Vebtilasi PDF
Vebtilasi PDF
Vebtilasi PDF
TINJAUAN PUSTAKA
2. 1 Ventilasi Mekanik
2. 1. 1 Defenisi
Ventilasi merupakan proses perpindahan udara dari lingkungan luar tubuh
ke dalam paru-paru. Respirasi merupakan proses pertukaran gas O2 dan CO2 yang
terjadi di alveolus dalam paru-paru. Alveolus merupakan kantong udara di ujung
percabangan bronkus dalam paru-paru. O2 berdifusi melalui dinding alveolus
menembus pembuluh darah dan CO2 berdifusi ke luar pembuluh darah..
Diafragma adalah otot utama untuk inspirasi, bersama dengan otot
interkosta. Ketika otot-otot pernapasan mengalami paralisis, bernapas menjadi
sulit bahkan tidak mungkin. Ventilasi mekanik mengambil alih proses ventilasi
dan memudahkan pernapasan dengan membantu otot pernapasan yang mengalami
paralisis. Otot abdomen juga penting dalam proses ekspirasi dan batuk. Otot
ekspirasi pernapasan yang lemah menghasilkan batuk yang lemah juga
ketidakmampuan pengeluaran sekret yang dapat menyebabkan infeksi saluran
pernapasan dan penumonia (International Ventilator Users Network, 2014).
Ventilator, dikenal juga dengan istilah respirator, merupakan alat bantu
mekanik yang mempertahankan udara dapat mengalir ke dalam paru-paru. Banyak
orang mengenal penggunaaan ventilator pada rumah sakit, sepeti di ICU, dimana
penggunaan ventilator akut dan kompleks banyak dijumpai.
Ventilasi mekanik rutin diperlukan pada pasien dewasa kritis di unit
perawatan intensif. Tujuan utama penggunaan ventilator mekanik adalah untuk
menormalkan kadar gas darah arteri dan keseimbangan asam basa dengan
memberi ventilasi adekuat dan oksigenasi. (Grossbach, 2011).
Ventilasi mekanik memiliki prinsip yang berlawanan dengan fisiologi
ventilasi, yaitu dengan menghasilkan tekanan positif sebagai pengganti tekanan
negatif untuk mengembangkan paru-paru.
PCO2 = .K
2. 2. 2 Epidemiologi
Insidensi bervariasi antara 5 - 10 episode per 1000 orang yang keluar dari
rumah sakit dan paling tinggi terjadi di bangsal pembedahan, ICU, dan rumah
sakit pendidikan. Hal ini memperpanjang masa rawat inap pasien di rumah sakit
yang mencapai 3 - 14 hari per pasien. Ventilator associated pneumonia terjadi
sampai 80% dari total kejadian hospital associated pneumonia dan 9 sampai 27%
pada pasien yang diintubasi.
Angka kematian VAP mencapai 30% - 70%. VAP onset dini (<4 hari di
rumah sakit) banyak disebabkan oleh bakteri yang sensitif antibiotik, sehingga
prognosis menjadi lebih baik daripada VAP onset lambat (>4 hari di rumah sakit)
yang banyak disebabkan multi drug resistent pathogen (patogen MDR).
Namun, VAP onset dini, pasien mendapat terapi antibiotik sebelumnya,
atau perawatan di rumah sakit menjadi predisposisi terhadap patogen MDR yang
akhirnya ditatalaksana seperti VAP onset lambat (Ward et al., 2006)
VAP
2. 2. 4 Faktor Risiko
Meskipun pasien dengan pemasangan endotrachel tube ≥ 48 jam menjadi
salah satu risiko terjadinya VAP, beberapa pasien juga memiliki risiko yang lebih
tinggi. Faktor risiko terjadinya VAP dapat dibagi menjadi tiga faktor utama, yaitu
faktor pejamu, faktor terkait peralatan, dan faktor individu. (Augustyn, 2007).
Ward et al (2006) membagi faktor risiko terjadinya VAP menjadi:
Tabel 2. 5 Faktor Risiko yang Dapat dan Tidak Dapat Dimodifikasi dari VAP
Faktor risiko yang tidak dapat Faktor risiko yang dapat dimodifikas
dimodifikasi
1. Terkait Pejamu 1. Terkait Pejamu
Malnutrisi nutrisi (misalnya pemberian
Usia >65 tahun, <5 tahun makanan secara enteral)
Penyakit kronik (misalnya kontrol nyeri, fisioterapi
ginjal) membatasi terapi imunosupresif
Diabetes postur, tempat tidur kinetik
Supresi imun (misalnya SLE) berhenti merokok sebelum
Ketergantungan alkohol operasi
Aspirasi (misalnya epilepsi)
Penyakit virus yang baru terjadi
Obesitas
merokok
2. Terkait Terapi 2. Terkait Terapi
Ventilasi mekanis Posisi setengah telentang
2. 2. 5 Patogenesis
Kolonisasi orofaringeal oleh bakteri Gram-negatif enterik terjadi di
sebagian besar rumah sakit karena imobilisasi, gangguan kesadaran, selang
nasogastrik, higiene buruk, inhibisi sekresi asam lambung. Kolonisasi tersebut
akan berlanjut pada aspirasi sekresi nasofaringeal yang menyebabkan terjadinya
VAP (Ward et al., 2006)
Inhalasi
Infeksi transtorak
Bakterimia primer Bronkiolitis
Translokasi gastrointestinal
Bronkopneumonia fokal/multifokal
- Escheria coli
- Klebsiella pneumoniae
- Enterobacter spp
- Proteus spp
- Serratia marcescens
(Sumber: Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, 2003)
Tabel 2. 9 Terapi Antibiotik Awal Secara Empirik untuk VAP untuk Semua
Derajat Penyakit pada Pasien Dengan Onset Lanjut atau Terdapat Faktor Risiko
Patogen MDR (Mengacu ATS/IDSA 2004)
Patogen potensial Terapi antibiotik kombinasi
Patogen MDR tanpa atau Sefalosporin antipseudomonal
dengan patogen pada Tabel 2. 8 (Sefepim, seftasidim, sefpirom) atau
- Pseudomonas aeuruginosa Karbapenem antipseudomonal
- Klebsiella pneumoniae (Meropenem, imipenem) atau ß-
(ESBL) laktam/penghambat ß laktamase
ditambah
Linesolid atau vankomisin atau
teikoplanin
(Sumber: Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, 2003)
2. 2. 8 Pencegahan
Munro dan Ruggiero (2014) menyebutkan beberapa intervensi yang dapat
mencegah terjadinya VAP yaitu:
(1) Elevasi kepala tempat tidur
(2) Hentikan sedasi harian dan nilai kesiapan ekstubasi
(3) Berikan profilaksis ulkus peptikum
(4) Berikan profilaksis deep vein thrombosis (DVT)
(5) Perawatan mulut dengan chlorhexidine
Lima langkah di atas menjadi intervensi berdasarkan-bukti yang dapat mencegah
terjadinya VAP.