Anda di halaman 1dari 10

RINGKASAN MATERI KULIAH SAP 4

PENGAUDITAN 1
EKA 439 A1 R. IA 3.2
TANGGAL 28 FEBRUARI 2018

OLEH KELOMPOK 9

1. NI KOMANG ITA MONIKA (1607531045) / 11


2. NI NENGAH WITRI ASTITI (1607531049) / 14
3. PUTU AYU PRAMESTI (1607531050) / 15

AKUNTANSI REGULER
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA

1
1. Jenis-Jenis Laporan Auditor
Pelaporan merupakan bagian yang paling hakiki dari proses auditing karena di
dalamnya terkandung penjelasan mengenai apa yang dilakukan oleh auditor dan
kesimpulan apa yang diperolehnya. Laporan audit hanya dibuat apabila audit benar-
benar dilaksanakan. Persyaratan dalam menyusun laporan audit digali dari keempat
norma pemeriksaan akuntan dan sesuai dengan standar yang ada.
Adapun jenis-jenis laporan audit, yaitu:
a. Laporan audit bentuk baku
Laporan audit bentuk baku memuat pendapat wajar tanpa pengecualian
(unqualified opinion) yang mengandung arti bahwa laporan keuangan
menyajikan secara wajar, dalam hal ini yang material, posisi keuangan, hasil
usaha, dan arus kas suatu satuan usaha sesuai dengan prinsip akuntansi yang
berlaku umum. Laporan ini dirancang untuk memisahkan secara jelas antara
tanggung jawab manajemen dengan auditor.
Unsur pokok laporan audit bentuk baku yaitu:
1) Judul laporan yang berbunyi “Laporan Auditor Independen”.
2) Pihak kepada siapa laporan audit ditujukan.
3) Paragraf pengantar, menyangkut pernyataan yang menyangkut apa saja yang
telah diaudit dan pernyataan mengenai perbedaan tanggung jawab auditor
dan manajemen.
4) Paragraf lingkup audit, menyangkut pernyataan auditor melaksanakan audit
sesuai standar auditing yang telah ditetapkan dan pernyataan rencana auditor
untuk melakukan audit agar tidak terjadi salah saji material. Pernyataan yang
telah auditor laksanakan mengenai pemeriksaan bukti-bukti mendukung
diungkapkan berdasar pengujian, penilaian prinsip akuntansi yang digunakan
manajemen, penilaian penyajian laporan keuangan keseluruhan. Pernyataan
yakin dari auditor bahwa audit yang dilaksanakan memberikan dasar yang
memadai untuk menyatakan pendapat.
5) Paragraf pendapat, pernyataan mengenai laporan keuangan yang disebut
dalam paragraph lingkup audit disajikan secara wajar.
6) Tanda tangan, nama, dan nomor register Negara auditor.
7) Tanggal diselesaikannya pekerjaan audit.

2
Laporan audit baku diberikan dalam kondisi:
1) Semua laporan sudah dimasukkan dalam laporan keuangan.
2) Semua standar umum dan standar pekerjaan lapangan telah dilaksanakan
dengan bukti yang cukup.
3) Laporan keuangan disajikan secara wajar sesuai prinsip akuntansi berterima
umum.
b. Laporan audit standar
Laporan standar merupakan laporan yang paling umum dterbitkan dan
berisi pendapat wajar tanpa pengecualian yang menetapkan semua asersi
manajemen atas pengendalian internal wajar dalam material. Kesimpulan ini
dapat diterapkan apabila auditor telah memeriksa tidak ada kelemahan material
dalam pengendalian internal atas pelaporan keuangan. Persyaratan yang harus
dipenuhi untuk menerbitkan laporan audit ini, meliputi:
1) Standar auditing sudah terpenuhi dan auditor sudah berkedudukan
independen.
2) Laporan keuangan yang disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang
berlaku umum.
3) Pernyataan yang dimuat dalam laporan keuangan mudah dipahami. Tidak
terdapat ketidakpastian yang luar biasa mengenai perkembangan perusahaan
pada periode berikutnya.
c. Laporan audit keuangan
Audit laporan keuangan merupakan jenis audit yang sering dilakukan oleh
auditor independen karena dapat meningkatkan kepercayaan bagi pemakai
laporan keuangan yang dihasilkan perusahaan. Auditor melakukan audit ini atas
permintaan akan jasa pengauditan oleh para pengguna laporan keuangan, hal ini
tentu saja akan menciptakan pasar bagi auditor independen.
Para pemakai laporan keuangan meminta para auditor melakukan audit atas
laporan mereka atas dasar:
1) Adanya perbedaan kepentingan yang dapat menimbulkan konflik antara
manajemen sebagai pembuat laporan keuangan dengan para pemakai laporan
keuangan.

