Anda di halaman 1dari 17

KEHAMILAN EKTOPIK

A. Pengertian
Menurut Manuaba (1998), terdapat dua pengertian yang perlu mendapat perhatian, yaitu
kehamilan ektopik adalah kehamilan yan berimplantasi diluar endometrium normal dan
kehamilan ekstrauterin adalah kehamilan yang berimplantasi diluar uterus. Dengan
pengertian ini maka kehamilan pada pars interstitial tuba dan kehamilan pada servikal
termasuk kehamilan ekstrauterin, tetapi mempunyai sifat kehamilan ektopik yang sangat
berbahaya.
Menurut Saifuddin (2000), kehamilan ektopik adalah kehamilan dimana setelah
fertilisasi, implantasi terjadi diluar endometrium kavum uteri. Sedangkan kehamilan
ektopik tergangguialah kehamilan ektopik yang mengalami abortus atau rupture apabila
masa kehamilan berkembang melebihi kapasitas ruang implantasi (misalnya : Tuba).
B. ETIOLOGI
Menurut Manjoer (1999), etiologi kehamilan ektopik antara lain :
1. Faktor Tuba
a. Salpingitis
b. Perlekatan Tuba
c. Kelainan Kongenital Tuba
d. Pembedahan sebelumnya
e. Endometriosis
f. Tumor yang mengubah bentuk tuba
g. Kehamilan ektopik sebelumnya
2. Kelainan Zigot
a. Kelainan kromosom
b. Malformasi
3. Faktor Ovarium
a. Migrasi luar ovum (perjalanan ovum dari ovarium kanan ke tuba kiri atau
sebaliknya).
b. Pembesaran Ovarium
c. Unextruded Ovarium
d. Penggunaan hormon eksogen (estrogen) seperti pada kontrasepsi oral.
e. Faktor lain :
 Aborsi tuba
 Pemakaian IUD

C. MACAM KEHAMILAN EKTOPIK


Menurut Taber (1994), macam-macam kehamilan ektopik berdasarkan tempat
implantasinya antara lain :
a. Kehamilan Abdominal
Kehamilan/gestasi yang terjadi dalam kavum peritoneum (sinonim : kehamilan
intraperitoneal)
b. Kehamilan Ampula
Kehamilan ektopik pada pars ampularis tuba fallopii. Umumnya berakhir sebagai
abortus tuba.
c. Kehamilan Servikal
Gestasi yang berkembang bila ovum yang telah dibuahi berimplantasi dalam kanalis
servikalis uteri.
d. Kehamilan Heterotopik Kombinasi
Kehamilan bersamaan intrauterine dan ekstrauterin.
e. Kehamilan Kornu
Gestasi yang berkembang dalam kornu uteri.
f. Kehmailan Interstisial
Kehamilan pada pars interstisialis tuba fallopii.
g. Kehamilan Intraligamenter
Pertumbuhan janin dan plasenta diantara lipatan ligamentum latum, setelah rupturnya
kehamilan tuba melalui dasar dari tuba fallopii.
h. Kehamilan Ismik
Gestasi pada pars ismikus tuba fallopii.
i. Kehamilan Ovarial
Bentuk yang jarang dari kehamilan ektopik dimana blastolisis berimplantasi pada
permukaan ovarium.
j. Kehamilan Tuba
Kehamilan ektopik pada setiap bagian dari tuba fallopii.
D. PATOGENESIS
Menurut Manuaba (1998), dengan terjadinya implantasi di dalam lumen tuba dapat
terjadi beberapa kemungkinan, antara lain :
a. Hasil konsepsi mati dini.
 Tempatnya tidak mungakin memberikan kesempatan tumbuh kembang hasil
konsepsi mati secara dini.
 Karena kecilnya kemungkinan di resorbsi.
b. Terjadi Abortus.
 Kesempatan berkembang yang sangat kecil menyebabkan hasil konsepsi mati
dan lepas dalam lumen.
 Lepasnya hasil kondepsi menimbulkan perdarahan dalam lumen tuba atau
keluar lumen serta bentuk timbunan darah.
 Tuba tampak berwarna biru pada saat dilakukan operasi.
 Tuba fallopii pecah.
 Karena tidak dapat berkembang dengan baik maka tuba dapat pecah.
 Jonjot Villi menembus tuba, sehingga terjadi rupture yang menimbulkan
timbunan darah ke dalam ruangan abdomen.
 Rupture tuba menyebabkan hasil konsepsi terlempar keluar dan kemungkinan
untuk melakukan implantasi menjadi kehamilan sekunder.
 Kehamilan abdominal dapat mencapai cukup besar.

