Anda di halaman 1dari 11

Metode-Metode Khusus Pembelajaran Biologi : Eksperimen, Demonstrasi, Simulasi,

Diskusi, dan Belajar Di Luar Ruangan

MAKALAH

Untuk memenuhi Tugas Matakuliah Strategi Belajar Mengajar


yang dibina oleh Prof. Dr. Hj. Mimien Henie Irawati, M. S
dan Rifka Fachrunnisa, S.Pd., M.Ed

Oleh:
Kelompok 5
S1 Pendidikan Biologi/Offering B 2016
1. Amanda Valentina Santoso (160341606043)
2. Deiva Ayu Pusipitaningrum (160341606085)
3. Syahida Widyaningsih (160341606025)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PRODI PENDIDIKAN BIOLOGI
Februari 2019
1. Metode diskusi

Diskusi adalah suatu proses penglihatan dua atau lebih individu yang berinteraksi
secara verbal dan saling berhadapan muka mengenai tujuan atau sasaran yang sudah
ditentukan melalui cara tukar menukar informasi, mempertahankan pendapat, atau
pemecahan masalah. Sedangkan metode diskusi adalah suatu cara penyajian bahan
pelajaran dimana guru memberi kesempatan kepada siswa (kelompok-kelompok siswa)
untuk mengadakan perbincangan ilmiah guna mengumpulkan pendapat, membuat
kesimpulan, atau menyusun berbagai alternatif pemecahan atas suatu masalah (Taniredja
dkk, 2011). Menurut Anitah (2009) metode diskusi merupakan cara mengajar yang dalam
pembahasan dan penyajian materinya melalui suatu problema atau pertanyaan yang harus
diselesaikan berdasarkan pendapat atau keputusan secara bersama. Sedangkan Aqib
(2014) mengatakan metode diskusi merupakan interaksi antara siswa dengan siswa atau
siswa dengan guru untuk menganalisis, memecahkan masalah, menggali,
memperdebatkan topik atau permasalahan tertentu.

Jadi dapat disimpulkan bahwa metode diskusi merupakan interaksi antara siswa
dengan siswa atau siswa dengan guru untuk mengadakan perbincangan ilmiah melalui
suatu problema atau pertanyaan yang harus diselesaikan berdasarkan pendapat atau
keputusan secara bersama sehingga tercapai suatu kesimpulan dalam menyelesaikan
permasalahan tersebut.

Prinsip-prinsip metode diskusi

Menurut Anitah (2008), agar pembelajaran kelompok dapat mencapai tujuan


pembelajaran secara optimal, guru hendaknya memperhatikan beberapa prinsip- prinsip
dalam berdiskusi, yaitu:

a. Adanya topik pembicaraan


b. Pembentukan kelompok
c. Saling bekerjasama
d. Selama kegiatan pembelajaran berlangsung guru harus memperhatikan siswa
secara kelompok maupun individu.
e. Adanya motivasi dan bimbingan dari guru.
f. Adanya sumber belajar dan fasilitas belajar.
g. untuk memperkuat hasil kerja kelompok, guru harus mengadakan latihan dan
tugas.
Langkah-langkah

Secara Umum, Langkah-langkah yang ditempuh dalam pelaksanaan diskusi diantaranya


diuraikan oleh Djamarah dan Zain (2010) yaitu:

a. Persiapan
1) Mengkondisikan siswa.
2) Memberikan informasi atau penjelasan tentang masalah tugas dalam diskusi
3) Mempersiapkan sarana dan prasarana untuk melakukan diskusi atau tempat,
peserta dan waktu pelaksanaan diskusi
b. Pelaksanaan
1) Siswa melakukan diskusi
2) Guru merangsang seluruh peserta berpartisipasi dalam diskusi
3) Memberikan kesempatan kepada semua anggota untuk berperan aktif
4) Mencatat tanggapan atau saran dan ide-ide yang penting
c. Evaluasi
1) Memberikan tugas kepada siswa untuk membuat kesimpulan diskusi
2) Menilai hasil diskus

