Anda di halaman 1dari 12

59

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab ini peneliti akan menyajikan hasil dan pembahasan dari pengumpulan

data yang dilakukan pada tanggal 27-30 Mei 2018 terhadap anak hiperaktif

tentang pengaruh terapi bermain puzzle terhadap peningkatan motivasi belajar

anak di TK Melati Ceria Palangka Raya dengan jumlah 20 responden.

Data yang disajikan terdiri dari 2 macam data, yaitu data umum dan data

khusus. Adapun data umum yang merupakan karakteristik subjek penelitian yaitu

data demografi meliputi umur responden dan jenis kelamin,. Sedangkan yang

termasuk dalam data khusus yaitu karakteristik responden sebelum dan sesudah

dilakukan terapi bermain. Berikut akan diuraikan berdasarkan konsep teoritis.

4.1 Hasil Penelitian


4.1.1 Karateristik Lokasi Penelitian

Melati Ceria berdiri pertama kali tahun 2003, namun sebelumnya tahun

2002 dengan nama TK Khusus yang merupakan bagian TKLB dari SLBN-2

Pembina Palangka Raya. TK Khusus ini didirikan oleh Ibu Lilis Lismaya, S.Pd.

karena adanya sejumlah Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) usia dini yang tidak

bisa dilayani di SLBN 2 yang disebabkan lokasi terlalu jauh dari tempat tinggal

anak. TK Khusus pada awalnya menangani hanya 2 orang berusia 2 dan 3 tahun

yang memerlukan terapi bicara dan perilaku, sehingga Bu Lilis hanya

memfungsikan TK Khusus menjadi semacam tempat privat les. Karena siswa

terus bertambah dan TK Khusus tidak bisa menampung, maka dibuat kesepakatan

kerja sama dengan TK Aisyiyah di jalan Rasak , untuk itu TK Khusus mengambil

tempat di salah satu kelas di TK Aisyiyah.

59
60

Tahun 2003 anak yang ditangani mengalami kemajuan dengan pesat baik

dalam kemampuan bicara maupun perilaku. Melalui pembicaraan dari mulut ke

mulut, masyarakat semakin tahu, muncullah sebutan “Sekolah Ngomong” kepada

TK Khusus. Sehingga murid terus bertambah menjadi 8 sampai 15 orang. Seiring

dengan semakin banyaknya murid ABK (yang datang melalui informasi dari

mulut ke mulut), TK Khusus pada tahun 2003 menyewa tempat di jalan Rangas

No. 27 yang kemudian untuk selanjutnya menjadi tempat resmi Melati Ceria

beroperasi.

Dengan bertambahnya murid ABK yang membutuhkan penanganan khusus

Bu Lilis mengalami kewalahan dalam penanganannya, dan kemudian mencari dan

merekrut guru pengajar yang sebelumnya dilatih dahulu oleh Bu Lilis sendiri.

Karena untuk menjadi seorang guru anak berkebutuhan khusus harus mempunyai

teknik khusus punya sifat sabar, ulet, dan selalu melakukan inovasi pembelajaran,

anak berkebutuhan khusus berbeda satu sama lain. Pada akhirnya diperoleh 4

orang guru yang memenuhi persyaratan tersebut.

Pada Tahun 2006 Bu Lilis mempunyai inisiatif mendirikan sebuah lembaga

swasta, karena membutuhkan dana untuk menggaji guru-guru yang direkrut. Atas

persetujuan orang tua maka pada tanggal 10 Agustus 2006 berdirilah sebuah

Lembaga Pendidikan Khusus (LPK) bernama “Melati Ceria” dengan Akta Notaris

R.A. Setiyo Hidayati, SH. Dan kemudian mendapat Ijin Operasional dari Kepala

Dinas Pendidikan Kota Palangka Raya dengan No. 420/1000/TK-SD/03/IV/2007,

tanggal 17 April 2007.

Sejak berdiri sudah banyak anak berkebutuhan khusus yang ditangani

dengan jenis yang bermacam-macam dan paling banyak anak autistik. Tiap bulan
61

selalu ada murid baru, dan setiap triwulan atau semester selalu ada anak yang

mutasi karena orang tua merasa anaknya sudah mampu masuk ke sekolah umum.