E. PENATALAKSANAAN
a. Segera rujuk kefasilitas yang lebih lengkap( ( rumah sakit)
b. Oprimalisasi keadaan umum ibu melalui pemberian cairan dan transfusi darah untuk
mengkoreksi hipovolemia dan anemia, pemberian oksigen atau bila bila di cirigai
ada infeksi diberikan juga antibiotik ( pada keadaan syok segara di berikan infus
cairan dan oksigen sambil menunggu darah. Kondisi penderita harus di perbaiki,
kontrol tekanan darah, nadi dan pernafasan).
c. Penatalaksanaan yang ideal adalah menghentikan sumber perdarahan segera dngan
penatalaksaan bedah (operasi/laparatomi). Setelah diagnosis di pastikan.
TINJAUAN TEORITIS
MOLA HIDATIDOSA

A. Pengertian

Kehamilan mola hidatidosa adalah suatu kondisi tidak normal dari plasenta akibat
kesalahan pertemuan ovum dan sperma sewaktu fertilisasi (Sarwono Prawirohardjo,
2003).
Mola hidatidosa adalah penyakit neoplasma yang jinak berasal dari kelainan
pertumbuhan trofoblas plasenta atau calon plasenta dan disertai dengan degenerasi
kristik villi dan perubahan hidropik sehingga tampak membengkak, edomatous, dan
vaksikuler (Benigna).

B. Patofisiologi Kehamilan Mola Hidatidosa

Penyakit trofoblastik gestasional (GTD) terjadi ketika diferensiasi sel normal dalam
blastokis berhenti dan sel trofoblastik berpoliferasi. Poliferasi trofoblas mengakibatkan
peningkatan kadar hCG. Mola hidatidosa komplit terjadi ketika ovum tidak mengandung
kromosom dan sperma mereplikasi kromosomnya sendiri ke dalam zigot abnormal.
Gambaran mikroskopik kehamilan mola hidatidosa antara lain proliferasi trofoblas,
degenerasi hidopik dari stroma villi, serta terlambatnya pembuluh darah dan stroma.

C. Klasifikasi Kehamilan Mola Hidatidosa

Kehamilan mola hidatidosa dibagi menjadi tiga, yaitu:

1. Mola hidatidosa lengkap;


2. Mola hidatidosa parsial, dan
3. Mola hidatidosa invasif.

1. Mola hidatidosa lengkap

Mola hidatidosa lengkap apabila vili hidropik, tidak ada janin dan membran,
kromosom maternal haploid dan paternal 2 haploid.
2. Mola hidatidosa parsial

Mola hidatidosa parsial apabila janin tidak teridentifikasi, campuran villi hidropik dan
normal, kromosom paternal diploid.

3. Mola hidatidosa invasif

Mola hidatidosa invasif apabila korioadenoma destruen, menginvasi miometrium,


terdiagnosis 6 bulan pasca evakuasi mola.

D. Etiologi Kehamilan Mola Hidatidosa

Penyebab kehamilan mola hidatidosa antara lain faktor ovum, imunoselektif trofoblas,
sosio ekonomi rendah, paritas tinggi, umur hamil ibu di atas 45 tahun, kekurangan
protein, infeksi virus dan faktor kromosom.