Macam-macam metode diskusi

Menurut Hasibuan dan Moedjiono (2004) macam-macam diskusi adalah :

a. Whole group
Kelas merupakan satu kelompok diskusi.Whole group yang ideal apabila jumlah
anggota tidak lebih dari 15 orang.
b. Buzz group
Satu kelompok besar dibagi menjadi beberapa kelompok kecil, terdiri atas 4-5
orang.Tempat diatur agar siswa dapat berhadapan muka dan bertukar pikiran
dengan mudah.Diskusi diadakan di tengah pelajaran atau di akhir pelajaran
dengan maksud menajamkan kerangka bahan pelajaran, memperjelas bahan
pelajaran atau menjawab pertanyaan-pertanyaan.Hasil belajar yang diharapkan
ialah agar segenap individu membandingkan persepsinya yang mungkin berbeda-
beda tentang bahan pelajaran, membandingkan interpretasi dan informasi yang
diperoleh masing-masing.Dengan demikian masing-masing individu dapat saling
memperbaiki pengertian, persepsi, informasi, interpretasi sehingga dapat
dihindarkan kekeliruan-kekeliruan.
c. Panel
Suatu kelompok kecil, biasanya3-6 orang, mendiskusikan satu subjek tertentu,
duduk dalam suatu susunan semi melingkar, dipimpin oleh seorang
moderator.Panel ini secara fisik dapat berhadapan dengan audience, dapat juga
secara tidak langsung (misalnya panel di televisi).Pada suatu panel yang murni,
audience tidak ikut serta dalam diskusi.
d. Syndicate group
Suatu kelompok (kelas) dibagi menjadi beberapa kelompok klecil terdiri dari 3-6
orang.Masing-masing kelompok kecil melaksanakan tugas tertentu. Guru
menjelaskan garis besarnya problema kepada kelas:ia menggambarkan aspek-
aspek masalah, kemudian tiap-tiap kelompok (syndicate) diberi tugas untuk
mempelajari suatu aspek tertentu. Guru menyediakan referensi atau sumber-
sumber informasi lain.Setiap sindikat bersidang sendiri-sendiri atau membaca
bahan, berdiskusi, dan menyusun laporan yang berupa kesimpulan sindikat.Tiap
laporan dibawa ke sidang pleno untuk didiskusikan lebih lanjut.
e. Brain Storming group
Kelompok menyumbangkan ide-ide baru tanpa dinilai segera.Setiap anggota
kelompok mengeluarkan pendapatnya. Hasil belajar yang diharapkan ialah agar
anggota kelompok belajar menghargai pendapat orang lain, menumbuhkan rasa
percaya pada diri sendiri dalam mengembangkan ide-ide yang ditemukannya yang
dianggap benar.
f. Simposium
Beberapa orang membahas tentang berbnagai aspek dari suatu subjek tertentu, dan
membacakan di muka peserta symposium secara singkat (5-20 menit).Kemudian
diikuti dengan sanggahan dan pertanyaan dari para penyanggah, dan juga dari
pendengar.Bahasan dan sanggahan itu selanjutnya dirumuskan oleh panitia
perumus sebagai hasil simposium.
g. Informal debate
Kelas dibagi menjadi dua tim yang agak sama besarnya, dan mendiskusikan
subjek yang cocok untuk diperdebatkan tanpa memperhatikan peraturan
perdebatan normal. Bahan yang cocok untuk diperdebatkan ialah yang bersifat
problematic, bukan yang bersifat aktual.
h. Colloquium
Seseorang atau beberapa orang manusia sumber menjawab pertanyaan dari
audience. Dalam kegiatan belajar mengajar, siswa atau mahasiswa menginterviu
manusia sumber, selanjutnya mengundang pertanyaan lain atau tambahan dari
siswa atau mahasiswa lain. Hasil belajar yang diharapkan ialah para siswa atau
mahasiswa akan memperoleh pengetahuan dari tangan pertama.
i. Fish bowl
Beberapa orang peserta dipimpin oleh seorang ketua mengadakan suatu diskusi
untuk mengambil suatu keputusan.Tempat duduk diatur merupakan setengah
lingkaran dengan dua atau tiga kursi kosong menghadap peserta
diskusi.Kelompok pendengar duduk mengelilingi kelompok diskusi, seolah-olah
melihat ikan yang berada dalam sebuah mangkuk (fish bowl).Sedang kelompok
diskusi berdiskusi, kelompok pendengar yang ingin menyumbangkan pikiran
dapat masuk duduk di kursi kosong. Apabila ketua diskusi mempersilakan
berbicara, ia dapat langsung berbicara, dan meninggalkan kursi setelah selesai
berbicara

