Anda di halaman 1dari 20

TUGAS

MAKALAH
LOGIKA INFORMATIKA
(LOGIKA FRAMATIS, LOGIKA SIMBOLIS, DAN LOGIKA MATEMATIKA)

DISUSUN

OLEH KELOMPOK IV

1. MEY Y.DUKA (Ketua kelompok)


2. ILHAM KARIM
3. ADNAN MONAYO
4. HARIYANI MOKODONGAN

PROGRAM STUDI D3 POLITEKNIK GORONTALO


KABUPATEN GORONTALO 20116
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim.
Segala puji milik Allah Swt., Tuhan pencipta seluruh jagat raya,
mempersembahkan segala sesuatu yang tertata disana untuk kebaikan seluruh
penghuni-Nya. Shalawat serta limpahan salam semoga selalu tercurahkan kepada
Nabi dan Rasul Muhammad Saw.
Dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan banyak perhatian
berkaitan dengan kandungan dari makalah ini, karena penulis sadar akan kekurangan
dan keterbatasan yang dimiliki sehingga berdampak pada hasil dari makalah ini yang
kurang maksimal. Terlepas dari semua itu semua, dengan tangan terbuka penulis
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari berbagai pihak; baik dari dosen
pembimbing matakuliah ini maupun teman-teman seperjuangan. Tidak lain untuk
memacu kreatifitas dan menambah warna-warni khazanah keilmuan kita semua.
Akhirnya tindakan yang kita lakukan atas nama kebaikan, semoga menjadi suatu
usaha positif dan dapat bermanfaat untuk penulis khususnya dan komunitas
kehidupan kita pada umumnya.

Segala kekurangan milik manusia dan kesempurnaan adalah milik Allah Swt.

GORONTALO, 29 September 2016

Penulis
LOGIKA PRAGMATISME

A. Definisi Logika Pragmatisme

Logika adalah ilmu tentang proses berfikir. Seorang akhli logika mempelajari kegiatan-
kegiatan proses berfikir yang ada di kepala setiap manusia dan mencoba merumuskan
hukum-hukum, bentuk-bentuk dan inter-relasi semua proses mentalnya. Namun bila dilihat
dari segi bahsa logika berasal dari kata Yunani kuno λόγος (logos) yang berarti hasil
pertimbangan akal pikiran yang diutarakan lewat kata dan dinyatakan dalam bahasa.

Fudyartanata, berpendapat bahwa logika adalah ilmu yang mempelajari secara


mendalam tentang kebenaran berpikir. Dengan kata lain, logika adalah ilmu radikal
tentang berpikir yang benar, sehingga mendapatkan hasil yang benar pula. 1[1]
Alfred Cryril Ewing mengatakan, Logic is the study of the different kinds of propositions
and the relations between them which justify inference (studi tentang jenis-jenis keterangan
yang berbeda dan hubungan di antara mereka yang membenarkan penyimpulan).
Namun dapat diartikan juga bahwa secara luas logika adalah cabang filsafat yang
membicarakan prinsip serta norma-norma penyimpulan yang sah. Secara sederhana logika
adalah cabang fisafat yang membahas metode penalaran yang sah dari premis ke kesimpuan.
Sedangkan Definisi Pragmatisme adalah menurut Kamus Ilmiah Populer, Pragmatisme
berarti aliran filsafat yang menekankan pengamatan penyelidikan dengan eksperimen (tindak
percobaan), serta kebenaran yang mempunyai akibat-akibat yang memuaskan. Sedangkan,
definisi Pragmatisme lainnya adalah hal mempergunakan segala sesuatu secara berguna.

Istilah Pragmatisme berasal dari kata Yunani pragma yang berarti perbuatan
(action) atau tindakan (practice). Isme di sini sama artinya dengan isme-isme lainnya,
yaitu berarti aliran atau ajaran atau paham. Dengan demikian Pragmatisme itu berarti
ajaran yang menekankan bahwa pemikiran itu menuruti tindakan.

1
Jadi bila dilihat dari masing-masing pengertian di atas mengenai logika dan pragmatisme
kita dapat mengetahui definisi sederhananya bahwa logika pragmatisme adalah logika yang
berpaham pragmatis atau praktek, artinya mempraktekkan simpulan dari sebuah penalaran.