E. Tanda dan Gejala Kehamilan Mola Hidatidosa

Kebanyakan wanita dengan kehamilan mola juga mengalami reaksi kehamilan seperti
wanita hamil normal. Wanita dengan GTD mengalami perdarahan bercak coklat gelap
pada akhir trimester pertama. Hipertensi dan hiperemesis akibat kehamilan sebelum
umur kehamilan 20 minggu. Inspeksi pada muka dan badan tampak pucat kekuning-
kuningan atau disebut muka mola (mola face). Pemeriksaan fisik ditemukan pembesaran
uterus lebih besar dari usia kehamilan, tidak ditemukan ballotemen dan denyut jantung
janin, keluar jaringan mola.

Kadar hCG tinggi dan tiroksin plasma juga mengalami peningkatan. Pemeriksaan USG
terdapat gambaran vesikular (badai salju) dan tidak terlihat janin.

F. Diagnosa Banding Kehamilan Mola Hidatidosa

Diagnosa banding dari kehamilan mola hidatidosa antara lain: kehamilan ganda,
hidramnion atau abortus.
G. Komplikasi Kehamilan Mola Hidatidosa

Komplikasi yang dapat timbul akibat kehamilan mola hidatidosa adalah:

1. Perdarahan hebat sampai syok;


2. Perdarahan berulang;
3. Anemia;
4. Infeksi sekunder;
5. Perforasi karena tindakan dan keganasan, dan
6. Keganasan apabila terjadi mola destruens/ koriokarsinoma

H. Penatalaksanaan Kehamilan Mola Hidatidosa

Prinsip penatalaksanaan kehamilan mola hidatidosa adalah evakuasi dan evaluasi.

1. Jika perdarahan banyak dan keluar jaringan mola, maka atasi syok dan perbaiki
keadaan umum terlebih dahulu;
2. Kuretase dilakukansetelah diagnosis dapat ditegakkan secara pasti;
3. Pemeriksaan dan pemantauan kadar hCG pasca kuretase perlu dilakukan mengingat
kemungkinan terjadi keganasan;
4. Penundaan kehamilan sampai 6 bulan setelah kadar ?-hCG normal, dan
5. Pemberian kemoterapi pada mola hidatidosa dengan resiko tinggi.
REFERENSI

Yulianingsih,dkk.(2009).Asuhan Kebidanan Dalam Kebidanan.Jakarta:TIM.


PLASENTA PREVIA

A. Pengertian

Plasenta previa adalah plasenta yang letaknya abnormal yaitu pada segmen bawah uterus
sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir (Mochtar, 1998).

Menurut Browne, klasifikasi plasenta previa didasarkan atas terabanya jaringan plasenta
melalui pembukaan jalan lahir pada waktu tertentu, yaitu:

1. Plasenta Previa totalis


2. Plasenta Previa parsialis
3. Plasenta Previa marginalis
4. Low Lying Placenta (Plasenta letak rendah)

Plasenta Previa Totalis

Bila plasenta menutupi seluruh jalan lahir pada tempat implantasi, jelas tidak mungkin
bayi dilahirkan in order to vaginam (normal/spontan/biasa), karena risiko perdarahan
sangat hebat.

Plasenta Previa Parsialis

Bila hanya sebagian/separuh plasenta yang menutupi jalan lahir. Pada tempat implantasi
inipun risiko perdarahan masih besar dan biasanya tetap tidak dilahirkan melalui
pervaginam.

Plasenta Previa Marginalis

Bila hanya bagian tepi plasenta yang menutupi jalan lahir bisa dilahirkan pervaginam
tetapi risiko perdarahan tetap besar.

Low Lying Placenta (Plasenta Letak Rendah)

Lateralis plasenta, tempat implantasi beberapa millimeter atau cm dari tepi jalan lahir
risiko perdarahan tetap ada, namun bisa dibilang kecil, dan bisa dilahirkan pervaginam
dengan aman. Pinggir plasenta berada kira-kira 3 atau 4 cm diatas pinggir pembukaan,
sehingga tidak akan teraba pada pembukaan jalan lahir.

