Anda di halaman 1dari 8

BAB IV

INTERAKSI SOSIAL

Interaksi Sosial dan Interaksionisme Simbolis


Interaksi Sosial
Sejumlah pakar sosiologi melakukan studi terhadap interaksi sosial, hal ini sesuai dengan
pandangan bahwa pokok pembahasan sosiologi adalah tindakan sosial. Dalam
perkembangannya sosiologi juga mempelajari kehidupan sehari-hari (the sociology of
everyday situations). Sosiologi juga mempelajari hubungan familiar serta hubungan
praktis-realistis, seperti :
- hubungan dokter dan juru rawat
- hubungan pengemudi dengan penumpang
- pelaku para pejalan kaki saat berpapasan
- interaksi antara atasan dan bawahan

Interaksionisme Simbolis
Untuk mempelajari interaksi sosial digunakan pendekatan interaksionisme simbolik,
dimana kata simbolis mengacu pada penggunaan simbol-simbol dalam interaksi.

Apakah yang dimaksud dengan simbol ?


Simbol merupakan sesuatu yang nilai/maknanya diberikan kepadanya oleh mereka yang
mempergunakannya. Makna suatu simbol, hanya dapat ditangkap melalui cara-cara non
sensoris dan cara-cara simbolis.
Misalnya : Merah dapat berarti : berani, kaum merah (komunis), tempat pelacuran
(daerah lampu merah).
Warna-warna tersebut tidak ada kaitannya dengan sifat-sifat intrinsik pada warna tersebut
tetapi hanya sama dengan sesuatu yang lain.
Menurut Hebert Blumer, pokok interaksionisme simbolik ada tiga :
- manusia bertindak (act)
- terhadap sesuatu (thing)
- atas dasar makna (meaning) yang dipunyai sesuatu tersebut (thing) baginya
Dengan demikian tindakan (act) seseorang penganut Agama Hindu di India terhadap
seekor sapi (thing) akan berbeda dengan tindakan penganut Agama Islam di Indonesia
karena masing-masing orang tersebut memiliki makna berbeda terhadap sapi (meaning).
Selanjutnya Blumer menyatakan bahwa makna yang dipunyai tersebut berasal atau
muncul melalui interaksi sosial.

Pada pokok pikiran berikut, Blumer mengatakan bahwa makna diperlakukan atau dirubah
melalui suatu proses penafsiran (interpretative process), yang digunakan seseorang dalam
menghadapi sesuatu yang dijumpainya. Apakah seseorang akan menanggapi ucapan
”selamat pagi”, misalnya akan sangat tergantung pada penafsirannya apakah si pemberi
salam beritikad baik atau buruk.

Beberapa Aturan Interaksi


Aturan-aturan apa sajakah yang menuntun perilaku manusia dalam berinteraksi ?
Dalam bukunya Symbols, Selves, and Society : Understanding Interaction David A. Karp
dan W.C. Yoels (1979) menyebutkan tiga jenis aturan :
1. Aturan mengenai ruang
2. Aturan mengenai waktu, dan
3. Aturan mengenai gerak dan sikap tubuh
Dalam bukunya The Hidden Dimension (1982) Hall menyimpulkan bahwa dalam situasi
sosial orang cenderung menggunakan empat macam jarak, yaitu :
1. Jarak Intim (intimate distance)
2. Jarak Pribadi (personal distance)
3. Jarak Sosial (social distance)
4. Jarak Publik (public distance)
Masing-masing jarak dibagi lagi dalam dua tahap, yaitu tahap dekat dan tahap jauh.

Jarak Intim (0 - 45 cm)


Keterlibatan dengan tubuh orang lain, disertai keterlibatan intensif dari pancaindera :
penglihatan, bau badan, suhu badan, suara, sentuhan kulit, hembusan nafas. Interaksi
pada jarak ini misalnya orang yang sedang bercinta, olahraga gulat, dll. Dalam
pengamatan sering dijumpai seorang wanita bergerak menjauhi pria yang terlalu dekat
dengannya. Ini berarti bahwa ia tidak menghendaki orang lain dalam ruang intimnya.
Manakala seseorang terpaksa berada dalam jarak intim misalnya dalam kendaraan umum,
orang akan berusaha membatasi kontak tubuh dan kontak pandangan dengan orang di
sekitarnya.