B. Pragmatisme

1. Latar belakang pragmatisme


Pragmatisme telah membawa perubahan yang besar tehadap budaya Amerika
dari lewat abad ke 19 hingga kini. Fasafah ini telah dipengaruhi oleh Charles Darwin
dengan teori evolusinya dan Albert Estein dengan teori relativitasnya. Falsafah ini
cenderung kepada falsafah Epistemologi (cabang dari filsafat yang menyelidiki
sumber-sumber serta kebenaran pengetahuan) dan aksiologi (penyelidikan terhadap
nilai atau martabat dan tindakan manusia) dan sedikit perhatian terhadap metafisik.
.Pada awal perkembangannya, Pragmatisme lebih merupakan suatu usaha-usaha
untuk menyatukan ilmu pengatahuan dan filsafat agar filsafat menjadi ilmiah dan berguna
bagi kehidupan praktis manusia Sehubungan dengan masalah tersebut, Pragmatisme
akhirnya berkembang menjadi suatu metode yang memecahkan berbagai perdebatan
filosofis-metafisik yang hampir mewarnai seluruh perkembangan dan perjalanan filsafat
sejak zaman yunani kuno (Guy W.Stroth :1968). Dalam usahanya (filsuf) untuk
memecahkan masalah – masalah metafisik yang selalu menjadi bahasan berbagai filosofi
itulah pragmatisme menemukan suatu metode yang spesifik (metode khusus) yaitu
dengan mencari konsekuensi praktis dari setiap konsep atau gagasan dan pendirian yang
di anut masing-masing pihak. Metode tersebut di terapkan dalam setiap bidang kehidupan
manusia. Karena pragmatisme adalah suatu filsafat tentang tindakan manusia maka setiap
bidang kehidupan manusia menjadi bidang penerapan dari filsafat pragmatisme. Pada
akhirnya filsafat ini lebih terkenal sebagai suatu metode dalam mengambil keputusan
melakukan tindakan tertentu atau yang menyangkut kebijaksanaan tertentu.
2. Tokoh-tokoh pragmatisme
Pragmatisme mulai dirintis di Amerika oleh Charles S. Peirce (1893-1942), yang
kemudian dikembangkan oleh William James (1842-1910) dan John Dewey (1859-1952).
a. Charles Sanders Peirce
Charles mempunyai gagasan bahwa suatu hipotesis (dugaan sementara/ pegangan dasar)

itu benar bila bisa diterapkan dan dilaksanakan menurut tujuan kita. Horton dan Edwards di
dalam sebuah buku yang berjudul Background of American literary thought(1974)
menjelaskan bahwa peirce memformulasikan (merumuskan) tiga prinsip-prinsip lain
yang menjadi dasar bagi pragmatisme sebagai berikut :
Bahwa kebenaran ilmu pengetahuan sebenarnya tidak lebih daripada kemurnian opini manusia.

Bahwa apa yang kita namakan “universal “ adalah yang pada akhirnya setuju dan mnerima

keyakinan dari “community of knowers “


Bahwa filsafat dan matematika harus di buat lebih praktis dengan membuktikan bahwa
problem-problem dan kesimpulan-kesimpulan yang terdapat dalam filsafat dan
matematika merupakan hal yang nyata bagi masyarakat(komunitas)

b. William James
William selain menamakan filsafatnya dengan “pragmatisme”, ia juga menamainya
“empirisme radikal”. Menurut James, pragatisme adalah aliran yang mengajarkan bahwa
yag benar ialah apa yang membuktikan dirinya sebagai yang benar dengan perantaraan
yang akibat-akibatnya yang bermanfaat secara praktis. Aliran ini bersedia menerima
segala sesuatu asal saja membawa akibat praktis, misalnya pengalaman-pengalaman
pribadi, kebenaran mistik, semuanya bisa diterima sebagai kebenaran, dan dasar tindakan
asalkan membawa akibat yang praktis yang bermanfaat.
Sedangkan empirisme radikal adalah suatu aliran yang harus tidak menerima
suatu unsur alam bentuk apa pun yang tidak dialami secara langsung. Dalam bukunya
The Meaning of The Truth, James mengemukakan tidak ada kebenaran mutlak, yang
berlaku umum, yang bersifat tetap, yang berdiri sendiri dan terlepas dari segala akal
yang mengenal, melainkan yang ada hanya kebenaran-kebenaran ‘plural’. Yang
dimaksud kebenaran-kebenaran plural adalah apa yang benar dalam pengalaman-
pengalaman khusus yang setiap kali dapat diubah oleh pengalaman berikutnya.
Menurut James, ada dua hal kebenaran yang pokok dalam filsafat yaitu Tough Minded dan
Tender Minded. Tough Minded dalam mencari kebenaran hanya lewat pendekatan empirirs dan
tergantung pada fakta-fakta yang dapat ditangkap indera.Sementara, Tender Minded hanya
mengakui kebenaran yang sifatnya berada dalam ide dan yang bersifat rasional.

Menurut James, terdapat hubungan yang erat antara konsep pragmatisme mengenai

kebenaran dan sumber kebaikan. Selama ide itu bekerja dan menghasilkan hasil-hasil yang
memuaskan maka ide itu bersifat benar. Suatu ide dianggap benar apabila dapat memberikan
keuntungan kepada manusia dan yang dapat dipercayai tersebut membawa kearah kebaikan.

Disamping itu pula, William James mengajukan prinsip-prinsip dasar terhadap


pragmatisme, sebagai berikut:
Bahwa dunia tidak hanya terlihat menjadi spontan, berhenti dan tak dapat di prediksi
tetapi dunia benar adanya.
Bahwa kebenaran tidaklah melekat dalam ide-ide tetapi sesuatu yang terjadi pada ide-
ide daam proses yang dipakai dalam situasi kehidupan nyata.
Bahwa manusia bebas untuk meyakini apa yang menjadi keinginannya untuk percaya pada
dunia, sepanjang keyakinannya tidak berlawanan dengan pengalaman praktisny maupun

penguasaan ilmu pengetahuannya.


