Anda di halaman 1dari 14

UNIVERSITAS INDONESIA

LAPORAN PENDAHULUAN (LP) TEORI


ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN MASALAH
HARGA DIRI RENDAH KRONIK

OLEH:
MEIGO ANUGRA JAYA
1506707285

Program Studi Pascasarjana Peminatan Keperawatan Jiwa


Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Indonesia
2016
LAPORAN PENDAHULUAN TEORI
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN
HARGA DIRI RENDAH (KRONIK)

1. Kondisi Klien Secara Umum


Data Subjektif:
 Sulit tidur
 Merasa tidak berarti dan merasa tidak berguna
 Merasa tidak mempunyai kemampuan positif
 Merasa menilai diri negatif
 Kurang konsentrasi dan merasa tidak mampu melakukan apapun
 Merasa malu

Data Objektif:
 Kontak mata berkurang dan murung
 Berjalan menunduk dan postur tubuh menunduk
 Menghindari orang lain
 Bicara pelan dan lebih banyak diam
 Lebih senang menyendiri dan aktivitas menurun
 Mengkritik orang lain

2. Proses Terjadinya
2.1. Pengertian
Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah diri yang
berkepanjangan akibat evaluasi negatif terhadap diri sendiri dan kemampuan diri
dengan gejala mengkritik diri sendiri, perasaan tidak mampu, pandangan hidup yang
peseimis, penurunan produktifitas dan penolakan terhadap kemampuan diri (Keliat
dan Akemat, 2010). Harga diri rendah kronis evaluasi diri atau perasaan negatif
tentang diri sendiri atau kecakapan diri yang berlangsung lama dengan karakteristik
antara lain ekspresi rasa bersalah, ekspresi rasa malu, pasif, kontak mata kurang,
perilaku tidak asertif dan sering kali kurang berhasil dalam peristiwa hidup yang dapat
terjadi akibat persepsi kurang dihargai orang lain, peristiwa traumatik dan
ketidakefektifan beradaptasi (Herdman, 2012).
2.2. Penyebab
Klien dengan harga diri rendah kronik biasanya mengalami suatu kejadian stres yang
lama dimana terjadi ketidakefektifan beradaptasi terhadap stressor yang datang.
Berdasarkan penelitian Schraml, et all (2012) tentang Stres Kronik dan
Konsekuensinya terhadap Prestasi Akademik pada Remaja yang dilakukan pada siswa
menengah atas dengan menggunakan tehnik wawancara dan kuesioner, yang
dilakukan sebanyak dua kali yaitu pada saat mulai sekolah dan diakhir masa sekolah,
didapatkan bahwa 63 % siswa yang tidak mengalami stres menunjukkan prestasi
akademik yang baik dan 37 % siswa yang mulai masuk sekolah yang sudah
mengalami stres, berdampak pada penurunan kemampuan akademik dengan
pandangan diri yang menurun.

Harga diri rendah terjadi disebabkan banyak faktor yang awalnya individu berada
pada suatu situasi yang penuh dengan stressor (krisis), seperti adanya penolakan orang
tua, harapan orangtua yang tidak realistik, kegagalan yang berulang kali, kurang
mempunyai tanggung jawab personal, ketergantungan pada orang lain, dan ideal diri
yang tidak realistik (Yosep, 2009).

Sedangkan menurut Yosep (2009), proses terjadi harga diri rendah dapat dijelaskan
sebagai berikut :

Life span history pasien penyebab terjadinya harga diri rendah adalah pada masa kecil
sering disalahkan, jarang diberikan pujian atas keberhasilannya. Saat individu
mencapai masa remaja keberadaannya kurang dihargai, tidak diberi kesempatan dan
tidak diterima. Menjelang dewasa awal sering gagal disekolah, perkerjaan atau
pergaulan. Harga diri rendah muncul saat lingkungan cenderung mengucilkan dan
menuntut lebih dari kemampuannya dengan faktor predisposisi dan presipitasi yang
mendukung.