Jarak Pribadi (45 – 122 cm)


Interaksi ini banyak dijumpai pada orang-orang yang mempunyai hubungan dekat,
misalnya suami istri. Interaksi pada tahap jauh pada jarak ini misalnya pada orang yang
senam bersama. Pada jarak ini rangsangan pada pancaindra sudah mulai berkurang.

Jarak Sosial (122 – 366 cm)


Interaksi berjalan normal dan tidak saling menyentuh. Tahap dekat pada jarak ini
dijumpai dalam pertemuan santai atau terlibat urusan informal. Sedangkan tahap jauh,
dijaga di antara orang yang terlibat hubungan secara formal.

Jarak Publik ( di atas 366 cm)


Interaksi ini banyak dijumpai oleh orang-orang yang harus tampil di depan umum seperti
politikus dan aktor.

Catatan : Jarak tersebut di atas tidak berlaku secara mutlak bagi kelompok masyarakat,
golongan, suku bangsa maupun bangsa yang berbeda.

Berkenaan dengan waktu


Para ahli sosial mencatat bahwa dalam masyarakat berbeda dijumpai ketiadaan orientasi
waktu yang sering disebut ”jam karet” seperti : jam pertunjukan, seminar, rapat, jadwal
penerbangan, dll. Bagi seseorang yang kebudayaannya memberi arti penting pada aturan
ketepatan waktu, terlambat pada suatu pertemuan dapat dianggap sebagai penghinaan
atau tidak memiliki rasa tanggung jawab.
Komunikasi Non Verbal
Menurut Hall (1971) dalam interaksi kita tidak hanya memperhatikan apa yang dikatakan
orang lain tetapi juga yang dilakukannya. Komunikasi non verbal atau bahasa tubuh
sudah ada sebelum ada bahasa lisan dan merupakan bentuk komunikasi pertama yang
dipelajari manusia.

Dalam keseharian dapat dijumpai komunikasi tanpa mengucapkan kata-kata. Dengan


gerak tangan atau sikap tubuh seperti : mata mengedip, menjulurkan lidah,
mengacungkan ibu jari, mengangkat bahu, membungkukkan badan, mengangguk,
mengernyitkan dahi, misalnya orang dapat menyatakan berbagai perasaan seperti :
perasaan cinta, cemooh, ketidaktahuan, hormat, menantang, kagum, tidak senang,
perseteruan.