B. Etiologi

Beberapa faktor dan etiologi dari plasenta previa tidak diketahui. Tetapi diduga hal
tersebut berhubungan dengan abnormalitas dari vaskularisasi endometrium yang
mungkin disebabkan oleh timbulnya parut akibat trauma operasi/infeksi. (Mochtar,
1998). Perdarahan berhubungan dengan adanya perkembangan segmen bawah uterus
pada trimester ketiga. Plasenta yang melekat pada area ini akan rusak akibat
ketidakmampuan segmen bawah rahim. Kemudian perdarahan akan terjadi akibat
ketidakmampuan segmen bawah rahim untuk berkonstruksi secara adekuat. Faktor risiko
plasenta previa termasuk:

1. Riwayat plasenta previa sebelumnya.


2. Riwayat seksio sesarea.
3. Riwayat aborsi.
4. Kehamilan ganda.
5. Umur ibu yang telah lanjut, wanita lebih dari 35 tahun.
6. Multiparitas.
7. Adanya gangguan anatomis/tumor pada rahim, sehingga mempersempit permukaan
bagi penempatan plasenta.
8. Adanya jaringan rahim pada tempat yang bukan seharusnya. Misalnya dari indung
telur setelah kehamilan sebelumnya atau endometriosis.
9. Adanya trauma selama kehamilan.
10. Sosial ekonomi rendah/gizi buruk, patofisiologi dimulai dari usia kehamilan 30
minggu segmen bawah uterus akan terbentuk dan mulai melebar serta menipis.
11. Mendapat tindakan Kuretase.

C. Patologi

Perdarahan tidak dapat dihindari karena ketidakmampuan serabut otot segmen bawah
uterus untuk berkontraksi menghentikan perdarahan itu, tidak sebagaimana serabut otot
uterus yang menghentikan perdarahan pada kala III dengan plasenta yang letaknya
normal. Makin rendah letak plasenta, makin dini perdarahan terjadi. Oleh karena itu,
perdarahan pada plasenta previa totalis akan terjadi lebih dini daripada pada plasenta
letak rendah yang mungkin baru berdarah setelah persalinan dimulai.

D. Tanda dan Gejala

Tanda dan gejala dalam hal ini adalah gejala utama dan gejala klinik.

E. Gejala Utama

Perdarahan yang terjadi bisa sedikit atau banyak. Perdarahan yang berwarna merah
segar, tanpa alasan dan tanpa rasa nyeri.

F. Gejala Klinik

1. Perdarahan yang terjadi bisa sedikit atau banyak. Perdarahan yang terjadi pertama kali
biasanya tidak banyak dan tidak berakibat fatal. Perdarahan berikutnya hampir selalu
lebih banyak dari sebelumnya. Perdarahan pertama sering terjadi pada triwulan ketiga.
2. Pasien yang datang dengan perdarahan karena plasenta previa tidak mengeluh adanya
rasa sakit.
3. Pada uterus tidak teraba keras dan tidak tegang.
4. Bagian terbanyak janin biasanya belum masuk pintu atas panggul dan tidak jarang
terjadi letak janin letak janin (letak lintang atau letak sungsang)
5. Janin mungkin masih hidup atau sudah mati, tergantung banyaknya perdarahan,
sebagian besar kasus, janinnya masih hidup.

G. Diagnosis

Untuk mendiagnosis perdarahan diakibatkan oleh plasenta previa diperlukan anamnesis


dan pemeriksaan obstetrik. Dapat juga dilakukan pemeriksaaan hematokrit. Pemeriksaan
bagian luar terbawah janin biasanya belum masuk pintu atas panggul. Pemeriksaan
inspekulo bertujuan untuk mengetahui apakah perdarahan berasal dari ostium uteri
eksternum atau dari kelainan serviks atau vagina seperti erosro porsionis uteri, karsinoma
porsionis uteri polipus serviks uteri, varises vulva dan trauma.

H. Komplikasi Plasenta Previa

Menurut Prof.Dr.Sarwono Prawirohardjo.SpOG,1997,Jakarta.


1. Prolaps tali pusat.
2. Prolaps plasenta.
3. Plasenta melekat, sehingga harus dikeluarkan manual dan kalau perlu dibersihkan
dengan kerokan.
4. Robekan-robekan jalan lahir karena tindakan.
5. Perdarahan post portum.
6. Infeksi karena perdarahan yang banyak.
7. Bayi premature atau lahir mati.

