Anda di halaman 1dari 84

OBAT-OBAT

KARDIOVASKULER

Oleh :
Tri Cahyo Sepdianto
Pasien Bedah Jantung
dirawat di ICU
Obat-obatan yang sering digunakan
di unit kardiovaskuler / ICU

1. Obat kardiovaskuler
2. Golongan sedative
3. Golongan pelumpuh otot
4. Golongan analgetik narkotik
Obat Kardiovaskuler
1 • Anti Angina

2 • Anti gagal jantung

3 • Anti Aritmia
4 • Anti koagulan
5 • Penurun lipid
Obat Anti Angina

1. Beta bloker
2. Nitrat
3. Calcium Channels Blockers / Ca Antagonis
Beta Blocker

 Beta blocker memiliki sifat inotropik negatif


& kronotopik negatif
 Menurunkan kontraktilitas miokardium & denyut
jantung
 Menurunkan kebutuhan oksigen miokardium
Beta Blocker
Jenis :
• Kardioselektif (tdk menyebabkan spasme
bronkus). Contoh : Metoprolol, Atenolol, Esmolol

• Non kardioselektif (menyebabkan spasme


bronkus).
Contoh : Propanolol, Pindalol, Nadolol
Beta Blocker
Indikasi
 Hipertensi sistolik
 Aritmia
 Angina pektoris

Kontra indikasi
 Denyut jantung < 60x/mnt
 Tekanan darah sistolik < 100 mmHg
 AV blok derajat 2 atau 3
 Hipoperfusi, kegagalan ventrikel kiri yg berat
Beta Blocker
Efek samping
• Gagal jantung
• AV Block
• Spasme bronkhus
• Depresi

Implikasi Keperawatan
 Pemantauan tekanan darah & denyut jantung
NITRAT
Nitrat
Efek hemodinamik :
 Vasodilator pembuluh darah yg kuat, terutama arteri
 Vasodilator pembuluh darah vena sistemik
 Meningkatkan suplai oksigen miokardium & menurunkan
preload & afterload

Indikasi :
 Spasme koroner
 Hipertensi
 Hipertensi pulmoner
 Preoperative iskemik
Nitrat

Dosis
 IV : 0,1 – 10 µg/kgBB/mnt
 Sublingual : 2,5 – 5 mg
 Per oral : 5 – 20 mg
 Aerosol spray : 1 – 2 semprot untuk 0,5 – 1 detik
tiap 5 menit (0,4 mg/dose) maksimal 3 kali
semprotan
Nitrat

Efek Samping
 Penurunan tekanan darah
 Pusing, sakit kepala

Implikasi Keperawatan
 Pemantauan tekanan darah
Calcium Channel Blocker
Calcium Channel Blocker

Efek hemodinamik :
 Mempunyai efek vasodilator & menurunkan tahanan perifer
dengan memblok pintu masuk kalsium
 Efektif untuk angina pektoris akibat spasme koroner
 Memperpanjang refrakter Nodal AV

Indikasi :
 Hipertensi
 Spasme koroner
 Menurunkan respon ventrikel pada atrial fibrilasi & atrial
flutter
Calcium Channel Blocker

Kontra indikasi :
 Kegagalan fungsi ventrikel
 Miokardial infark yg baru
 AV blok total

Efek samping :
 Hipotensi, palpitasi, takikardia
 Konstipasi, nause
 Rush, flushing, edema perifer
Efek dari Calcium Channel Blocker
Nicardipin Diltiazem Verapamil Nifedipin Isradipin

Inotropy 0 ↓ ↓↓ 0 0

Heart rate ↑ ↓ ↓ ↑ ↑

AV 0 ↓↓ ↓ 0 0
Conduction

Systemic ↓↓ ↓↓ ↓↓ ↓↓ ↓↓
Resistance

Coronary ↓↓ ↓↓ ↓↓ ↓↓ ↓↓
Vascular
Resistance
Implikasi Keperawatan Pada
Penggunaan Calcium Channel Blocker