Sehingga jumlah murid yang pernah ditangani LPK “Melati Ceria”sampai bulan

Maret 2009 ada 218 orang. Setiap bulan anak yang aktif ditangani berkisar 50-60

orang dengan jumlah guru/terapis 20 orang.

Namun selain anak berkebutuhan khusus yang memerlukan Pendidikan

Khusus, ada beberapa anak di sekitar lokasi Melati Ceria yang juga memerlukan

Pendidikan Layanan Khusus. Sehingga sebagai upaya dalam menyatukan

penyelengaraan Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus, serta untuk

meningkatkan kredibilitas Lembaga, maka didirikan Yayasan Pendidikan Melati

Ceria (YPMC). Sehingga kemudian LPK “Melati Ceria” beroperasi dibawah

naungan YPMC. YPMC berdiri tahun 2008 (Akta Notaris R.A. Setiyo Hidayati,

SH. , MH. Nomor 74 Tanggal 31 Maret 2008).

Sejak YPMC berdiri LPK “Melati Ceria” memfokuskan diri dalam

pelayanan anak berkebutuhan khusus usia dini (pra sekolah) dan juga melayani

pendidikan layanan khusus bagi anak-anak yang membutuhkan seperti anak

pengungsi, anak putus sekolah, anak yang terkena narkoba, dll. Sedangkan bagi

anak berkebutuhan khusus usia dini (pra sekolah/TK) dan usia sekolah (SD)

dilayani oleh Sekolah Khusus “Melati Ceria” yang mendapatkan Ijin Operasional

Nomor : 420/4826/TK-SD&SLB/VI/2009 pada tanggal 29 Juni 2009.


62

FOTO

Sekolah Khusus Melati Ceria (SKMC) Palangkaraya yang beralamat di

Jalan Ngabe Sukah No. 6 Palangkaraya ini berdiri pada tanggal 20 Mei tahun

2009 (Ijin Operasional Nomor : 420/4826/TK-SD&SLB/VI/2009, Tanggal 29

Juni 2009). Sekolah Khusus Melati Ceria Palangkaraya adalah sebuah sekolah

untuk anak berkebutuhan khusus usia dini (TK) dan usia sekolah (SD). Sekolah

ini berada di bawah naungan Yayasan Pendidikan Melati Ceria (YPMC) dengan

kepala sekolah saat ini bernama Hj. Arsyah, S. Pd.

Visi dan misi TK Melati Ceria Palangka Raya dalah sebagai beriku:

1. Visi

Terwujudnya keunggulan dalam pelayanan anak berkebutuhan khusus, agar

dapat mandiri dan berbudi luhur.

2. Misi :

a. Mendorong anak didik berpotensi diri secara optimal.

b. Memberikan keterampilan dasar dalam kehidupan sehari-hari

c. Mempersiapkan anak didik sedini mungkin untuk memasuki pendidikan

umum.
63

4.1.2 Karakteristik responden


Pada bagian ini akan diuraikan tentang karakteristik demografi responden
yang menjadi subyek penelitian meliputi: umur dan jenis kelamin responden.
1. Karakteristik responden berdasarkan umur

3-4 Tahun

5-6 Tahun

7 responden
35%

13 responden
65%

Gambar 4.1 Karakteristik responden berdasarkan umur di TK Melati


Ceria Palangka Raya

Berdasarkan diagram pie 4.1 di atas, responden berumur terbanyak


berumur 5-6 tahun yaitu sebanyak 13 responden (65%), dan paling sedikit
berumur 3-4 tahun sebanyak 27 responden (36%).
64

2. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin

10 responden 10 responden
50% 50%

Perempuan

laki-laki

Gambar 4.2 Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin di TK


Melati Ceria Palangka Raya

Berdasarkan diagram pie 4.2 di atas, responden berjenis kelamin laki-laki


sebanyak 10 responden (50%) dan sama dengan jenis kelamin perempuan
berjumlah 10 responden (50%).
65

4.1.3 Data Khusus

Setelah lembar kerja dikumpulkan dan diolah didapat data yang disajikan

dalam bentuk tabel distribusi dan diagram yang menggambarkan motivasi belajar

anak dengan gangguan pemusatan perhatian (hiperaktif) di TK Melati Ceria

Palangka Raya dengan jumlah 20 responden.

