Bensin adalah zat cair yang mempunyai kemampuan untuk menguap pada suhu yang rendah. Molekul-molekul pada
bensin memiliki kecenderungan untuk lepas dari permukaan lebih besar dibandingkan dengan zat cair lainnya, makin
tinggi temperatur maka makin cepat pula molekul-molekul bensin lepas dari permukaannya. Bensin merupakan
campuran hidrokarbon yang didapatkan dari penyulingan bertingkat dari minyak bumi dengan proses pemecahan
(cracking) fraksi-fraksi berat minyak bumi, gas bumi juga secara sintetik dengan jalan polimerisasi/alkalisasi
hidrokarbon.
Bensin sering juga dinamakan gasoline atau petrol. Bensin untuk kendaraan bermotor dibedakan atas empat tingkat,
yaitu :
1) Bensin putih, memiliki kandungan bahan anti ketukan yang rendah.
2) Bensin regular, bensin yang mengandung sedikit tetraethylead, karena itu bensin regular mempunyai kualitas anti
ketukan yang lebih baik dari bensin putih. Bensin ini dapat dipakai untuk semua mesin kompresi tinggi untuk
kendaraan traktor dan truk pada kondisi biasa.
3) Bensin premium dan super premium, mempunyai sifat anti ketukan yang lebih baik (nilai oktannya lebih dari 95)
dan dapat dipakai pada mesin kompresi tinggi pada semua kondisi. (BM. Surbhakty : 1978 : 36).
Bensin premium, super premium maupun bensin regular banyak tersedia pada stasiun pompa bensin sebagai bahan
bakar motor. Sifat penting pada bahan bakar bensin yaitu :
Bensin merupakan campuran isomer-isomer heptana (C7H16) dan oktana (C8H18) yang dihasilkan dari destilasi
langsung minyak bumi, terdiri dari hidrokarbon jenuh (alkana) rantai lurus / bercabang, hidrokarbon rantai tertutup
naftalena, sebagian kecil hidrokarbon aromatic dan jarang sekali terdapat hidrokarbon tak jenuh olefin. Akan tetapi
jenis senyawa hidrokarbon tersebut tergantung juga dari jenis asal minyak mentahnya.
Pada umumnya bensin yang dipasarkan sekarang ini merupakan hasil campuran dari beberapa komponen bensin
hasil destilasi langsung maupun bensin hasil dari proses lanjutan seperti perengkahan reformasi, alkilasi, isomerisasi
/ polimerisasi. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa komposisi kimia bensin yang dipakai sebagai bahan baker
motor terdiri dari hidrokarbon alifatik jenuh / tak jenuh, hidrokarbon siklik ataupun hidrokarbon aromatik. (Semar 1988
: 75)
A. BENSIN
Bensin mengandung hydrocarbon hasil sulingan dari produksi minyak mentah. Bensin mengandung gas yang mudah
terbakar, umumnya bahan bakar ini digunakan untuk mesin dengan pengapian busi. Sifat yang dimiliki bensin
sebagai berikut.
Mudah menguap pada temperatur normal.
Tidak bewarna, tembus pandang dan berbau.
Mempunyai titik nyala rendah (-10o sampai -15oC).
Mempunyai berat jenis yang rendah (0,60 sampai 0,78).
Dapat melarutkan oli dan karet.
Menghasilkan jumlah panas yang besar (9,500 – 10,500 kcal/kg).
Sedikit meninggalkan karbon setelah dibakar.
Mesin bensin saat ini menggunakan bensin dengan komposisi yang seimbang untuk memperoleh kemampuan yang
optimal pada berbagai tingkat kecepatan.
Kualitas berikut ini diperlukan oleh bensin untuk memberikan kerja mesin yang lembut.
Mudah terbakar
Pembakaran serentak di dalam ruang bakar dengan sedikit knocking.
Mudah menguap
Bensin harus mampu membentuk uap dengan mudah untuk memberikan campuran udara – bahan bakar dengan
tepat saat menghidupkan mesin yang masih dingin.
Nilai oktan (octane number) atau tingkatan dari bahan bakar adalah mengukur bahan bakar bensin terhadap anti-
knock characteristic. Bensin dengan nilai oktan tinggi akan tahan terhadap timbulnya engine knocking dibanding
dengan nilai oktan yang rendah.
Ada dua cara yang digunakan untuk mengukur nilai oktan : Research method dan motor method.
Research method adalah yang paling umum digunakan dan spesifikasi nilai oktan nya dengan metode ini ditetapkan
dengan istilah “RON” (Research Octane Number).
Bahan bakar diesel biasa disebut light oil atau solar adalah suatu campuran dari hydrocarbon yang telah di distilasi
setelah bensin dan minyak tanah dari minyak mentah pada temperatur 200 oC sampai 340oC. Sebagian besar solar
digunakan untuk menggerakkan mesin diesel. Bahan bakar diesel mempunyai sifat utama sebagai berikut.
Tidak bewarna atau sedikit kekuning-kuningan dan berbau.
Encer dan tidak menguap dibawah temperatur normal.
Mempunyai titik nyala tinggi (40o – 100oC).
Terbakar spontan pada 350oC, sedikit dibawah temperatur bensin yang terbakar sendiri sekitar 500 oC.
Mempunyai berat jenis 0,82 – 0,86.
Menimbulkan panas yang besar (sekitar 10.500 kcal/kg).
Mempunyai kandungan sulfur lebih besar dibanding bensin.
2. Syarat – Syarat Solar
Mudah terbakar
Waktu tertundanya pembakaran harus pendek/singkat sehingga mesin mudah dihidupkan. Solar harus dapat
memungkinkan mesin bekerja lembut dengan sedikit knocking.
Daya pelumasan
Solar juga berfungsi sebagai pelumas untuk pompa injeksi dan nozzle. Oleh karena itu harus mempunyai sifat daya
pelumas yang baik.
Kekentalan
Solar harus mempunyai kekentalan yang memadai sehingga dapat disemprotkan oleh injektor.
Kandungan sulfur
Sulfur merusak pemakaian komponen mesin dan kandungan sulfur solar harus sekecil mungkin.
Stabil
Tidak berubah dalam kualitas, tidak mudah larut dan lain-lain selama disimpan.
Nomor cetane atau tingkatan dari solar adalah satu cara untuk mengontrol bahan bakar solar dalam keampuan untuk
pencegah terjadinya knocking. Tingkatan yang lebih besar memiliki kemampuan yang lebih baik. Ada dua skala indek
untuk mengontrol kemampuan solar untuk mencegah knocking dan mudah terbakar yaitu cetane index dan diesel
index. Minimal tingkatan cetane yang dapat diterima untuk bahan bakar yang digunakan untuk mesin diesel
kecepatan tinggi umumnya 40-45.