Lapres Glukosa
Lapres Glukosa
1
polihidroksi aldehida atau keton. Monosakarida yang paling banyak dalam D-
glukosa 6- karbon (lehninger,1982).
Monosakarida merupakan molekul pembangun di dalam
makromolekul karbohidrat. Ditinjau dari strukturnya monosakarida adalah
tergolong polihidroksi aldehida yang disebut aldosa dan polihidroksi keton
yang disebut ketosa (Matsjeh, Sabirin, dkk.,1996).
Ada tiga jenis monosakarida yang terpenting yaitu a) glukosa, b)
fruktosa dan 3) galaktosa.. Ketiga jenis monosakarida inilah yang merupakan
hasil akhir dari pencernaan karbohidrat yang utama dalam kehidupan hewan
tinggi. Gula ini disebut sebagai gula sederhana, gula ini diabsorpsi usus ke
dalam aliran hati. Didalam hati , apabila tidak digunakan sebagai sumber
energy cadangan (Gultom.,Todu,2001).
Glukosa merupakan monsakarida yang terpenting, kadang-kadang
disebut gula darah (karena dijumpai dalam darah) atau dekstrosa (karena
memutar bidang polarisasi ke kanan). Binatang menyusui (mamalia) dapat
mengubah sukrosa, laktosa (gula susu), maltose, dan pati menjadi glukosa,
yang kemudian dapat digunakan sebagai energi oleh organisme itu, atau
disimpan sebagai glikogen (polisakarida). Bila organisme itu memerlukan
energi, glikogen diubah lagi menjadi glukosa. Karbohidrat yang berlebihan
dapat diubah menjadi lemak. Oleh karena itu orang bisa gemuk meskipun
tidak memakan lemak. Karbohidrat dapat juga diubah menjadi steroid (sperti
kolestrol) dan secara terbatas menjadi protein (untuk sintesis protein
diperlukan juga sumber nitrogen), sebaliknya suatu organisme dapat
mengubah lewat dan protein mejadi karbohidrat (Fessenden &
Fessenden,1982). Adapun struktur glukosa adalah sebagai berikut :
2
Beberapa monosakarida lain yaitu yang merupakan turunan glukosa
antara lain adalah glukosamin, N-asetil glukosamin, glukosa-1-fosfat, dan
glukosa-6-fosfat. Glukosamin adalah turuna glukosa dimana satu gugus
hidroksil diganti olh gugus amino. N-asetilglukosamin merupakan turunan
glukosamin yang sering dijumpai. Senyawa ini sering dijumpai sebagai
penyusun bahan structural. Kitin merupakan eksoskeleton dari beberapa
invertebrate seperti kepiting, dan udang, yang merupakan polimer dari N-
glukosamin. Glukosa-1-fosfat dan glukosa-6-fosfat adalah monosakarida
yang tersubstitusi yang sering terlibat dalam proses-proses metabolisme
karbohidrat (Gultom, Togu., 2001).
Konsentrasi glukosa darah merupakan faktor penting untuk kelancaran
kerja tubuh. Kadar normal glukosa dalam darah adalah 70-90 mg/100mL.
keadaan dimana kadar glukosa berada di bawah 70-90 mg/100 mL disebut
hipoglisemia, sedangkan diatas 90 mg/100mL disebut hiperglisemia (Tim
Dosen Biokimia,2018). Bila konsentrasi glukosa darah turun dari kadar
normal (70-90 mg/100 ml darah) maka glikogen yang disimpan dalam hati
dihidrolisis menjadi glukosa, dan masuk ke dalam aliran darah untuk
meningkatkan kadar glukosa supaya tetap normal (Gultom, Togu., 2001).
Jika ada kegiatan yang mempergunakan glukosa lebih cepat dari pada
yang dapat dihasilkan dari hasil hidrolisis glikogen, maka kadar glukosa akan
turun sementara waktu dibawah kadar normal. Keadaan ini desebut sebagai
hipoglisemia, setelah makan-makanan yang banyak mengadung karbohidrat,
monosakarida yang diabsopsi ke dalam darah lebih cepat dari pada yang
dapat diubah menjadi glikogen dan yang dipergunakan sebagai energi.