Hasil mengenai motivasi belajar anak dengan gangguan pemusatan

perhatian (hiperaktif) diperoleh melalui lembar kerja yang memuat 17 pernyataan

mengenai motivasi belajar anak hiperaktif dan tujukan pada 20 responden (anak

hiperaktif yang nanti diisi sendiri oleh peneliti) maka didapat kategori tingkat

motivasi belajar anak gangguan pemusatan perhatian (hiperaktif).

1. Hasil identifikasi tingkat motivasi anak dengan gangguan pemusatan

perhatian (hiperaktif) sebelum diberikan terapi bermain puzzle di TK Melati

Ceria Palangka Raya.

Motivasi Anak Frekuensi Persen (%)


Baik 1 5%
Cukup 5 25%
Kurang 14 70%
Total 20 100 %
Tabel 4.1 Hasil identifikasi tingkat motivasi anak dengan gangguan pemusatan
perhatian (hiperaktif) sebelum diberikan terapi bermain puzzle di TK
Melati Ceria Palangka Raya.

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa sebelum dilakukan terapi


bermain puzzle tinggkat motivasi anak dalam belajar paling banyak yaitu dengan
motivasi kurang sebanyak 14 responden (70%), dan selanjutnya 5 responden
(25%0 dengan motivasi cukup dan yang terakhir dengan motivasi baik 1
responden (5%).
66

2. Hasil identifikasi tingkat motivasi anak dengan gangguan pemusatan

perhatian (hiperaktif) setelah diberikan terapi bermain puzzle di TK Melati

Ceria Palangka Raya.

Motivasi Anak Frekuensi Persen (%)


Baik 13 65%
Cukup 6 30%
Kurang 1 5%
Total 20 100 %
Tabel 4.2 Hasil identifikasi tingkat motivasi anak dengan gangguan pemusatan
perhatian (hiperaktif) setelah diberikan terapi bermain puzzle di TK
Melati Ceria Palangka Raya.

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa sebelum dilakukan terapi


bermain puzzle tinggkat motivasi anak dalam belajar paling banyak yaitu dengan
motivasi kuat sebanyak 13 responden (65%), dan selanjutnya dengan motivasi
cukup 6 responden (30%) dan yang paling sedikit dengan motivasi kurang
sebanyak 1 responden (5%) dengan total keseluruhan 20 responden (100%).

3. Hasil Uji Statistik

Uji statistik dalam penelitian ini menggunakan uji wilcoxson. Adapun hasil

dari uji statistik tersebut dapat dilihat pada tabel berikut:

Test Statisticsa
Motivasi Belajar Pre – Post Test Terapi Bermain Puzzle
Z -3,697b
Asymp. Sig. (2-tailed) ,000

Tabel 4.3 Hasil analisa Uji Wilcoxson Signed Ranks Test untuk melihat pengaruh
motivasi anak dengan gangguan pemusatan perhatian (hiperaktif)
setelah diberikan terapi bermain puzzle di TK Melati Ceria Palangka
Raya.

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa hasil analisa diperoleh nilai

Z sebesar 3,697 dengan nilai p value Sig.(2-tailed) 0,000 yang berarti lebih kecil

dari nilai alpha 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa signifikan p value

(0,000<0,05). Maka H0 ditolak dan H1 diterima, artinya terdapat Pengaruh Terapi


67

bermain puzzle terhadap peningkatan motivasi belajar anak dengan gangguan

pemusatan perhatian (hiperaktif) di TK Melati Ceria Palangka Raya.