Kelebihan metode diskusi

Menurut Abimanyu (2008) kelebihan metode diskusi adalah :

a. Dapat bertukar pikiran.


b. Dapat menghayati permasalahan.
c. Merangsang siswa untuk berpendapat.
d. Mengembangkan rasa tanggung jawab.
e. Membina kemampuan berbicara.
f. Belajar memahami pendapat atau pikiran lain.
g. Memberikan kesempatan belajar.

Kekurangan metode diskusi

Menurut Abimanyu (2008) kekurangan metode diskusi adalah :

a. Relatif memerlukan waktu cukup banyak.


b. Jika siswa tidak memahami konsep dasar permasalahan, maka diskusi tidak akan
efektif.
c. Materi pelajaran dapat menjadi luas.
d. Yang aktif hanya siswa tertentu saja

Implementasi metode diskusi pada pembelajaran biologi


Pada dasarnya metode diskusi diaplikasikan untuk mendorong siswa berpikir kritis,
mendorong siswa mengekspresikan pendapatnya secara bebas, mendorong siswa
mengembangkan pikirannya untuk memecahkan masalah bersama, mengambil satu
alternatif jawaban/beberapa alternatif jawaban untjuk memecahkan masalah berdasarkan
pertimbangan yang seksama, membiasakan siswa suka mendengar pendapat orang lain
sekalipu berbeda dengan pendapatnya sendiri, dan membiasakan bersikap toleran. Dari
penjelasan itu, dapat disimpulkan bahwa sesungguhnya aplikasi metode diskusi
mempunyai sisi positif dan sisi negatif.

a. Sisi positif
1) Suasana belajar mengajar di kelas akan berkembang.
2) Memberikan pelajaran bersikap toleran, demokrat, kritis dan berfikir sistematis
kepada siswa.
3) Kesimpulan-kesimpulan dari masalah yang sedang didiskusikan dapat secara
mudah diingat siswa. Memberikan pengalaman kepada siswa tentang etika
bermusyawarah.
b. Sisi negatif
1) Jalannya diskusi akan lebih sering didominasi oleh siswa yang pandai.
2) Jalannya diskusi sering dipengaruhi oleh pembicaraan yang menyimpang dari
topik pembahasan masalah, sehingga pembahasan melebar kemanamana.
3) Diskusi biasanya lebih banyak memboroskan waktu, sehingga tidak sejalan
dengan prinsip efisiensi.

Mengingat adanya kelemahan-kelemahan di atas, maka Guru yang berkehendak


menggunakan metode diskusi sebaiknya mempersiapkan segala sesuatunya dengan rapi
dan sistematis terlebi dahulu. Dan dalam hal ini, peran seorang Guru sebagai encourager
yang memberi encouragement (dorongan semangat dan membesarkan hati) sangat
diperlukan, terutama oleh siswa yang tergolong kurang aktif atau pendiam. Pada
pembelajaran Biologi metode diskusi dapat diterapkan pada semua materi pembelajaran.

2. Metode belajar diluar ruangan

Belajar di luar ruangan ialah memperoleh pengalaman langsung dari alam dan
lebih memberikan pemahaman materi yang mendalam terhadap diri siswa (Manakane,
2011). Metode mengajar di luar kelas juga dapat di pahami sebagai sebuah pendekatan
pembelajaran yang menggunakan suasana di luar kelas sebagai situasi pembelajaran
terhadap berbagai permainan, sebagai media transformasi konsep-konsep yang
disampaikan dalam pembelajaran (Vera, 2012). Selanjutnya Sumarmi (2012)
pembelajaran outdoor merupakan salah satu teknik pembelajaran yang menekan pada
pengalaman seseorang yang diperoleh melalui tindakan/akitvitas di lapangan. Jadi dapat
disimpulkan bahwa metode belajar di luar ruangan merupakan suatu cara yang digunakan
oleh guru untuk mendekatkan siswa pada alam sehingga siswa dapat lebih memahami
materi atau konsep yang dibelajarkan.