Akibatnya kadar glukosa dalam darah akan meningkat untuk sementara,
keadaan ini disebut sebagai hiperglisemia. Jika kadar glukosa naik terus dan
melebihi kebutuhan maka glukosa akan diubah menjadi lemak. Lemak ini
disimpan dalam jaringan adipose.kadar gula yang tinggi dalam darah, dan
tidak dapat diubah menjadi glikogen akan mencapai nilai mabang pintu ginjal
yaitu 150-179 mg/100 mL darah. Jika hal ini dicapai maka glukosa akan
dikeluarkan melalui urin, keadaan yang demikian disebut glikosuri,
3
kemungkinan bahwa individu yang bersangkutan telah menderita penyakit
diabetes militus (penyakit kencing manis) (Gultom & Togu,2001).
Glukosa darah akan mereduksi ion Cu2+ dalam suasana basa, yang
hasil reduksinya akan bereaksi dengan arseno molibdat menghasilkan warna
biru. Larutan ini diukur absorbansinya pada pajang gelombang maksimum
yaitu 660 nm. Dengan menggunakan Lambart Beer menyatakan :
A=kxCxI
4
Spektrofotometri adalah salah satu cara yang dapat digunakan dalam
penentuan kadar glukosa dalam darah. Spektrofotometri merupakan suatu
metode analisis yang didasarkan pada absorbsi radiasi electromagnet. Cahaya
terdiri dari radiasi terhadap gelombang dengan panjang berlainan akan
menimbulkan cahaya yang berlainan , sedangkan campuran cahaya yang
berbeda panjang gelombangnya ini akan menyusun cahaya putih. Cahaya
putih meliputi seluruh spektrum Nampak 400-760 mm. Spektrofotometri
terjadi bila terjadi perpindahan electron dari tingkat energi yang rendah ke
tingkat energi yang lebih tinggi. Besar penyerapan cahaya (absorbansi) dari
suatu kumpulan atom/molekul dinyatakan oleh Hukum Beer-Lamber
(Sentrabd, 2007).
5
VI. Alur Percobaan
a. Deproteinasi Filtrat Darah
1 mL Darah Oxalated
Residu Filtrat
- diambil 1 mL
- diuji dengan biuret
Larutan berwarna
biru
Absorbansi
6
c. Pembuatan kurva standar
1 mL glukosa
(0,1;0,3;0,5;0,7;0,9) mg/mL
Absorbansi
d. Larutan Blangko
1 mL Aquades
Absorbansi
7
VII. Hasil Pengamatan
Sesudah
Residu Filtrat - Darah oxalated +
aquades + Na-sitrat =
- diambil 1 mL
lar. berwarna merah
- diuji dengan biuret pekat (++)
Larutan berwarna biru - + 1 ml Ba(OH)2 0,3
N + diaduk = lar.
8
berwarna merah &
terdapat gumpalan
- + 2 ml ZnSO4.7H2O
5% + diaduk = lar.
berwarna merah
pudar & terdapat
sedikit gumpalan
- + 2ml (NH4)2SO4 0,5
N diaduk = larutan
berwarna merah
pudar & terdapat
sedikit gumpalan
- Didiamkan 15 menit
= lar. berwarna
merah pudar dan
terdapat sedikit
endapan
- Disentrifuge 15 menit
= terdapat endapan
merah pekat dan
filtrat tak berwarna
- filtrat darah diuji
biuret = larutan
keruh keunguan
9
2. Sebelum - Percobaan ini bertujuan untuk Berdasarkan
1 mL filtrat darah bebas protein - Filtrat darah = lar. Tak menentukan kadar glukosa pada percobaan yang
berwarna sampel filtrat darah bebas protein dilakukan, didapat
- dimasukkan kedalam tabung reaksi - Pereaksi Cu alkalis =
yang didapat dari percobaan kadar glukosa darah
- ditambahkan 3 mL pereaksi Cu alkalis lar. berwarna biru
- dimasukkan dalam air mendidih selama - Pereaksi pertama. sebesar 326,7
15 menit arsenomolibdat = lar. - kadar gula darah normal secara mg/100 ml. dengan
- dimasukkan kedalam air dingin selama kuning pudar teoritis sebesar70-90 mg/100 mL persaman
10 menit y = 0,043 x + 0,517
- ditambahkan 2 tetes pereaksi Sesudah Reaksi : dan R2 = 0,074
arsenomolibdat secara bersamaan - filtrat darah + Cu
- diaduk hingga merata alkalis = lar.