Bahwa nilai akhir kebenaran tidak merupakan satu titik ketentuan yang absolut, tetapi semata-
mata terletak dalam kekuasaannya mengarahkan kita kepada kebenaran-kebenaran yang lain
tentang dunia tempat kita tinggal didalamnya (Horton dan Edwards, 1974:172).

c. John Dewey
Dewey adalah seorang pragmatis, namun ia lebih suka menyebut sistemnya dengan
istilah Instrumentalis. Menurutnya, tujuan filsafat adalah untuk mengatur kehidupan dan
aktivitas manusia secara lebih baik, untuk didunia dan sekarang. Tegasnya, tugas fiilsafat
yang utama ialah memberikan garis-garis pengarahan bagi perbuatan dalam kenyataan hidup.
Oleh karena itu, filsafat tidak boleh tenggelam dalam pemikiran-pemikiran metafisis yang tiada
faedahnya. Filsafat harus berpijak pada pengalaman (experience) , dan menyelidiki serta
mengolah pengalaman itu secara aktif kritis. Dengan demikian, filsafat akan dapat menyusun
suatu system norma-norma dan nilai.

Instrumentalisme dalah suatu usaha untuk menyusun suatu teori yang logis dan
tepat dari konsep-konsep, pertimbangan-pertimbangan penyimpulan-penyimpulan dalam
bentuknya yang bermacam-macam itu dengan cara utama menyelidiki bagaimana pikiran-
pikiran berfungsi dalam penemuan-penemuan yang berdasarkan pengalaman-penglaman
yang berdasarkan pengalaman yang mengenai konsekuensi-konsekuensi di masa depan.
Sehubungan hal diatas, menurut Dewey, penyelidikan adalah transformasi yang terawasi

atau terpimpin dari suatu keadaan yang tak menentu menjadi suatu keadaan yang tertentu. Oleh

karena itu, penyelidakan dengan penilannya adalah alat( instrumental) . jadi yang di maksud
dengan instrumentalisme adalah suatu usaha untuk menyusun suatu teori yang logis
dan tepat dari konsep-konsep, pertimbangan-pertimbangan, penyimpulan-
penyimpulan dalam bentuknya yag bermacam-macam.
Menurut Dewey, kita hidup dalam dunia yang belum selesai penciptaanya. Sikap
Dewey dapat dipahami dengan sebaik-baiknya dengan meniliti tiga aspek dari yang
kita namakan instrumentalisme.
Pertama, kata temporalisme yang berarti ada gerak dan kemajuan nyata dalam waktu.
Kedua, kata futurisme, mendorong kita untuk melihat hari esok dan tidak pada hari kemarin.
Ketiga, milionarisme, berarti bahwa dunia dapat dibuat lebih baik dengan tenaga kita.
Pandangan ini juga dianut oleh wiliam James.
C. Logika Pragmatisme

Pragmatisme adalah aliran pemikiran yang memandang bahwa benar tidaknya suatu
ucapan, dalil, atau teori, semata-mata bergantung kepada berfaedah atau tidaknya ucapan,
dalil, atau teori tersebut bagi manusia untuk bertindak dalam kehidupannya. Ide ini merupakan
budaya dan tradisi berpikir Amerika khususnya dan Barat pada umumnya, yang lahir sebagai
sebuah upaya intelektual untuk menjawab problem-problem yang terjadi pada awal abad ini.

Tentu saja, Pragmatisme tak dapat dilepaskan dari keberadaan dan perkembangan
ide-ide sebelumnya di Eropa, sebagaimana tak bisa diingkari pula adanya pengaruh dan
imbas baliknya terhadap ide-ide yang dikembangkan lebih lanjut di Eropa. William James
mengatakan bahwa Pragmatisme yang diajarkannya, merupakan “nama baru bagi
sejumlah cara berpikir lama”. Dan dia sendiri pun menganggap pemikirannya sebagai
kelanjutan dari Empirisme Inggris, seperti yang dirintis oleh Francis Bacon (1561-1626),
yang kemudian dikembangkan oleh Thomas Hobbes (1558-1679) dan John Locke (1632-
1704). Pragmatisme, di samping itu, telah mempengaruhi filsafat Eropa dalam berbagai
bentuknya, baik filsafat Eksistensialisme maupun Neorealisme dan Neopositivisme.
Berbicara mengenai pragmatism, ragmatisme sendiri berpegang teguh pada praktik, yaitu

berusaha menemukan asal-mula serta hakikat terdalam segala sesuatu merupakan kegiatan yang

sangat menarik, meskipun kegiatan tersebut luar biasa sulitnya. Sejarah menunjukkan sengketa

mengenai masalah ini dibidang filsafat selalu menyebabkan adanya sebagian orang yang

menolaknya sebagai masalah yang tidak mengandung harapan untuk dipecahkan, seperti halnya
enganut neo-positivisme, dan menyebabkan sebagian orang yang lain
memandangnya sebagai sesuatu yang tidak berfaidah. 2[2]
Penganut pragmatisme menaruh perhatian pada praktik. Mereka memandang hidup
manusia sebagai suatu perjuangan untuk hidup yang langsung terus-menerus yang di
dalamnya hal yang terpenting ialah konsekuensi-konsekuensi yang bersifat praktis.
Konsekuensi-konsekuensi yang bersifat raktis tersebut erat hubungannya dengan makna
dan kebenaran; demikian eratnya sehingga oleh seorang penganut pragmatise dikatakan
bahwa kedua hal tersebut sesungguhnya meruakan keungguan. Salah seorang di antara
peletak dasar pragmatism, yakni C.S. Peirce, mengatakan demikian:
“Untuk memastikan makna apakah yang dikandung oleh sesuatu konsepsi akali,
maka kita harus memperhatikan konsekuensi-konsekuensi praktis apakah yang

niscaya akan timbul dari kebenaran-kebenaran konsepsi tersebut“. 3[3]

