Bab 4
Bab 4
BAB 4
Bab ini peneliti akan menyajikan hasil dan pembahasan dari pengumpulan
data yang dilakukan pada tanggal 27-30 Mei 2018 terhadap anak hiperaktif
Data yang disajikan terdiri dari 2 macam data, yaitu data umum dan data
khusus. Adapun data umum yang merupakan karakteristik subjek penelitian yaitu
data demografi meliputi umur responden dan jenis kelamin,. Sedangkan yang
termasuk dalam data khusus yaitu karakteristik responden sebelum dan sesudah
Melati Ceria berdiri pertama kali tahun 2003, namun sebelumnya tahun
2002 dengan nama TK Khusus yang merupakan bagian TKLB dari SLBN-2
Pembina Palangka Raya. TK Khusus ini didirikan oleh Ibu Lilis Lismaya, S.Pd.
karena adanya sejumlah Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) usia dini yang tidak
bisa dilayani di SLBN 2 yang disebabkan lokasi terlalu jauh dari tempat tinggal
anak. TK Khusus pada awalnya menangani hanya 2 orang berusia 2 dan 3 tahun
terus bertambah dan TK Khusus tidak bisa menampung, maka dibuat kesepakatan
kerja sama dengan TK Aisyiyah di jalan Rasak , untuk itu TK Khusus mengambil
59
60
Tahun 2003 anak yang ditangani mengalami kemajuan dengan pesat baik
dengan semakin banyaknya murid ABK (yang datang melalui informasi dari
mulut ke mulut), TK Khusus pada tahun 2003 menyewa tempat di jalan Rangas
No. 27 yang kemudian untuk selanjutnya menjadi tempat resmi Melati Ceria
beroperasi.
merekrut guru pengajar yang sebelumnya dilatih dahulu oleh Bu Lilis sendiri.
Karena untuk menjadi seorang guru anak berkebutuhan khusus harus mempunyai
teknik khusus punya sifat sabar, ulet, dan selalu melakukan inovasi pembelajaran,
anak berkebutuhan khusus berbeda satu sama lain. Pada akhirnya diperoleh 4
swasta, karena membutuhkan dana untuk menggaji guru-guru yang direkrut. Atas
persetujuan orang tua maka pada tanggal 10 Agustus 2006 berdirilah sebuah
Lembaga Pendidikan Khusus (LPK) bernama “Melati Ceria” dengan Akta Notaris
R.A. Setiyo Hidayati, SH. Dan kemudian mendapat Ijin Operasional dari Kepala
dengan jenis yang bermacam-macam dan paling banyak anak autistik. Tiap bulan
61
selalu ada murid baru, dan setiap triwulan atau semester selalu ada anak yang
mutasi karena orang tua merasa anaknya sudah mampu masuk ke sekolah umum.
Sehingga jumlah murid yang pernah ditangani LPK “Melati Ceria”sampai bulan
Maret 2009 ada 218 orang. Setiap bulan anak yang aktif ditangani berkisar 50-60
Khusus, ada beberapa anak di sekitar lokasi Melati Ceria yang juga memerlukan
naungan YPMC. YPMC berdiri tahun 2008 (Akta Notaris R.A. Setiyo Hidayati,
pelayanan anak berkebutuhan khusus usia dini (pra sekolah) dan juga melayani
pengungsi, anak putus sekolah, anak yang terkena narkoba, dll. Sedangkan bagi
anak berkebutuhan khusus usia dini (pra sekolah/TK) dan usia sekolah (SD)
dilayani oleh Sekolah Khusus “Melati Ceria” yang mendapatkan Ijin Operasional
FOTO
Jalan Ngabe Sukah No. 6 Palangkaraya ini berdiri pada tanggal 20 Mei tahun
Juni 2009). Sekolah Khusus Melati Ceria Palangkaraya adalah sebuah sekolah
untuk anak berkebutuhan khusus usia dini (TK) dan usia sekolah (SD). Sekolah
ini berada di bawah naungan Yayasan Pendidikan Melati Ceria (YPMC) dengan
Visi dan misi TK Melati Ceria Palangka Raya dalah sebagai beriku:
1. Visi
2. Misi :
umum.
63
3-4 Tahun
5-6 Tahun
7 responden
35%
13 responden
65%
10 responden 10 responden
50% 50%
Perempuan
laki-laki
Setelah lembar kerja dikumpulkan dan diolah didapat data yang disajikan
dalam bentuk tabel distribusi dan diagram yang menggambarkan motivasi belajar
mengenai motivasi belajar anak hiperaktif dan tujukan pada 20 responden (anak
hiperaktif yang nanti diisi sendiri oleh peneliti) maka didapat kategori tingkat
Uji statistik dalam penelitian ini menggunakan uji wilcoxson. Adapun hasil
Test Statisticsa
Motivasi Belajar Pre – Post Test Terapi Bermain Puzzle
Z -3,697b
Asymp. Sig. (2-tailed) ,000
Tabel 4.3 Hasil analisa Uji Wilcoxson Signed Ranks Test untuk melihat pengaruh
motivasi anak dengan gangguan pemusatan perhatian (hiperaktif)
setelah diberikan terapi bermain puzzle di TK Melati Ceria Palangka
Raya.
