Anda di halaman 1dari 13

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING UNTUK

MENINGKATKAN MOTIV DAN PRESTASI BELAJARA SISWA KELAS VII SMP 23


MALANG

OLEH :

AFRIANI RITA JAYA 160403070003


YULIA ARMELISA AGUL 160403070019
YOSEF NANCE 1604030700

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS KANJURUHAN MALANG

2019
Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah kualitas penerapan model pembelajaran Promblem Based Learning dalam


pembelajaran fisika di kelas VII SMP 23 Malang?
2. Apakah model pembelajaran Problem Based Learning dapat meningkatkan motivasi
belajar siswa kelas VII SMP 23 Malang?
3. Apakah model pembelajaran Problem Based Learning dapat meningkatkan prestasi
belajar siswa kelas VII SMP 23 Malang

Kegunaan Penelitian

Keguaaan penelitian ini dilihat dari sifatnya dapat di bagi dalam dua bagian yakni manfaat
yang bersifat teoritis dan praktis sebagai berikut.

1. Secara Toeritis
Mampu memberikan informasi tentang penerapan model pembelajaran problem based
learning dalam dapat meningkatkan motivasi belajar siswa kelas VII SMP 23 Malang
tahun pelajaran 2017/2018
2. Secara Praktis
a. Bagi Sekolah
Dapat dijadikan sebagai acuan untuk memperkaya ilmi pengetahuan, pengembangan
strategi pembelajaran yang dapat menjadi alternative dalam mengatasi masalah
pembelajaran terutama dalam pembelajaran fisika siswa kelas VII SMPN 23 Malang.
b. Bagi Siswa
1. Untuk meningkatka keaktifan dan kreativitas siswa kelas VII dalam belajar siswa
2. Untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas VII dalam pelajaran fisika
c. Bagi Guru
1. Untuk meningkatkan kemampuan hasil belajar siswa pada pembelajaran fisika
2. Motivasi guru untuk mengembangkan jiwa peneliti
d. Bagi Peneliti
Dapat memperdalam pemahaman mengenai model pembelajaran problem based
learning untuk memberikan gambaran atau motivasi bagi siswa dalam meningkatkan
hasil belajar.
PEMBAHASAN

 Keterlaksanaan Pembelajaran
Pada kegiatan pembelajaran yang di lakukan dengan menggunakan model pembelajaran
problem based learning adapun data observasi keterlaksanaan model pembelajaran yang
didapatkan melalui pengamatan observaser dengan memakai pedoman penilaian
keterlaksanaan pembelajaran yang dibagi menjadi beberapa bagian antara lain: Pra
pendahuluan, pendahuluan, inti dan penutup. Hasil observasi siklus I dan siklus II sebagai
berikut:
1. Kegiatan Pra-Pendahuluan
Berdasarkan data yang telah didapatkan pada saat pembelajaran silkus I dan siklus
II berlangsung, maka dapat digambarkan seperti pada grafik berikut:

Perbandingan Kegiatan Pendahuluan

90
80
70 80
60
50
52.5
40
pra pendahuluan
30
20
10
0
siklus 1 siklus II

( Diagram perbandingan kegiatan pra pendahuluan)

Persentase keterlaksaan pembelajaran pada tahap pra pendahuluan dengan silkus I


pertemuan I sebesar 45 % dan pada pertemuan II sebesar 60 %. Hal inilah yang
disebabkan karena guru belum memahami dengan baik dan benar scenario
pembelajaran, sehingga persentasi pada tahap pra pendahuluan pembelajaran
mendapatkan rata-rata 52,5% . sedangkan pada siklus II pertemuan I sebesar 70
% dan pada pertemuan II sebesar 90 %. Jadi dapat disimpulkan bahwa pada tahap
pra pendahuluan pada siklus II sudah menunjukan peningkatan dengan peroleh
persentasi nilai sebesar 80 % dan masuk dalam kategori baik.