Jika tidak menimbulkan konsekuensi-konsekuensi yang praktis maka sudah tentu


tidak ada makna yang dikandungnya. Kesimpulan yang terakhir ini dinyatakan dalam
semboyan yang menarik :“Apa yang tidak mengakibatkan perbedaan tidak
mengandung makna.” Makna yang dikandung suatu pernyataan terdapat dalam
konsekuensi yang niscaya timbul dari pertanyaan yang dianggap benar.
Dengan sjumlah cara, pragmatisme meruakan ajaran yang menarik bagi
sementara orang. Misalnya paham tersebut menitikberatkan pada pengalaman dan
bersifat naturalistik, tetapi sekaligus menyerahkan tugas yang nyata-nyata bersifat
kreatif kepada orang yang memperoleh pengetahuan. Pragmatisme bersangkutan
dengan masalah-masalah mengenai organisme di dalam perjuangan untuk
kelangsungan hidupnya, dan menjadikan penyelesaian masalah sebagai pendorong
bagi tingkah laku, dan karenanya sebagai kunci semua penafsiran kefilsafatan.
Bahkan perenungan kefilsafatan dipandang sebagai alat untuk menyelesaikan masalah

mengenai penyesuaian. Selanjutnya pragmatisme memberi dorongan untuk bertindak. Di sinilah

letak kekuatan kreatif suatu organisme. Ia tidak puas hanya dengan memandang sesuatu secara

pasif. Di atas segala-galanya, pragmatisme merupakan suatu ajaran yang memberikan ukuran

3
bagi makna dan kebenaran berdasarkan atas proses yang hidup dari penyelesaian
masalah. Hal ini merupakan suatu yang sangat menarik bagi orang-orang pada
umumnya, dan bagi seorang yang ingin mengubah dunia pada khususnya. 4[4]
Analisis Kritis atas Kekuatan dan Kelemahan Pragmatisme :
1. Kekuatan pragmatisme
a. kemunculan pragmatis sebagai aliran filsafat dalam kehidupan kontemporer, khususnya di
Amerika Serikat, telah membawa kemajuan-kemnjuan yang pesat bagi ilmu pengetahuan
maupun teknologi.Pragmatisme telah berhasil membumikan filsafat dari corak sifat yang
Tender Minded yang cenderung berfikir metafisis, idealis, abstrak, intelektualis, dan cenderung
berfikir hal-hal yang memikirkan atas kenyataan, materialis, dan atas kebutuhan-kebutuhan
dunia, bukan nnati di akhirat. Dengan demikan, filsafat pragmatisme mengarahkan aktivitas
manusia untuk hanya sekedar mempercayai (belief) pada hal yang sifatnya riil, indriawi, dan
yang memanfaatnya bisa di nikmati secara praktis-pragmatis dalam kehidupan sehari-hari.

b. Pragmatisme telah berhasil mendorong berfikir yag liberal, bebas dan selalu menyangsikan
segala yang ada. Barangkali dari sikap skeptis tersebut, pragmatisme telah mampu
mendorong dan memberi semangat pada seseorang untuk berlomba-lomba membuktikan
suatu konsep lewat penelitian-penelitian, pembuktian-pembuktian dan eksperimen-eksperimen
sehingga munculllah temuan-temuan baru dalam dunia ilmu pengetahuan yang mampu
mendorong secara dahsyat terhadap kemajuan di badang sosial dan ekonomi.

c. Sesuai dengan coraknya yang sekuler, pragmatisme tidak mudah percaya pada
“kepercayaan yang mapan”. Suatu kepercyaan yang diterim apabila terbukti
kebenarannya lewat pembuktian yang praktis sehingga pragmatisme tidak mengakui
adanya sesuatu yang sakral dan mitos, Dengan coraknya yang terbuka, kebanyakan
kelompo pragmatisme merupakan pendukung terciptanyademokratisasi, kebebasan
manusia dan gerakan-gerakan progresif dalam masyarakat modern.

2. Kelemahan Pragmatisme
a. Karena pragmatisme tidak mau mengakui sesuatu yang bersifat metafisika dan kebenaran
absolute(kebenaran tunggal), hanya mengakui kebenaran apabilaa terbukti secara alamiah,
dan percaya bahwa duna ini mampu diciptakan oleh manusia sendiri, secara tidak langsung
4
pragmatisme sudah mengingkari sesuatu yang transendental(bahwa Tuhan jauh di
luar alam semesta). Kemudian pada perkembangan lanjut, pragmatisme sangat
mendewakan kemepuan akal dalam mencapai kebutuhan kehidupan, maka sikap-
sikap semacam ini menjurus kepada ateisme.

b. Karena yang menjadi kebutuhan utama dalam filsafat pragmatisme adalah sesuatu
yang nyata, praktis, dan langsung dapat di nikmati hasilnya oleh manusia, maka
pragmatisme menciptkan pola pikir masyarakat yang matrealis. Manusia berusaha
secara keras untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang bersifat ruhaniah. Maka
dalam otak masyarakat pragmatisme telah di hinggapi oleh penyakit matrealisme.

c. Untuk mencapai matrealismenya, manusia mengejarnya dengan berbagai cara, tanpa


memperdulikan lagi dirinya merupakan anggota dari masyarakat sosialnya. Ia bekerja
tanpa mengenal batas waktu sekedar memenuhi kebutuhan materinya, maka dalam
struktur masyarakatnya manusipa hidup semakin egois individualis. Dari sini,
masyarakat pragmatisme menderita penyakit humanisme.