Prinsip Pembelajaran di luar ruangan

Menurut Zuldafrial (2011), belajar di luar ruangan memiliki beberapa prinsip, yaitu :

a. Dilakukan di luar ruangan


b. Lebih mementingkan pengalaman dan pendalaman materi
c. Siswa aktif dan guru sebagai fasilitator maupun motivator

Langkah-langkah pembelajaran di luar ruangan

Pembelajaran Outdoor Study merupakan salah satu metode atau cara pembelajaran
dimana siswa yang dibimbing oleh guru diajak belajar di luarkelas. Menurut Sumarmi
(2012) dalam melaksanakan pembelajaran ini di perlukan langkah-langkah sebagai
berikut.

a. Merumuskan tujuan, yakni perumusan tujuan harus diuraikan dengan jelas dan
tegas, menjelaskan alasan yang tepat, dan menguraikan pentingnya studi
lapangan.
b. Membuat rencana kerja, yakni dibuatkan rencana yang konkret mengenai tempat
dan lokasi yang sesuai dengan topik bahasan yang akan dikaji atau dipelajari.
c. Membuat aturan atau menentukan berbagai aturan selam proses pembelajaran.
d. Menyusun tugas, yakni membuat berbagai tugas yang harus dikerjakan atau
dilakukan oleh siswa selama dilapangan.
e. Berdialog, yakni selama di lapangan dilakukan berbagai diskusi dengan para
siswa, dimana guru sebagai mediator diskusi tersebut.
f. Follow up, yakni membuat laporan sebagai hasil selama melaksanakan
pembelajaran di lapangan dengan menggunakan format tertentu yang telah
dirancang guru.

Macam-macam pembelajaran di luar ruangan


Menurut Husamah (2013), secara umum pembelajaran outdoor untuk siswa-siswa SD,
SMP, dan SMA dapat dibedakan dalam 3 tipe yaitu:

1. Studi lapangan atau kunjungan lapangan

Studi lapangan merupakan salah satu bentuk pembelajaran outdoor dimana terjadi
kegiatan observasi untuk mengungkap fakta–fakta guna memperoleh data dengan cara
terjun langsung ke lapangan. Studi lapangan merupakan cara ilmiah yang dilakukan
dengan rancangan operasional sehingga didapat hasil yang lebih akurat (Husamah,2013).
Dalam kegiatan studi lapangan, siswa diajak mengunjungi ke tempat dimana objek-objek
biologi yang akan dipelajari tersedia disana. Berbagai lokasi yang dapat digunakan untuk
studi lapangan sangat beragam mulai dari lingkungan disekitar sekolah, daerah asli
habitat hewan atau tumbuhan tertentu, dan daerah wisata yang memiliki objek biologi.
Melalui kegiatan studi lapangan siswa akan memiliki pengalaman belajar yang tinggi
karena berinteraksi dengan objek biologi secara langsung. Selain itu, siswa dapat belajar
lebih dalam dengan kegiatan lapangan daripada belajar secara tekstual melalui buku-
buku. Hal ini disebabkan berbagai fenomena nyata yang tidak terdapat di dalam buku
dapat diamati secara langsung sehingga memunculkan rasa ingin tahu siswa. Rasa ingin
tahu akan mendorong siswa untuk mencari jawaban/belajar lebih keras.

2. Pendidikan menjelajah lingkungan.

Cara mempelajari Biologi melalui eksplorasi alam sekitar, disebut sebagai


cara/pendekatan jelajah lingkungan. Sementara itu Ridlo (2005) menyatakan bahwa
pembelajaran demikian disebut jelajah alam sekitar atau JAS. Lebih lanjut dinyatakan
bahwa alam sekitar siswa ialah lingkungan di sekitar siswa, dapat berupa lingkungan
alam, sosial, budaya, agama, dan sebagainya. Dalam proses pembelajaran yang dirancang
dengan menerapkan pendekatan JAS, kegiatan belajar dilaksanakan dengan mengajak
siswa untuk mengenal obyek, mengenal gejala dan permasalahannya, serta menelaah dan
menemukan kesimpulan atau konsep tentang hal yang dipelajari. Kegiatan belajar
semacam itu akan mendorong siswa untuk melakukan berbagai tidakan yang akan
memberikan pengalaman langsung dan konkrit bagi mereka.