2.2.1. Faktor Predisposisi


2.2.1.1. Biologis
2.2.1.1.1. Riwayat keluarga dengan gangguan jiwa, diturunkan melalui
kromosom orangtua (kromosom keberapa masih dalam penelitian).
Didugakromosom no.6 dengankontribusigenetiktambahannomor 4, 8,
15 dan 22. Pada anak yang kedua orangtuanya tidak menderita,
kemungkinan terkena penyakit adalah satu persen. Sementara pada
anak yang salah satu orangtuanya menderita kemungkinan terkena
adalah 15 %. Dan jika kedua orangtuanya penderita maka resiko
terkena adalah 35 %.
2.2.1.1.2. Kembar identik berisiko mengalami gangguan sebesar 50%,
sedangkan kembar dizygot (fraterna) berisiko mengalami gangguan
15%
2.2.1.1.3. Riwayat janin saat pranatal dan perinatal trauma, penurunan
komsumsi oksigen pada saat dilahirkan, prematur, preeklamsi,
malnutrisi, stres, ibu perokok, alkhohol, pemakaian obat-obatan,
infeksi, hipertensi dan agen teratogenik. Anak yang dilahirkan dalam
kondisi seperti ini pada saat dewasa (25 tahun) mengalami pembesaran
ventrikel otak dan atrofi kortek otak.
2.2.1.1.4. Nutrisi: Adanya riwayat gangguan nutrisi ditandai dengan
penurunan BB, rambut rontok, anoreksia, bulimia nervosa.
2.2.1.1.5. Keadaan kesehatan secara umum: obesitas, kecacatan fisik,
kanker, inkontinensia sehingga menjadi malu, penyakit menular AIDS.
2.2.1.1.6. Sensitivitas biologi: riwayat peggunaan obat, riwayat terkena
infeksi dan trauma kepala serta radiasi dan riwayat pengobatannya.
Ketidakseimbangan dopamin dengan serotonin neurotransmitter
2.2.1.1.7. Paparan terhadap racun : paparan virus influenza pada trimester
3 kehamilan dan riwayat keracunan CO, asbestos karena mengganggu
fisiologi otak.
2.2.1.1.8. Faktor biologis biasanya karena ada kondisi sakit fisik secara
yang dapat mempengaruhi kerja hormon secara umum, yang dapat pula
berdampak pada keseimbangan neurotransmitter di otak, contoh kadar
serotonin yang menurun dapat mengakibatkan klien mengalami depresi
dan pada pasien depresi kecenderungan harga diri rendah kronis
semakin besar karena klien lebih dikuasai oleh pikiran-pikiran negatif
dan tidak berdaya, yang sebagian besar dipengaruhi oleh emosi.
2.2.1.1.9. Struktur otak yang mungkin berperan mengatur emosi
(Davidson, Neale & Kring, 2006) adalah:
a. System Limbic yaitu pusat emosi, dilihat dari emosi pada klien
dengan harga diri rendah yang kadang berubah seperti sedih, dan
terus merasa tidak berguna atau gagal terus menerus.
b. Hipothalamus yang juga mengatur mood dan motivasi, karena
melihat kondisi klien dengan harga diri rendah yang membutuhkan
lebih banyak motivasi dan dukungan dari perawat dalam
melaksanakan tindakan yang sudah dijadwalkan bersama-sama
dengan perawat padahal klien mengatakan bahwa membutuhkan
latihan yang telah dijadwalkan tersebut.
c. Thalamus, sistem pintu gerbang atau menyaring fungsi untuk
mengatur arus informasi sensori yang berhubungan dengan perasaan
untuk mencegah berlebihan di korteks. Kemungkinan pada klien
dengan harga diri rendah apabila ada kerusakan pada thalamus ini
maka arus informasi sensori yang masuk tidak dapat dicegah atau
dipilah sehingga menjadi berlebihan yang mengakibatkan perasaan
negatif yang ada selalu mendominasi pikiran dari klien.
d. Amigdala yang berfungsi untuk emosi.
2.2.1.2. Psikologis
2.2.1.2.1. Adanya riwayat kerusakan struktur dilobus frontal yang
menyebabkan suplay oksigen dan glukosa terganggu di mana lobus
tersebut berpengaruh kepada proses kognitif sehingga anak mempunyai
intelegensi dibawah rata-rata dan menyebabkan kurangnya kemampuan
