DAFTAR
FOLLOW
HUMANIORA
Abang- Awig – awig merupakan hukum adat yang disusun dan harus ditaati oleh krama (masyarakat)
desa adat/pekraman di Bali untuk mencapai Tri Sukerta. Tri Sukerta antara lain, Sukerta tata Parahyangan
(keharmonisan hubungan manusia dengan Tuhan), Sukerta tata Pawongan (keharmonisan hubungan
manusia dengan manusia), dan Sukerta tata Palemahan (keharmonisan hubungan manusia dengan
lingkungannya), yang merupakan perwujudan dari ajaran Tri Hita Karana.
Proses penyusunan awig-awig di Desa Pekraman Gulinten sampai saat ini masih menemui kendala,
sehingga kelompok mahasiswa KKN-PPM Unud di Dusun Gulinten mengadakan sosiaslisasi dengan
mendatangkan Prof. Dr. I Wayan Windia, SH., M,Si sebagai pembicara dalam acara “Sosialisasi Strategi
Penulisan Awig-awig” yang diadakan di Balai Serbaguna Dusun Gulinten, Selasa (18/08/2015). Guru
Besar Universitas Udayana yang terkenal sebagai pakar hukum adat ini menegaskan bahwa
penyempurnaan awig-awig tidak dapat langsung tuntas apabila hanya dalam satu atau dua kali diskusi.
“Untuk hari ini, saya hanya berkesempatan untuk memberikan pengantar strategi tentang penulisan
awig-awig sehingga krama Desa Pakraman Gulinten memiliki bayangan dalam penyusunan awig-awig-
nya. Penyusunan sebuah awig-awig haruslah melewati proses dan pembinaan yang cukup panjang,
dimana dalam prosesnya sering ditemui perbedaan pendapat namun jangan sampai menimbulkan
konflik antar anggota masyarakat. Awig-awig sebelumnya sudah ada, hanya saja perlu disesuaikan
dengan Perda yang berlaku dan kondisi masyarakat saat ini.” ujar Prof. Windia.
“Desa Pakraman Gulinten sudah memiliki rancangan awig-awig namun belum disesuikan dengan perda
yang berlaku serta belum diterapkan sepenuhnya di krama desa” tegas Kelian Desa Pakraman Gulinten I
Ketut Sujana saat ditemui pada acara tersebut. Pak Ketut Sujana juga menanyampaikan harapannya
untuk program ini. “Mudah-mudahan Prof bisa berkelanjutan membina dan membimbing kami sehingga
awig-awig bisa sampai tertulis dan menjadi landasan kehidupan krama desa kami”
Kepala Desa Bunutan, I Made Suparwata yang turut hadir mengapresiasi program ini. Beliau
menambahkan “tidak perlu cepat-cepat dalam menyusun awig-awig agar tidak membawa dampak
negatif untuk anak cucu nantinya”. Alon-alon asal terlakon imbuhnya.
“Kami selaku prajuru Desa sangat senang dengan adanya program ini sehingga dapat memberikan
pencerahan dalam penyelesaian sengketa adat di desa pakraman ini. Selain itu, saya mewakili prajuru,
berterimakasih karena program ini dapat menjembatani Prof Windia dengan krama Desa Gulinten.
Materi yang diberikan Beliau cukup baik, simpel, jelas dan pasti sehingga dapat diserap dengan baik”
ungkap I Wayan Dana, salah satu prajuru (aparat) Desa Pekraman Gulinten yang hadir.
LABEL humaniora
RESPONS : 0
POWERED BY
Ambae.exe
59
zaldy chan
42
Sary Hadimuda
1414
BERI NILAI
AKTUAL
BERMANFAAT
INSPIRATIF
MENARIK
MENGHIBUR
TIDAK MENARIK
UNIK
M.E. Irmansyah
M.E. Irmansyah
MENARIK
KOMENTAR
TERPOPULER
Ishak Pardosi
Ishak Pardosi
349
Dzulfikar
Melihat Integrasi Stasiun Cisauk dengan Terminal dan Pasar Modern Intermoda BSD
Dzulfikar
342
Felix Tani
Felix Tani
277
213
NILAI TERTINGGI
ROPINGI
Sepenggal Rasa
ROPINGI
Rustian Al Ansori
Rustian Al Ansori
ROPINGI
Puisi | Jendela
ROPINGI
Hennie Engglina
Hennie Engglina
FEATURED ARTICLE
459
TERBARU
Bilkis Saba
Ruangan Gelap
Mim Yudiarto
4
Refleksi Debat Kedua Pilpres 2019
Ronald Hutasuhut
13
HEADLINE
Hasil Debat
ROPINGI
149
Situasi Terkini Ledakan di Parkir Timur GBK Saat Debat Capres Kedua
Kompasiana News
159
Ratih Purnamasari
61
Melihat Integrasi Stasiun Cisauk dengan Terminal dan Pasar Modern Intermoda BSD
Dzulfikar
348
kompasiana
TENTANG KOMPASIANA
BANTUAN
FAQ
KONTAK KAMI
JARINGAN