I. Penanganan

Menurut Prof. Dr. Sarwono Prawirohardjo.SpOG. 1997. Jakarta.

Penanganan Pasif

1. Perhatian – Tiap-tiap perdarahan triwulan ketiga yang lebih dari show (perdarahan
inisial), harus dikirim ke rumah sakit tanpa dilakukan manipulasi apapun. Baik rektal
apalagi vaginal (Eastmon).
2. Apabila pada penilaian baik, perdarahan sedikit, janin masih hidup belum inpartu,
kehamilan belum cukup 37 minggu atau berat badan janin dibawah 2500 gr, maka
kehamilan dapat dipertahankan, istirahat dan pemberian obat-obatan seperti
spasmolitika, progestin atau progesterone, observasi dengan teliti.
3. Sambil mengawasi periksa golongan darah dan menyiapkan donor transfusi darah,
bila memungkinkan kehamilan dipertahakan setua mungkin supaya janin terhindar
dari prematuritas.
4. Harus diingat bahwa bila dijumpai ibu hamil tersangka plasenta previa rujuk segera ke
rumah sakit dimana tedapat fasilitas operasi dan transfusi darah.
5. Bila kekurangan darah, berikanlah transfusi darah dan obat-obatan penambah darah.

Cara Persalinan

1. Persalinan Pervaginam
2. Persalinan perabdominan, dengan seksio sesarea.
SOLUSIO PLASENTA

A. DEFINISI
ialah pelepasan plasenta sebelum waktunya dari tempat implantasinya yang normal pada
uterus, sebelum janin dilahirkan.

Definisi ini berlaku pada kehamilan dengan masa gestasi diatas 22 minggu atau berat
janin di atas 500 gram. Proses solusio plasenta dimulai dengan terjadinya perdarahan
dalam desidua basalis yang menyebabkan hematoma retroplsenter. Hematoma dapat
semakin membesar ke arah pinggir plasenta sehingga jika amnio khorion sampai
terlepas, perdarahan akan keluar melalui ostium uteri (perdarahan keluar), sebaliknya
apabila amniokhorion tidak terlepas. Perdarahan tertampung dalam uterus (perdarahan
tersembunyi).
Terdapat 2 jenis perdarahan yang terjadi :
1. Jenis perdarahan tersembunyi (concealed) : 20%
2. Jenis perdarahan keluar (revealed) : 80%
Pada jenis tersembunyi, perdarahan terperangkap dalam cavum uteri [hematoma
retroplasenta] dan seluruh bagian plasenta dapat terlepas, komplikasi yang diakibatkan
biasanya sangat berat dan 10% disertai dengan Disseminated Intravascular Coagulation.
Pada jenis terbuka, darah keluar dari ostium uteri, umumnya hanya sebagian dari
plasenta yang terlepas dan komplikasi yang diakibatkan umumnya tidak berat. Kadang-
kadang, plasenta tidak lepas semua namun darah yang keluar terperangkap dibalik
selaput ketuban (relativelly concealed). 30% perdarahan antepartum disebabkan oleh
solusio plasenta.
KLASIFIKASI SOLUSIO PLASENTA
1.Solutio placenta ringan
a. Bila plasenta lepas kurang ¼ bagian luasnya
b. Ibu dan janin keadaan masih baik
c. Perdarahan pervaginam, warna kehitaman
d. Perut sakit dan agak tegang
2.Solutio placenta sedang
a. Plasenta terlepas lebih ½, belum mencapai 2/3 bagian
b. Perdarahan dengan rasa sakit
c. Perut terasa tegang
d. Gerak janin berkurang
e. Palpasi janin sulit diraba
f. Auskultasi jantung janin (asfiksia ringan dan sedang)
g. Dapat terjadi gangguan pembekuan darah
3. Solutio placenta berat
a. Plasenta lepas > 2/3 bagian
b. Terjadi sangat tiba-tiba
c. Ibu syock
d. Janin mati (uterus sangat tegang dan nyeri)