Pemantauan :
 Tekanan darah
 Denyut jantung
 Elektrolit
 EKG
Obat Gagal Jantung

1. Diuretik
2. ACE Inhibitor
3. Digitalis
4. Inotropik
Diuretik
Efek hemodinamik
 Menurunkan volume darah dan cairan interstisiil dg cara
meningkatkan ekskresi NaCl & air me ↓ preload,
CO dan resistensi perifer
 Efek sebagai vasodilator relaksasi otot polos arteriol
 Secara umum menurunkan kerja jantung dan menurunkan
tekanan darah

 Indikasi
 Odema paru, odema perifer
 Hipertensi
 Nefrotik sindrome
Diuretik

Dosis
 0,5 – 1 mg/kgBB, bila tidak berespon bisa diberikan
double dose (2 mg/kgBB)

Jenis diuretik
 Boros kalium : Furosemide
 Hemat kalium : Spironolakton
Implikasi Keperawatan
Penggunaan Diuretik

1. Diberikan pagi hari biar tidak terganggu tidurnya akibat


sering BAK
2. Lakukan monitor intake output
3. Lakukan monitor tekanan darah
4. Lakukan monitor kadar elektrolit
5. Lakukan evaluasi odema
ACE Inhibitor
Efek hemodinamik :
 Menghambat pembentukan angiotensin II
 Menurunkan tekanan darah
 Menurunkan preload & afterload
 Menurunkan kebutuhan oksigen jantung

Jenis
 Short acting (tiap 8 jam) : Enalapril 2 x 12,5 mg &
dapatdinaikkan bertahap, Captopril 2 – 3 x 6,25 – 12,5
mg sehari
 Long acting (satu kali sehari) : Lisinopril 1 x 2,5 mg
ACE Inhibitor

Indikasi
 Hipertensi, gagal jantung
 Suspect infark miokardial dan ST elevasi di 2 lead atau
lebih
 Gagal jantung tanpa hipotensi yg tidak respon dengan
digitalis & diuretik
 Fraksi ejeksi LV < 40%
ACE Inhibitor
Kontra indikasi :
 Kehamilan
 Angioderma
 Hipersensitif pada ACE inhibitor
 Kurangi dosis pada pasien gagal ginjal

Implikasi keperawatan :
 Pemantauan tekanan darah, sakit kepala, fungsi ginjal & respon
batuk
RAAS

ACE Inhibitors Angiotensin I


.

ACE

Angiotensin II

1. potent vasoconstrictor
- increases BP
2. stimulates Aldosterone
- Na+ & H2O
reabsorbtion
Renin-Angiotensin-Aldosterone

Plasma
Kidney
volume
Detected by (juxtaglomerular
&/Or apparatus)

 [Na+] Releases
Via ACE
(Angiotensin
Converting Renin
Enzyme)
Converts

Angiotensin II…

Angiotensin I… Angiotensinogen
Digitalis
Efek hemodinamik :
 Digitalis mempunyai efek menyekat sodium yg merupakan membran
bound, yaitu suatu sistem transport enzym yg mempengaruhi pertukaran
Na & Ca intraseluler
 Peningkatan Ca akan menyebabkan peningkatan kontraktilitas miokardium
 Efek inotropik (kontraktilitas) positif & kronotropik negatif (menurunkan
denyut jantung)

Indikasi :
 Untuk mengontrol ventrikel rate pada atrial fibrilasi & atrial flutter
 Digunakan setelah adenosisn untuk mengobati SVT dg kompleks QRS yg
sempit
Digitalis
Kontra indikasi :
 Total AV blok
 Kardiomiopati
 Sindroma WPW
 Hipokalemia & gagal ginjal

Efek samping
 Menimbulkan toksik & muntah

Implikasi Keperawatan
 Lakukan observasi denyut jantung
Inotropik
1. Dopamin
2. Dobutamin
3. Adrenalin / Epineprin
4. Noradrenalin / Norepineprin
Dopamin
Efek hemodinamik
 Pemberian dosis rendah (2 – 5 µg/kgBB/mnt)
Menstimulasi reseptor dopaminergik yg menghasilkan vasodilatasi arteri renal
& meningkatkan urine output. Denyut jantung & curah jantung dapat
meningkat

 Pemberian dosis sedang (5 – 8 µg/kgBB/mnt)


Menstimulasi reseptor β1 yg akan meningkatkan kontraktilitas miokardium &
denyut jantung

