejumlah kecil udara dalam usus bagian bawah.
b) Suatu enema barium dapat diperlihatkan berasosiasi dengan keadaan malrotasi
Pada penderita atresia duodeni ini belum ditemukan obatnya. Jalan satu-satunya hanya
dengan pembedahan
Prinsip terapi:
Pemberian makanan transa nastomik yang berlanjut dengan kecepatan maksimun 1 ml per
menit dimulai dalam 24 jam pasca bedah dimulai dengan dektrose dan secara berangsur-angsur
diubah dalam jumlah dan konsistensinya hingga pada sekitar 7 hari pasca bedah dimana
diberikan susu dengan kekuatan penuh. Untuk menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit
aspirat lambung dapat diganti melalui transanastomik dan ini dapat meniadakan kebutuhan untuk
melanjutkan terapi intravena. Tidak jarang diperoleh volume aspirat yang besar dalam beberapa
waktu pasca bedah, sampai beberapa minggu dalam beberapa kasus. Karena lambung yang
berdilatasi dan duodenum bagian proksimal membutuhkan waktu untuk kembali pada fungsi
yang normal. Jika hal ini menurun maka penyedotan gastromi tidak dilakukan terlalu sering dan
makanan alternatif diberikan kedalam lambung selama 24 jam. Pemberian makanan peroral dapat
dilakukan secara berangsur-angsur sebelum pengangkatan tuba gastromi berat badan bayi
dimonitor secara seksama.
B. HERNIA DIAFRAGMA
1. PENGERTIAN
2. ETIOLOGI
Penyebabnya tidak diketahui. Ditemukan pada 1 diantara 2200-5000 kelahiran dan 80-
90% terjadi pada sisi tubuh bagian kiri.
Lambung, usus dan bahkan hati dan limpa menonjol melalui hernia. Jika hernianya besar,
biasanya paru-paru pada sisi hernia tidak berkembang secara sempurna. Setelah lahir, bayi akan
menangis dan bernafas sehingga usus segera terisi oleh udara. Terbentuk massa yang mendorong
jantung sehingga menekan paru-paru dan terjadilah sindroma gawat pernafasan.
4. DIAGNOSA
5. MANIVESTASI KLINIK
Biasanya pada neonatus terjadi distres pernafasan, infeksi saluran nafas rekuren, muntah
dan sianosis, karena kolapnya paru-paru yang terkena dan pergeseran struktur mediastinum ke
sisi kontralateral serta terganggunya venous return ke jantung .
Pada dewasa, gejala-gejala gastrointestinal lebih sering tampak, karena obstruksi sub
akut, atau batuk yang persisten dan masalah saluran nafas. Kadang ditemukan kasus insidental
pada laparotomi atau pemeriksaan CT Scan dan MRI yang dilakukan untuk penyakit lain.
Hernia 80-90% terjadi di sisi kiri (kemungkinan karena perlindungan dome kanan
diafragma oleh hepar), lebih sering pada wanita dan tidak mempunyai kantong. Pada 20% kasus
terdapat kantong yang berasal dari membran pleuroperitonealis. Ukuran defek bervariasi dari
kecil dengan ukuran lubang 2 – 3 cm sampai meliputi seluruh diafragma. Defek dapat meluas
dari dinding dada bagian lateral sampai ke hiatus esophagus. Hernia Bochdalek dilaporkan
berhubungan dengan hipoplasia paru-paru, sequestrasi ekstralobaris, dan defek jantung. Derajat
hipoplasia secara langsung berpengaruh pada kelangsungan hidup pasien
7. PENATALAKSANAAN
6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pada pemeriksaan radiologi akan didapatkan gambaran usus pada rongga thoraks dada
gambaran diafragma menghilang, paru-paru kolap dan jantung terdorong kontralateral ,juga
dapat dilakukan prosedur pemeriksaan endoskopi.
BAB III
PENUTUP
Atresia adalah tidak terbentukknya atau tersumbatnya suatu saluran dari organ-organ.
Atresia Duodenal adalah tidak terbentuknya atau tersumbatnya duodenum (bagian terkecil dari
usus halus) sehingga tidak dapat dilalui makanan yang akan ke usus.
Pada penderita atresia duodeni ini belum ditemukan obatnya. Jalan satu-satunya hanya
dengan pembedahan. Atresia duodeni pada bayi baru lahir harus dicurigai bila bayi tersebut
muntah segera setelah lahir dan secara progesif menjadi buruk dengan pemberian makanan.
Hernia Diafragmatika adalah penonjolan organ perut ke dalam rongga dada melalui suatu
lubang pada diafragma. Diafragma adalah sekat yang membatasi rongga dada dan rongga perut.
Hernia 80-90% terjadi di sisi kiri (kemungkinan karena perlindungan dome kanan diafragma
oleh hepar), lebih sering pada wanita dan tidak mempunyai kantong.
http://tugasbidan2008.blogspot.com/
http://maphiablack.blogspot.com/2011/01/hernia-diafragmatika.html