Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN

EKSPLORASI MIGAS SUMUR RANGERZ 1 LAPANGAN


BOSAND

LAPORAN RESMI COVER


LABORATORIUM MINERAL OPTIK & PETROGRAFI
Disusun Oleh:
LUTHFI QOWY ZHAFRANI
111.160.015
PLUG 7

LABORATORIUM GEOLOGI MINYAK BUMI


JURUSAN TEKNIK GEOLOGI
FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
YOGYAKARTA
2019
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang Penelitian
Minyak bumi merupakan komoditas hasil tambang yang sangat
penting peranannya dalam kehidupan manusia, terutama sebagai sumber
energi. Bahan bakar mulai dari elpiji, bensin, solar, hingga kerosin; serta
material seperti lilin parafin dan aspal; dan berbagai reagen kimia yang
dibutuhkan untuk pembuatan plastik, karet sintetis, deterjen, obat-obatan,
dan lainnya dihasilkan dari minyak bumi.

Minyak bumi terbentuk dari pelapukan sisa-sisa organisme, seperti


tumbuhan, hewan, dan jasad-jasad renik yang tertimbun dalam dasar lautan
bersama lumpur selama jutaan tahun. Lumpur tersebut kemudian berubah
menjadi batuan sedimen dan sisa-sisa organisme mengalami peruraian
menjadi minyak dan gas di bawah tekanan dan suhu tinggi. Oleh karena
berasal dari sisa-sisa organisme, minyak bumi dan gas alam sering juga
disebut sebagai bahan bakar fosil. Bahan bakar fosil tergolong sumber daya
alam yang tak terbarukan sebagaimana proses pembentukannya yang sangat
lama.

Minyak bumi adalah campuran kompleks yang sebagian besarnya


(sekitar 90 hingga 97%) terdiri dari senyawa hidrokarbon. Hidrokarbon
yang terkandung dalam minyak bumi terutama adalah alkana, sedangkan
sisanya adalah sikloalkana, alkena, alkuna, dan senyawa aromatik.
Komponen kecil lainnya selain hidrokarbon adalah senyawa-senyawa
karbon yang mengandung oksigen, belerang, ataupun nitrogen.

Untuk menemukan cadangan minyak dan gas bumi diperlukannya


suatu eksplorasi. Eksplorasi merupakan kegiatan mencari dan menemukan
sumberdaya hidrokarbon dan memperkirakan potensi hidrokarbon di dalam
sebuah basin. Kegiatan eksplorasi mengandung risiko dan ketidakpastian
yang sangat tinggi, oleh sebab itu idbutuhkan modal yang sangat besar,
tekonologi yang canggih dan sumber daya manusia yang berpengalaman .
Risiko terburuk dari kegiatan eksplorasi adalah dry hole atau tidak

1
ditemukannya cadangan migas. Tetapi keduanya tidak dapat ditemukan
tanpa melalui kegiatan ekplorasi. Jika kegiatan ekplorasi berhasil kegiatan
dapat dilanjutkan degan tahap pengembangan atau produksi dalam
eksplorasi minyak dan gas bumi, pada umunya kita sebagai seorang
geologist harus memehami komponen – komponen dalam petroleum
system. Komponen-komponen tersebut adalah source rock, reservoir rock,
trap, seal, dan jalur migrasi. Pada kegiatan eksplorasi minyak dan gas bumi,
diperlukan juga analisis data mudlog untuk membuktikan adanya indikasi
hidrokarbon di lokasi kegiatan eksplorasi.
I.2. Maksud dan Tujuan
Maksud dari pembuatan laporan ini adalah untuk memhamai lebih
lanjut tentang petroleum system serta pembacaan mudlog sebagai salah satu
tahap eksplorasi minyak dan gas bumi dan untuk memenuhi tugas
praktikum Geologi Minyak Bumi.
Tujuan dari pembuatan laporan ini adalah untuk menentukan satuan
batuan, formasi batuan, petroleum system dan zona target melalui
pembacaan data – data yang ada pada mudlog sumur rangerz 1 pada tahap
eksplorasi Lapangan Bosand.

