Anda di halaman 1dari 19

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN

NOMOR 063 TAHUN 2014


TENTANG
PEDOMAN PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH
DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN,

Menimbang : a. bahwa dalam rangka tertib administrasi


pembentukan produk hukum daerah, perlu dilakukan
penyeragaman prosedur pembentukan produk hukum
daerah yang berlaku bagi seluruh satuan kerja
perangkat daerah di lingkungan Pemerintah Provinsi
Kalimantan Selatan;
b. bahwa Peraturan Gubernur Kalimantan Selatan
Nomor 025 Tahun 2012 tentang Pedoman
Pembentukan Produk Hukum Daerah di Lingkungan
Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan sudah tidak
sesuai dengan dinamika perkembangan peraturan
perundang-undangan sehingga perlu diganti;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu
menetapkan Peraturan Gubernur tentang Pedoman
Pembentukan Produk Hukum Daerah di Lingkungan
Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1956 Jo. Undang-
Undang Nomor 21 Tahun 1958 tentang Penetapan
Undang-Undang Darurat Nomor 10 Tahun 1957
antara lain mengenai Pembentukan Daerah Swatantra
Tingkat I Kalimantan Selatan sebagai Undang-Undang
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1956
Nomor 65, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 1106);
2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437),
sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir
dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008
tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 32
Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4844);
-2-

3. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang


Pembentukan Peraturan Perundang-undangan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011
Nomor 8253, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5234);
4. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang
Pedoman Pembinaan dan Pengawasan
Penyelenggaraaan Pemerintahan Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4593);
5. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang
Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah,
Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan
Daerah Kabupaten/ Kota (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);
6. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2014
tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 32);
7. Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Selatan
Nomor 5 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan
yang Menjadi Kewenangan Pemerintah Provinsi
Kalimantan Selatan (Lembaran Daerah Provinsi
Kalimantan Selatan Tahun 2008 Nomor 5);
8. Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Selatan
Nomor 6 Tahun 2008 tentang Pembentukan
Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Provinsi
Kalimantan Selatan (Lembaran Daerah Provinsi
Kalimantan Selatan Tahun 2008 Nomor 6)
sebagaimana diubah dengan Peraturan Daerah
Provinsi Kalimantan Selatan Nomor 1 Tahun 2012
tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Provinsi
Kalimantan Selatan Nomor 6 Tahun 2008 tentang
Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Perangkat
Daerah Provinsi Kalimantan Selatan (Lembaran
Daerah Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2012
Nomor 1);

MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN GUBERNUR TENTANG PEDOMAN
PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH
DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN
SELATAN.

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Gubernur ini yang dimaksud dengan :


1. Daerah adalah Provinsi Kalimantan Selatan.
2. Gubernur adalah Gubernur Kalimantan Selatan.
-3-

3. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, yang selanjutnya disingkat DPRD


adalah lembaga perwakilan rakyat daerah Provinsi Kalimantan Selatan
sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.
4. Peraturan Daerah adalah peraturan perundang-undangan yang dibentuk
oleh DPRD dengan persetujuan bersama Gubernur.
5. Peraturan Gubernur adalah Peraturan yang dibentuk oleh Gubernur yang
berlaku di lingkungan Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan.
6. Peraturan Bersama Gubernur adalah peraturan yang ditetapkan oleh dua
atau lebih Gubernur.
7. Peraturan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disebut
Peraturan DPRD adalah peraturan yang ditetapkan oleh pimpinan DPRD.
8. Keputusan Gubernur adalah penetapan Gubernur yang bersifat konkrit,
individual, dan final.
9. Keputusan Gubernur tentang Kepegawaian adalah penetapan Gubernur
yang berkaitan dengan bidang kepegawaian.
10. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah selanjutnya disingkat APBD
adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah yang dibahas
dan disetujui bersama oleh pemerintah daerah dan DPRD, dan ditetapkan
dengan peraturan daerah.
11. Program Legislasi Daerah yang selanjutnya disebut Prolegda adalah
instrumen perencanaan program pembentukan peraturan daerah yang
disusun secara terencana, terpadu, dan sistematis.
12. Badan Legislasi Daerah adalah alat kelengkapan DPRD yang bersifat tetap,
dibentuk dalam rapat paripurna DPRD.
13. Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disingkat SKPD adalah
sekretariat, dinas, kantor, dan badan di lingkungan Pemerintah Provinsi
Kalimantan Selatan.
14. Pimpinan Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disebut
Pimpinan SKPD adalah pejabat eselon I, eselon II, dan/atau eselon III yang
memimpin SKPD/unit kerja di lingkungan Pemerintah Provinsi
Kalimantan Selatan.
15. Pembentukan Produk Hukum Daerah adalah proses pembuatan peraturan
perundang-undangan daerah di lingkungan Pemerintah Daerah yang
dimulai dari tahap perencanaan, persiapan, perumusan, pembahasan,
pengesahan, pengundangan, dan penyebarluasan.
16. Naskah Akademik adalah naskah hasil penelitian atau pengkajian hukum
dan hasil penelitian lainnya terhadap suatu masalah tertentu yang dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah mengenai pengaturan masalah
tersebut dalam rancangan peraturan daerah sebagai solusi terhadap
permasalahan dan kebutuhan hukum masyarakat.
17. Pengundangan adalah penempatan produk hukum daerah dalam
lembaran daerah, tambahan lembaran daerah atau berita daerah.