3
2) Keinginan para pemakai laporan keuangan agar informasi yang ada di dalam
laporan tersebut sudah sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum dan
terbukti kewajarannya.
3) Para pemakai laporan keuangan mengandalkan jasa auditor untuk
memastikan kualitas laporan keuangan yang bersangkutan apakah sudah
relevan atau belum.
4) Karena keterbasan akses, para pemakai laporan keuangan mengandalkan
kemampuan auditor untuk meningkatkan kredibilitas laporan keuangan
dengan menekan risiko informasi.
Manfaat ekonomis audit laporan keuangan:
1) Meningkatkan kredibilitas perusahaan
2) Meningkatkan efesiensi dan kejujuran
3) Meningkatkan efesiensi operasional perusahaan
4) Mendorong efesiensi pasar modal
Keterbatasan audit laporan keuangan, meliputi:
1) Pembatasan biaya dan penarikan sampel akan membuat terbatasnya
pengujian serta ketidakakuratannya data pendukung yang menjadi sampel.
2) Keterbatasan waktu yang tidak memadai untuk auditor melakukan audit akan
memberikan keraguan bagi pemakai laporan keuangan terhadap keakuratan
data yang diaudit. Apabila auditor juga terlalu lama melakukan audit, maka
akan mempengaruhi jumlah bukti yang diperoleh tentang peristiwa dan
transaksi setelah tanggal neraca dan akan berdampak pada laporan keuangan.

Dapat terujinya data laporan keuangan dapat dilihat dari apakah bukti-bukti
yang ada untuk menilai kewajaran laporan keuangan sudah sesuai dengan
kenyataannya. Tahapan audit laporan keuangan yakni:
1) Auditor melakukan pertimbangan penerimaan tugas apabila auditor belum
mengenal klien.
2) Auditor membuat perencanaan audit untuk melakukan audit dan
mengkoordinasikan berbagai kegiatan yang berkaitan dengan audit.