2
BAB II
METODE

II.1. Langkah Kerja


Langkah kerja analisis adalah sebagai berikut.
1. Studi pustaka geologi regional daerah telitian
2. Menyiapkan mudlog sumur rangerz 1 lapangan bosand
3. Menentukan batas satuan batuan berdasarkan litologi yang
mendominasi pada data mudlog.
4. Menentukan batas formasi berdasarkan studi pustaka yang telah
dipelajari dan disesuaikan dengan data log
5. Menentukan petroleum system berupa seal rock, reservoir rock, dan
source rock berdasarkan litologi, satuan batuan, dan nilai kandungan
hidrokarbon pada data log.
6. Menentukan zona target eksplorasi.
7. Membuat laporan eksplorasi.
II.2. Diagram Alir

MULAI

STUDI PUSTAKA

ANALISIS MUDLOG

MENENTUKAN ZONA TARGET

PEMBUATAN LAPORAN EKSPLORASI

SELESAI

Gambar 1. Diagram Alir Penelitian

3
BAB III
PEMBAHASAN
III.1. Formasi
Stratigrafi Cekungan Sumatra Selatan menurut De Coster (1974) pada data
log penelitian adalah sebagai berikut.
III.1.1. Basement Rock atau Batuan Dasar
Formasi ini merupakan batuan dasar (basement rock) dari
Cekungan Sumatra Selatan. Tersusun atas batuan beku Mesozoikum,
batuan metamorf Paleozoikum-Mesozoikum, dan batuan karbonat
yang termetamorfosa. Hasil dating di beberapa tempat menunjukkan
bahwa beberapa batuan berumur Kapur Akhir sampai Eosen Awal.
Batuan metamorf Paleozoikum-Mesozoikum dan batuan sedimen
mengalami perlipatan dan pensesaran akibat intrusi batuan beku
selama episode orogenesa Mesozoikum Tengah (Mid-Mesozoikum).
III.1.2. Formasi Lahat
Batuan tertua yang ditemukan pada Cekungan Sumatera
Selatan adalah batuan yang berumur akhir Mesozoik. Batuan yang
ada pada Formasi ini terdiri dari batupasir tuffan, konglomerat,
breksi, dan lempung. Batuan-batuan tersebut kemungkinan
merupakan bagian dari siklus sedimentasi yang berasal dari
Continental, akibat aktivitas vulkanik, dan proses erosi dan disertai
aktivitas tektonik pada akhir kapur-awal Tersier di Cekungan
Sumatera Selatan. Sementara formasi lahat muda tersusun atas
klastika kasar berupa batupasir, batulempung, fragmen batuan,
breksi, “Granit Wash”, terdapat lapisan tipis batubara, dan tuf.
Semuanya diendapkan pada lingkungan kontinen.

III.1.3. Formasi Talang Akar


Formasi Talang Akar terdapat di Cekungan Sumatra
Selatan, formasi ini terletak di atas Formasi Lemat dan di bawah
Formasi Gumai atau Anggota Basal Batugamping Gumai. Formasi
Talang Akar terdiri dari batupasir yang berasal dari delta plain,

4
serpih, lanau, batupasir kuarsa, dengan sisipan batulempung
karbonan, batubara dan di beberapa tempat konglomerat. Kontak
antara Formasi Talang Akar dengan Formasi Lemat tidak selaras
pada bagian tengah dan pada bagian pinggir dari cekungan
kemungkinan paraconformable, sedangkan kontak antara Formasi
Talang Akar dengan Telisa dan Anggota Basal Batugamping Telisa
adalah conformable. Kontak antara Talang Akar dan Gumai sulit di-
pick dari sumur di daerah palung disebabkan litologi dari dua
formasi ini secara umum sama. Ketebalan dari Formasi Talang Akar
bervariasi sekitar 460 – 610 m.
Umur dari Formasi Talang Akar ini adalah Oligosen Atas-
Miosen Bawah dan kemungkinan meliputi N3 (P22), N7 dan bagian
N5 berdasarkan zona Foraminifera planktonik yang ada pada sumur
yang dibor pada formasi ini berhubungan dengan delta plain dan
daerah shelf.
.
III.1.4. Formasi Gumai (Telisa)
Formasi Gumai tersebar secara luas dan terjadi pada zaman
Tersier, formasi ini terendapkan selama fase transgresif laut
maksimum, (maximum marine transgressive) ke dalam 2 cekungan.
Batuan yang ada di formasi ini terdiri dari napal yang mempunyai
karakteristik fossiliferous, banyak mengandung foram plankton.
Sisipan batugamping dijumpai pada bagian bawah.
Formasi Gumai beda fasies dengan Formasi Talang Akar
dan sebagian berada di atas Formasi Baturaja. Ketebalan dari
formasi ini bervariasi tergantung pada posisi dari cekungan, namun
variasi ketebalan untuk Formasi Gumai ini berkisar dari sekitar
1800-2700 m.
Penentuan umur Formasi Gumai dapat ditentukan
dari dating dengan menggunakan foraminifera planktonik.
Pemeriksaan mikropaleontologi terhadap contoh batuan dari
beberapa sumur menunjukkan bahwa fosil foraminifera planktonik