Kegiatan belajar melalui penjelajahan alam sekitar akan memberi peluang lebih luas
kepada siswa, untuk mempelajari obyek-obyek biologi yang menjadi pusat perhatiannya,
atau yang lebih sesuai dengan kebutuhan setiap siswa. Pembelajaran dengan jelajah
lingkungan akan memberikan dampak yang positif bagi siswa diantaranya adalah: sikap,
kepercayaan dan persepsi diri yang lebih baik. Selain itu pembelajaran dengan jelajah
lingkungan dapat meningkatkan ketrampilan sosial, kerjasama, dan komunikasi yang
lebih baik. Selain itu kemampuan akademik siswa dan kesadaran lingkungan menjadi
lebih baik (Husamah,2013).

3. Sekolah proyek komunitas.

Sekolah proyek komunitas atau Pembelajaran berbasis proyek (project-based


learning) adalah sebuah model atau pendekatan pembelajaran yang inovatif, yang
menekankan belajar kontekstual melalui kegiatan-kegiatan yang kompleks
(Husamah,2013). Fokus pembelajaran ini terletak pada konsep-konsep dan prinsip-
prinsip inti dari suatu disiplin studi, 8 melibatkan pebelajar dalam investigasi pemecahan
masalah dan kegiatan tugas-tugas bermakna yang lain, memberi kesempatan pebelajar
bekerja secara otonom mengkonstruk pengetahuan mereka sendiri, dan mencapai
puncaknya menghasilkan produk nyata. Proyek memfokuskan pada pengembangan
produk atau unjuk kerja (performance), yang secara umum pebelajar melakukan kegiatan:
mengorganisasi kegiatan belajar kelompok mereka, melakukan pengkajian atau
penelitian, memecahkan masalah, dan mensintesis informasi. Proyek seringkali bersifat
interdisipliner. Misalnya, suatu proyek merancang draft untuk bangunan struktur
(konstruksi bangunan tertentu) melibatkan pebelajar dalam kegiatan investigasi pengaruh
lingkungan, pembuatan dokumen proses pembangunan, dan mengembangkan lembar
kerja, yang akan meliputi penggunaan konsep dan keterampilan yang digambarkan dari
matakuliah matematika, drafting dan/atau desain, lingkungan dan kesehatan kerja, dan
mungkin perdagangan bahan dan bangunan. Terdapat dua hal yang berkembang pada diri
siswa selama pembelajaran berbasis proyek yaitu pengetahuan dan teknologi. Melalui
pembelajaran berbasis proyek anak akan belajar ilmu pengetahuan dan sekaligus
teknologi yang berkaitan dengan penerapan ilmu pengetahuan yang dipelajarinya.
Melalui pembelajaran ini siswa akan ditantang untuk menyelesaikan masalah secara
komprehensif melalui proyek yang direncanakannya. Lebih lanjut, melalui pembelajaran
ini diharapkan siswa dapat meningkatkan kepercayaan diri, memiliki kebanggan diri,
memiliki motivasi yang kuat untuk belajar, serta tanggung jawab yang lebih besar. Selain
itu, melalui group project anak akan belajar membangun ketrampilan social dan mencoba
berperan sebagai bagian masyarakat yang baik (Husamah,2013).

Kelebihan Pembelajaran di luar ruangan

a. Keterlibatan peserta didik lebih tinggi daripada pembelajaran klasikal


b. Materi atau informasi akan lebih mudah diingat
c. Dapat belajar secara lebih mendalam melalui objek-objek yang dihadapi daripada
jika belajar di dalam kelas yang memiliki banyak keterbatasan.
d. Mengajak siswa untuk peduli terhadap lingkungan