menerima informasi dari luar.
2.2.1.2.2. Keterampilan komunikasi verbal yang kurang, misalnya tidak
mampu berkomunikasi, komunikasi tertutup (non verbal), gagap,
riwayat kerusakan yang mempunyai fungsi bicara, misalnya trauma
kepala dan berdampak kerusakan pada area broca dan area wernich.
2.2.1.2.3. Moral: Riwayat tinggal di lingkungan yang dapat mempengaruhi
moral individu, misalnya keluarga broken home, ada konflik keluarga
ataupun di masyarakat.
2.2.1.2.4. Kepribadian: orang yang mudah kecewa, mudah putus asa,
kecemasan yang tinggi dan menutup diri.Teori Interpersonal yang
dikembangkan oleh Harry Stack Sullivan mengembangkan teori
perkembangan kepribadian yang mencakup arti hubungan interpersonal
dimana hubungan yang tidak adekuat atau tidak memuaskan
menimbulkan ansietas yang merupakan dasar semua masalah
emosional (Videbeck, 2011).
2.2.1.2.5. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan:
Menurut Peplau dan Sullivan harga diri berkaitan dengan pengalaman
interpersonal dalam tahap perkembangan dari bayi sampai lanjut usia
seperti good me, bad me, not me, anak sering dipersalahkan, ditekan
sehingga perasaan amannya tidak terpenuhi dan merasa ditolak oleh
lingkungan dan apabila koping yang digunakan tidak efektif akan
menimbulkan harga diri rendah. Menurut Caplan, lingkungan sosial
akan mempengaruhi individu, pengalaman seseorang dan adanya
perubahan sosial seperti perasaan dikucilkan, ditolak oleh lingkungan
sosial dan tidak dihargai akan menyebabkan stres dan menimbulkan
penyimpangan perilaku akibat harga diri rendah (Yosep, 2009)
a) Orang tua otoriter, selalu membandingkan, yang mengambil jarak
dengan anaknya, penilaian negatif yang terus menerus
b) Anak yang diasuh oleh orang tua yang suka cemas, terlalu
melindungi, dingin dan tidak berperasaan atau kurang kasih sayang,
selalu dilarang.
c) Penolakan atau tindak kekerasan dalam rentang hidup klien
d) Konflik orang tua, disfungsi sistem keluarga
e) Kematian orang terdekat, adanya perceraian atau mengalami
traumatis atau berada pada situasi traumatik
f) Takut penolakan sekunder akibat obesitas, penyakit terminal, sangat
miskin dan pengangguran.
g) Riwayat ketidakpuasan yang berhubungan dengan penyalahgunaan
obat, perilaku yang tidak matang, pikiran delusi, penyalahgunaan
alkhohol
h) Riwayat kehilangan fungsi atau bagian tubuh atau adanya
perubahan bentuk badan yang dapat berpengaruh pada konsep diri
2.2.1.2.6. Konsep diri: Ideal diri yang tidak realistis, harga diri rendah,
identitas diri tidak jelas, krisis peran, gambaran diri negatif. Mengalami
kegagalan yang berulang
2.2.1.2.6.1. Motivasi: adanya riwayat kegagalan dan kurangnya
pernghargaan, penguatan negatif yang berulang
2.2.1.2.6.2. Pertahanan psikologis, ambang toleransi terhadap stres
yang rendah, riwayat gangguan perkembangan sebelumnya
2.2.1.2.6.3. Kepribadian: mudah kecewa, mudah cemas, menutup
diri dan mudah putus asa
2.2.1.2.6.4. Self kontrol: tidak mampu melawan terhadap dorongan
untuk menyendiri
2.2.1.2.7. Sosialbudaya
1) Usia: Ada riwayat tugas perkembangan yang tidak selesai
2) Gender: Riwayat ketidakjelasan identitas dan kegagalan peran gender
3) Pendidikan: pendidikan yang rendah dan riwayat putus sekolah atau gagal
sekolah
4) Pendapatan: penghasilan rendah
5) Pekerjaan: stressfull dan berisiko tinggi
6) Status sosial: Tuna wisma, kehidupan terisolasi (kehilangan kontak sosial,
misalnya pada lansia)
7) Latar belakang budaya: tuntutan sosial budaya tertentu adanya stigma
