Anda di halaman 1dari 6

Nama : Kurniati

Nim : D1061161027
Materi : Metode Taguchi

Eksperimen peningkatan mutu produk Batako

PT. KURNIATI merupakan suatu perusahaan yang memproduksi batako.


Perusahaan tersebut mempunyai masalah adanya keragaman dimensi dari batako
yang diproduksi. Perusahaan telah membeli cetakan batako untuk meningkatkan
produktivitasnya, tetapi hasil dimensi produk mempunyai keragaman tinggi dan
lebih 40 % dari produk dimensinya diluar spesifikasi. Membuang produk yang
diluar spesifikasi lumayan mahal, maka perusahaan menugaskan tim peneliti
untuk memperbaiki proses produksi. Tim peneliti menemukan bahwa batako yang
berada dibawah timbunan mempunyai tingkat keretakan yang lebih tinggi. Untuk
melakukan produksi batako ulang sangat mahal dan tidak efektif, tim memutuskan
untuk menggunakan perancangan paramater untuk mengatasi pengaruh keretakan
yang tidak merata tersebut. Untuk melakukan eksperimen ini, harus mengetahui
tentang matriks orthogonal.

Bila ingin diteliti 7 faktor kontrol (A, B, C, D, E, F dan G) masing-masing dengan


2 level seperti ditunjukkan tabel dibawah.
Faktor Level 1 Level 2
A. Kadar kapur A1 : 10 % A2 : 5 %
B. Pasir B1 : 2000 kg B2 : 1500 kg
C. Semen C1 : 200 kg C2 : 150 kg
D. Butiran Pasir D1 : Kasar D2 : Halus
E. Air E1 : 300 liter E2 : 200 liter
F. Katalis alumanium F1 : 5 % F2 : 4 %
G. Gypsum G1 : 1000 kg G2 : 800 kg
Perhitungan derajat kebebasan faktor dan level adalah :
= (banyaknya faktor) x (banyaknya level – 1)
= 7 x (2-1)
= 7 derajad kebebasan
Berdasarkan perhitungan derajat kebebasan diperoleh hasil 7, maka matriks
orthogonal yang dipilih adalah L8(27). Ditunjukkan pada tabel 2.
Tabel 2. Orthogonl Array L8(27).
Eksperimen A B C D E F G
1 1 1 1 1 1 1 1
2 1 1 1 2 2 2 2
3 1 2 2 1 1 2 2
4 1 2 2 2 2 1 1
5 2 1 2 1 2 1 2
6 2 1 2 2 1 2 1
7 2 2 1 1 2 2 1
8 2 2 1 2 1 1 2
7 faktor yang diisikan pada kolom A sampai G pada orthogonal array L8(27) pada
tabel 1. Terdapat 8 jenis campuran harus disiapkan menurut tabel 2. Sesuaikan
eksperimen 1 pada tabel 2, level faktor adalah A1, B1, C1, D1, E1, F1, dan G1
(ukuran yang digunakan sesuai tabel 5). Orthogonal Array dalam hal ini dianggap
sebagai kumpulan untuk melakukan 8 eksperimen sehingga perbandingan jujur
antara A1 terhadap A2, B1 terhadap B2, dan seterusnya sampai G1 terhadap G2
dapat dilakukan.

Hasil eksperimen : sampel sebesar 200 diambil untuk tiap 8 kondisi eksperimen.
Banyak yang tidak memenuhi syarat tiap tiap 200 genteng ( tabel 3 ). Karena
karakteristik adalah presentase produk yang tidak memenuhi syarat, maka
karakteristik kealitas adalah s,t.b . ( smaller the better).

Tabel 3. Matriks Orthogonal L8(27) dengan hasil eksperimen


Eksperimen A B C D E F G Tiap 200
1 1 1 1 1 1 1 1 30
2 1 1 1 2 2 2 2 50
3 1 2 2 1 1 2 2 25
4 1 2 2 2 2 1 1 15
5 2 1 2 1 2 1 2 35
6 2 1 2 2 1 2 1 10
7 2 2 1 1 2 2 1 22
8 2 2 1 2 1 1 2 33
̅ dari kertas yang tidak memenuhi syarat adalah
Rata-Rata total, Y
̅ = (30+50+25+15+35+10+22+33 ) X 100% = 13,75%
Y 1600

Pengaruh A1 (10% ) dan A2 (5%) dapat dibandingkan dengan menghitung rata-


rata cacat dalam eksperimen dengan menggunakan level 1 ( eksperimen nomor 1,
2, 3, dan 4) dengan rata-rata eksperimen menggunakan level 2 ( eksperimen
nomor 5, 6, 7dan 8) rata- ratanya adalah :
(30+50+25+15 )
̅̅̅̅
A1 = X 100% = 15%
800
(35+10+22+33 )
̅̅̅̅
A2 = X 100% = 12,5 %
800
( 30+50+35+10)
̅̅̅̅
B1 = X 100% = 15,62 %
800
(25+15+22+33 )
̅̅̅̅
B2 = X 100% = 11,87 %
800

̅̅
C1̅̅ = (30+50+22+33 ) X 100% = 16,87 %
800

̅̅
C2̅̅ = (25+15+35+10 ) X 100% = 10,62 %
800
(30+25+35+22)
̅̅̅̅
D1 = X 100% = 14 %
800
(50+15+10+33 )
̅̅̅̅
D2 = X 100% = 13,5 %
800