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa hasil analisa diperoleh nilai
Z sebesar 3,697 dengan nilai p value Sig.(2-tailed) 0,000 yang berarti lebih kecil
dari nilai alpha 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa signifikan p value
4.2 Pembahasan
Berdasarkan fakta pada tabel di atas, tingkat motivasi belajar anak sesudah
di berikan terapi bermain puzzle menunjukkan motivasi belajar dengan nilai
persen yang lebih rendah di bandingkan dengan nilai persen tingkat motivasi
belajar sebelum diberikan intervensi terapi bermain puzzle. Analisis data hasil
penelitian dengan uji statistik menggunakan Wilcoxon Signed Rank Test
didapatkan kesimpulan bahwa terjadi peningkatan motivasi belajar pada anak
sebelum dan sesudah dilakukan intervensi terapi bermain puzzle dengan nilai p
bermakna. Hal ini berarti pada pemberian terapi bermain puzzle berpengaruh
terhadap tingkat motivasi belajar pada anak.
Berdasarkan teori anak hiperaktif adalah anak yang mengalami gangguan
pemusatan perhatian dengan hiperaktifitas. Dimana kondisi anak yang
memperlihatkan ciri atau gejala kurang konsentrasi, banyak gerak, emosi yang
meledak-ledak, mudah putus asa dan kecil hati yang akan mengakibatkan anak
tidak memiliki teman (Baihaqi & Sugiarmin, 2011: 23). Bermain merupakan suatu
aktivitas bagi anak yang menyenangkan dan merupakan suatu metode bagaimana
mereka mengenal dunia. Dengan bermain anak dapat menstimulasi pertumbuhan
otot-ototnya, kognitifnya dan juga emosinya karena mereka bermain dengan
seluruh emosinya, perasaannya dan pikirannya (Supartini, 2004 : 126). Permainan
puzzle merupakan alat yang digunakan untuk menyalurkan pesan dengan cara
menyambungkan bagian satu dengan yang lain, sehingga membentuk suatu
gambar (Nielsen, 2008: 97). Manfaat media puzzle dalam pembelajaran anak yaitu
meningkatkan keterampilan kognitif, meningkatkan keterampilan motorik halus,
melatih kemampuan nalar dan daya ingat, melatih kesabaran, menambah
pengetahuan, serta meningkatkan keterampilan sosial siswa.
68
psikologis yang diharapkan dapat mendorong mereka untuk belajar dengan senang
dan belajar secara sungguh-sungguh, yang pada akhirnya mereka mampu untuk
proses belajar siswa yang sistematis, penuh konsentrasi dan dapat menyeleksi
kegiatan-kagiatannya. Sedangkan dalam penelitian terdapat 1 responden yang
memiliki nilai post test lebih rendah dari pada pre test dan 1 responden memiliki
nilai post test sama dengan pre test. Hal ini disebakan karena anak tidak aktif
bersekolah, sering terlambat masuk ke sekolah dan anak juga biasanya hanya
sibuk bermain sendiri dan tidak fokus. Hal lain yang dapat mempengaruhi anak
karena keadaan orang tua, kesibukan dalam bekerja dan mengurusi pekerjaan.
Anak hiperaktif memiliki suatu gangguan pemusatan perhatian dimana penderita
mengalami kesulitan untuk berkonsentrasi dan bertahan dalam satu pekerjaan
dalam waktu tertentu. Anak hipraktif memerlukan dukungan orang lain di dalam
kehidupannya khususnya dalam usia 3-6 tahun mereka masih tidak mampu
melakukan segala sesuatunya secara mandiri karena keterbatasan dalam diri oleh
karena itu peran orang lain khususnya orang tua sanggat berperan besar dalam
proses pembelajaran anak. Dari hasil uraian diatas maka dapat disimpulkan
terdapat kesamaan antara fakta dan teori.
4.3 Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan yang terjadi pada pelaksanaan penelitian ini yaitu pada
penelitian ini terdapat kendala dari guru-guru, karena terdapat jadwal berbeda-
beda di setiap kelas sehingga perlu meningkatkan komunikasi dan menyusun
ulang kegiatan yang akan dilakukan.
70
BAB 5
SIMPULAN DAN SARAN
Bab ini akan disajikan simpulan dan saran dari hasil penelitian berjudul
“Pengaruh Terapi Bermain Puzzle Terhadap Peningkatan Motivasi Belajar Anak
Dengan Gangguan Pemusatan Perhatian (Hiperaktif) Di TK Melati Ceria
Palangka Raya yang dilaksanakan dari tanggal 24 – 31 Agustus 2018.
5.1 Simpulan
5.1.1 Terapi bermain puzzle berpengaruh terhadap peningkatan motivasi belajar
pada anak. Melalui terapi bermain puzzle anak dapat mengembangkan
kreativitas dan menumbuhkan sikap kritis terhadap hasil karyanya sendiri
sehingga dapat memberikan kepuasan, kegembiraan saat membuat dan
mengembangkan kreativitasnya, dapat mengekspresikan perasaan dan
pikiran yang berakibat motivasi anak akan meningkat karena lebih merasa
rileks.
5.2 Saran
5.2.1 Bagi IPTEK
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi perkembangan Ilmu
Keperawatan agar memberikan intervensi dalam bentuk terapi bermain di
lingkungan sekolah untuk meningkatkan prestasi anak.
5.2.2 Bagi Tempat penelitian
Penelitian ini dapat digunaka oleh pengajar dalam memenuhi kebutuhan
bermain anak dengan melakukan terapi bermain puzzle.
5.2.3 Bagi Mahasiswa
Penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan bagi mahasiswa dalam
melakukan asuhan keperawatan pada anak yaitu dengan melakukan terapi bermain
puzzle sebagai upaya peningkatan motivasi belajar anak.
5.2.4 Bagi Peneliti Selanjutnya
Penelitian ini dapat menjadi dasar dalam melanjutkan penelitian lebih
lanjut yaitu dengan menggunakan jenis permainan yang lain sesuai tingkat
perkembangan anak.
70