masyarakat, budaya yang berbeda (bahasa tidak dikenal)
8) Agama dan keyakinan: Riwayat tidak bisa menjalankan aktivitas keagamaan
secara rutin
9) Keikutsertaan dalam politik: Riwayat kegagalan berpolitik
10) Pengalaman sosial: perubahan dalam kehidupan, misalnya bencana, kerusuhan.
Kesulitan dalam mendapatkan pekerjaan dan ketidakutuhan keluarga
11) Peran sosial: isolasi sosial: khususnya usia lanjut, stigma negatif dari
masyarakat, praduga negatif dan stereotipi, perilaku sosial tidak diterima oleh
masyarakat.
2.2.2. Faktor Presipitasi
2.2.2.1. Nature
1) Biologi:
a) Dalam enam bulan terakhir mengalami penyakit infeksi otak (enchepalitis)
atau trauma kepala yang mengakibatkan lesi daerah frontal, temporal dan
limbic sehingg terjadi ketidakseimbangann dopamin dan serotonin
neurotransmitter
b) Dalam enam bulan terakhir terjadi gangguan nutrisi ditandai dengan
penurunan BB, rambut rontok, anoreksia, bulimia nervosa yang berdampak
pada pemenuhan glukosa di otak yang dapat mempengaruhi fisiologi otak
terutama bagian fungsi kognitif
c) Sensitivitas biologi: putus obat atau mengalami obesitas, kecatatan fisik,
kanker dan pengobatannya yang dapat menyebabkan perubahan penampilan
fisik
d) Paparan terhadap racun, misalnya CO dan asbestosos yang dapat
mempengaruhi metabolisme di otak sehingga mempengaruhi fisiologis otak
2) Psikologis
a) Dalam enam bulan terakhir terjadi trauma atau kerusakan struktur di lobus
frontal dan terjadi suplay oksigen dan glukosa terganggu sehingga
mempengaruhi kemampuan dalam memahami informasi
b) Keterampilan verbal, tidak mampu komunikasi, gagap, mengalami
kerusakan yang mempengaruhi fungsi bicara
c) Dalam enam bulan terakhir tinggal di lingkungan yang dapat mempengaruhi
moral: lingkungan keluarga yang broken home, konflik atau tinggal dalam
lingkungan dengan perilaku sosial yang tidak diharapkan
d) Konsep diri: Harga diri, perubahan penampilan fisik
e) Motivasi: kurang mendapatkan penghargaan dari orang lain
f) Self kontrol: tidak mampu melawan dorongan untuk menyendiri
g) Kepribadian: mudah kecewa, mudah putus asa, kecemasan yang tinggi,
menutup diri
3) Sosial budaya
Usia: Dalam enam bulan terakhir alami ketidaksesuaian tugas perkembangan
dengan usia, atau terjadi perlambatan dalam penyelesaian tugas perkembangan
a) Gender: enam bulan terakhir alami ketidakjelasan identitas dan kegagalan
peran gender (model peran negatif)
b) Pendidikan: dalam enam bulan terakhir mengalami putus sekolah dan gagal
sekolah
c) Pekerjaan : pekerjaan stressfull dan beresiko atau tidak bekerja (PHK)
d) Pendapatan: penghasilan rendah atau dalam enam bulan terakhir tidak
mempunyai pendapatan atau terjadi perubahan status kesejahteraan
e) Status sosia dan budaya: Tuna wisma dan kehidupan isolasi, tidak
mempunyai sistem pendukung. Persepsi ketidaksesuaian antara norma
budaya dengan dirinya dan ketidaksesuaian antara norma spiritual dengan
dirinya
f) Agama dan keyakinan: tidak bisa menjalankan aktivitas keagamaan secara
rutin. Terdapat nilai-nilai sosial di masyarakat yang tidak diharapkan.
g) Kegagalan dalam bepolitik: kegagalan dalam berpolitik
h) Kejadian sosial saat ini: perubahan dalam kehidupan: perang, bencana,
kerusuhan, tekanan dalam pekerjaan, kesulitan mendapatkan pekerjaan,
sumber-sumber personal yang tidak adekuat akibat perang, bencana
i) Peran sosial: Dalam enam bulan terakhir isolasi sosial, diskriminasi dan
praduga negatif, ketidakmampuan untuk mempercayai orang lain

