Oleh:
DARMANTO
PENYUTRADARAAN
Oleh:
DARMANTO
Kerja sutradara adalah kerja yang berat, membutuhkan dedikasi, training dan
pengalaman bertahun-tahun. Tantangan ini yang membuat minimnya jumlah sutradara teater
di Indonesia. Selain itu kurangnya naskah berkualitas, fasilitas, atau mungkin kemalasan untuk
belajar juga turut memberikan andil yang cukup besar bagi sutradara-sutradara muda.
Kerumitan kerja sutradara ini dapat saya jabarkan pada bahasan-bahasan berikut ini.
1. KERJA SUTRADA:RA
1.1. Memilih naskah (script).
(kalau belum dikerjakan oleh producer)
Faktor-faktor yang menentukan pilihan:
1. pertimbangan subjektif: selera pribadi
2. pertimbangan sastra: nilai-nilai kesusastraan
3. pertimbangan teater, kemungkinan-kemungkinan pementasannya
4. pertimbangan-pertimbangan lain:.
a. tujuan pementasan: untuk study, pendidikan, hiburan, komersil,
experiment, peringatan/upacara, event keluarga, politis, keagamaan,
propaganda, dll.
b. publik: kesukaan, citarasa, norma-norma sosial, terap pendidikan,
tarap kematangan, dll,
c. budget & fasilitas
d. ada tidaknya orang-orang teater
e. waktu
1.2.Mempelajari naskah
1. tahap persiapan
a. mempelajari background kulturil dan sosial dari naskah
b. mempelajari background penulis, terutama untuk peninjauan tematis
Study tentang background ini tidak mutlak perlu, tetapi kalau dikerjakan amat
membantu sutradara.
2. mempelajari naskah itu sendiri,
Naskah yang "kuat" punya idea yang kuat, punya nilai-nilai sastra yang baik, dan
kemungkinankemungkinan teatral yang besar.
a. Dari segi tema:
1
Naskah yang "kuat" punya ide-ide baru (apakah itu fisolofis sosial,
politis,kulturil) dan "original'" (tidak klise). Susahnya deri ide yang baru dan
originil ini sulit. Naskah dengan ide lama (mis. dalam masalah "kebenaran
universil") mungkin bisa kuat kalau dikemukakan dengan bentuk baru.
b. Dari segi sastra
a. hidup dan punya impact kuat secara keseluruhan, apakah itu impact artistik,
tematis, literer atau lainnya.
b. bentuk yang dipakai harus effektif, yakni bisa mengexpressikan tema. Mis.
modes of expression, style of expression, dan bahasanya effektif sebagai alat
expressi. Struktur yang kuat punya bagian-bagian yang kuat: kejadian-
kejadiannya mungkin terjadi, susunannya tidak awut-awutan, konfliknya
kuat, klimaksnya tepat, penyelesaiannya mungkin, tempo sesuai, dll.
c. Karakter-karakternya menarik, round character dan bukan flat (kecuali
pada drama-drama karikatural atau drama-drama protes), dengan ciri-ciri
karakterisasi khas yang consistent, dengan motivasi-motivasi yang kuat,
dsb, Dalam hal action, gerak dan arah dari play harus jelas.
d. Bahasa bukanlah klise dsb.
c. Dari segi teater
Sutradara harus mencari kemungkinan-kemungkinan teateral (Theatrical
effectiveness) yang ada dalam naskah .
No Kemungkinan- Nilai positif Nilai Negatif
kemungkinan
a. Visual (set, prop, Teater murni adalah spectacle Naskah yang terlalu panjang,
kostum,lighting, verbal, bertele-tele, datar,
dll. lebih mirip khotbah daripada
tontonan.
b. verbal a) Dialognya “speakable” Dialog-dialog yang terlalu
(enak diucapkan) dan literer atau terlalu sehari-hari
“actable”(enak hingga kurang selektif, terlalu
diperankan. panjang, terlalu pendek, dll.
b) Dialek yang mampu Dialognya terlalu dibuat- buat
memberi warna lokal, malah jauh dari realitas.
kultural, karakterisasi,
dll.
c) Drama puisi yang Para pemainnya perlu
mampu mengangkat kepekaan puitis
tragedi ke taraf yang
lebih tinggi.
d) Makna- makna tersirat Lebih ke drama sastra
dari dialog (seperti
dalam naskah-naskah
Anton Chekov
c. Karakterisasi a) Round chataracter (ada Flat, statis
perkembangan karakter
2
No Kemungkinan- Nilai positif Nilai Negatif
kemungkinan
b) Ada unit-unit Perubahan tanpa alasan sebab-
motivasional akibat yang jelas
c) Deskripsi karakter yang Karakternya nggak jelas
menarik
d) Relasi antar tokoh Nggak jelas
terjalin dalam kontras-
kontras yang apik
d. Struktur a. Masing-masing adegan Kabur
jelas fungsinya sebagai
pembangun adegan
berikutnya
b. Konflik yang terjadi Membingungkan
mengundang
kemungkinan-
kemungkinan dramatik
Straight Non-straight
komedi dimainkan sebagai komedi, komedi dimainkan sebagai farce, drama
Shakespeare dengan pakaian abad rerlistis dimainkan sebagai musical.