5
yang dijumpai dapat digolongkan ke dalam zona Globigerinoides
sicanus, Globogerinotella insueta, dan bagian bawah zona Orbulina
Satiralis, Globorotalia peripheroranda, umurnya disimpulkan
Miosen Awal-Miosen Tengah. Lingkungan pengendapan Laut
Terbuka, Neritik.

III.1.5. Formasi Air Benakat


Formasi Air Benakat diendapkan selama awal fase siklus
regresi. Komposisi dari formasi ini terdiri dari batupasir glaukonitan,
batulempung, batulanau, dan batupasir yang mengandung unsur
karbonatan. Pada bagian bawah dari Formasi Air Benakat kontak
dengan Formasi Gumai. Ketebalan dari formasi ini bervariasi dari
sekitar 1000 – 1500 m. Fauna-fauna yang dijumpai pada Formasi Air
Benakat ini antara lain Orbulina Universa d’Orbigny,
OrbulinaSuturalis Bronimann, Globigerinoides
Subquadratus Bronimann, Globigerina Venezuelana Hedberg,
Globorotalia Peripronda Blow & Banner, Globorotalia
Venezuelana Hedberg, Globorotalia Peripronda Blow & Banner,
Globorotalia mayeri Cushman & Ellisor, yang menunjukkan umur
Miosen Tengah N12-N13. Formasi ini diendapkan di lingkungan laut
dangkal.

III.2. Satuan Batuan


Setelah dilakukannya analisa, data log ini disusun oleh beberapa
satuan batuan, satuan batuan tersebut antara lain :
II.2.1. Satuan Metamorf
Satuan batuan metamorf hanya didapatkan pada bagian
terbawah dari data log tersusun atas litologi quartzite sandstone dan
meta volcanic
II.2.2. Satuan Batupasir
Satuan batuan ini didapatkan di sepanjang data log yang
tersusun atas litologi berupa sandstone serta sandstone dengan
sisipan shale dan quarzite sandstone.

6
II.2.3. Satuan Serpih
Satuan batuan ini didapatkan menyebar di sepanjang data
log dimana satuan ini terdiri dari shale dan terdapat sisipan batupasir
di beberapa kedalaman.
II.2.4. Satuan Batulempung
Satuan batuan ini terdapat pada bagian paling atas data log
dimana satuan ini terdiri dari batulempung dan terdapat sisipan
batupasir di beberapa kedalaman.

III.3. Petroleum System


II.3.1. Source Rock
Source rock merupakan endapan sedimen berbutir halus
yang mengandung bahan-bahan organik yang cukup banyak untuk
dapat menghasilkan minyak dan gas bumi ketika endapan tersbut
mengalami pembebanan dan terpanaskan, dan dapat menghasilkan
minyak dan gas bumi tersebut dalam jumlah yang
ekonomis. Berdasarkan interpretasi pembacaan data log, source
rock terdapat pada Formasi Lahat dan Talang Akar. Hal ini terlihat
dengan adanya kandungan hidrokarbon yang tinggi, juga tersusun
atas batuan sedimen berbutir halus seperti satuan batuserpih dan
adanya lapisan batubara yang menandakan pada satuan batuan
tersebut terdapat kandungan material organik sebagai syarat
terbentuknya minyak bumi.
II.3.2. Seal Rock
Seal rock merupakan batuan yang mempunyai porositas dan
permeabilitas yang kecil. Seal rock pada mudlog ini berupa shale.
Berdasarkan analisis data log, diinterpretasi batuan yang memiliki
porositas dan permeabilitas kecil terdapat pada Formasi Gumai dan
Formasi Air Benakat.