4.2 Pembahasan

4.2.1 Peningkatan Motivasi Belajar Anak Dengan Gangguan Pemusatan Perhatian

(Hiperaktif) sebelum dan seudah dilakukan Terapi Bermain Puzzle di TK

Melati Ceria Palangka Raya

Berdasarkan fakta pada tabel di atas, tingkat motivasi belajar anak sesudah
di berikan terapi bermain puzzle menunjukkan motivasi belajar dengan nilai
persen yang lebih rendah di bandingkan dengan nilai persen tingkat motivasi
belajar sebelum diberikan intervensi terapi bermain puzzle. Analisis data hasil
penelitian dengan uji statistik menggunakan Wilcoxon Signed Rank Test
didapatkan kesimpulan bahwa terjadi peningkatan motivasi belajar pada anak
sebelum dan sesudah dilakukan intervensi terapi bermain puzzle dengan nilai p
bermakna. Hal ini berarti pada pemberian terapi bermain puzzle berpengaruh
terhadap tingkat motivasi belajar pada anak.
Berdasarkan teori anak hiperaktif adalah anak yang mengalami gangguan
pemusatan perhatian dengan hiperaktifitas. Dimana kondisi anak yang
memperlihatkan ciri atau gejala kurang konsentrasi, banyak gerak, emosi yang
meledak-ledak, mudah putus asa dan kecil hati yang akan mengakibatkan anak
tidak memiliki teman (Baihaqi & Sugiarmin, 2011: 23). Bermain merupakan suatu
aktivitas bagi anak yang menyenangkan dan merupakan suatu metode bagaimana
mereka mengenal dunia. Dengan bermain anak dapat menstimulasi pertumbuhan
otot-ototnya, kognitifnya dan juga emosinya karena mereka bermain dengan
seluruh emosinya, perasaannya dan pikirannya (Supartini, 2004 : 126). Permainan
puzzle merupakan alat yang digunakan untuk menyalurkan pesan dengan cara
menyambungkan bagian satu dengan yang lain, sehingga membentuk suatu
gambar (Nielsen, 2008: 97). Manfaat media puzzle dalam pembelajaran anak yaitu
meningkatkan keterampilan kognitif, meningkatkan keterampilan motorik halus,
melatih kemampuan nalar dan daya ingat, melatih kesabaran, menambah
pengetahuan, serta meningkatkan keterampilan sosial siswa.
68

Terapi bermain bagi anak hiperaktif bertujuan untuk meminimalkan atau


menghilangkan perilaku agresif agar mampu lebih berkonsentrasi selama proses
belajar, mengurangi perilaku menyakiti diri sendiri, dan menghilangkan perilaku
berlebihan yang tidak bermanfaat. Hal ini dapat dilakukan dengan melatihkan
gerakan-gerakan tertentu kepada anak, misalnya tepuk tangan, bermain puzzle,
menyusun balok, bermain dengan teman sebaya, dan alat bermain yang lain
(Ismail, 2011: 25).
Motivasi merupakan karakteristik psikologis manusia yang memberi
kontribusi pada tingkat komitmen seseorang. Motivasi belajar anak dapat berupa
dorongan yg timbul pada diri secara sadar atau tidak sadar untuk melakukan suatu
tindakan dengan tujuan tertentu atau usaha yang dapat menyebabkan seseorang
atau kelompok orang tertentu tergerak melakukan sesuatu karna ingin mencapai
tujuan yang dikehendakinya atau mendapat kepuasan dengan perbuatannya.
Pembelajaran bagi hiperaktif pada hakikatnya sama dengan pembelajaran bagi
siswa normal pada umumnya, motivasi belajar anak hiperaktif merupakan kondisi
psikologis yang diharapkan dapat mendorong mereka untuk belajar dengan senang
dan belajar secara sungguh-sungguh, yang pada akhirnya mereka mampu untuk
proses belajar siswa yang sistematis, penuh konsentrasi dan dapat menyeleksi
kegiatan-kagiatannya. Faktor-faktor kendala yang mempengaruhi motivasi belajar
anak diantaranya seperti faktor pengetahuan tentang kegunaan belajar, faktor
kebutuhan akan belajar, faktor kemampuan melakukan kegiatan belajar, faktor
kesenangan terhadap ide melakukan kegiatan belajar, faktor pelaksanaan kegiatan
belajar, faktor hasil belajar, faktor kepuasan terhadap hasil belajar, faktor
karakteristik pribadi dan faktor pendukung terhadap proses pembuatan keputusan.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Diana Rusnawati (2016) dengan judul
Pengaruh Terapi Musik dan Gerak Terhadap Penurunan Kesulitan Perilaku Siswa
Sekolah Dasar Dengan Gangguan ADHD di dapatkan hasil bahwa penerapan
terapi musik dan gerak dapat menurunkan frekuensi kesulitan berperilaku pada
siswa bersekolah dasar dengan gangguan ADHD.
Kenyataan yang terjadi pada responden didapatkan bahwa rata-rata anak
mendapatkan peningkatan motivasi belajar sesudah diberikan terapi bermain
puzlle setelah beberapa hari. Motivasi belajar anak hiperaktif merupakan kondisi
69

