INTERAKSI SOSIAL
Interaksionisme Simbolis
Untuk mempelajari interaksi sosial digunakan pendekatan interaksionisme simbolik,
dimana kata simbolis mengacu pada penggunaan simbol-simbol dalam interaksi.
Pada pokok pikiran berikut, Blumer mengatakan bahwa makna diperlakukan atau dirubah
melalui suatu proses penafsiran (interpretative process), yang digunakan seseorang dalam
menghadapi sesuatu yang dijumpainya. Apakah seseorang akan menanggapi ucapan
”selamat pagi”, misalnya akan sangat tergantung pada penafsirannya apakah si pemberi
salam beritikad baik atau buruk.
Catatan : Jarak tersebut di atas tidak berlaku secara mutlak bagi kelompok masyarakat,
golongan, suku bangsa maupun bangsa yang berbeda.
Ilustrasi :
Peregangan hubungan biasanya diawali dengan tahap membeda-bedakan. Apa yang
biasanya dikerjakan bersama mulai ditinggalkan. Ke-aku-an mulai ditonjolkan, dan
toleransi mulai menurun. Tahapan berikut adalah kegiatan membatasi. Pada tahap ini
hubungan mulai dibatasi, pembicaraan lebih dangkal/sempit, komunikasi mulai
bersifat disosiatif. Suatu pernyataan ditanggapi dengan bantahan, sanggahan, keluhan,
larangan, perintah. Pada tahap memacetkan, komunikasi macet. Bila ada komunikasi
dilakukan karena terpaksa dan dilakukan dengan sangat hati-hati. Perbedaan kedua
pihak telah jauh/besar sehingga untuk membicarakan hal yang paling sederhanapun
masing-masing pihak ragu-ragu karena khawatir terjadi benturan. Para pelaku yang
telah macet hubungannya bilamana berada di tempat yang sama mereka akan saling
menghindari. Kontak rutin semakin berkurang dan ahirnya terhenti, mula-mula
dengan berbagai alasan akhirnya tidak disertai alasan apapun. Sedangkan tahap
terakhir dalam kerenggangan adalah tahap pemutusan hubungan. Pada tahap ini
pemutusan dikomunikasikan melalui pernyataan mengenai jarak dan pemisahan diri.
Dengan adanya jarak, komunikasi diharapkan terhalang. Dengan berlangsungnya
pemisahan diri masing-masing pihak diharapkan dapat meneruskan hidupnya tanpa
kehadiran pihak lain.
Kesimpulan
Melalui tahapan yang mendekatkan dan tahapan yang menjauhkan, interaksi
digambarkan seperti jenjang-jenjang pada anak tangga. Kita dapat bergerak ke atas
hingga puncak anak tangga (pertalian), kita dapat turun ke bawah sampai anak tangga
terendah (pemutusan hubungan). Tetapi kita juga bisa berhenti pada satu anak tangga
tanpa bergerak naik atau turun tangga. Kembali pada contoh mahasiswa baru seangkatan
Anda, sebagian ada yang tidak dikenal, sebagian dikenal sepintas lalu, dan mungkin saja
ada yang menjadi sahabat bahkan kekasih atau teman hidup. Atau dalam visualisasi lain
interaksi laksana riwayat hidup manusia; tahap kelahiran, masa anak-anak, masa remaja,
masa dewasa, masa manula, dan kematian.
Catatan :
Pentahapan interaksi di atas didasarkan pengalaman kebudayaan Barat dan tidak menutup
kemungkinan urutan tahapan berbeda dengan kebudayaan lain. Kita mengenal
masyarakat yang di dalamnya ada hubungan pernikahan yang bukan merupakan
peresmian hubungan ”cinta kasih” yang telah mereka jalin, melainkan merupakan hasil
kesepakatan pihak pria dan wanita berdasarkan pengarahan dari rekan sekelompok,
kesepakatan kedua belah pihak atau berdasarkan ketentuan hukum adat (Batak). Dalam
masyarakat demikian pada saat pernikahan bisa terjadi kedua mempelai belum saling
mengenal, sehingga urutan tahap hubungan pun bisa berbeda. Tahap pertalian
mendahului tahap memulai, penjajakan, peningkatan hubungan dan penyatupaduan.