7
II.3.3. Reservoir Rock dan Reservoir Hydrocarbon
Reservoir rock merupakan batuan yang mampu menyimpan
hidrokarbon. Dimana batuan tersebut harus memiliki porositas dan
permeabilitas yang baik sebagai penyimpan hidrokarbon.
Berdasarkan analisis data log, satuan batuan yang memiliki porositas
dan permeabilitas yang baik seperti satuan batupasir dapat
diaktegorikan sebagai reservoir rock dan batuan yang mengandung
minyak dan gas tinggi dapat dikategorikan sebagai reservoar
hydrocarbon. Yang membedakan yakni reservoir hydrocarbon adalah
batuan yang sudah terisi dengan hydrocarbon, sedangkan reservoir
rock adalah batuan yang berpotensi menjadi reservoir hydrocarbon
namun belum terisi oleh hydrocarbon itu sendiri. Hasil interpretasi
menunjukan terdapat batuan reservoar berupa satuan batupasir pada
Formasi Gumai dan Formasi Air Benakat.
Sedangkan reservoir hydrocarbon terdapat pada satuan
batupasir pada Formasi Batuan Dasar, Formasi Lahat, dan Formasi
Gumai.

III.4. Zona Target Eksplorasi


Setelah dilakukan interpretasi pada mudlog dan telah ditentukan
batas satuan batuan, formasi, dan petroleum system yang terdapat di Sumur
Rangerz 1 Lapangan Bosand ini kita dapat menentukan zona target dari
eksplorasi migas tersebut. Terdapat beberapa zona target yang prospek
sehingga dapat ditentukan sebagai reservoar hydrocarbon yang dapat
dieksploitasi. Reservoir hydrocarbon yang pertama terletak pada satuan
batupasir pada formasi batuan dasar dan terletetak pada kedalaman 1174 –
1236 m. Lalu pada satuan batupasir yang terletak pada formasi Lahat
dengan kedalaman 1120-1138 m. Dan pada satuan batupasir pada Formasi
Gumai dengan kedalaman 1034 – 1054m. Satuan batuan tersebut dijadikan
target eksplorasi dikarenakan pada deskripsi litologi menunjukan adanya
indikasi minyak bumi (oil show). Hal ini didukung dengan data nilai kurva
chromatolog dan total gas yang cukup tinggi.

8
BAB IV
PENUTUP
IV.1. Kesimpulan
Dari interpretasi dan analisis data mudlog pada sumur Rangerz 1 lapangan
Bosand yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut.
 Terdapat empat satuan batuan yang terdapat pada Lapangan Bosand
yaitu Satuan Metamorf, Satuan Batupasir, Satuan Batuerpih, dan,
Satuan Batulempung.
 Terdapat lima formasi pada data sumur lapangan ini yakni dari yang
Formasi Batuan Dasar, Formasi Lahat, Formasi Talang Akar, Formasi
Gumai, dan Formasi Air Benakat. Formasi Gumai merupakan formasi
yang paling tebal pada mudlog.
 Pada lapangan Bosand terdapat petroleum system yang dapat
dibuktikan dengan ditemukannya batuan induk atau source rock berupa
Batuserpih pada Formasi Lahat dan Formasi Talang Akar, batuan
reservoir pada Formasi Batuan Dasar, Formasi Lahat, Formasi Gumai,
dan Formasi Air Benakat, dimana sebagian memiliki kadungan
hydrocarbon, serta batuan tudung atau seal rock pada Formasi Gumai,
dan Air Benakat.
 Zona target eksplorasi yang mengandung hidrokarbon terletak pada
Formasi Batuan dasar dengan satuan batupasir, zona ini berada pada
kedalaman 1174 m – 1236 m. Lalu pada satuan batupasir yang terletak
pada formasi Lahat dengan kedalaman 1120-1138 m. Dan pada satuan
batupasir pada Formasi Gumai dengan kedalaman 1034 – 1054m

9
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2015. Eksplorasi dan Produksi Migas.


https://oilandgasmanagement.net/portfolio/eksplorasi-dan-produksi-migas/
diakses pada tanggal 10 Februari 2019.
Koesoemadinata, R. P. 1980. Geologi Minyak- Dan Gasbumi (Edisi Kedua).
Bandung: Penerbit ITB.
Piadji, Satria. 2016. Cekungan Sumatera. Palembang: Universitas Sriwijaya.
Smith, Janice G. 2016. General, Organic, & Biological Chemistry (3rd edition).
New York: McGraw-Hill Education.

Anda mungkin juga menyukai