- dibaca absorbansinya dengan alat Berwarna biru.
spektronik 20 pada panjang gelombang - dipanaskan : lar. Biru
660 nm pudar dan ada sedikit
endapan merah bata.
Absorbansi - Dimasukkan ke
dalam air dingin
selama 10 menit =
larutan tetap
berwarna biru dan
endapan merah Cu2O(s) + arsenomolibdat (MO)6+
semakin terlihat di +4H+
dasar tabung reaksi 2Cu2+ + arsenomolibdat (MO)5+
- + 2 tetes pereaksi +H2O(l)
arsenomolibdat =
larutan berwarna biru
dan endapat merah
10
sedikit larut
- Absorbansi larutan
sampel = 0,658
3. - Penentuan kurva standart Sebelum : Semakin besar konsentrasi larutan, Dari hasil percobaan
- Glukosa satandart 20 maka semakin besar pula nilai didapat nilai
1 mL glukosa mg/mL : lar. Tak absorbansinya. absorbansi yang
(0,1;0,3;0,5;0,7;0,9) mg/mL berwarna tidak sesuai teori,
- Cu alkalis : lar. dimana seharusnya
- dimasukkan kedalam tabung reaksi Berwarna biru Reaksi : semakin tinggi
- ditambahkan 3 mL pereaksi Cu alkalis - Arseno molibdat : konsentrasi nilai
- dimasukkan dalam air mendidih lar. kuning pudar absorbansinya
selama 15 menit semakin tinggi,
- dimasukkan kedalam air dingin Sesudah tetapi dari percobaan
selama 10 menit - Glukosa konsentrasi didapatkan hasil
- ditambahkan 2 tetes pereaksi (0,9 ; 0,7; 0,5; 0,3; yang naik turun.
arsenomolibdat secara bersamaan 0,1) mg/mL : lar.
- diaduk hingga merata Tak berwarna
- dibaca absorbansinya dengan alat - Glukosa konsentrasi
spektronik 20 pada panjang (0,9 ; 0,7; 0,5; 0,3;
gelombang 660 nm 0,1) mg/mL + Cu Cu2O(s) + arsenomolibdat (MO)6+
alkalis : lar berwarna +4H+
Absorbansi biru 2Cu2+ + arsenomolibdat (MO)5+
Dipananskan : +H2O(l)
- Glukosa 0,9 mg/mL
+ Cu alkalis : lar.biru
11
ada endapan merah
bata (++++)
- Glukosa 0,7 mg/mL
+ Cu alkalis : lar.biru
ada endapan merah
bata (+++)
- Glukosa 0,5 mg/mL
+ Cu alkalis : lar.biru
ada endapan merah
bata (++)
- Glukosa 03 mg/mL
+ Cu alkalis : lar.biru
ada endapan merah
bata (+)
- Glukosa 0,1 mg/mL
+ Cu alkalis : lar.biru
pudar.
Didiamkan 10
menit dalam air
dingin :
- Glukosa (0,9 ; 0,7;
0,5; 0,3; 0,1) mg/mL
+ Cu alkalis : lar.
Biru dan endapan
merah semakin
terlihat.
12
+ 2 tetes arseno
molibdat :
- Glukosa 0,9 mg/mL
+ Cu alkalis : lar.
Biru kemerahan
(+++) & ada
endapan yang tak
larut.
- Glukosa 0,7 mg/mL
+ Cu alkalis : lar.
Biru kemerahan (++)
& ada endapan yang
tak larut.
- Glukosa 0,5 mg/mL
+ Cu alkalis : lar.
Biru kemerahan (+)
da nada endapan
yang tak larut.
- Glukosa 0,3 mg/mL
: lar. biru kemerahan
& endapan larut.
- Glukosa 0,1 + Cu
alkalis : lar. biru
pudar.