B. ETIOLOGI
Penyebab utama tidak jelas
.Terdapat beberapa faktor risiko antara lain
a. Peningkatan usia dan paritas
b. Preeklampsia
c. Hipertensi kronis
d. KPD preterm
e. Kehamilan kembar
f. Hidramnion
g. Merokok
h. Pencandu alkohol
i. Trombofilia
j. Pengguna Kocain
k. Riwayat solusio plasenta
l. Mioma uteri

Faktor pencetus :

1. Versi luar atau versi dalam


2. Kecelakaan
3. Trauma abdomen
4. Amniotomi ( dekompresi mendadak )
5. Lilitan talipusat - Tali pusat pendek
C. PATOFISIOLOGI
a. Solusio plasenta diawali dengan terjadinya perdarahan kedalam desidua basalis.
Desidua terkelupas dan tersisa sebuah lapisan tipis yang melekat pada miometrium.
Hematoma pada desidua akan menyebabkan separasi dan plasenta tertekan oleh
hematoma desidua yang terjadi.
b. Pada awalnya kejadian ini tak memberikan gejala apapun. Namun beberapa saat
kemudian, arteri spiralis desidua pecah sehingga menyebabkan terjadinya hematoma
retroplasenta yang menjadi semakin bertambah luas. Daerah plasenta yang terkelupas
menjadi semakin luas sampai mendekati tepi plasenta. Oleh karena didalam uterus
masih terdapat produk konsepsi maka uterus tak mampu berkontraksi untuk menekan
pembuluh yang pecah tersebut. Darah dapat merembes ke pinggiran membran dan
keluar dari uterus maka terjadilah perdarahan yang keluar ( revealed hemorrhage).
Perdarahan tersembunyi ( concealed hemorrhage)
1. Terjadi efusi darah dibelakang plasenta dengan tepi yang masih utuh
2. Plasenta dapat terlepas secara keseluruhan sementara selaput ketuban masih
menempel dengan baik pada dinding uterus
3. Darah dapat mencapai cavum uteri bila terdapat robekan selaput ketuban
4. Kepala janin umumnya sangat menekan SBR sehingga darah sulit keluar
5. Bekuan darah dapat masuk kedalam miometrium sehingga menyebabkan uterus
couvellair.
GAMBARAN KLINIK
a. GEJALA dan TANDA
Gejala-gejala
1. Perdarahan yang disertai nyeri, juga diluar his
2. Anemia dan shock : beratnya anemia dan shock sering tidak sesuai dengan
banyaknya darah yang keluar
3. Rahim keras seperti papan dan nyeri dipegang karena isi rahim bertambah
dengan darah yang berkumpul di belakang plasenta hingga rahim teregang
(uterus en bois)
4. Palpasi sukar karena rahim keras
5. Fundus uteri makin lama makin naik
6. Bunyi jantung biasanya tidak ada
7. Pada toucher teraba ketuban yang tegang terus menerus (karena isi rahim
bertambah)
8. Sering ada proteinuria karena disertai toxemia
Diagnosis
didasarkan atas adanya perdarahan antepartum yang bersifat nyeri, uterus yang
tegang dan nyeri setelah plasenta lahir atas adanya impresi (cekungan) pada
permukaan maternal placenta akibat tekanan haematoma retroplacentair
Perdarahan dan shock diobati dengan pengosongan rahim segera mungkin
hingga dengan kontraksi dan retraksi rahim. Perdarahan dapat terhenti.
Persalinan dapat dipercepat dengan pemecahan ketuban dan pemberian infus
dengan oxytocin. Jadi pada solusio plasenta pemecahan ketuban tidak
dimaksudkan untuk hentikan perdarahan dengan segera seperti pada placenta
previa tapi untuk mempercepat persalinan dengan pemecahan ketuban
regangan dinding rahim berkurang dan kontraksi rahim menjadi lebih baik,
disamping tindakan tersebut transfusi sangat penting (Winkjosastro, 2005).
Gejala klinik tergantung pada luas plasenta yang terlepas dan jenis pelepasan
plasenta (concealed atau revealed) 30% kasus, daerah yang terlepas tidak
terlalu besar dan tidak memberikan gejala dan diagnosa ditegakkan secara
retrospektif setelah anak lahir dengan terlihatnya hematoma retroplasenta