2.2.2.2. Origin
Internal: Kegagalan persepsi individu terhadap sesuatu yang diyakini dalam
hubungan sosial
Eksternal: Kurangnya dukungan sosial dan dukungan masyarakat pada klien untuk
melakukan hubungan sosial
2.2.2.3. Time
1) Waktu terjadinya stressor pada waktu yang tidak tepat
2) Stressor terjadi secara tiba-tiba atau bisa juga secara bertahap
3) Stressor terjadi berulang kali dan antara satu stressor dengan stressor yang lain
saling berdekatan
2.2.2.4. Number
1) Sumber stress lebih dari satu (banyak)
2) Stress dirasakan sebagai masalah yang berat

2.3. Tanda dan Gejala


Menurut Keliat dan Akemat, 2010 karakteristik harga diri rendah yang dapat
ditemukan antara lain:
2.3.1. Mengkritik diri sendiri.
2.3.2. Perasaan tidak mampu.
2.3.3. Pandangan hidup yang pesimis.
2.3.4. Penurunan produktivitas.
2.3.5. Penolakan terhadap kemampuan diri
2.3.6. Tampak kurang memperhatikan perawatan diri
2.3.7. Lebih banyak menunduk
2.3.8. Bicara lambat dengan nada suara lemah.
2.3.9. Tidak berani menatap lawan bicara
2.3.10. Selera makan menurun

Penilaian Terhadap Stressor


a. Kognitif
1) Evaluasi diri bahwa klien tidak mampu menghadapi peristiwa
2) Melebih-lebihkan umpan balik negatif tentang diri sendiri secara berlebihan
3) Pengungkapan diri yang negatif
4) Mengungkapkan penolakan terhadap umpan balik positif
5) Kurangnya.buruknya pemecahan masalah
6) Mengatakan ketidakmampuan untuk memenuhi pengharapan orang lain
b. Afektif
1) Merasa malu
2) Kecemasan
3) Emosi tidak stabil
4) Perasaan tidak aman
5) Perasaan tidak mampu
c. Fisiologis
1) Ketidakseimbangan neurotransmitter dopamin dan serotonin
2) Peningkatan efinefrin dan non efinefrin
3) Peningkaan denyut nadi, TD, pernafasan jika terjadi kecemasan
4) Gangguan tidur
d. Perilaku
1) Secara berlebihan mencari penguatan
2) Ekspresi wajah bersalah
3) Tergantung pada orang lain
4) Kurang dapat menjalankan tugas harian
5) Enggan mencoba situasi atau melakukan aktivitas yang baru
6) Bimbang dan ragu-ragu dalam menjalankan kegiatan
7) Kontak mata kurang
8) Sering kali mencari penegasan
9) Pasif
10) Menolak umpan balik positif tentang dirinya
11) Buruknya penampilan tubuh (postur tubuh dan gerakan)
12) Perilaku penganiayaan diri (menggigit kuku, usaha bunuh diri, pengrusakan,
penyalahgunaan zat, menjadi korban)
13) Kurang spontanitas dalam melakukan aktivitas
e. Sosial
1) Tidak asertif
2) Acuh terhadap lingkungan
3) Ketidakmampuan dalam berkomunikasi
4) Kemampuan komunikasi mengalami penurunan
5) paranoid
6) Tidak tertarik terhadap segala aktivitas yang sifatnya menghibur
7) Menarik diri

2.4. Sumber Koping/ Akibatnya


2.4.1. Personal ability
1) Kesehatan umum klien, terdapat kecacatan
2) Ketidakmampuan mengambil keputusan dan memecahkan masalah
3) Kemampuan berhubungan dengan orang lain tidak adekuat
4) Pengetahuan tentang masalah harga diri rendah
5) Integritas ego yang tidak adekuat
2.4.2. Sosial Support
1) Tidak adanya orang terdekat yang mendukung keluarga, teman, kelompok
2) Hubungan antara individu, keluarga dan masyarakat tidak adekuat
3) Komitmen degan jaringan sosial tidak adekuat
2.4.3. Material asset
1) Adanya perubahan status kesejahteraan
2) Ketidakmampuan mengelola kekayaan
3) Tidak punya uang untuk berobat, tidak ada tabungan
4) Ada fasilitas Jamkesmas/SKTM atau kartu ansuransi yang dapat digunakan
untuk berobat
5) Tidak memiliki kekayaan dalam bentuk barang berharga
6) Ada pelayanan kesehatan di sekitar tempat tinggal
2.4.4. Positif belief
1) Distres spiritual
2) Tidak memilki motivasi untuk sembuh
3) Penilaian negatif tentang pelayanan kesehatan
4) Tidak menganggap apa yang dialami merupakan sebuah masalah
Mekanisme Koping
a. Konstruktif:
b. Destruktif: Regresi, proyeksi, Denial, Withdrawl, introyeksi, represi, Displacement

