Anda di halaman 1dari 12

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan limpahan
rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini sesuai dengan waktu
yang ditentukan dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Sistitis”. Dimana
makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah II.

Pada kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih kepada Dosen dan teman – teman serta
pegawai perpustakaan dan semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini.

Disamping itu kami juga menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh
karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca untuk
kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata kami berharap agar makalah ini dapat dijadikan sebagai bahan bacaan dan bahan
acuan dalam melakukan penelitian, baik bagi mahasiswa STIKes pada khususnya dan mahasiswa
keperawatan pada umumnya.

Makassar, Januari 2013

Kelompok 6

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
…………………………………………………………………………………. i

KATA PENGANTAR
………………………………………………………………………………. ii

DAFTAR
ISI……………………………………………………………………………………………. iii
BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………………………………….
1

1. Latar Belakang …………………………………………………………………………. 1


2. Rumusan Masalah……………………………………………………………………… 1
3. Tujuan………………………………………………………………………………………
1

BAB II TINJAUAN TEORITIS ………………………………………………………………….


2

1. Konsep Medis…………………………………………………………………………… 2
1. Definisi ……………………………………………………………………………
2
2. Anatomi dan fisiologi ……………………………………………………….. 2
3. Etiologi ……………………………………………………………………………
4
4. Klasifikasi ……………………………………………………………………….. 5
5. Tanda dan gejala ………………………………………………………………. 5
6. Patofisiologi …………………………………………………………………….. 5
7. PKDM Sistitis ………………………………………………………………….. 6
8. Manifestasi Klinik …………………………………………………………….. 7
9. Pengobatan sistitis ……………………………………………………………. 7
10. Pencegahan Sistitis …………………………………………………………… 9
11. Pemeriksaan Diagnostik dan diagnosa banding ……………………. 9
2. Konsep Asuhan Keperawatan Pada Klien Sistitis …………………………. 9
1. Pengkajian ……………………………………………………………………….. 9
2. Diagnosa NANDA-I 2012-2014 ………………………………………. 10
3. Intervensi NIC dan NOC NANDA-I 2012-2014 ……………….. 13
4. Implementasi ………………………………………………………………….. 20
5. Evaluasi ………………………………………………………………………….
20

BAB III
PENUTUP…………………………………………………………………………………. 21

1. Kesimpulan ……………………………………………………………………………. 21
2. Saran …………………………………………………………………………………….
21

DAFTAR PUSTAKA
……………………………………………………………………………… 22

LAMPIRAN

.
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Beberapa penyelidikan menunjukkan 20% dari wanita-wanita dewasa tanpa mempedulikan umur
setiap tahun mengalami disuria dan insidennya meningkat sesuai pertumbuhan usia dan aktifitas
seksual, meningkatnya frekwensi infeksi saluran perkemihan pada wanita terutama yang gagal
berkemih setelah melakukan hubungan seksual dan diperkirakan pula karena uretra wanita lebih
pendek dan tidak mempunyai substansi anti mikroba seperti yang ditemukan pada cairan
seminal.

Infeksi ini berkaitan juga dengan penggunaan kontrasepsi spermasida-diafragma karena


kontrsepsi ini dapat menyebabkan obstruksi uretra parsial dan mencegah pengosongan sempurna
kandung kemih. Cistitis pada pria merupakan kondisi sekunder akibat bebarapa faktor misalnya
prostat yang terinfeksi, epididimitis, atau batu pada kandung kemih.

1. Tujuan
1. Tujuan Umum

Agar mahasiswa mengetahui dan memahami tentang asuhan keperawatan pada klien dengan
sistitis.