pertengahan, dsb.
setia kepada penulis Shakespeare dengan setting India modern,
dll)
setia kepada diri sendiri,
mencari "originalitas"
setia kepada penonton, agar
play bisa dipahami dan
dinikmati penonton
leterer Teateral
lebih mementingkan segi sastranya lebih mementingkan segi dramatiknya
dan segi spectaclenya
Approach yang terbaik adalah yang paling effektif mengekspressikan intent (ide) dari play.
3
a. terjemahan (kalau belum dikerjakan oleh orang lain)
dituntut kesetiaan kepada penulis
dilemma penterjemahan: antara kesetiaan kepada naskah asli dan
keinginan untuk lebih dipahami penonton
terjemahan yang baik sukar sekali terutama untuk drama-drama puitis,
drama-drama dengan dialek, drama-drama dengan latar belakang kultural
yang amat berbeda.
terjemahan bebas lebih menterjemahkan intent dari pada menterjemahkan
kalimat-kalimat
b, adaptasi
adaptasi terbatas: hanya nama-nama, lokal, saja yang di-adaptir
adaptasi bebas: hanya 1pinjam idenya saja, lain-lainnya di-adaptir
adapatasi bentuk: drama biasa diajdikan musikal, drama puisi diprosakan, dsb.
c. pengubahan
bahasa: kata-kata, phrase-phrase, kalimat-kalimat yang'dirasakan kurang "enak" diubah
adegan: pembalikan urutan adegan untuk effek dramatik,
cutting adegan-adegan: yang dirasa tidak perlu
karakter: yang dirasakan tidak perlu
dialogs untuk tujuan tempo, effek dramatik, dll.
Catatan: Sampai berapa jauh kebebasan sutradara untuk merobah naskah? Tergantung dari
kesetiaan sutradara kepada penulis, diri sendiri ,atau kepada penonton.
2. Vissual
a. setting : menentukan bentuk panggung beserta acting dress-nya membuat draft
kasar untuk floor plan merencanakan props
b. lighting : membuat draft kasar lighting design, terutama special areas dan special
lighting
c. costume : membuat draft kasar untuk masing-masing costume, terutama warna
dominant dan bentuk
Catatan: Persiapan sutradara hanya dalam garis besarnya saja yang mungkin bisa berobah
setelah konsultasi dengan para designers.
3. Karakterisasi/casting
menentukan garis besar karakterisasi masing-masing karakter (fisik, mental,
intelek, professi)
mementukan garis besar stage movement (blocking)
memikirkan hal-hal yang bisa membantu aktor dalam pembentukan
karakterisasi,mis. penggunaan props, interpretasi cara berjalan, gestures,
business, dll.
4. Tata suara
· Menentukan garis besar bunyi,musik yang akan dipakai dan kapan memakainya.
4
1.5. Memilih Pemain (casting)
(hanya kalau belum ditentukan oleh producer)
1. Macam casting
a. type casting: mis,. Meriam Belina untuk ibu bawel
b. anti-type casting: anak muda merankan peran tua
c. combinasi antara bentuk fisik yang tepat (anak pendek untuk memerankan
Napoleon) dan kemampuan acting yang baik
d. double casting: casting A dan B yang akan main bergantian, mis, untuk tujuan
pendidikan
e. understudies: memilih pemain cadangan untuk peperan "utama"
2. Metode
a. berdasarkan "nama": star system
b. interview
c. auditions try-outs:
· sederhana; membaca peranan dalam adegan
· rumit , test membaca
. test bercakap-cakap - test improvisasi
. test pantomime
· test akting (umum)
· test akting (khusus): membaca sajak, menyanyi, dll,
· interview: untuk menentukan karakter, inteligensi si Aktor.
5
lama latihan: tergantung dari
a. tingkat kecakapan aktor-aktor dan lain-lain pekerja teater sebaiknya tidak
terlalu lama (malam pementasan adalah puncak) tetapi juga tidak terlalu pendek
hingga menghasilkan kerja yang tak selesai, acak-acakan, awut-awutan mentah,
dsb.
b. naskah: sulit tidaknya dan panjang pendeknya
c. disiplin para pekerja tenter.
Tahap-tahap latihan
1. Konverensi mela-bundar
semua pekerja teater hadir
menentukan schedule dan tugas masing-masing
diskusi tentang play: interpretasi, approach, karakterisasi,
kalau perlu lebih dari satu kali.