3. Pohon masalah

Waham Isolasi Sosial

Harga Diri Rendah (Core Problem)


Kronis

Koping Individu Tidak efektif

4. Diagnosa Keperawatan
Harga Diri Rendah (Kronik)

5. TINDAKAN KEPERAWATAN
Tindakan Keperawatan Generalis
1. Tindakan keperawatan klien.
a. Tujuan:
1) Klien mampu mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
2) Klien mampu menilai kemampuan yang dapat digunakan
3) Klien mampu memilih kegiatan sesuai dengan kemampuan
4) Klien mampu melatih kegiatan yang dipilih sesuai dengan kemampuan
5) Klien mampu melakukan kegiatan yang sudah dilatih sesuai jadwal
b. Tindakan:
1) Identifikasi kemampuan dan aspek positif yang masih dimiliki pasien. Untuk
membantu klien mengungkapkan kemampuan dan aspek positif yang masih
dimilikinya, perawat dapat melakukan hal-hal berikut:
a) Diskusikan tentang sejumlah kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
klien seperti kegiatan klien di rumah, adanya keluarga dan lingkungan
terdekat klien
b) Beri pujian yang realistik dan hindarkan penilaian yang negatif.
2) Bantu klien menilai kemampuan yang dapat digunakan dengan cara-cara berikut
ini:
a) Diskusikan dengan klien mengenai kemampuannya yang masih dapat
digunakan lagi
b) Bantu klien menyebutkannya dan beri penguatan terhadap kemampuan diri
yang diungkapkan klien
c) Perlihatkan respons yang kondusif dan upayakan menjadi pendengar yang
aktif
3) Bantu klien untuk memilih/menetapkan kemampuan yang akan dilatih.
Tindakan keperawatan yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:
a) Diskusikan dengan klien kegiatan yang akan dipilih sebagai kegiatan yang
akan klien lakukan sehari-hari
b) Bantu klien untuk memilih kegiatan yang dapat klien lakukan dengan
mandiri atau dengan bantuan minimal
4) Latih kemampuan yang dipilih klien dengan cara berikut:
a) Diskusikan dengan klien langkah-langkah pelaksanaan kegiatan
b) Bersama klien, peragakan kegiatan yang ditetapkan
c) Berikan dukungan dan pujian pada setiap kegiatan yang dapat dilakukan
klien
5) Bantu klien menyusun jadwal pelaksanaan kemampuan yang dilatih
a) Beri kesempatan kepada klien untuk mencoba kegiatan yang telah
dilatihkan
b) Beri pujian atas kegiatan yang dapat dilakukan klien setiap hari
c) Tingkat kegiatan sesuai dengan tingkat toleransi dan perubahan setiap
kegiatan
d) Susun jadwal untuk melaksanakan kegiatan yang telah dilatih
e) Berikan klien kesempatan mengungkapkan perasaanya setelah pelaksanaan
kegiatan

2. Tindakan keperawatan untuk keluarga.


a. Tujuan:
1) Keluargadapat membantu klien mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki
klien
2) Keluarga dapat memfasilitasi pelaksanaan kemampuan yang masih dimiliki
klien
3) Keluarga dapat memotivasi klien untuk melakukan kegiatan yang sudah dilatih
dan memberikan pujian atas keberhasilan klien
4) Keluarga mampu menilai perkembangan perubahan kemampuan klien
b. Tindakan:
1) Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat klien
2) Jelaskan kepada keluarga tentang harga diri rendah yang dialami klien
3) Diskusikan dengan keluarga mengenai kemampuan yang dimiliki klien dan puji
klien atas kemampuannya
4) Jelaskan cara-cara merawat klien dengan harga diri rendah
5) Demonstrasikan cara merawat klien dengan harga diri rendah
6) Beri kesmepatan kepada keluarga untuk mempraktikkan cara merawat klien
harga diri rendah seperti yang telah perawat demonstrasikan sebelumnya
7) Bantu keluarga menyusun rencana kegiatan klien di rumah

Anda mungkin juga menyukai