1. Tujuan Khusus
1. Mengetahui dan memahami defenisi sistitis
2. Mengetahui dan memahami anatomi dan fisologi kandung kemih
3. Mengetahui dan memahami etiologi sistitis
4. Mengetahui dan memahami klasifikasi sistitis
5. Mengetahui dan mamahami tanda dan gejala sistitis
6. Mengetahui dan mamahami patofisiologi sistitis
7. Mengetahui dan memahami manifestasi klinik sistitis
8. Mengetahui dan memahami pemeriksaaan diagnostik dan diagnosa banding
sistitis
9. Mengetahui dan memahami asuhan keperawatan pada klien sistitis.

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

1. KONSEP MEDIS
1. Defenisi

Sistitis adalah imflamasi kandung kemih yang paling sering disebabkan oleh penyebaran infeksi
dari uretra karena aliran balik dari uretra ke dalam kandung kemih (refluks utrovesikal),
kontaminasi fekal, pemakaian kateter atau sistokop.

Sistitis adalah peradangan akut atau kronis kandung kemih dengan infeksi atau tidak.

Sistitis adalah inflamasi kandung kemih yang menyerang pada pasien wanita, dimana terjadi
infeksi oleh Escherichia Coli.

1. Anatomi Fisiologi

Vesika urinaria adalah sebuah kantong yang dibentuk oleh jaringan ikat dan otot polos. Vesika
urinaria berfungsi untuk tempat penyimpanan urin. Apabila terisi sampai 200 – 300 cm3 maka
akan timbul keinginan untuk miksi. Miksi adalah suatu proses yang dapat dikendalikan, kecuali
pada bayi dan anak-anak kecil merupakan suatu reflex.

Vesica Urinaria adalah suatu organ yang berfungsi untuk menampung urin. Pada laki – laki,
organ ini terletak tepat dibelakang Symphisis Pubis dan didepan Rektum. Pada perempuan, organ
ini terletak agak dibawah uterus, di depan vagina. Saat kosong, berukuran kecil seperti buah
kenari, dan terletak di pelvis. Sedangkan saat penuh berisi urine, tingginya dapat mencapai um
bilicus dan berbentuk seperti buah pir.

Dinding Vesica Urinaria memiliki beberapa lapisan :

1. Serosa: Lapisan terluar, merupakan perpanjangan dari lapisan peritoneal rongga


abdomino pelvis. Hanya di bagian atas pelvis
2. Otot Detrusor: Lapisan tengah. Terdiri dari otot – otot polos yang saling membentuk
sudut. Berperan penting dalam proses urinasi
3. Submukosa: Lapisan jaringan ikat, menghubungkan antara lapisan otot Detrusor dengan
lapisan mukosa
4. Mukosa: Terdiri dari epitel – epitel transisional. Membentuk lipatan saat dalam keadaan
relaks, dan akan memipih saat keadaan terisi penuh

Kandung kemih dapat mengembang dan mengempis seperti balon karet, terletak di belakang
simfisis pubis di dalam ronga panggul. Bentuk kandung kemih seperti kerucut yang dikelilingi
oleh otot yang kuat, berhubungan ligamentum vesika umbikalis medius

Bagian vesika urinaria terdiri dari :

1. Fundus, yaitu bagian yang mengahadap kearah belakang dan bawah, bagian ini terpisah
dari rektum oleh spatium rectosivikale yang terisi oleh jaringan ikat duktus deferent,
vesika seminalis dan prostate.
2. Korpus, yaitu bagian antara verteks dan fundus.
3. Verteks, bagian yang maju kearah muka dan berhubungan dengan ligamentum vesika
umbilikalis.
4. Dinding kandung kemih terdiri dari beberapa lapisan yaitu, peritonium (lapisan sebelah
luar), tunika muskularis, tunika submukosa, dan lapisan mukosa (lapisan bagian dalam).

Vesica urinaria fungsinya untuk menampung urine yang telah dibentuk oleh ginjal, dalam rangka
untuk mengekskresikan sisa metabolisme hal ini sangat penting, karena sisa metabolisme ini
kemungkinan besar mengandung zat karsinogenik yang akan kontak dengan mukosa vesica
urinaria yang berupa epitel transisional sehingga bisa menyebabkan neoplasi. Ditinjau dari fungsi
vesika urinaria ini identik dengan rectum dalam sistema alimentary.