- Nilai absorbansi :
Glukosa 0.1 mg/ml
= 0,483
13
Glukosa 0.3
mg/mL = 0,608
Glukosa 0,5 mg/ml
= 0,515
Glukosa 0,7 mg/ml
= 0,518
Glukosa 0,9 mg/ml
= 0,571
14
VIII. Analisis dan Pembahasan
Pada percobaan dengan judul “Penentuan Kadar Glukosa Darah”
bertujuan untuk mengatahui kadar glukosa dalam darah. Pengukuran
glukosa dalam darah dilakukan dengan analisis spektrofotometri dan
berprinsip pada reaksi reduksi-oksidasi antara glukosa dengan pereaksi Cu,
dimana glukosa bertindak sebagai reduktor yang mereduksi Cu2+ menjadi
Cu2O.
Spektrofotometri UV-VIS merupakan teknik analisis sprektroskopik
yang memakai sumber REM (radiasi elektromagnetik) ultraviolet dekat
(190-380 nm) dan sinar tampak (380-780 nm) dengan memakai instrument
spektrofotometer UV-Vis. Prinsip kerja alat tersebut yaitu cahaya yang
berasal dari lampu deuterium maupun wolfram yang bersifat polikromatis di
teruskan melalui lensa menuju ke monokromator pada spektrofotometer dan
filter cahaya pada fotometer. Dimana cahaya polikromatis telah diubah
menjadi monokromatis sebelum diteruskan pada sampel yang mengandung
suatu zat dengan konsentrasi tertentu. Kemudian cahaya diserap (diabsorbsi)
oleh sampel dan ada pula yang dilewatkan yang kemudian diterima oleh
detector. Detector tersebut akan menghitung berapa cahaya yang diterima,
sehingga dapat diketahui berapa cahaya yang diserap oleh sampel. Dimana
cahaya yang diserap sampel sebanding dengan konsentrasi analit dalam
sampel.
Adapun tahapan-tahapan yang dilakukan dalam percobaan kali ini
adalah sebagai berikut :
a. Deproteinase Filtrat Darah
Tujuan dilakukannya deproteinase filtrat darah yaitu untuk
menghilangkan protein yang terdapat dalam darah sehingga dihasilkan
filtrat darah bebas protein, yang akan diuji dengan spektrofometer UV-
Vis untuk mengetahui konsentrasi glukosa dalam darah. protein dalam
darah harus dihilangkan agar tidak mengganggu selama proses analisis
spektrofotometri. Apabila dalam filtrat darah masih terdapat protein,
maka protein tersebut akan ikut menyerap cahaya yang dipancarkan
15
sehingga akan berdampak pada nilai absorbansi yang diperoleh untuk
penentuan konsentrasi glukosa dalam darah.
Langkah pertama yang dilakukan adalah pengambilan sampel
darah yang diambil saat praktikum akan dimulai agar darah yang
digunakan masih fresh. Sebelum pengambilan darah, telah disiapkan
tabung sentrifuge yang telah diisi dengan 3 mL aquades (tak berwarna)
dan 2 tetes Na-sitrat (tak berwarna). Kemudian 1 mL darah dimasukkan
dalam tabung sentrifuge dan dicampurkan hingga homogen dan
dihasilkan larutan berwarna merah pekat. Penambahan aquades
berfungsi untuk mengencerkan darah dan melarutkan albumin yang
terdapat dalam darah. Albumin adalah salah satu jenis protein monomer
yang larut dalam air atau garam yang mengalami koagulasi karena
terpapar panas. Albumin diproduksi oleh hati dan biasanya terdapat
dalam serum darah. Sedangkan penambahan Na-sitrat berfungsi sebagai
antikoagulan dalam darah, dimana Na-sitrat mencegah pembekuan darah
dengan cara mengikat ion kalsium melalui gugus karboksilat dari
senyawa ini membentuk ikatan kompleks khelasi larut. Na-sitrat banyak
digunakan sebagai anti koagulan pada tranfusi darah karena tidak
beracun. Setelah itu, larutan darah tersebut ditambahkan 1 mL larutan
Ba(OH)2 0,3 N (tak berwarna) dan dihasilkan larutan darah berwarna
merah yang sedikit pudar dibandingkan sebelum penambahan, dan
terdapat sedikit gumpalan. Kemudian ditambahkan 2 mL larutan
ZnSO4.7H2O 5 % dan 2 mL (NH4)2SO4 0,5 (tak berwarna) diaduk
sampai merata dan dihasilkan larutan merah pudar dengan endapan yang