 Pemberian dosis tinggi (> 10 µg/kgBB/mnt)


Menstimulasi reseptor α yg akan mengakibatkan vasokonstriksi, meningkatkan
SVR, meningkatkan TD & konsumsi oksigen
Dopamin
Indikasi :
 Digunakan pada pasien dengan curah jantung rendah, terutama dengan
SVR rendah dan TD yg marginal
 Untuk meningkatkan perfusi ke renal & urin output pada pasien dengan
atau tanpa preexsisting renal dysfunction

Efek Samping :
 Mual, muntah
 Takikardia
 Hipertensi & vasokonstriksi pembuluh darah perifer

Implikasi keperawatan :
 Lakukan pemantauan denyut jantung, tekanan darah & intake output
Dobutamin
Efek hemodinamik :
 Merupakan adrenergik β1 yang akan meningkatkan kontraktilitas
miokardial & meningkatkan aliran darah ke koroner
 Memiliki efek ringan ke β2 yang menyebabkan vasodilatasi perifer
sehingga menurunkan SVR

Dosis rendah (2 – 5 µg/kgBB/mnt)


 Meningkatkan curah jantung tanpa meningkatkan denyut jantung

Dosis sedang (5 – 10 µg/kgBB/mnt)


 Meningkatkan curah jantung disertai penurunan tekanan kapiler pulmonal

Dosis tinggi (10 – 20 µg/kgBB/mnt)


 Meningkatkan curah jantung
Dobutamin
Indikasi
 Pasien dengan cardiac output rendah & mengalami takikardi

Efek samping
 Mual, muntah
 Sakit kepala
 Palpitasi

Implikasi keperawatan
 Melakukan observasi tekanan darah & denyut jantung
Dopamin & Dobutamin dapat diberikan
bersama-sama untuk mengatasi sindroma
low cardiac output & kongestif paru
Contoh Penghitungan Dosis Dobutamin
Tn A dengan BB 50 kg dapat dobutamin 10
mikrogram/kgBB/mnt. Berapa cc/jam yang harus diseting
dalam syringe pump?

Sediaan dobutamin : 250 mg dalam 10 cc


Dobutamin diencerkan menjadi 50 cc dg NaCl.
Jadi 1 cc = 250/50 = 5 mg
= 5000µg
(Sering disebut faktor pengencer)

Dosis x BB x 60 10 x 50 x 60
Rumus = ---------------------- = ------------------ = 6 cc/jam
Faktor pengencer 5000
Adrenalin
Efek hemodinamik
 Merupakan adrenergik β1 yang paling kuat
 Meningkatkan curah jantung, denyut jantung & kontraktilitas
 Juga merupakan agen β2 yg kuat, sehingga berfungsi sebagai bronkhodilator

Indikasi
 Borderline cardiac output tanpa takikardi & ventricular ectopy
 Ketika menggunakan pacing untuk denyut jantung yg rendah
 Bronkhospasme
 Anaphilaksis
 Resusitasi pada cardiac arrest

Dosis : dimulai 0,02 – 1 µg/kgBB/mnt

Implikasi Keperawatan
 Melakukan observasi tekanan darah & denyut jantung
Noradrenalin
Efek hemodinamik
 Memiliki efek catecolamin yg kuat dengan α & β adrenergiknya
 α adrenergik meningkatkan SVR & TD
 β adrenergik meningkatkan kontraktilitas & denyut jantung

Indikasi
 Pasien low cardiac output dengan SVR yang rendah

Dosis : dimulai 0,05 – 0,5 µg/kgBB/mnt

Implikasi keperawatan
 Melakukan observasi tekanan darah, denyut jantung, urin output &
perfusi perifer
Obat Antiaritmia

Obat antiaritmia dibagi menjadi empat kelas :