Interaksi dan Informasi


Dalam kehidupan sehari-hari kita tentu pernah mengalami kesulitan berkomunikasi
dengan orang asing, ataupun orang-orang yang tidak kita kenal. Di lingkungan keluarga,
tetangga sekolah maupun tempat bekerja, kita relatif mudah menjalin komunikasi. Kedua
contoh kasus di atas disebabkan oleh sedikit/banyaknya informasi orang yang kita
jumpai.
Menurut Karp dan Yoels (1979) kekurangan informasi orang yang tidak dikenal dapat
diatasi melalui sumber-sumber informasi yang diwarisi sejak lahir seperti :
- ras
- usia
- jenis kelamin
- penampilan
- daya tarik fisik
- bentuk tubuh
- cara berbusana, dan
- percakapan
 Dalam masyarakat yang mengenal diskriminasi, interaksi tergantung
pada warna kulit yang berinteraksi. Orang kulit putih menganggap lebih unggul dari
orang kulit hitam. Orang kulit putih akan menghargai orang kulit putih meskipun
posisinya jauh lebih rendah darinya. Sedangkan orang kulit hitam tidak dihargai
meskipun posisinya jauh lebih tinggi darinya.
 Dalam masyarakat interaksi dengan orang yang lebih tua seperti ibu,
ayah, kakek, nenek, paman, bibi akan berbeda dengan interaksi dengan teman sebaya
atau yang lebih muda, seperti : adik, anak, kemenakan, dan cucu.
 Jenis kelamin juga memengaruhi interaksi. Dalam percakapan di
kalangan pria kita sering membahas pengalaman di bidang seks atau kata-kata makian
yang tidak dilakukan manakala pembicaraan itu dihadiri wanita. Ahli lain menyatakan
bahwa ketidakjelasan mengenai jenis kelamin juga mempersulit interaksi, misalnya
pada saat kita berpapasan dengan waria apakah kita harus menyapa : Pak, Bu, Mas,
atau Mbak.
 Hasil penelitian Karp dan Yoels memperlihatkan bahwa penampilan
juga memengaruhi interaksi, orang yang berpenampilan menarik lebih mudah
mencari pasangan, dan orang yang kurang menarik mengeluh karena mengalami
kesulitan dalam pergaulan. Hasil penelitian tersebut diimplementasikan melalui media
cetak khususnya : Biro kontak jodoh serta iklan lowongan pekerjaan dimana syarat
penampilan (menarik, manis) menjadi salah satu syarat yang diinginkan.
 Dalam berinteraksi orang sering cenderung mengaitkan antara bentuk
tubuh dengan watak seseorang, seperti :
a. Orang berbentuk Endomorph (bulat, gemuk) diangggap memiliki watak
tertentu antara lain : tenang, santai dan pemaaf.
b. Orang berbentuk Mesomorph (atletis dan berotot) berwatak : dominan,
yakin, aktif, dan
c. Orang berbentuk Ectomorph (tinggi, kurus) berwatak tenang dan pemalu.
 Pengalaman sehari-hari menunjukkan bahwa orang berbusana
pakaian resmi, akan diperlakukan berbeda dengan orang yang bepakaian santai (T-
Shirt dan blue jeans) oleh petugas kantor ataupun tempat hiburan. Seseorang yang
berbusana eksekutif akan diperlakukan berbeda dengan seorang pelayan berseragam
di sebuah restoran. Kasus-kasus di atas menunjukkan bahwa pakaian merupakan
faktor dalam suatu interaksi.
 Ucapan yang dilakukan seseorang dalam suatu percakapan dapat
menunjukkan status si pembicara, misal :
- Saya tidak hadir rapat karena dipanggil Pak Menteri
- Tas ini saya beli di Roma
- Sabtu pagi saya selalu main golf
- Saya harus menghadap ke istana

Lingkup dan Tahapan Interaksi


Anda memasuki sebuah Perguruan Tinggi bersama-sama ratusan atau bahkan ribuan
lulusan Sekolah Lanjutan Atas. Dari sekian ratus yang memilih jurusan yang sama,
berapa orang yang Anda kenal secara intim, anda kenal secara sambil lalu, atau bahkan
belum atau tidak anda kenal sama sekali dan mungkin juga tidak akan pernah anda kenal.

Pertanyaan-pertanyaan di atas dimaksudkan untuk membuat anda sadar bahwa


sebenarnya ruang lingkup interaksi cukup luas, mulai dari interaksi antara orang yang
saling mengenal secara intim hingga interaksi orang yang saling tidak mengenal.

Tahapan interaksi dapat dibagi menjadi 2 kelompok besar, yaitu :


1. Tahap-tahap yang mendekatkan peserta interaksi
2. Tahap-tahap yang menjauhkan peserta mereka

- Tahap-tahap yang mendekatkan dirinci menjadi :


a. Tahap memulai (initiating)
b. Menjajaki (experimenting)
c. Meningkatkan (intensifying)
d. Menyatupadukan (integrating), dan
e. Mempertalikan (bonding)
Ilustrasi :
Pada saat menjadi mahasiswa baru, anda memulai dan menjajaki dengan teman
seangkatan melalui tegur-sapa yang diikuti obrolan asal SMA, kota asal, hobi, dll.
Hasil penjajakan ini dijadikan untuk memutuskan apakah hubungan tidak perlu
dilanjutkan, perlu dilanjutkan seperti sekarang atau harus ditingkatkan. Tahap
penyatupaduan merupakan suatu tahap antara yang menjembatani peningkatan
hubungan tahap pertalian. Pada tahap ini masing-masing pihak mulai merasakan
dirinya sebagai bagian dari suatu kesatuan, dan pihak luarpun mulai memperlakukan
kedua individu sebagai suatu kesatuan. Pertalian merupakan tahap terakhir dalam
proses interaksi yang mempersatukan, dan ditandai diresmikannya pertalian yang
terjalin oleh masyarakat. Peresmian mencerminkan dukungan masyarakat terhadap
hubungan berupa pernikahan yang memperkuat ikatan hubungan tersebut dan
mempersulit masing-masing untuk menarik diri dari hubungan.