lebih banyak dan terkoagulasi menjadi lebih pucat. Penambahan larutan
Ba(OH)2 berfungsi sebagai pemberi suasana basa sekaligus berfungsi
untuk mengendapakan ion-ion besi dalam darah. Salah satu ion besi
yang diendapkan adalah ion besi pada hemoglobin. Ion besi tersebut
diubah menjadi molekul Fe(OH)2 berupa endapan merah. Sedangakan
ZnSO4.7H2O 5 % berfungsi untuk mengendapkan dan juga
mendenaturasi protein secara sempurna dan penambahan (NH4)2SO4 0,5
N berfungsi untuk mengendapkan globulin. Dimana globulin merupakan
16
protein yang larut dalam air, garam encer dan dapat mengendap dalam
ammonium sulfat setengah jenuh. Setelah itu sampel didiamkan selama
15 menit yang bertujuan agar proses pemisahan protein dengan glukosa
dalam darah dapat maksimal. Pemisahan terjadi karena berat jenis
protein yang lebih besar dari berat jenis glukosa yang akan diuji, maka
dari itu pemisahan selanjutnya dilakukan dengan sentrifuge. Kemudian
sampel disentrifuge selama 15 menit pada kecepatan 3600 rpm dan
didekantasi selama beberapa menit sehingga dihasilkan filtrat bebas
protein yang tidak berwarna dan endapan berwarna merah pudar yang
merupakan protein terkoagulasi.
Tahap selanjutnya, filtrat darah bebas protein diuji dengan reagen
biuret. Diambil 1 mL filtart darah bebas protein (tak berwarna) dan
ditambahkan 3 tetes reagen biuret dan dihasilkan larutan keruh sedikit
keungguan. Dari hasil tersebut dapat diidentifikasi bahwa filtrat darah
masih terdapat protein yang tertinggal.
b. Penentuan Kadar Glukosa Darah
Pada tahapan kali ini bertujuan untuk menetukan kadar glukosa
dalam darah. Langkah pertama yang dilakukan yaitu diambil 1 mL filtrat
darah bebas protein yang diperoleh dari tahapan percobaan sebelumnya
dan dimasukkan dalam tabung reaksi. Kemudian ditambahkan dengan 3
mL pereaksi Cu alkalis (berwarna biru) dan menghasilkan larutan
berwarna biru. Penambahan pereaksi Cu alkalis bertujuan agar terjadi
reaksi reduksi oksidasi, dimana glukosa mereduksi Cu2+ menjadi Cu2O
dalam bentuk endapan merah bata . Adapun reaksi yang terjadi sebagai
berikut :
17
Setelah itu, larutan dipanaskan dalam air mendidih selama 15
menit dan dihasilkan larutan biru pudar dan sedikit keruh. Pemanasan
dilkakukan untuk memepercepat reaksi reduksi-oksidasi antara glukosa
dengan pereaksi. Proses pendidihan pada percobaan di atas berfungsi
untuk melepas ikatan siklik dari glukosa sehingga gugus aldehid dari
glukosa dapat mereduksi ion kupri (Cu2+) di dalam larutan kupritartrat
menjadi ion kupro (Cu+) dalam suasana basa. Cu alkalis yang dibuktikan
dengan perubahan warna larutan setelah dipanaskan. Setelah itu, larutan
didiamkan dalam air dingin selama 10 menit dan dihasilkan larutan
berwarna biru keruh. Pendinginan bertujuan untuk menghentikan proses
reduksi oleh glukosa. Kemudian larutan tersebut ditambahkan larutan 2
tetes pereaksi arsenomolibdat dan diaduk hingga rata sehingga
dihasilkan larutan berwarna biru muda pudar dan kekeruhan pada larutan
berkurang. Penambahan pereaksi arsenomolibdat untuk melarutkan
kembali Cu2O menjadi larutan, hal tersebut disebabkan karena oksidasi
Mo terhadap Cu2O. adapun reaksi yang terjadi sebagai berikut :
18
tersebut dapat dihitung kadar glukosa dalam darah yaitu diperoleh
sebesar 326,7 mg/100mL. Perhitungan kadar glukosa didasarkan pada
perolehan persamaan regresi dari kurva standart yang telah dibuat. Yaitu
y = 0,043x + 0,517 dengan R2 = 0,074. Nilai regresi yang didapat
terlalu kecil sehingga tidak dapat digunakan sebagai acuan dalam
perhitungan kadar glukosa dalam darah. nilai regresi yang baik adalah
nilai regresi yang mendekati nilai 1.