Kelas 1 : Sodium Channel Blocker
Kelas 2 : Beta adrenergik Blocker
Kelas 3 : Prolong Repolarisation
Kelas 4 : Calcium Channel Blocker
Potensial Aksi Sel Kontraktil
Fase Potensial Aksi Jantung
Fase 0 Fase 1 Fase 2 Fase 3 Fase 4
Depolarisasi cepat Repolarisasi dini Fase Plateau Repolasrisasi Cepat Resting membran
(fast sodium potential
channel)
Terjadi downslope
Terjadi pemasukan Saluran Na akan Terjadi pemasukan potensial aksi, Kembali ke keadaan
cepat Na dari luar menutup sebagian ion Ca ke dalam dimana iok K istirahat. Ion Na
sel ke dalam sel. shg memperlambat sel. Ion K terus keluar secara cepat. banyak di dalam sel
Ion K bergerak ke aliran Na. Pada saat keluar dari sel. Saluran Ca & Na & ion K banyak di
luar sel & ion Ca bersamaan Cl Ditandai dengan tertutup. Suasana luar sel. Pompa
bergerak lambat masuk ke dalam sel segmen ST pada elektrik di dalam NaK diaktifkan
masuk ke dalam sel. & K keluar sel. EKG sel menjadi negatif. untuk
Sel akan Penurunan jumlah Terjadi gelombang mengeluarkan ion
terdepolasisasi dan ion positif dalam T pada EKG. Bila Na & memasukkan
mulai kontraksi sel & menimbulkan saluran K dihambat ion K ke dalam sel.
jantung ditandai gelombang defleksi terjadi Jantung mengalami
komplek QRS pada negatif kecil pemanjangan polarisasi (siap
EKG potensial aksi untuk stimulus
berikutnya)
Kelas 1 : Sodium Channel Blocker
• Menghambat saluran natrium di dalam membran sel
selama potensial aksi

• Menekan fase 0 potensial aksi dan & mengubah durasi


potensial aksi

• Contoh : disopiramid, prokainamid, kuinidin (kelas


1a), Lidokain, Meksiletin (kelas 1 b), Flekainid,
Profapenon (kelas 1c)
Kelas 2 : Beta adrenergik Blocker

• Menghambat reseptor beta, menyebabkan depresi fase


4 potensial aksi

• Memperlambat pemulihan sel, memperlambat


konduksi dan menurunkan automatisasi

• Contoh : Asebutolol, esmolol, propanolol


Kelas 3 : Prolong Repolarisation

• Menghambat saluran kalium


• Memperlambat fase 3 potensial aksi
• Memperpanjang repolarisasi
• Memperlambat frekuensi dan konduksi jantung

• Contoh : Amiodaron, Bretilium, Sotalol


Kelas 4 : Calcium Channel Blocker
• Menghambat saluran kalsium di membran sel
• Menyebabkan depresi depolarisasi dan perpanjangan
fase 1 dan 2 repolarisasi
• Perlambat automatisasi dan konduksi

• Contoh : Diltiazem, Verapamil


Obat Antikoagulasi

 Obat antikoagulan yaitu obat yg menghambat


secara langsung koagulan aktif atau sintesa
faktor pembekuan di hati

 Contoh heparin, warfarin


Heparin
• Heparin menghambat bekuan darah dg mengubah
protrombin menjadi trombin

• Heparin jg menghambat agregasi platelet oleh trombin

• Heparin digunakan dlm pengobatan & pencegahan


tromboemboli di vena & arteri. Heparin juga digunakan
untuk pengobatan infark miokardial, UAP, & DIC

• Kontra indikasi : kecenderungan perdarahan, defisiensi


vitamin K, ulkus gaster, & pasien yg baru menjalani bedah
otak & tulang belakang, hipertensi maligna & TBC aktif
Heparin
• Efek samping : mual, muntah, skin rush

• Dosis : dosis awal diberikan secara bolus


sebanyak 5000 unit dilanjutkan dengan drip
1000 unit atau 20.000 – 30.000 unit per 24 jam

• Implikasi keperawatan : pemantauan nilai


APTT tiap 6 jam dimana nilai APTT berkisar
1,5 – 2 x kontrol
Warfarin
 Antikoagulan oral

 Indikasi diberikan pada pasien yg berisiko mengalami


tromboemboli : pasca infark miokardial, atrial fibrilasi, gagal
jantung kongestif, riwayat emboli sistemik atau adanya trombus
di LV atau pasien pasca ganti katup jantung