1. Etiologi

Pada umumnya disebabkan oleh basil gram negatif Escheriachia Coli yang dapat menyebabkan
kira-kira 90% infeksi akut pada penderita tanpa kelainan urologis atau kalkuli :

1. Batang gram negatif lainnya termasuk proteus, klebsiella, enterobakter, serratea, dan
pseudomonas bertanggung jawab atas sebagian kecil infeksitanpa komplikasi.
2. Organisme-organisme ini dapat dapat menjadi bertambah penting pada infeksi-infeksi
rekuren dan infeksi-infeksi yang berhubungan langsung dengan manipulsi urologis,
kalkuli atau obstruksi.
3. Pada wanita biasanya karena bakteri-bakteri daerah vagina kearah uretra atau dari meatus
terus naik kekandumg kemih dan mungkin pula karena renal infeksi tetapi yang tersering
disebabkan karena infeksi E.coli.
4. Pada pria biasanya sebagai akibat dari infeksi diginjal, prostat, atau oleh karena adanya
urine sisa(misalnya karena hipertropi prostat, striktura uretra, neurogenik bladder) atau
karena infeksi dari usus.

Jalur infeksi :
1. Tersering dari uretra, uretra wanita lebih pendek membuat penyakit ini lebih sering
ditemukan pada wanita
2. Infeksi ginjal yang sering meradang, melalui urine dapat masuk kekandung kemih.
3. Penyebaran infeksi secara lokal dari organ lain dapat mengenai kandung kemih misalnya
appendisitis
4. Pada laki-laki prostat merupakan sumber infeksi.

1. Klasifikasi

Sistitis dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu;

1. Sistitis primer, merupakan radang yang mengenai kandung kemih radang ini dapat terjadi
karena penyakit lain seperti batu pada kandung kemih, divertikel, hipertropi prostat dan
striktura uretra.
2. Sistitis sekunder, merupakan gejala yang timbul kemudian sebagai akibat dari penyakit
primer misalnya uretritis dan prostatitis.

1. Tanda Dan Gejala

Pada umumnya tanda dan gejala yang terjadi pada sistitis adalah ;

1. peningkatan frekwensi miksi baik diurnal maupun nokturnal


2. disuria karena epitelium yang meradang tertekan
3. rasa nyeri pada daerah suprapubik atau perineal
4. rasa ingin buang air kecil
5. hematuria
6. demam yang disertai adanya darah dalam urine pada kasus yang parah

1. Patofisiologi

Agen infeksi kebanyakan disebabkan oleh bakteri E. coly. Tipikal ini berada pada saluran
kencing dari uretra luar sampai ke ginjal melalui penyebaran hematogen, lymphogen dan
eksogen. Tiga factor yang mempengaruhi terjadinya infeksi adalah :

1. Virulensi dari organisme


2. Ukuran dari jumlah mikroorganisme yang masuk dalam tubuh
3. Keadekuatan dari mekanisme pertahanan tubuh

Terlalu banyaknya bakteri yang menyebabkan infeksi dapat mempengaruhi pertahanan tubuh
alami klien. Mekanisme pertahanan tubuh merupakan penentu terjadinya infeksi, normalnya
urine dan bakteri tidak dapat menembus dinding mukosa bladder. Lapisan mukosa bladder
tersusun dari sel – sel urotenial yang memproduksi mucin yaitu unsure yang membantu
mempertahankan integritas lapisan bladder dan mencegah kerusakan serta inflamasi bladder.
Mucin juga mencegah bakteri melekat pada sel urotelial