̅̅̅ = (30+25+10+33 ) X 100% = 12,25 %


̅E1
800

̅̅̅ = (50+15+35+22 ) X 100% = 15,25 %


̅E2
800
(30+15+35+33 )
̅̅̅
F1 = X 100% = 14,12 %
800
( 50+25+10+22)
̅̅̅
F2 = X 100% = 13,37 %
800
( 30+15+10+22)
̅̅̅̅
G1 = X 100% = 9,62 %
800
(50+25+35+33 )
̅̅̅̅
G2 = X 100% = 17,87 %
800

Hasil ini menunjukkan bila faktor A dinaikkan dari A2 (5%) ke A1 (10%)


persentase cacat akan turun dari 12,5 % menjadi 15 % dibawah kondisi
eksperimen.
Dengan cara sama B1 dan B2 dapat dibandingkan dengan membandingkan rata-
rata untuk eksperimen dengan level B1 (eksperimen nomor 1, 2, 5 dan 6) dengan
rata-rata untuk eksperimen dengan level B2 (eksperimen nomor 3, 4, 7 dan 8),
demikian seterusnya, hasilnya diberikan pada Tabel 8 dan grafiknya pada Gambar
3
Tabel 8. Respon dari pengaruh faktor
A B C D E F G
Level 1 15 % 15,62% 16,87% 14% 12,25% 14,12% 9,62%
Level 2 12,5 % 11,87% 10,62% 13,5% 15,25 13,37% 17,87%
Selisih 2,5% 3,75% 6,25% 0,5% 3% 0,75% 8,25%
Rangking 5 3 2 7 4 6 1

Dari Tabel Respon (Tabel 8), kondisi optimal dapat dipilih dengan memilih semua
level faktor yang mempunyai presentase cacat terendah karena presentase cacat
adalah karakteristik kualitas s.t.b.. menurut peringkatnya, kondisi optimal adalah
A1, F1, G2, E2, D1, B2 dan C2.
40

30

20

10

Gambar 3. Grafik Respon dari pengaruh faktor


Setelah kondisi optimal ditentukan dari matriks ortogonal eksperimen, maka
langkah selanjutnya ditaksir rata-rata proses µprediksi dibawah kondisi optimal. ini
dilakukan dengan menjumlahkan semua pengaruh yang mempunyai peringkat
tinggi. pengaruh faktor-faktor yang signifikan kira-kira diatas rata-rata
eksperimen. dari hasil diatas, pengaruh rata-rata faktor A pada level 1 dan 2
adalah 15% Aan 12,5%. karena rata-rata eksperimen adalah 13,75%, pengaruh
level faktor A1 adalah mengubah pengaruh Man dengan ( 15 – 13,75% ), yaitu
̅̅̅̅ - 𝑦̅) jadi pengaruh total faktor dengan peringkat
1,25 %. pengaruh ini adalah (𝐴1
tinggi diatas rata-rata eksperimen adalah :
µpprediksi = 𝑌̅ + ( ̅̅̅̅
𝐴1 - 𝑦̅) + ( ̅̅̅̅
𝐹1 - 𝑌̅) + ( ̅̅̅̅
𝐺2 - 𝑌̅)
= ̅̅̅̅
𝐴1 + ̅̅̅̅
𝐹1 + ̅̅̅̅
𝐺2 – 2x𝑌̅
= 15 + 14,12 + 17,87 – 2 x 13,75
= 19,49%
3 efek faktor yang mempunyai peringkat tinggi digunakan untuk menaksir rata-
rata proses. sebagai pedoman, dapat diambil kira-kira setengah dari banyak faktor
dalam eksperimen. hal ini untuk menjamin adanya kesalahan eksperimen.
perhatikan juga bahwa taksir rata-rata mempunyai nilai positif. Pada tahap awal
ini, nilai tersebut dianggap masih cacat.
kesimpulan :
Dari grafik respons gambar 1, terlihat bahwa faktor G mempunyai pengaruh besar
pada persentase cacat. faktor D mempunyai pengaruh relatif kecil pada presentasi
cacat. hal ini tidak berarti bahwa faktor D tidak penting. tidak terlalu banyak
perbedaan hanya ( 0,5%) apakah C1 atau C2 yang digunakan, peneliti mungkin
memilih level faktor menggunakan kriteria lain. dalam hal ini, C1 (200kg) dapat
dipilih dari pada C2 (150kg) karena penggunaan semen lebih sedikit. Dengan cara
sama kadar kapur (faktor A1) adalah material termurah dalam proses,
meningkatkan jumlah tanah liat dari 5% ke 10% akan memberikan penghematan
biaya . jadi, permasalahan tingginya keragaman (tingkat keretakan yang tidak
merata ) tanpa mengendalikan penyebab itu sendiri. Sebagaimana diilustrasikan
dalam contoh, prinsip dasar perancangan kokoh adalah untuk meningkatkan mutu
produk dengan meminimalkan pengaruh dari penyebab keragaman tanpa
menghilangkan penyebab tersebut. Ini dicapai dengan mengoptimalkan
perancangan produk atau proses lewat perancangan eksperimen dimana
karakteristik kualitas dibuat kurang sensitif terhadap penyebab keragaman. Tetapi,
kadang peracangan parameter semata-mata tidak selalu menghasilkan produk
kualitas tinggi. Peningkatan mutu selanjutnya dapat dilakukan dengan
mengendalikan penyebab keragaman (toleransi design) jika secara ekonomis
menunjang. Misal dengan menggunakan alat yang lebih mahal, kadar komponen
tinggi, pengendalian lingkungan yang lebih baik dsb, yang membutuhkan biaya
produksi dan operasi lebih tinggi.

Anda mungkin juga menyukai