 Pemberiannya selalu dikontrol dg pemeriksaan INR


Arixtra
 1 x 0,6 mL (7,5 mg) diberikan SC selama 5 hari
Lovenox
 0,6 cc diberikan SC
 1x sehari selama 5 hari
 Dilanjutkan PCTA, CABG.
 Bila tidak.....lanjut CPG/aspilet

 Bila PCI : CPG 600 mg loading, selanjutnya 1x75 mg


 Bila tidak PCI : CPG 300 mg ...selanjutnya 1x75 mg
selama 12 bulan
Agen Penurun Lipid
1. Sekuestran asam empedu
2. Inhibitor HMG-Koa
3. Fibrat
4. Niasin
5. Terapi sulih hormon pada wanita
Simvastatin
Simvastatin adalah senyawa antilipermic derivat asam mevinat yang
mempunyai mekanisme kerja menghambat 3-hidroksi-3-metil-glutaril-
koenzim A (HMG-CoA) reduktase yang mempunyai fungsi sebagai
katalis dalam pembentukan kolesterol. HMG-CoA reduktase
bertanggung jawab terhadap perubahan HMG-CoA menjadi asam
mevalonat.

Penghambatan terhadap HMG-CoA reduktase menyebabkan


penurunan sintesa kolesterol dan meningkatkan jumlah reseptor Low
Density Lipoprotein (LDL) yang terdapat dalam membran sel hati
dan jaringan ekstrahepatik, sehingga menyebabkan banyak LDL yang
hilang dalam plasma.

Simvastatin cenderung mengurangi jumlah trigliserida dan


meningkatkan High Density Lipoprotein (HDL) kolesterol (Deglin &
Vallerand, 2005)
Implikasi Keperawatan
1. Berikan obat sebelum tidur : laju pembemtukan kolesterol
teringgi pada malam hari

2. Pantau kadar kolesterol dan LDL serum

3. Pantau uji fungsi hepar

4. Anjurkan untuk merubah gaya hidup


Obat-obat trombolitik

Anti trombotik (trombolitik) yaitu obat yg


menghancurkan bekuan darah dg mengaktifkan
endogenus plasminogen yg menyebabkan fibrinolisis
Indikasi Trombolitik
1. Kelas I
a. Pasien dg usia < 75 th dg ST elevasi > 0,1 mV di 2 sandapan atau lebih. Onset
< 12 jam sejak dimulainya sakit dada khas infark
b. Pasien dg budle branch block & diperkirakan mengalami serangan IMA

2. Kelas II
a. Usia > 75 th dg ST elevasi > 0,1 mV di 2 sandapan atau lebih. Onset < 12 jam
sejak dimulainya sakit dada khas infark
b. Pasien dg ST elevasi > 0,1 mV di 2 sandapan atau lebih. Onset 12 – 14 jam
sejak dimulainya sakit dada khas infark
c. Pasien dg tekanan darah sistolik > 180 mmHg & diastolik > 110 mmHg, yg
dihubungkan dg risiko IMA

3. Kelas III
a. Pasien dg ST elevasi > 0,1 mV di 2 sandapan atau lebih. Onset > 24 jam &
nyeri iskemik sudah berkurang
b. Pasien dg ST depresi
Kontra Indikasi Trombolitik
1. Mutlak
a. Riwayat stroke perdarahan & kejadian kardiovaskuler dalam 1 th terakhir
b. Neoplasma intrakranial
c. Perdarahan internal aktif
d. Diseksi aorta

2. Relatif
a. Hipetensi tidak terkontrol (> 180/110 mmHg)
b. Sedang menjalani terapi antikoagulan
c. Trauma baru dalam 2 – 4 mg, operasi besar < 3 minggu
d. Tusukan vaskuler yg tidak dapat diatasi
e. Perdarahan internal baru dalam 2 – 4 minggu
f. Pemberian streptokinase sebelumnya atau riwayat alergi sebelumnya
g. Kehamilan
h. Ulkus peptikum aktif
Efek Samping Trombolitik

 Perdarahan
 Aritmia, berupa aritmia ventrikel
 Hipotensi
 Alergi
Jenis Agen Trombolitik
1. Selektif Fibrin
Bekerja dg mengaktivasi plasminogen yg mengikat fibrin
a. t-PA (tissue Plasminogen Activator)
b. rt-PA (recombinant tissue Plasminogen Activator)
c. r-PA (recombinant Plasminogen Activator)
d. SCUPA (Single Chain Urokinase Plasminogen Activator)