D. Simpulan

Istilah Pragmatisme berasal dari kata Yunani pragma yang berarti perbuatan (action)
atau tindakan (practice). Isme di sini sama artinya dengan isme-isme lainnya, yaitu berarti
aliran atau ajaran atau paham. Jadi bila dilihat dari masing-masing pengertian di atas
mengenai logika dan pragmatisme kita dapat mengetahui definisi sederhananya bahwa
logika pragmatisme adalah logika yang berpaham pragmatis atau praktek, artinya
mempraktekkan simpulan dari sebuah penalaran. Sebagai mana halnya dengan paham-
paham yang lain pragmatisme juga mempunyai kekuatan dan kelemahnnya.
Sedangkan pragmatisme mulai dirintis di Amerika oleh Charles S. Peirce (1893-1942),

yang kemudian dikembangkan oleh William James (1842-1910) dan John Dewey (1859-

1952).

http://gudangtugasku.blogspot.co.id/2011/05/logika-pragmatisme.html
Logika Simbolis

Silogisme menjadi pokok studi logika selama kurang lebih 2000 tahun sebelum
dikembangkannya logika simbolis pada akhir abad tujuh belas. Selama itu, silogisme
tak pernah tergantikan peranannya. Seperti namanya, logika simbolis melibatkan
simbol dan manipulasi aljabar dalam logika.

Pernyataan

Semua penalaran logika didasarkan pada pernyataan. Sebuah pernyataan adalah


kalimat yang memiliki nilai benar saja atau salah saja.

CONTOH

a. Apple Manufaktur Komputer.


b. Apple Manufaktur Komputer terbaik dunia.
c. Apakah kamu membeli sebuah komputer IBM?
d. Sebuah komputer seharga 2 jt yang memperoleh diskon 20% berharga 1 jt.
e. Saya berbohong.

PENYELESAIAN

a. Kalimat "Apple Manufaktur Komputer" bernilai benar, maka, kalimat a merupakan


sebuah pernyataan.
b. Kalimat "Apple Manufaktur Komputer terbaik dunia" adalah sebuah pendapat. Benar
bagi sebagian dan tidak untuk lainnya, karena itu, ini bukan merupakan kalimat.
c. Kalimat "Apakah kamu membeli sebuah komputer IBM?" adalah pertanyaan.
Pertanyaan tersebut bisa benar bisa juga salah, karenanya, ini bukan suatu pernyataan.
d. Kalimat "Sebuah komputer seharga 2 jt yang memperoleh diskon 20% berharga 1 jt" adalah
kalimat yang salah. Maka, ini merupakan kalimat pernyataan (25% dari 2 jt adalah 1,5 jt).
e. Kalimat "Saya berbohong." Kalimat ini merupakan paradox, bila dia benar, maka
akan bertentangan dengan apa yang dia katakan. Bila dia salah, maka yang
dikatakan benar, tetapi hal yang dibenarkan berlawanan dengan apa yang
dikatakannya. Karena itu, kalimat ini bukan suatu pernyataan.

Kalimat majemuk dan kata penghubung logika

Hal yang mudah menentukan kalimat seperti "Anton mendonorkan darahnya" adalah pernyataan
yang bernilai benar atau salah, cukup dengan memeriksa kenyataan apakah dia melakukannya
atau tidak. Tetapi tidak semua kalimat memiliki bentuk sederhana seperti itu. Perhatikan contoh
kalimat "Anton mendonorkan darahnya dan belum mencuci mobilnya, atau dia pergi ke
perpustakaan". Kalimat tersebut merupakan gabungan kejadian-kejadian yang bisa terjadi atau
tidak pada pengalaman pribadi Anton. Pernyataan seperti ini dinamakan pernyataan majemuk.
Pernyataan majemuk adalah pernyataan yang dibentuk dari beberapa pernyataan
yang lebih sederhana. Sebuah pernyataan majemuk yang paling sederhana dapat
dibentuk dengan menyisipkan kata 'not' atau 'tidak' dalam suatu pernyataan sederhana,
atau dengan menggabungkan dua atau lebih kalimat pernyataan sederhana
menggunakan kata penghubung logika seperti dan, atau, jika -- maka --, hanya jika; serta
jika dan hanya jika. Kalimat majemuk 'Anton tidak mencuci mobilnya' berasal dari kalimat
yang lebih sederhana yakni 'Anton mencuci mobilnya'. Kalimat "Anton mendonorkan
darahnya dan tidak mencuci mobilnya, atau dia pergi ke perpustakaan," terdiri dari tiga
pernyataan, masing-masing dapat bernilai benar atau salah.

Bilamanakah kalimat-kalimat majemuk tersebut bernilai benar?