c. Pembuatan kurva standart
Tahapan ketiga dalam percobaan kali ini yaitu pembuatan kuva
standart yang digunakan sebagai acuan dalam perhitungan kadar
konsentrasi glukosa pada sampel darah yang diuji sebelumnya. Kurva
standart dibuat dari larutan dengan konsentrasi glukosa yang berbeda-
beda yaitu 0,1 mg/mL, 0,3 mg/mL, 0,5 mg/mL, 0,7 mg/mL,0,9 mg/mL.
Langkah pertama yang dilakukan adalah membuat larutan dengan
konsentrasi 0,1 mg/mL, 0,3 mg/mL, 0,5 mg/mL, 0,7 mg/mL,0,9 mg/mL
yang dibuat dari pengenceran larutan glukosa standart 2 mg/mL (tak
berwarna). Pengenceran dilakukan secara bertingkat, dimulai dari 0,9
mg/mL hingga 0,1 mg/mL dalam labu ukur 10 mL. Kemudian masing-
masing larutan glukosa dengan konsentrasi 0,1 mg/mL, 0,3 mg/mL, 0,5
mg/mL, 0,7 mg/mL,0,9 mg/mL diambil sebanyak 1 mL (larutan tak
berwarna) dan dimasukkan pada tabung reaksi yang berbeda-beda, lalu
ditambahkan 3 mL pereaksi Cu alkalis pada masing-masing tabung
reaksi dan menghasilkan larutan berwarna biru, kemudian dipanaskan
dalam air mendidih selama 15 menit. Tujuan pemanasan untuk
mempercepat reaksi reduksi-oksidasi antara glukosa dengan pereaksi Cu
alkalis, dimana glukosa akan mereduksi Cu2+ menjadi Cu2O yang berupa
endapan merah bata. Adapun reaksi yang terjadi sebagai berikut :
19
Setelah pemanasan dihasilkan perubahan larutan yang berbeda-
beda pada tiap konsentrasi glukosa. Dimana pada larutan glukosa 0,9
mg/mL berwarna biru pudar dan terdapat endapan merah bata (++++),
larutan glukosa 0,7 mg/mL berwarna biru pudar dan terdapat endapan
merah bata (+++), larutan glukosa 0,5 mg/mL berwarna biru pudar dan
terdapat endapan merah bata (++), larutan glukosa 0,3 mg/mL berwarna
biru pudar dan terdapat endapan merah bata (+), larutan glukosa 0,1
mg/mL berwarna biru pudar dan endapan merah bata yang terbentuk
tidak terlihat jelas. Berdasarkan pada perubahan larutan yang terjadi dan
endapan merah bata yang dihasilkan, semakin tinggi konsentrasi glukosa
dalam larutan maka akan semakin banyak endapan merah bata yang
dihasilkan. Setelah itu semua larutan dalam tabung reaksi didinginkan
dalam air selama 10 menit dan endapan terlihat jelas setelah proses
pendinginan. Dimana endapan yang dihasilkan pada larutan glukosa 0,9
mg/mL lebih banyak dibandingkan dengan larutan yang memiliki kadar
glukosa dibawahnya.
Selanjutnya, pada masing-masing larutan ditambahkan 2 tetes
pereaksi arsenomolibdat yang berfungsi untuk melarutkan kembali
Cu2O hal tersebut disebabkan karena oksidasi Mo terhadap Cu2O.
Adapun reaksi yang terjadi sebagai berikut :
Cu2O(s) + arsenomolibdat (MO)6+ +4H+
2Cu2+ + arsenomolibdat (MO)5+ +H2O(l)
20
dipengaruhi oleh reaksi antara pereaksi arsenomolibdat dengan larutan
glukosa yang telah mereduksi Cu2+ menjadi Cu2O. Dimana pereaksi
arsenomolibdat bertindak sebagai agen pengoksidasi terhadap Cu2O
yang diubah menjadi Cu2+ dalam bentuk larutan. Semakin besar Cu2O
terokisdasi oleh arseno molibdat maka akan semakin besar nilai
absorbansinya.