- Tahap-tahap yang menjauhkan dirinci menjadi :


a. Membeda-bedakan (differentiating)
b. Membatasi (circumscribing)
c. Memacetkan (stagnating)
d. Menghindari (avoid)
e. Memutuskan (terminating)

Ilustrasi :
Peregangan hubungan biasanya diawali dengan tahap membeda-bedakan. Apa yang
biasanya dikerjakan bersama mulai ditinggalkan. Ke-aku-an mulai ditonjolkan, dan
toleransi mulai menurun. Tahapan berikut adalah kegiatan membatasi. Pada tahap ini
hubungan mulai dibatasi, pembicaraan lebih dangkal/sempit, komunikasi mulai
bersifat disosiatif. Suatu pernyataan ditanggapi dengan bantahan, sanggahan, keluhan,
larangan, perintah. Pada tahap memacetkan, komunikasi macet. Bila ada komunikasi
dilakukan karena terpaksa dan dilakukan dengan sangat hati-hati. Perbedaan kedua
pihak telah jauh/besar sehingga untuk membicarakan hal yang paling sederhanapun
masing-masing pihak ragu-ragu karena khawatir terjadi benturan. Para pelaku yang
telah macet hubungannya bilamana berada di tempat yang sama mereka akan saling
menghindari. Kontak rutin semakin berkurang dan ahirnya terhenti, mula-mula
dengan berbagai alasan akhirnya tidak disertai alasan apapun. Sedangkan tahap
terakhir dalam kerenggangan adalah tahap pemutusan hubungan. Pada tahap ini
pemutusan dikomunikasikan melalui pernyataan mengenai jarak dan pemisahan diri.
Dengan adanya jarak, komunikasi diharapkan terhalang. Dengan berlangsungnya
pemisahan diri masing-masing pihak diharapkan dapat meneruskan hidupnya tanpa
kehadiran pihak lain.

Kesimpulan
Melalui tahapan yang mendekatkan dan tahapan yang menjauhkan, interaksi
digambarkan seperti jenjang-jenjang pada anak tangga. Kita dapat bergerak ke atas
hingga puncak anak tangga (pertalian), kita dapat turun ke bawah sampai anak tangga
terendah (pemutusan hubungan). Tetapi kita juga bisa berhenti pada satu anak tangga
tanpa bergerak naik atau turun tangga. Kembali pada contoh mahasiswa baru seangkatan
Anda, sebagian ada yang tidak dikenal, sebagian dikenal sepintas lalu, dan mungkin saja
ada yang menjadi sahabat bahkan kekasih atau teman hidup. Atau dalam visualisasi lain
interaksi laksana riwayat hidup manusia; tahap kelahiran, masa anak-anak, masa remaja,
masa dewasa, masa manula, dan kematian.

Catatan :
Pentahapan interaksi di atas didasarkan pengalaman kebudayaan Barat dan tidak menutup
kemungkinan urutan tahapan berbeda dengan kebudayaan lain. Kita mengenal
masyarakat yang di dalamnya ada hubungan pernikahan yang bukan merupakan
peresmian hubungan ”cinta kasih” yang telah mereka jalin, melainkan merupakan hasil
kesepakatan pihak pria dan wanita berdasarkan pengarahan dari rekan sekelompok,
kesepakatan kedua belah pihak atau berdasarkan ketentuan hukum adat (Batak). Dalam
masyarakat demikian pada saat pernikahan bisa terjadi kedua mempelai belum saling
mengenal, sehingga urutan tahap hubungan pun bisa berbeda. Tahap pertalian
mendahului tahap memulai, penjajakan, peningkatan hubungan dan penyatupaduan.

Anda mungkin juga menyukai