2. Kegiatan pendaluan
Pada tahap pendahuluan terbagi menjadi dua yaitu: memberikan apresiasi,
menyampaikan tujuan pembelajaran. Menurut data yang diperoleh dalam kegiatan
pembelajaran selama silkus I dan siklus II, maka dapat digambarkan dalam grafik
berikut:

perbandingan kegiatan pendahuluan


80
70 75
60
50 56.25
40
30 pendahuluan

20
10
0
siklus 1 siklus II

( Diagram perbandingan kegiatan pendahuluan)

Perolehan persentasi keterlaksanaan kegiatan pembelajaran pada tahap

pendahuluan dengan siklus I pertemuan I sebesar 50 % dan pada pertemuan II 62,5

%. Hal ini dapat diketahui bahwa rata- rata persentasi keterlaksaan pembelajaran pada

tahap pendahuluan sebesar 56, 25%. Sedangkan pada siklus II pertemuan I sebesar

75 % dan pertemuan II sebesar 75 %. Hal ini yang disebabkan oleh pemahaman guru

sendiri terhadap proses pembelajaran pada tahap pendahuluan yang sangat baik. Jadi

dapat disimpulkan bahwa tahap pendahuluan sudah mencapai presentasi yang cukup

maksimal dan masuk dalam kategori baik.


3. Kegiatan Inti.

Persentasi keterlaksanaan kegiatan pembelajaran pada tahap ini terlihat pada

grafik berikut:

Chart Title
90
80
70 79.46

60
50
51.78
40
inti
30
20
10
0
siklus 1 siklus II

( Diagram perbandingan kegiatan Inti )

Data keterlaksaan kegiatan pembelajaran pada siklus I pertemuan I sebesar 51.78%

dan pertemua II sebesar 51.78%, sehingga mendapatkan rata-rata persentase

keterlaksanaan kegiatan pembelajaran pada tahap kegiatan inti di siklus I sebesar

51.78%. Sedangkan pada silkus II pertemuan I rata-rata persentase keterlaksanaan

pembelajaran kegiatan silkus II sebesar 79,46%. Penigkatan pada silkus II terjadi

karena guru melakukan perbaikan dari hasil observasi pada pengamatan disiklus I,

dari data di atas dapat disimpulkan bahwa pada tahap kegiatan inti mengalami

peningkatan yang baik. Berdasarkan kriteria pengambilan keputusan, persentase yang

dicapai ini masuk dalam kategori baik.

4. Kegiatan Penutup
Pada tahap kegiatan penutup ini dapat dibagi menjadi beberapa aspek yaitu:

mengevaluasi pemahaman siswa, mengarahkan siswa untuk membuat kesimpulan,

memberikan tugas sebagai penutup ppembelajaran, menutup kelas dengan

mengucapkan salam. Persentase keterlaksanaan pada tahap ini dapat terlihat pada

grafik berikut:

Chart Title
100
90
80 87.5
70
60
50 59.38
40 penutup
30
20
10
0
siklus 1 siklus II

( Diagram perbandingan kegiatan penutup)

Data persentase keterlaksanaan pada tahap kegiatan penutup ini di dapatkan data

sebagai berikut, pada silkus I pertemuan I 50% dan pada pertemuan II sebesar

68,75%, sehingga rata-rata persentase keterlaksanaan kegiatan pembelajaran pada

silkus I adalaha sebesar 59. 38%. Sedangkan pada silkus II pertemuan I sebesar

81.25% dan pertemuan II sebesar 93.75% sehingga didapatkan rata-rata

keterlaksanaan kegiatan pembelajaran pada tahap kegiatan penutup sebesar 87.5%.

Jadi dapat disilmpulkan bahwa pada tahapan kegiatan penutup mencapai proses

maksimal.
Pada pembelajaran siklus I keterlaksanaan kegiatan pembelajaran sudah mencapai

akan kriteria-kriteria yang diharapkan. Dibuktikan dengan rata-rata keterlaksanaan

pembelajaran siklus I mencapai 54.98% dan pada siklus II sebesar 80.49% dengan

kriteria yang cukup baik. Berdasarkan data diatas dapat digambarkan perbandingan

persentasi ketercapaian pelaksanaan kegiatan pembelajaran pada siklus I dan siklus

II adalah sebagai berikut:

perbandingan keterlaksanaan
pembelajaran

80.49
54.98

0 0
siklus 1 siklus II

( Diagram perbandingan keterlaksanaan pembelajaran siklus I dan siklus II)