Sebelum menjawab ini, kita pelajari dahulu bagaimana kalimat-kalimat sederhana dapat dibentuk
menjadi kalimat-kalimat yang lebih kompleks berdasarkan bagaimana kalimat-kalimat tersebut
dihubungkan. Suatu pernyataan majemuk dapat berupa negasi, konjungsi, disjungsi, kondisional,
atau gabungannya. Seperti apa sajakah mereka? Kita akan membahasnya berikut.

Negasi

Negasi suatu pernyataan merupakan penolakan pernyataan tersebut. Negasi


direpresentasikan menggunakan simbol ~. Negasi sering dibentuk dengan menambahkan
kata 'tidak' pada kalimat asal. Contoh diberikan kalimat "p:hari ini hujan", negasinya
adalah "~p:hari ini tidak hujan". Bila kalimat asal benar, negasinya bernilai salah, begitu
pula sebaliknya. Nilai kebenaran kalimat negasi selalu bertentangan dengan nilai
kebenaran kalimat asal. Karena nilai kebenaran suatu negasi bergantung pada kalimat
asalnya, negasi suatu kalmat diklasifikasikan sebagai kalimat majemuk.

CONTOH
Tuliskan kalimat yang merepresentasikan negasi dari masing-masing kalimat berikut:
a. Calon legislatif itu dari partai golkar, b. Calon legislatif itu bukan dari partai golkar. c.
Beberapa caleg berasal dari partai golkar, d. Semua caleg berasal dari partai
demokrat, e. Tidak ada legislatif dari partai hanura.

PENYELESAIAN
a. Negasi dari 'calon legislatif itu dari partai golkar' adalah 'calon legislatif itu bukan
dari partai golkar'.
b. Negasi dari 'calon legislatif itu bukan dari partai golkar' adalah 'calon legislatif itu
dari partai golkar'.
c. Kesalahan sering muncul ketika ditanyakan negasi dari 'beberapa caleg berasal dari
partai golkar'. Banyak yang menjawabnya 'beberapa caleg tidak berasal dari partai
golkar'. Pernyataan itu tidak menolak pernyataan awal. Pernyataan 'beberapa caleg
berasal dari partai golkar' memberi implikasi setidaknya ada satu orang caleg berasal dari
partai golkar. Pernyataan yang menyangkal ini tentu saja 'Tidak ada caleg yang berasal
dari partai golkar'. Pernyataan tersebut merupakan negasi dari pernyataan awal.
d. Negasi dari 'semua caleg berasal dari partai golkar' adalah 'ada paling sedikit satu
caleg yang tidak berasal dari partai golkar', atau kalimat yang sering digunakan
'beberapa caleg tidak berasal dari partai golkar'.
e. Negasi 'Tidak ada legislatif dari partai hanura' adalah 'ada paling sedikit satu orang
legislatif dari partai hanura'. Bila beberapa diinterpretasikan paling sedikit satu, kita
dapat menggunakan negasi lain yakni 'beberapa legislatif dari partai hanura.

Kata beberapa, semua, dan tidak ada disebut sebagai quantifier, kuantor. Pernyataan di c sampai
e melibatkan kuantor di dalamnya. Negasi dari 'semua p adalah q' adalah 'beberapa p tidak q'.
Begitu pula sebaliknya. Serta negasi 'beberapa p adalah q' adalah 'tidak ada p adalah q'.

Konjungsi p ^ q

Perhatikan pernyataan 'Abbas adalah anggota PMI dan dia kader partai golkar'. Ini
merupakan kalimat majemuk, karena kalimat ini berasal dari dua kalimat sederhana -
'Abbas seorang anggota PMI' dan kalimat 'Dia (Abbas) merupakan kader partai golkar'
- dan kata penghubung 'dan'. Kalimat majemuk seperti ini dinamakan konjungsi.
Konjungsi berisi dua atau lebih pernyataan yang dihubungkan oleh kata hubung dan.
Kita gunakan simbol ^ untuk merepresentasikan kata dan, maka, konjungsi 'p ^ q'
merepresentasikan kalimat majemuk 'p dan q'.

CONTOH
Gunakan representasi simbolis
p : Abbas seorang anggota PMI
q : Abbas merupakan kader partai golkar
Ekspresikan pernyataan majemuk dibawah menggunakan simbol:
a. Abbas seorang anggota PMI dan merupakan kader partai golkar
b. Abbas seorang anggota PMI dan dia bukan kader partai golkar

PENYELESAIAN
a. p^q
b. p^~q

Disjungsi

Disjungsi terbentuk ketika beberapa kalimat dihubungkan oleh kata 'atau'. Simbol
yang digunakan oleh disjungsi untuk merepresentasi kata 'atau' adalah v. Jadi,
disjungsi menggunakan 'p v q' untuk merepresentasikan kalimat 'p atau q'. Kita dapat
interpretasikan kata 'atau' dengan dua cara. Perhatikan kalimat berikut:

p : Ahmad merupakan kader PDIP


q : Syu'aib merupakan kader PDIP

Kalimat Ahmad merupakan kader PDIP atau Syu'aib merupakan kader PDIP dapat
disimbolkan dengan p v q. Catat bahwa suatu kemungkinan keduanya dapat menjadi
kader PDIP secara bersama-sama. Dalam contoh ini, kita membahas tentang 'atau'
inklusif. Sekarang perhatikan contoh

p : Ahmad merupakan kader PDIP


q : Ahmad merupakan kader Demokrat
Dalam kenyataan di dunia politik kita, memang sangat mungkin satu orang mempunyai dua
keanggotaan kader. Namun, kita asumsikan masing-masing orang hanya ingin menjadi kader di
satu partai saja. Maka, kedua kejadian tersebut tidak mungkin terjadi bersama-sama. Teknisnya,
bila kedua kalimat bernilai benar, maka gabungan disjungsi keduanya salah. Singkatnya satu
kalimat mengexclude kalimat yang lain. Disjungsi ini dinamakan disjungsi Eksklusif.