Selain itu pH urine yang asam dan penurunan / kenaikan cairan dari konstribusi urine dalam
batas tetap, berfungsi untuk mempertahankan integritas mukosa, beberapa bakteri dapat masuk
dan sistem urine akan mengeluarkannya. Bentuk anatomi saluran kencing, keduanya mencegah
dan merupakan konstribusi yang potensial untuk perkembangan UTI. Urine merupakan produk
yang steril, dihasilkan dari ultrafiltrasi darah pada glumerolus dari nepron ginjal, dan dianggap
sebagai system tubuh yang steril. Tapi uretra merupakan pintu masuk bagi pathogen yang
terkontaminasi. Selain itu pada wanita 1/3 bagian distal uretra disertai jaringan periuretral dan
vestibula vaginalis banyak dihuni bakteri dari usus karena letak anus tidak jauh dari tempat
tersebut. Kolonisasi basi pada wanita di daerah tersebut diduga karena :

1. Perubahan flora normal dari daerah perineum


2. Berkurangnya antibody normal
3. Bertambahnya daya lekat oeganisme pada sel spitel pada wanita

Sistitis lebih banyak pada wanita dari pada laki – laki, hal ini karena uretra wanita lebih pendek
dan lebih dekat dengan anus. Mikroorganisme naik ke bledder pada waktu miksi karena tekanan
urine. Dan selama miksi terjadi refluks ke dalam kandung kemih setelah mengeluarkan urine.

Merupakan asending infection dari saluran perkemihan. Pada wanita biasanya berupa sistitis akut
karena jarak uretra ke vagina pendek (anatomi), kelainan periuretral, rektum (kontaminasi) feces,
efek mekanik coitus, serta infeksi kambuhan organisme gram negatif dari saluran vagina, defek
terhadap mukosa uretra, vagina dan genital eksternal memungkinkan organisme masuk ke vesika
perkemihan. Infeksi terjadi mendadak akibat flora (E.Coli) pada tubuh pasien. Pada laki-laki
abnormal, sumbatan menyebabkan striktur dan hiperplasi prostatik (penyebab yang paling sering
terjadi). Infeksi saluran kemih atas penyebab infeksi kandung kemih.

1. Web Of Caution ( Patofisiologi Penyimpangan KDM) Sistitis

Terlampir

Lampiran : 1 PENYIMPANGAN KDM SISTITIS

E. coli hubungan seksual kontrasepsi spermid diafragma


tumor/kanker
Koloniasi bakteri cedera uretra perubahan pH vagina
inflamasi / respon autoimun

di vagina /genetalia

eksterna Perubahan flora


normal penetrasi iritasi peningkatan

urin sel mast

koloniasi di infeksi vagina

distal uretra
defek barier antara tukak/erosi

urin dan mukosa KK superfisial KK

defek mukosa menyebar ke uretra

uretra

infeksi uretra
`hematuria

refluks uretrovesikal

pemasukan bakteri

ke KK

Infeksi KK Hipertermi
p vol vesika urinaria

distensi vesika urinaria urgensi

kelemahan m. destrusor

GANGGUAN NYERI AKUT

ELIMINASI URIN

pengosongan KK penutupan ureter


perubahan status kesehatan

tdk sempurna tdk lengkap

kesalahan interpretasi info

GANGGUAN refluks ureterovesikal

ELIMINASI URIN
DEFISIENSI PENGETAHUAN

Distensi ureter

Pembesaran ureter
Refluks ginjal

Tekanan di kaliks dan medula ginjal pinefritis, hidronefrotis

Kerusakan glomelurus

Lewatnya molekul besar

Proteinuria

1. Manifestasi Klinis
1. Kemerahan pada kandung kemih
2. Edema pada kandung kemih
3. Kandung kemih hipersensitif jika berisi urine
4. Inkotinensia
5. Disuria
6. Sering berkemih
7. Nyeri di darah suprapubik (punggung bawah)
8. Eritema mukosa kandung kemih
9. Hematuria
10. Demam
11. Mual
12. Muntah
13. Lemah
14. Kondisi umum menurun
15. Bakteriuria (10.000/ml:infeksi)

1. Pengobatan Sistitis

Karena risiko infeksi menyebar ke ginjal dan karena tingkat komplikasi tinggi pada populasi tua
dan pada penderita diabetes, pengobatan yang cepat hampir selalu disarankan. Hal ini disarankan
untuk menghindari penetrasi vagina sampai infeksi telah dibersihkan.