4
3) Auditor mengadakan tes uji audit untuk mengumpulkan bukti mengenai
efektivitas pengendalian intern dan memberikan dasar bagi pemberian
pernyataan mengenai kewajaran laporan keuangan klien.
4) Auditor melaksanakan audit sesuai standar umum dan standar pekerjaan
lapangan.
5) Auditor melaporkan hasil auditnya berdasarkan temuan yang dia temukan.
2. Persyaratan Masing-Masing Auditor
Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, kegiatan audit bertujuan untuk menilai
layak dipercaya atau tidaknya laporan pertanggung jawaban manajemen. Penilaian
yang baik adalah yang dilakukan secara obyektif oleh orang yang ahli (kompeten)
dan cermat (due care) dalam melaksanakan tugasnya. Untuk menjamin obyektivitas
penilaian, pelaku audit (auditor) baik secara pribadi maupun institusi harus
independen terhadap pihak yang diaudit (auditi), dan untuk menjamin
kompetensinya, seorang auditor harus memiliki keahlian dibidang auditing dan
mempunyai pengetahuan yang cukup mengenai bidangyang diauditnya. Sedangkan
kecermatan dalam melaksanakan tugas ditunjukkan oleh perencanaan yang baik,
pelaksanaan kegiatan sesuai standar dan kode etik, supervisi yang diselenggarakan
secara aktif terhadap tenaga yang digunakan dalam penugasan.
a. Kompetensi
Kompeten artinya auditor harus memiliki keahlian di bidang auditing dan
mempunyai pengetahuan yang cukup mengenai bidang yang diauditnya.
1) Kompetensi seorang auditor dibidang auditing ditunjukkan oleh latar
belakang pendidikan dan pengalaman yang dimilikinya. Dari sisi pendidikan,
idealnya seorang auditor memiliki latar belakang pendidikan (pendidikan
formal atau pendidikan dan latihan sertifikasi) dibidang auditing. Sedangkan
pengalaman, lazimnya ditunjukkan oleh lamanya yang bersangkutan berkarir
di bidang audit atau intensitas/sering dan bervariasinya melakukan audit.
Jika auditor menugaskan orang yangkurang/belum berpengalaman, maka
orang tersebut harus disupervisi(dibimbing) oleh seniornya yang
berpengalaman.
2) Kompetensi auditor mengenai bidang yang diauditnya juga ditunjukkan oleh
latar belakang pendidikan dan pengalaman yang dimilikinya.

5
3) Auditor yang mengaudit laporan keuangan harus memiliki latar belakang
pendidikan dan memahami dengan baik proses penyusunan laporan
keuangan dan standar akuntansi yang berlaku. Demikian pula denganauditor
yang melakukan audit operasional dan ketaatan, dia harus memiliki
pengetahuan yang cukup mengenai kegiatan operasional yang diauditnya,
baik cara melaksanakannya, maupun kriteria yang digunakan untuk
melakukan penilaian. Jika auditor kurang mampu atau tidak memiliki
kemampuan tersebut, maka dia (auditor) wajib menggunakan tenaga ahli
yang sesuai.
b. Independensi
Independen artinya bebas dari pengaruh baik terhadap manajemen yang
bertanggung jawab atas penyusunan laporan maupun terhadap para pengguna
laporan tersebut. Hal ini dimaksudkan agar auditor tersebut bebas dari pengaruh
subyektifitas para pihak yang tekait, sehingga pelaksanaan danhasil auditnya
dapat diselenggarakan secara obyektif. Independensi yang dimaksud meliputi
independensi dalam kenyataan (infact) dan dalam penampilan (in appearance).
Independensi dalam kenyataan lebih cenderung ditunjukkan oleh sikap mental
yang tidak terpengaruh olehpihak manapun. Sedangkan independensi dalam
penampilan ditunjukkanoleh keadaan tampak luar yang dapat mempengaruhi
pendapat orang lainterhadap independensi auditor.Contoh penampilan yang
dapat mempengaruhi pendapat orang terhadap independensi auditor, apabila dia
(auditor) sering tampak makan-makan ataubelanja bersama-sama dengan dan
dibayari oleh auditinya. Walaupun padahakekatnya (in fact) auditor tetap
memelihara independensinya, kedekatan dalam penampilan itu dapat merusak
citra independensinya dimata publik.Independensi tidak hanya dari sisi
kelembagaan. Tetapi juga dari sisi pekerjaan. Misalnya suatu Kantor Akuntan
Publik menjadi konsultan pada suatu perusahaan atau membantu perusahaan
menyusunkan laporan keuangannya. Terhadap perusahaan tersebut, Kantor
Akuntan Publik yang bersangkutan tidak boleh memberikan jasa audit.
c. Kecermatan dalam melaksanakan tugas.
Dalam melaksanakan tugasnya, auditor harus menggunakan keahliannya
dengan cermat (due professional care), direncanakan dengan baik, menggunakan