2. Non Selektif Fibrin


a. Bekerja dengan mengaktifasi plasminogen bebas menjadi
plasmin
b. Contoh : Streptokinase, Urokinase, APSAC (Anisoylated
Plaminogen Streptokinase Activator)
Occlusion Mechanism
tPA Mechanism
Sedative
1. Obat-obat ini mempunyai efek sedative (menimbulkan
kantuk) sampai hypnosis (tidur).
2. Obat-obat ini dapat digunakan untuk mengatasi kejang
(konvulsi sentral).
3. Kegunaan lain selain sedasi adalah untuk prabedah, untuk
anastesi umum & sedasi untuk tindakan invasive
Golongan sedative
yang sering digunakan

1. Midazolam
2. Diazepam
3. Propofol
Golongan Pelumpuh Otot
 Obat golongan ini bekerja menghambat kontraksi otot di tingkat
motor end plate otot rangka, termasuk diafragma & otot
pernafasan lain

 Tidak mempunyai efek pada jantung, tidak mempunyai efek


sedasi dan analgesi

 Obat ini digunakan untuk intubasi & kontrol nafas klien


Golongan Analgetik Narkotik
• Narkotik bekerja dengan cara menduduki reseptor
opiate di sususan saraf pusat (otak & medula spinalis)

• Merupakan analgetik yang sangat kuat

• Bila penggunaan dalam jangka panjang dihentikan tiba-


tiba dapat menimbulkan gejala putus obat

• Efek samping : depresi nafas, adiksi, mual & pelepasan


histamin, kekakuan otot & spasme bilier
Morphine
• Merupakan narkotik alami, sering disebut sebagai
opiate
• Untuk mengatasi nyeri hepat akibat IMA & kanker
• Onset 5 – 10 menit, masa kerja panjang (6 jam)
• Mempunyai efek vasodilator, terutama
vaskularisasi paru
• Sediaan : ampul 10 mg/1mL
• Pemberian : IV, IM, oral, SC, epidural, spinal
• Dosis : IV 0,05 – 0,2 mgM/SC 0,05 – 0,3 mg/kg
Tambahan
Platelet Adhesion
Platelet Inhibitors

 Inhibit the aggregation of platelets


 Indicated in progressing MI, TIA/CVA
 Side Effects: uncontrolled bleeding
 No effect on existing thrombi
Plavix

Plavix berisi klopidogrel yang merupakan derivate


tienopiridin. Tienopiridin berfungsi sebagai
antiplatelet. Tienopiridin memblok reseptor adenosine
diphospate P2Y12 pada permukaan platelet sehingga
menghambat aktivasi platelet
Ascardia
Ascardia berisi asam asetil salisilat yang berperan dalam
menurunkan adhesi dan agregasi trombosit dengan
menghambat enzim siklooksigenase-1.

Enzim siklooksigenase berperan dalam pembentukan


tromboksan A2 dan prostasiklin. Tromboksan A2 merupakan
suatu konstriktor yang akan menginduksi pelepasan granul-
granul intraseluler sehingga berakibat agregasi trombosit
Omeprazole

Omeprazole merupakan obat golongan proton pump inhibitor


yang berfungsi dalam memblok produksi asam lambung.

Omeprazol berikatan dengan sel parietal lambung dengan


bantuan pH lambung yang asam mencegah transport akhir ion
hidrohen ke dalam lumen lambung.

Efek terapeutik dari omeprazol adalah mengurangi akumulasi


asam pada lumen lambung dengan mengurangi reflex
gastroesofagus (Deglin &Vallerand, 2005
OBAT ANTI HIPERTENSI
BP Classification Initial Drug Therapy

Normal No antihypertensive drug indicated

Pre hypertension

Stage 1 Hypertension Thiazide-type diuretics for most


may consider ACEI, ARB, BB, CCB
or combination
Stage 2 Hypertension Two-drug combination for most
(usually thiazide diuretic and ACEI
or ARB or BB or CCB

Anda mungkin juga menyukai