Obat

Antibiotik digunakan untuk mengendalikan infeksi bakteri. Sangat penting bahwa antibiotik,
sekali dimulai, akan selesai. Sistitis juga bisa diobati dengan obat over-the-counter, mana diri
pengobatan yang tepat.

Umumnya antibiotik digunakan termasuk:

1. Nitrofurantoin
2. Trimetoprim-sulfametoksazol
3. Amoksisilin
4. Sefalosporin
5. Ciprofloxacin atau levofloksasin
6. Doksisiklin
7. Pemilihan antibiotik sebaiknya dipandu oleh hasil kultur urin.

Kronis atau ISK berulang harus ditangani secara menyeluruh karena kemungkinan infeksi ginjal
(pielonefritis). Antibiotik mengendalikan infeksi bakteri. Mereka mungkin diperlukan untuk
jangka waktu yang lama. Profilaksis dosis rendah antibiotik kadang-kadang dianjurkan setelah
gejala akut telah mereda.

Pyridium dapat digunakan untuk mengurangi pembakaran dan urgensi yang terkait dengan
sistitis.

Ada beberapa bukti bahwa membuat urin lebih asam basa baik (misalnya dengan asam askorbat)
atau lebih dapat menenangkan rasa sakit sistitis. jus Cranberry juga mengandung tanin kental,
Mannose – D dan proanthocyanidins yang telah ditemukan menghambat aktivitas E. coli dengan
mencegah bakteri menempel ke permukaan lapisan mukosa kandung kemih dan usus, membantu
bakteri jelas dari saluran kemih.

Tindak lanjut mungkin termasuk budaya urin untuk memastikan bahwa bakteri tidak lagi hadir
dalam kandung kemih.

1. Pencegahan Sistitis

Menjaga daerah genital bersih dan mengingat untuk menghapus dari depan ke belakang dapat
mengurangi peluang memperkenalkan bakteri dari daerah dubur ke uretra.

Meningkatkan asupan cairan mungkin mengizinkan sering buang air kecil untuk menyiram
bakteri dari kandung kemih. Buang air kecil segera setelah melakukan hubungan seksual dapat
membantu menghilangkan bakteri yang mungkin telah diperkenalkan selama hubungan seksual.
Menahan diri dari buang air kecil untuk waktu yang lama memungkinkan bakteri waktu untuk
berkembang biak, begitu sering buang air kecil dapat mengurangi risiko cystitis pada mereka
yang rentan terhadap infeksi saluran kemih.

Minum jus cranberry mencegah jenis tertentu dari bakteri yang melekat pada dinding kandung
kemih dan dapat mengurangi kemungkinan infeksi.

Tablet ekstrak cranberry juga telah ditemukan efektif dalam mencegah sistitis dan merupakan
alternatif yang mungkin bagi mereka yang tidak suka rasa jus cranberry.

Cauterisation pada lapisan kandung kemih melalui cystoscopy memberikan bantuan jangka
panjang (kadang-kadang beberapa tahun) dari kondisi ini.
1. Pemeriksaan Diagnostik Dan Diagnosa Banding
1. Urinalisis :
1. Leukosuria atau piuria terdapat > 5/lpb sedimen air kemih
2. Hematuria 5 – 10 eritrosit/lpb sedimen air kemih
2. Bakteriologis

1) Mikroskopis : satu bakteri lapangan pandang minyak emersi, 102-103 organisme


koliform/ml urine plus piuria

2) Tes kimiawi : tes reduksi griess nitrate berupa perubahan warna paa uji carik

1. Diagnosa banding:

1) Uretritis (inflamasi pada uretra)

2) Pielonefritis (inflamasi pada ginjal)

Anda mungkin juga menyukai