6
pendekatan yang sesuai, serta memberikan pendapat berdasarkan bukti yang
cukup dan ditelaah secara mendalam.Di samping itu, institusi audit harus
melakukan pengendalian mutu yang memadai; organisasinya ditata dengan baik,
terhadap SDM yang digunakan dilakukan pembinaan, diikut sertakan dalam
pendididkan dan pelatihan yang berkesinambungan, pelaksanaan kegiatannya
disupervisi denganbaik, dan hasil pekerjaannya direviu secara memadai.
Kecermatan merupakan hal yang mutlak harus diterapkan auditor dalam
pelaksanaan tugasnya. Karena hasil audit yang dilakukan akan berpengaruh pada
sikap orang yang akan menyandarkan keputusannya pada hasil audityang
dilakukannya. Oleh karena itu, auditor harus mempertimbangkan bahwa suatu
saat dia harus mempertanggung jawabkan hasil auditnya,termasuk apabila dia
tidak dapat menemukan kesalahan yang sebenarnya telah terjadi dalam laporan
yang diauditnya, namun tidak berhasil mengungkapkannya.
3. Kriteria Wajar Dalam Laporan Auditor
Di era keterbukaan seperti sekarang ini, setiap orang menginginkan informasi
yang akurat dan kompeten tentang sebuah laporan. Untuk mengetahui kebenaran
sebuah laporan yang ada, biasanya seseorang akan meminta orang lain dari pihak
yang independen untuk memeriksa atau mengaudit bahwa laporan yang disajikan
tersebut adalah benar adanya. Salah satu laporan yang paling sering diaudit untuk
mendapatkan kebenarannya adalah laporan keuangan perusahaan. Laporan
keuangan perusahaan adalah dokumen yang menyajikan keuangan perusahaan pada
periode yang sudah berlalu. Namun, tidak semua pengguna laporan keuangan adalah
orang-orang yang mengerti tentang laporan keuangan. Oleh karena itu, perlu adanya
seorang ahli yang dapat memberikan opini dan “penerjemahan” atas laporan
keuangan yang telah dibuat perusahaan. Ahli tersebut adalah seorang akuntan publik
atau auditor.
Tugas seorang auditor adalah memeriksa laporan keuangan sebuah perusahaan
apakah sudah sesuai dalam pengerjaannya yaitu menggunakan standar akuntansi
yang berlaku dan apakah laporan keuangan tersebut dikerjakan sesuai dengan format
yang berlaku juga. Di akhir pekerjaannya dalam memeriksa laporan keuangan,
seorang auditor akan mengeluarkan sebuah opini tentang laporan keuangan tersebut
yang dinamakan opini audit laporan keuangan. Opini audit adalah pernyataan

7
auditor terhadap kewajaran laporan keuangan dari entitas yang telah diaudit.
Kewajaran ini menyangkut materialitas, posisi keuangan, dan arus kas. Opini audit
ini lah yang menjadi “terjemahan” laporan keuangan yang digunakan oleh
pengguna laporan keuangan dalam mengambil keputusan untuk kelangsungan hidup
perusahaan.
Menurut SPAP (Standar Profesional Akuntan Publik), opini audit ada 5 macam,
yaitu :

a. Wajar Tanpa Pengecualian, diterbitkan bila:


1) Seluruh laporan keuangan laporan posisi keuangan, laba rugi, laporan laba
ditahan, dan laporan arus kas telah lengkap.
2) Semua aspek dari ketiga standar Umum telah dipatuhi dalam penugasan
audit tersebut.
3) Bukti audit yang cukup memadai telah terkumpul, dan auditor telah
melaksanakan penugasan audit ini dengan sedemikian rupa sehingga
membuatnya mampu menyimpulkan bahwa ketiga standar pekerjaan
lapangan telah dipatuhi.
4) Laporan keungan telah disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang
berlaku umum.
5) Tidak terdapat situasi yang membuat auditor merasa perlu untuk
menambahkan sebuah paragraf penjelasan atau memodifikasikan kalimat
dalam laporan audit.
b. Wajar Tanpa Pengecualian dengan paragraf penjelasan atau dengan
Modifikasi Kalimat, ditambahkan apabila:
1) Tidak adanya konsistensi dalam penerapan prinsip akuntansi yang berlaku
umum.
2) Ketidakpastian atas kelangsungan hidup perusahaan.
3) Auditor menyetujui terjadinya penyimpangan dari prinsip akuntansi yang
berlaku umum.
4) Penekanan pada suatu masalah.
5) Laporan yang melibatkan auditor lainnya.

8
c. Wajar Dengan Pegecualian, diterbitkan bila:
1) Pada saat auditor menyimpulkan bahwa keseluruhan laporan keuangan
disajikan secara wajar.
2) Jika auditor merasa yakin bahwa kondisi-kondisi yang dilaporkannya
tersebut bersifat material.
3) Auditor merasa tidak mampu mengumpulkan semua bukti audit yang
diwajibkan dalam standar profesional akuntan publik.
4) Pada saat lingkup audit sang auditor dibatasi baik oleh klien maupun oleh
kondisi yang ada, yang mencegah auditor untuk melaksanakan proses audit
secara lengkap.
d. Tidak Wajar atau Menolak Memberikan Pendapat , digunakan saat :
1) Saat auditor percaya bahwa secara material keseluruhan laporan keuangan
telah disajikan secara tidak wajar sehingga laporan keuangan tersebut tidak
menyajikan posisi keuangan atu hasil usaha dan arus kas yang wajar sesuai
dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.
2) Jika auditor memiliki pengetahuan yang diperoleh setelah melakukan suatu
investigasi mendalam bahwa terdapat ketidaksesuaian dengan PSAK.
3) Pada saat auditor tidak dapat meyakinkan dirinya sendiri bahwa laporan
keuangan yang diauditnya telah disajikan secara wajar.
4) Terdapat pembatasan lingkup audit atau terdapat hubungan yang tidak
independen menurut Kode Etik Profesional antara auditor dengan kliennya.
e. Tidak Memberikan Pendapat yang disebabkan beberapa kondisi:
1) Adanya pembatasan yang sifatnya luar biasa terhadap lingkungan auditnya,
kemudian karena auditor tidak independen dalam hubungan dengan
kliennya.
2) Perbedaan antara pernyataan tidak memberikan pendapat dengan pendapat
tidak wajar adalah pendapat tidak wajar ini diberikan dalam keadaan auditor
mengetahui adanya ketidakwajaran dalam laporan keuangan klien,
sedangkan auditor menyatakan tidak memberikan pendapat (no opinion)
karena ia tidak cukup memperoleh bukti mengenai kewajaran laporan
keuangan auditan atau karena ia tidak independen dalam hubungannya
dengan klien.

9
REFERENSI

Darmawan, Hendy. Kriteria Wajar Dalam Laporan Auditor.


http://demonkamikazetuit.blogspot.co.id/2012/04/laporan-auditor.html. Diakses
pada 21 Februari 2018.
Halim, Abdul. 2008. Auditing 1 “Dasar-dasar Audit Laporan Keuangan”. Yogyakarta:
Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN.

Kool, Fery. “Jenis-Jenis Laporan Auditor”. http://fekool.blogspot.co.id/2015/04/jenis-


jenis-laporan-auditor.html. Diakses pada 21 Februari 2018.

Kool, Fery. “Persyaratan Masing-Masing Auditor”


http://fekool.blogspot.co.id/2015/04/persyaratan-masing-masing-auditor.html.
Diakses pada 21 Februari 2018.

Yusuf, Haryono. 2014. Auditing Pengauditan Berbasis ISA. Yogyakarta: Salemba


Empat.

10

Anda mungkin juga menyukai