Kurva standart yang kami peroleh adalah :
R² = 0.0744
0.4
0.2
0
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1
Konsentrasi (mg/mL)
21
konsentarsi glukosa dalam larutan. Selain itu, pada saat penambahan
pereaksi arsenomolibdat pada larutan sampel diduga pereaksi
arsenomolibdat tidak tercampur secara merata sehingga endapan merah
bata pada larutan glukosa 0,5 mg/mL, 0,7 mg/mL dan 0,9 mg/mL tidak
dapat larut dengan sempurna, hal tersebut akan berpengaruh terhadap
analisis selanjutnya dengan sprektofotometri. Pada analisis
sprektofotometri, diduga dalam larutan sampel terdapat kontaminan
yang berasal dari penggunaan kuvet sebelumnya, sehingga kontaminan
tersebut dapat mempengaruhi hasil absorbansi larutan sampel. Selain itu,
sebelum larutan sampel glukosa 0,5 mg/mL, 0,7 mg/mL dan 0,9 mg/mL
dimasukkan di kuvet, ketiga larutan tersebut tidak dikocok terlebih
dahulu, sehingga endapan atau warna merah dari larutan tertinggal di
dasar tabung reaksi, maka dari itu nilai absorbansi dari ketiga larutan
tersebut sangat jauh dari pada pengukuran absorbansi pada larutan
sampel 0,1 mg/ mL dan 0,3 mg/mL.
d. Larutan Blangko
Tahapan yang terakhir adalah pembuatan larutan blangko yang
bertujuan sebagai larutan pembanding terhadap pelarut dalam pereaksi
yang digunakan. larutan blangko dibuat dari 1 mL aquades (tak
berwarna) yang dimasukkan dalam tabung reaksi dan ditambahkan 3 mL
Pereaksi Cu alkalis (berwarna biru) dan menghasilkan larutan berwarna
biru. Setelah itu larutan dipanaskan dalam air mendidih selama 15 menit
dan didinginkan dalam air dingin selama 10 menit dan tidak dihasilkan
perubahan warna larutan yang menandakan tidak ada reaksi reduksi
oksidasi yang terjadi setelah penmabahn Cu alkalis. Selanjutnya
ditambahkan 2 tetes larutan arsenomolibdat yang berwarna (kuning
pudar) diaduk hingga merata dan tidak terjadi perubahan warna.
Selanjutnya larutan tersebut dibaca dengan alat spektronik UV-VIS pada
panjang gelombang 660 nm. Dari sini dapat diperoleh nilai absorbansi
sebesar 0. Aquades dipilih sebagai larutan blangko dikarenakan larutan
sampel yang akan dibandingkan menggunakan aquades sebagai
22
pelarutnya. Selain itu, aquades juga baik digunkan sebagai larutan
blangko dikarenakan aquades merupakan larutan yang tidak berwarna
sehingga memiliki panjang gelombang yang relative kecil sehingga tidak
mempengaruhi penyerapan cahaya oleh sampel. Selain itu panjang
gelombang aquades jauh dibawah UV-Vis atau cenderung ke UV.
Seperti kita tahu bahwa hasil dari absorbansi pada sampel sangat
dipengaruhi oleh larutan blangko, karena larutan blangko menyerap sisa
cahaya yang telah diserap oleh sampel, atau dengan kata lain larutan
blangko merupakan larutan sampel yang dikurangi oleh analit yang ingin
diketahui absorbansinya, maka dari itu nilai absorbansi analit dalam
sampel merupakan pengurangan dari absorbans sampel dengan
absorbansi blangko.
IX. Kesimpulan
Berdasarkan pada percobaan yang telah dilakukan, maka dapat
disimpulkan bahwa :
1. Pada percobaan pertama ketika filtrat darah diuji biuret didapatkan
larutan berwarna biru keunguan yang mengindisakisan masih ada protein
yang tertinggal dalam sampel.
2. Pada percobaan kedua didapat kadar glukosa darah sebesar 326,7
mg/100 mL dengan persaman y = 0,043 x + 0,517 dan R2 = 0,074. Nilai
regresi yang didapat sangat jauh dari angka 1 sehingga tidak dapat
dijadikan acuan perhitungan kadar glukosa darah karena kurang akurat.