2. Latihan membaca (reading rehearsal,) pekerja rumah untuk aktor: reading untuk
penikmatan reading untuk understanding reading untuk interpretasi, den reading
untuk impressi keseluruhan
reading pertama: untuk mengecheck interpretasi aktor
reading kedua : technical reading, mencari kemungkinan-kemungkinan teater
dari dialog dengan teknik-teknik:
a. breacking up
membagi kalimat-kalimat dalam unit-unit, phrase-phrase, dengan
tempo, pause-pause, warna suara, variasi, pitch, intonasi yang sesuai
dengan intent dari dialog
b. easing out:
untuk mencapai kwalitas percakapan"
c. bridging:
membaca dengan persiapan seakan-akan ada, kalimat lain sebelumnya
d. pointing up:
memberi tekanan kalimatkalimat/kata-kata kunci yang perlu di
dramatisir
reading ketiga: teknik menggunakan suara, proyeksi, dil.
6
reading-reading selanjutnya:
untuk mencapai unity dengan lain-lain aktor dan untuk mencapai tingkat
"percakapan", hingga pola berbicara masing-masing telah tertanam sebagai
kebiasaan otomatis dalam latihan reading: dialog tidak perlu dihafal
3. Type-type sutradara:
type ditaktor: semua harus mengikuti kehendaknya, dia sendiri memberi contoh
sampal jlimet, aktor-aktor tinggal mbeo.
type "gas bag": menerangkan secara bertele-tele, latar belakang kulturil dan literer
dari drama tanpa menyinggung naskah itu sendiri
type pendidik: tut wuri handayani, hanya memberi petunjuk bila dianggap perlu.
Peringatan
Sutradara yang "diam" bisa berarti
ia ingin memberi kesempatan kepada aktor untuk kreatip
ia terlalu menghormati aktor
ia tak punya konsep, atau
ia tak mampu memberi contoh membaca
3. latihan blocking
a. stage picture
stage picture harus astistik dan bertujuan (meaningful)
elemen-elemen stage picture: set, lighting, costume, aktor
set & props harus meaningful dan arstistik
pembagian akting areas harus meaningful dan artistik juga
meaningful berarti sesuai dengan intent dari play dan mengandung kemungkinan-
kemungkinan drama tik (penggunaan level, hukum-hukum segitigal diagonal, dll..)
artistik berarti "enak" ditonton, me-menuhi hukum-hukum komposisi (balance, focus
harmony, dll.)
blocking = pengaturan penempatan pemain-pemain di atas'panggung, pengaturan
perpindahan pemain dari satu tempat ke tempat lain, dan grouping para pemain
blocking yang meaningful: sesuai dengan intent play, masing-masing perobahan picture
harus ada motivasinya, masing-masing gerak harus ada artinya
blocking yang artistik "enak" diton-ton, dengan gerak yang lentur (tidal terputus-putus,
melengkung, kecuali dimaksudkan demikian)
semua gerak harus satu dengan dialog
7
b. macam- macam gerak
movement : perpindahan tubuh dari situ tempat ke tempat lain
gestures : gerak-gerak besar dengan lengan kepala
gait cara berjalan
business : gerak-gerak kecil dengan tangan9 ;arit dli. co AgIlLEEala:
macam-macam bentuk panggung arena (lihat bagan)
pembagian acting area (lihat bagan)
8
9
3. Latihan Pembentukan Peran
10
Problema-problema:
silent acting
membatasi gerak-gerak tak perlu (selectivitas)
mannerism : gaya pribadi aktor yang dipakai terus menerus hingga menjadi
klise dan tidak sesuai dengan intent
underacting: terlalu dipengaruhi oleh hal-hal yang mekanis sehingga aktor tidak
kreatip
overacting : terlalu "kreatip" hingga melupakan kontrol, acting jadi lepas.
melodramatic acting : acting tanpa persiapan ke dalam yang in-tence hingga
acting menjadi superficial, tidak "natural"
exhibitionism: keinginan bersolek.
4. Latihan Teknis
mengecheck lighting, penggantian set, penggunaan musik & bunyi, dan soal-soal
teknis lainnya
sutradara menjaga agar effek visual memberi bantuan besar kepada keseluruhan
kerja, tidak lepas dari intent seluruh play.
5. Latihan Kostum)
biasanya merupakan latihan lengkap (jenderal repetisi)
juga latihan polishing, menghaluskan mana-mana yang belum sempurna.
6. Malam pertunjukan
sutradara mengecek hasil karya keseluruhan, mencatat kelemahan-kelemahan produksi
untuk diusahakan perbaikan-perbaikan
seluruh kerja diatur oleh stage manager, tetapi kehadiran sutradara adalah mental
support bagi semuanya terutama bagi aktor-aktor.
11