Kekurangan Pembelajaran di luar ruangan

a. Tidak semua materi dapat menerapkan metode ini


b. Kebanyakan guru masih menyukai pembelajaran di dalam kelas. Guru seperti
mati langkah apabila tidak kebagian jatah ruang kelas. Padahal sesungguhnya
proses pembelajaran dapat dilakukan di mana saja termasuk di luar ruangan/
alam bebas.
c. Volume dan kekuatan suara guru harus lebih besar agar dapat di dengar siswa
d. Sangat tergantung cuaca
e. Konsentrasi siswa kurang

Implementasi Pembelajaran di luar ruangan

Penyampaian pesan suatu pendidikan melalui sebuah pengalaman langsung cepat


meresap ke dalam daya tangkap pikiran manusia. Pembelajaran (outdoor study) dapat
dilakukan kapanpun sesuai dengan rancangan program yang dibuat oleh guru.
Pembelajaran (outdoor study)dapat dilakukan waktu pada pembelajaran normal, sebelum
kegiatan pembelajaran di sekolah atau sesudahnya, dan saat-saat liburan sekolah. ujuan
pembelajaran di luar kelas (outdoor study) yang secara umum ingin dicapai melalui
aktivitas di luar ruang kelas atau di luar lingkungan sekolah (Ginting, 2005) adalah:

a. Membuat setiap individu memiliki kesempatan unik untuk mengembangkan


kreativitas dan inisiatif personal
b. Menyediakan latar (setting) yang berarti bagi pembentukan sikap
c. Membantu mewujudkan potensi setiap individu agar jiwa, raga dan spiritnya
dapat berkembang optimal
d. Memberikan kesempatan bagi anak-anak untuk merasakan secara langsung
terhadap materi yang di sampaikan
e. Memungkinkan siswa mengembangkan keterampilan dan ketertarikan terhadap
kegiatan-kegiatan luar kelas
f. Memberikan kontribusi untuk membantu mengembangkan hubungan guru-murid
yang lebih baik melalui berbagai pengalaman di alam bebas
g. Memberikan kesempatan untuk belajar dari pengalaman langsung
h. Memanfaatkan sumber-sumber yang berasal dari lingkungan dan komunitas
sekitar untuk pembelajaran

Dalam pembelajaran biologi sangat diperlukan metode pembelaajaran biologi karena


pada dasarnya biologi membelajari tentang alam, siswa diajak untuk lebih mengenali
lingkungan sekitar dan memiliki pengalaman belajar yang lebih bermakna sehingga
konsep-konsep yang sulit dipelajari akan lebih mudah di mengerti.

Daftar Rujukan

Abimanyu, S. 2008. Strategi Pembelajaran. Jakarta : Ditjen Dikti Depdiknas

Anitah, S. 2009. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Universitas. Terbuka

Aqib, Zainal. 2014. Model-model, Media, dan Strategi Pembelajaran Kontekstual (Inovatif).
Bandung: Yrama Widya.

Djamarah. S. B, dan Zain. A. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta

Hasibuan dan Moedjiono. 2004. Proses Belajar Mengajar. Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya.

Manakane, S. E. 2011. Lingkungan Sebagai Sumber Belajar Dalam Pengembangan Konsep


Keruangan. Universitas Pattimura. Jurnal Gea, Vol. 11, No. 2, Oktober 2011

Sumarmi, 2012. Model-Model Pembelajaran. Yogyakarta. Aditya Media Publishing

Taniredja,T. Faridli, E.M. dan Harmianto, S. 2011. Model-Model Pembelajaran Inovatif dan
Efektif. Bandung : Alfabeta

Vera. A, 2012. Metode mengajar anak di luar kelas. Jogjakarta: Diva press

Zuldafrial. 2011. Strategi Belajar Mengajar. Pontianak: STAIN Pontianak Press

Ridlo, S. 2005. Pendekatan Jelajah Alam Sekitar (JAS). Dipresentasikan pada Semiar dan
Lokakarya Pengembangan Kurikulum dan Desain Inovasi Pembelajaran Jurusan
Biologi FMIPA UNNES dalam rangka pelaksanaan PHK A2. Semarang. Biologi
FMIPA UNNES.

Husamah. 2013. Pembelajaran Luar Kelas. Jakarta : Prestasi Pustaka Raya Publisher

Ginting. 2005. Outdoor Learning. Bandung: P3GT

Anda mungkin juga menyukai