psikologis yang diharapkan dapat mendorong mereka untuk belajar dengan senang
dan belajar secara sungguh-sungguh, yang pada akhirnya mereka mampu untuk
proses belajar siswa yang sistematis, penuh konsentrasi dan dapat menyeleksi
kegiatan-kagiatannya. Sedangkan dalam penelitian terdapat 1 responden yang
memiliki nilai post test lebih rendah dari pada pre test dan 1 responden memiliki
nilai post test sama dengan pre test. Hal ini disebakan karena anak tidak aktif
bersekolah, sering terlambat masuk ke sekolah dan anak juga biasanya hanya
sibuk bermain sendiri dan tidak fokus. Hal lain yang dapat mempengaruhi anak
karena keadaan orang tua, kesibukan dalam bekerja dan mengurusi pekerjaan.
Anak hiperaktif memiliki suatu gangguan pemusatan perhatian dimana penderita
mengalami kesulitan untuk berkonsentrasi dan bertahan dalam satu pekerjaan
dalam waktu tertentu. Anak hipraktif memerlukan dukungan orang lain di dalam
kehidupannya khususnya dalam usia 3-6 tahun mereka masih tidak mampu
melakukan segala sesuatunya secara mandiri karena keterbatasan dalam diri oleh
karena itu peran orang lain khususnya orang tua sanggat berperan besar dalam
proses pembelajaran anak. Dari hasil uraian diatas maka dapat disimpulkan
terdapat kesamaan antara fakta dan teori.
4.3 Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan yang terjadi pada pelaksanaan penelitian ini yaitu pada
penelitian ini terdapat kendala dari guru-guru, karena terdapat jadwal berbeda-
beda di setiap kelas sehingga perlu meningkatkan komunikasi dan menyusun
ulang kegiatan yang akan dilakukan.
70

BAB 5
SIMPULAN DAN SARAN

Bab ini akan disajikan simpulan dan saran dari hasil penelitian berjudul
“Pengaruh Terapi Bermain Puzzle Terhadap Peningkatan Motivasi Belajar Anak
Dengan Gangguan Pemusatan Perhatian (Hiperaktif) Di TK Melati Ceria
Palangka Raya yang dilaksanakan dari tanggal 24 – 31 Agustus 2018.
5.1 Simpulan
5.1.1 Terapi bermain puzzle berpengaruh terhadap peningkatan motivasi belajar
pada anak. Melalui terapi bermain puzzle anak dapat mengembangkan
kreativitas dan menumbuhkan sikap kritis terhadap hasil karyanya sendiri
sehingga dapat memberikan kepuasan, kegembiraan saat membuat dan
mengembangkan kreativitasnya, dapat mengekspresikan perasaan dan
pikiran yang berakibat motivasi anak akan meningkat karena lebih merasa
rileks.
5.2 Saran
5.2.1 Bagi IPTEK
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi perkembangan Ilmu
Keperawatan agar memberikan intervensi dalam bentuk terapi bermain di
lingkungan sekolah untuk meningkatkan prestasi anak.
5.2.2 Bagi Tempat penelitian
Penelitian ini dapat digunaka oleh pengajar dalam memenuhi kebutuhan
bermain anak dengan melakukan terapi bermain puzzle.
5.2.3 Bagi Mahasiswa
Penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan bagi mahasiswa dalam
melakukan asuhan keperawatan pada anak yaitu dengan melakukan terapi bermain
puzzle sebagai upaya peningkatan motivasi belajar anak.
5.2.4 Bagi Peneliti Selanjutnya
Penelitian ini dapat menjadi dasar dalam melanjutkan penelitian lebih
lanjut yaitu dengan menggunakan jenis permainan yang lain sesuai tingkat
perkembangan anak.

70

Anda mungkin juga menyukai