Kondisional

Perhatikan kalimat 'Bila sekarang hujan, maka Jalan menjadi basah'. Kalimat tersebut merupakan
kalimat majemuk, karena dibentuk oleh dua pernyataan, yakni 'Sekarang hujan' dan 'jalan
menjadi basah'. Perhatikan bahwa kedua kalimat tersebut dihubungkan oleh kalimat penghubung
'Bila -- Maka --'. Sebarang kalimat yang berbentuk 'Bila p maka q' dinamakan suatu kondisional
(atau implikasi); p dinamakan hipotesis kondisional, sedang q disebut konklusi suatu kondisional.
Kondisional 'jika p maka q', (anggap bila sama dengan jika),
disimbolkan menjadi p q (p mengimplikasi q). Dalam kehidupan sehari-hari, kata

maka dalam kondisional sering tak disebutkan. Misal, bila sekarang hujan, jalan
menjadi basah. Cara lain untuk menuliskan kondisional adalah q jika p (jalan menjadi
basah bila sekarang hujan).

CONTOH
Menggunakan representasi simbolis
p : Saya sehat
q : Saya memakan makanan cepat saji.
r : Saya berolahraga secara teratur.

Ekspresikan kalimat dibawah dalam representasi simbolils.


a. Saya sehat bila berolahraga secara teratur.
b. Jika saya hanya memakan makanan cepat saji dan tidak berolahraga secara
teratur, saya kurang sehat.

PENYELESAIAN
a. Saya sehat bila berolahraga secara teratur adalah kalimat kondisional 'jika --
maka --' dan dapat direpresentasikan ulang menjadi

'jika berolahraga secara teratur, saya sehat'

maka, kalimat majemuk ini direpresentasikan secara simbolis dengan r p

b. Jika saya hanya memakan makanan cepat saji dan tidak berolah raga secara teratur, saya
kurang sehat. Kalimat ini kondisional 'jika -- maka --', namun melibatkan konsungsi dan dua
negasi di dalamnya. Representasi secara simbolis kalimat di atas adalah (q ^ ~p) r.
CONTOH
Ekspresikan kalimat 'Semua manusia pasti mati'

PENYELESAIAN
Kalimat 'Semua manusia pasti mati' dapat dinotasikan ulang Jika dia manusia, pasti
mati. Maka, kita definisikan dua kalimat simbolis:

p : Sesuatu merupakan manusia


q : Manusia pasti mati

Kalimat tersebut dapat diekspresikan p -> q. Secara umum, kalimat 'semua p maka
q' dapat di ekspresikan p -> q

Kita telah membahas bagaimana pernyataan-pernyataan majemuk terbentuk,


berikutnya kita dapat memberikan analisis nilai kebenarannya.

Pernyataan majemuk Simbol Pembacaan


Negasi ~ not

Konjungsi ^ dan

Disjungsi v atau

kondisional/implikasi jika -- maka --

https://sites.google.com/site/mathwithsulistio/mpractice/logika/logika-simbolis
Logika matematika
Pernyataan

Pernyataan di dalam logika matematika adalah sebuah kalimat yang di dalamnya terkandung
nilai-nilai yang dapat dinyatakan 'benar' atau 'salah' namun kalimat tersebut tidak bisa
memiliki kedua- duanya (salah dan benar). Sebuah kalimat tidak bisa kita nyatakan sebagai
sebuah pernyataan apabila kita tidak bisa menentukan apakah kalimat tersebut benar atau
salah dan bersifat relatif. Di dalam logika matematika di kenal dua jenis pernyataan yaitu
pernyataan tertuutp dan terbuka.

Pernyataan tertututp adalah kalimat pernyataan yang sudah bisa dipastikan nilai benar-
salahnya.
Pernyataan terbuka adalah kalimat pernyataan yang belum bisa dipastikan nilai benar
salahnya.