 Motivasi Belajar Siswa

Motivasi belajar siswa dapat diukur dengan menggunakan intrumen penilaian motivasi
belajar siswa yang terdiri dari 6 aspek yang kemudian dipecahkan menjadi indicator.
Rata- rata persentase motivasi belajar siswa seperti pada tabel berikut:
( Tabel Analisa Motivasi Belajar Siswa Siklus I)

SIKLUS I
Aspek Motivasi Rerata Siklus
No pertemuan I pertemuan II
1 Minat 51.85 64.81 58.33
2 Perhatian 55.55 62.92 59.25
3 Terlibat Penuh 61.11 74.07 67.59
4 Rasa Senang 53.7 59.25 56.47
5 Pemahaman Materi 55.55 68.51 62.03
6 Tekun 51.85 62.96 57.4

( Tabel Analisa Motivasi Belajara Siswa Siklus II )

SIKLUS II Rerata
Aspek Motivasi Siklus
No pertemuan I pertemuan II
1 Minat 87.07 88.88 87.97
2 Perhatian 85.18 88.88 87.03
3 Terlibat Penuh 87.03 90.74 88.88
4 Rasa Senang 88.88 92.59 90.73
5 Pemahaman Materi 87.03 90.74 88.88
6 Tekun 88.88 94.44 91.66

Adapun grafik perbandingan peningkatan motivasi belajar siswa dapat disajikan sebagai berikut:

Rerata Perbandingan Aspek Motivasi


Siswa
Rerata Siklus I Rerata Siklus II
87.97 87.03 88.88 90.73 88.88 91.66
67.59 62.03
58.33 59.25 56.47 57.4

Minat Perhatian Terlibat Rasa Senang Pemahaman Tekun


Penuh Materi

( Diagram Perbandingan Motivasi Belajar Siswa )

 Prestasi Belajar Siswa


Sebelum melaksanakan tes prestasi belajar, guru mengadakan pengamatan terhadap hasil
ulangan harian siswa yang digunakan untuk perbandingan peningkatan prestasi belajar
siswa dari pra tindakan dengan siklus I dan siklus II. Dari hasil pengamatan tersebut, data
rata-rata yang diperoleh siswa SMP 23 Malang masig belum memenuhi KKM yang
ditentukan oleh sekolah pada mata pelajaran fisika yaitu 75. Sebanyak 11 siswa atau
sebesar 28,6% siswa yang mengalami ketuntasan brelajar.

KESIMPULAN
Berdasarkan paparan data dan pembahasan yang diperoleh dari hasil penelitian, maka
kesimpulan yang dapat diambil ambil adalaha sebagai berikut:
1. Kualitas keterlaksaan pembelajaran model pembelajaran based learning yang
dilaksanakan dikelas VII SMP 23 Malang memenuhi kriteria baik. Hal itu dapat
dibuktikan dengan hasil persentase keterlaksanaan pembelajaran pada siklus I
sebesar 54.90% dan pada siklus II meningkatkan menjadi 80.49%.
2. Pembelajaran model problem based learning dapat meningkatkan motivasi siswa,
kelas VII SMP 23 Malang, hal ini dapat dilihat pada siklus I sebesar 60.18% dan
siklus II sebesar 89.20%.
3. Pembelajaran problem based learning dapat ,meningkatkan prestasi belajar siswa,
kelas VII SMP 23 Malang. Hal ini dapat dilihat dari data hasil pra tindakan adalah
62,9. Hasil prestasi belajar pada siklkus I adalah 76,2 dan hasil prestsi belajara pada
siklus II adalah sebesar 78,9%.
Langkah –Langkah

 Keterlaksanaan Pembelajaran.
1. Untuk mengatahui grafik pra-pendahuluan, pendahuluan, inti dan penutup terlebih masukan
semua data saat pembelajaran silkus I dan siklus II mulai

2. Membuat grafik perbandingan Kegiatan pra pendahuluan


3. Membuat grafik perbandingan kegiatan pendahuluan

4. Membuat grafik perbandingan kegiatan Inti


5. Membuat grafik kegiatan penutup

6. Membuat grafik perbandingan keterlaksanaan pembelajaran

 Motivasi Belajar Siswa


1. Membuat tabel analisa motivasi belajar siswa siklus I dan siklus II
2. Membuat grafik perbandingan aspek motivasi siswa

Anda mungkin juga menyukai