PENATALAKSANAAN
A. TINDAKAN GAWAT DARURAT
Bila keadaan umum pasien menurun secara progresif atau separasi plasenta
bertambah luas yang manifestasinya adalah :
a. Perdarahan bertambah banyak
b. Uterus tegang dan atau fundus uteri semakin meninggi
c. Gawat janin
maka hal tersebut menunjukkan keadaan gawat-darurat dan tindakan yang
harus segera diambil adalah memasang infus dan mempersiapkan tranfusi.

B. TERAPI EKSPEKTATIF
Pada umumnya bila berdasarkan gejala klinis sudah diduga adanya solusio
plasenta maka tidak pada tempatnya untuk melakukan satu tindakan
ekspektatif.

C. PERSALINAN PERVAGINAM
Indikasi persalinan pervaginam adalah bila derajat separasi tidak terlampau
luas dan atau kondisi ibu dan atau anak baik dan atau persalinan akan segera
berakhir.
Setelah diagnosa solusio plasenta ditegakkan maka segera lakukan
amniotomi dengan tujuan untuk :
1. Segera menurunkan tekanan intrauterin untuk menghentikan perdarahan dan
mencegah komplikasi lebih lanjut (masuknya thromboplastin kedalam
sirkukasi ibu yang menyebabkan DIC)
2. Merangsang persalinan ( pada janin imature, tindakan ini tak terbukti dapat
merangsang persalinan oleh karena amnion yang utuh lebih efektif dalam
membuka servik)
Induksi persalinan dengan infuse oksitosin dilakukan bila amniotomi tidak
segera diikuti dengan tanda-tanda persalinan.

D. SEKSIO SESARIA
a. Indikasi seksio sesar dapat dilihat dari sisi ibu dan atau anak
b. Tindakan seksio sesar dipilih bila persalinan diperkirakan tak akan berakhir
dalam waktu singkat, misalnya kejadian solusio plasenta ditegakkan pada
nulipara dengan dilatasi 3 – 4 cm.
c. Atas indikasi ibu maka janin mati bukan kontra indikasi untuk melakukan
tindakan seksio sesaria pada kasus solusio plasenta.

KOMPLIKASI
1. Koagulopati konsumtif
Koagulopati konsumtif dalam bidang obstetri terutama disebabkan oleh
solusio plasenta. Hipofibrinogenemia (< style="font-weight: bold; font-style:
italic;">2. Gagal ginjal
Gagal ginjal akut sering terlihat pada solusio plasenta berat dan sering
disebabkan oleh penanganan renjatan hipovolemia yang terlambat atau kurang
memadai. Drakeley dkk (2002) menunjukkan bahwa penelitian terhadap 72
orang wanita dengan gagal ginjal akut, 32 kasus disebabkan oleh solusio
plasenta Gangguan perfusi renal yang berat disebabkan oleh perdarahan masif.
75% kasus gagal ginjal akut akibat nekrosis tubuler akut bersifat tidak
permanen Lindheimer dkk (2000) nekrosis kortikal akut dalam kehamilan
selalu disebabkan oleh solsuio plasenta

3. Uterus couvelaire
Ekstravasasi darah kedalam miometrium menyebabkan apopleksia uterus yang
disebut sebagai uterus couvelair. Ekstravasasi dapat terlihat pada pangkal tuba,
ligamentum latum atau ovarium. Jarang menyebabkan gangguan kontraksi
uterus, jadi bukan merupakan indikasi untuk melakukan histerektomi

PROGNOSIS
Mortalitas maternal 0.5 – 5% dan sebagian besar disebabkan gagal ginjal atau
gagal kardiovaskular. Pada solusio plasenta berat, mortalitas janin mencapai
50 – 80% Janin yang dilahirkan memiliki morbiditas tinggi yang disebabkan
oleh hipoksia intra uterin, trauma persalinan dan akibat prematuritas.

Anda mungkin juga menyukai