3. Dari hasil percobaan didapat nilai absorbansi yang tidak sesuai teori,
dimana seharusnya semakin tinggi konsentrasi nilai absorbansinya
semakin tinggi, tetapi dari percobaan didapatkan hasil yang naik turun.
4. Pada percobaan ke empat diperoleh nilai absorbansi blanko sebesar 0
dikarenakan larutan blanko tidak mengandung glukosa.
X. Jawaban Pertanyaan
1. Tentukan kadar glukosa darah dalam mg glukosa/ 100 mL darah!
Jawab:
y = 0,043 x + 0,5175
23
0,658 = 0,043 x + 0,5175
0,043 x = 0,658 - 0,5175
0,043 x = 0,1405
x = 3,267 mg/mL
x = 326,7 mg/100mL
H2O H
O
C + 5OH- + 2CU2+
H
(sitrat)
H
O
C + Cu2O
O-
(endapanmerahbata)
24
di dalam darah. Jika glukosa di dalam darah dalam kondisi yang
seimbang (dideteksi oleh hipotalamus), maka pembebasan insulin akan
semakin banyak ke dalam hati untuk mengubah glukosa (karbohidrat
sederhana) menjadi glikogen (polimer glukosa, karbohidrat kompleks)
yang akan disimpan di dalam hati atau sel-sel otot menjadi cadangan
glukosa, atau dapat juga insulin merangsang sel-sel tubuh mengambil
lebih banyak glukos. Dengan demikian kadar glukosa darah menurun,
kembali ke keadaan yang seimbang. Sampai pada titik ini, pancreas akan
dirangsang untuk mengurangi sekresi insulin. Cadangan glukosa yang
tersimpan (glikogen) sewaktu-waktu akan dirombak kembali menjadi
glukosa ketika tubuh mengalami kekurangan asupan glukosa yang mana
dapat metabolisme ini dirangsang oleh hormone glucagon.
25
LAMPIRAN DOKUMENTASI
Bahan yang
digunakan pada
praktikum terdiri
dari neilson A,
Neilson B, larutan
indikator gula,
arseno molibdat,
Ba(OH)2, ZnSO4,
dan NH4SO4, Biuret,
asam sitrat
Alat-alat yang
digunakan pada
praktikum
penentuan kadar
glukosa darah yang
tediri dari peralatan
gelas
26
Sampel darah yang
diambil dari salah
satu praktikan
Terbentuk residu
dan filtrat sampel
darah setelah
disentrifuse
27
Filtrat diuji
menggunakan
reagen biuret untuk
mengetahui apakah
bebas dari
kandungan protein
Reagen Cu alkalis
yang dibuat melalui
pencampuran reagen
neilson A dengan
reagen neilson B
dengan
perbandingan 4 : 1
28
Setelah dipanaskan
selama 15 menit
terbentuk endapan
berwarna merah
bata yang mana
menunjukkan bahwa
terbentuknya Cu2O
dari reduksi Cu2+
oleh gula pereduksi
Ditambahkan reagen
aresenomolibdat
pada masing-masing
analit sampel yang
bertujuan untuk
mengoksidasi Cu2O
menjadi Cu2+ yang
mana jumlah Cu2+
mewakili kadar
glukosa dalam analit
29
30
LAMPIRAN PERHITUNGAN
Pengenceran
1. Konsentrasi 0,9 mg/mL
M1 . V1 = M2 . V2
2. V1 = 0,9 . 10
V1 = 4,5 mL
2. Konsentrasi 0,7 mg/mL
M1 . V1 = M2 . V2
0,9. V1 = 0,7 . 10
V1 = 7,77778 mL
3. Konsentrasi 0,5 mg/mL
M1 . V1 = M2 . V2
0,7. V1 = 0,5 . 10
V1 = 7,142857 mL
4. Konsentrasi 0,3 mg/mL
M1 . V1 = M2 . V2
0,5. V1 = 0,3 . 10
V1 = 6 mL
5. Konsentrasi 0,1 mg/mL
M1 . V1 = M2 . V2
0,3. V1 = 0,1 . 10
V1 = 3,3333 mL
31
x = 3,267 mg/mL
x = 326,7 mg/100mL
32