Agar lebih mudah memahaminya, perhatikan contoh berikut ini:

 30 + 5 = 35 (sudah pasti benar/pernyataan tertutup)

 30 x 5 = 200 (sudah pasti salah/pernyataan tertutup)

 Buah maja rasanya pahit (harus dibuktikan dahulu/ pernyataan terbuka)

 Jarak antara anyer dan jakarta adalah jauh (pernyataan relatif)

Negasi / pernyataan ingkaran

Negasi atau biasa disebut dengan ingkaran adalah kalimat berisi sanggahan, sangkalan,
negasi biasanya dibentuk dengan cara menuliskan kata-kata 'tidak benar bahwa...' di
depan pernyataan yang disangkal/sanggah,. Seperti pada contoh yang ada di bawah ini:

Pernyataan A :

Becak memiliki roda tiga buah


Negasi dari pernyataan A :

Tidak benar bahwa becak memiliki roda tiga buah

Pernyataan Majemuk

Pernyataan majemuk di dalam logika matematika terdiri dari disjungsi , konjungsi , implikasi ,
dan biimplikasi berikut masing-masing penjelasannya:
Konjungsi
Di dalam logika matematika, dua buah pernyataan dapat digabungkan dengan
menggunakan simbol (^) yang dapat diartikan sebagai ‘dan’ . Tabel berikut ini
menunjukan logika yang berlaku dama sistem konjungsi:

p qP ^ Logika matematika q

B B B Jika p benar dan q benar maka p dan q


adalah benar
B S S Jika p benar dan q salah maka p dan q
adalah salah
S B S Jika p salah dan q benar maka p dan q
adalah salah
S S S Jika p salah dan q salah maka p dan q
adalah salah

Dari table di atas dapat diambil kesimpulan bahwa di dalam konsep konjungnsi, kedua
pernyataan haruslah benar agar dapat dianggap benar selain itu pernyataan akan dianggap
salah.

Disjungsi
Selain menggunakan 'dan', dua buah pernyataan di dalam logika matematika dapat
dihubungkan dengan simbol (v) yang diartikan sebagai 'atau'. Untuk memahaminya,
perhatikan tabel di bawah ini:
p qP v Logika matematika q

B B B Jika p benar dan q benar maka p atau q


adalah benar
B S B Jika p benar dan q salah maka p atau q
adalah benar
S B B Jika p salah dan q benar maka p atau q
adalah benar
S S S Jika p salah dan q salah maka p atau q
adalah salah

Karena di dalam disjungsi menggunakan konsep ‘atau’ artinya apabila salah satu atau
kedua pernyataan memiliki nilai benar maka logika matematikanya akan dianggap benar.
Pernyataan akan dianggap salah bila keduanya memiliki nilai salah.

Implikasi
Implikasi merupakan logika matematika dengan konsep kesesuaian. Kedua pernyataan akan
dihubungkan dengan menggunakan simbol ( => ) dengan makna 'jika p ... Maka q ...'. Untuk
lebih jelasnya akan dijelaskan dalam tabel berikut:

p q p= Logika matematika
>q
B B B Jika awalnya BENAR lalu akhirnya BENAR maka
dianggap BENAR
B S S Jika awalnya BENAR lalu akhirnya SALAH maka
dianggap SALAH
S B B Jika awalnya SALAH lalu akhirnya BENAR maka
dianggap BENAR
S S B Jika awalnya SALAH lalu akhirnya SALAH maka
dianggap BENAR
Biimplikasi
Di dalam biimplikasi, pernyataan akan dianggap benar bila keduanya memilki nilai sama-
sama benar atau sama-sama salah. Selain itu maka pernyataan akan dianggap salah.
Biimplikasi ditunjukan dengan symbol (ó) dengan makna ‘ p …..
Jika dan hanya jika q …..'

p q p Logika matematika
q
B B B P adalah BENAR jika dan hanya jika q adalah BENAR
(dianggap benar)
B S S P adalah BENAR jika dan hanya jika q adalah SALAH
(dianggap salah)
S B S P adalah SALAH jika dan hanya jika q adalah BENAR
(dianggap salah)
S S B P adalah SALAH jika dan hanya jika q adalah SALAH
(dianggap benar)

Ekuivalensi pernyataan majemuk

Ekuivalensi pernyataan majemuk artinya persesuaian yang bisa diterapkan dalam konsep-
taan majemuk yang telah di jelaskan di atas. dengan begitu kita dapat mengetahui negasi
dari konjungsi, disjungsi, implikasi dan juga biimplikasi. konsep ekuivalensi dinyatakan dalam
rumus-rumus tertentu seperti yang ada pada gambar di bawah ini:

Konvers, Invers dan Kontraposisi

Konsep ini dapat diterapkan dalam sebuah pernyataan implikasi. Setiap pernyataan
implikasi memiliki sifat Konvers, Invers dan Kontraposisi seperti yang ada pada gambar
bawah ini:

Kuantor pernyataan

Pernyataan berkuantor adalah bentuk pernyataan di mana di dalamnya terdapat konsep


kuantitas. Ada dua jenis kuantor yaitu kuanor universal dan kuantor eksistensial.
Kuantor universal digunakan dalam pernyataan yang menggunakan konsep setiap
atau semua.

Kuantor eksistensial digunakan dalam pernyataan yang mengandung konsep ada,


sebagian, beberapa, atau terdapat.
Ingkaran dari pernyataan berkuantor

Pernyataan berkuantor juga memiliki negasi atau ingkaran. Negasi dari kuantor universal
adalah kuantor eksistensial begitu jugas sebaliknya. Seperti pada contoh di bawah ini:

Penarikan Kesimpulan

Kesimpulan dapat dilakukan dengan menelaah premis atau pernyataan-pernyataan yang


kebenarannya telah dketahui. Perhatikan beberapa konsep penarikan kesimpulan di dalam
logika matematika berikut ini:

http://www.rumusmatematikadasar.com/2014/09/logika-matematika-pengertian-
dan.html

Anda mungkin juga menyukai