BAB II
JENIS DAN BENTUK PRODUK HUKUM DAERAH

Pasal 2

(1) Produk Hukum Daerah terdiri atas:


a. Produk Hukum Daerah yang bersifat pengaturan; dan
b. Produk Hukum Daerah yang bersifat penetapan.
-4-

(2) Produk Hukum Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
berbentuk:
a. Peraturan Daerah;
b. Peraturan Gubernur; dan
c. Peraturan Bersama Gubernur.
(3) Produk Hukum Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
berupa Keputusan Gubernur.

BAB III
PENYUSUNAN PRODUK HUKUM DAERAH
YANG BERSIFAT PENGATURAN

Bagian Kesatu
Penyusunan Peraturan Daerah

Paragraf 1
Perencanaan

Pasal 3

(1) Dalam rangka perencanaan penyusunan Peraturan Daerah, Pemerintah


Daerah menyusun Prolegda.
(2) Penyusunan Prolegda sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
berdasarkan atas:
a. perintah peraturan perundang-undangan lebih tinggi;
b. rencana pembangunan daerah;
c. penyelenggaraan otonomi daerah dan tugas pembantuan; dan
d. aspirasi masyarakat daerah.
(3) Prolegda sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan untuk jangka
waktu 1 (satu) tahun.
(4) Penyusunan dan penetapan Prolegda sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dan ayat (3) dilakukan sebelum penetapan rancangan peraturan
daerah tentang anggaran pendapatan dan belanja daerah.
(5) Prolegda sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh Gubernur.

Pasal 4

(1) Dalam rangka penyusunan Prolegda, Gubernur melalui sekretaris daerah


memerintahkan Pimpinan SKPD untuk menyampaikan usulan rancangan
peraturan daerah.
(2) Usulan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan Pimpinan SKPD
kepada sekretaris daerah melalui kepala biro hukum.
(3) Usulan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit disertai
dengan:
a. judul rancangan peraturan daerah; dan
b. penjelasan atau keterangan dan/atau Naskah Akademik.
(4) Penyusunan Naskah Akademik sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
huruf b dapat melibatkan instansi terkait dan/atau pakar hukum.
(5) Format Naskah Akademis sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf b
tercantum dalam Lampiran I yang merupakan bagian tidak terpisahkan
dari Peraturan Gubernur ini.
-5-

Pasal 5

(1) Gubernur dapat membentuk tim dalam rangka membahas usulan


rancangan peraturan daerah dari SKPD di lingkungan Pemerintah Daerah.
(2) Tim sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diketuai oleh kepala biro hukum
dan beranggotakan SKPD terkait.
(3) Apabila diperlukan, tim sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
melibatkan instansi terkait lainnya.
(4) Tugas tim sebagaimana dimaksud pada ayat (1) antara lain menelaah
usulan rancangan peraturan daerah dan naskah akademik serta
merekomendasikan untuk dimasukkan dalam Prolegda.
(5) Ketua tim melaporkan hasil kerja tim sebagaimana dimaksud pada
ayat (4) kepada Gubernur melalui sekretaris daerah.

Pasal 6

Gubernur menyampaikan hasil penyusunan Prolegda sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 5 kepada badan legislasi daerah melalui pimpinan DPRD.

Pasal 7

(1) Penyusunan Prolegda antara Pemerintah Daerah dan DPRD


dikoordinasikan oleh DPRD melalui badan legislasi daerah.
(2) Hasil penyusunan Prolegda antara pemerintah daerah dan DPRD
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disepakati menjadi prolegda dan
ditetapkan dalam rapat paripurna DPRD.
(3) Prolegda sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan dengan
keputusan DPRD.
Pasal 8

(1) Dalam Prolegda dapat dimuat daftar kumulatif terbuka yang terdiri atas:
a. akibat putusan mahkamah agung;
b. APBD;
c. pembatalan atau klarifikasi dari menteri dalam negeri; dan
d. perintah dari peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi setelah
Prolegda ditetapkan.
(2) Dalam keadaan tertentu, DPRD atau Gubernur dapat mengajukan
rancangan peraturan daerah di luar Prolegda:
a. untuk mengatasi keadaan luar biasa, keadaan konflik, atau
bencana alam;
b. akibat kerja sama dengan pihak lain; dan
c. keadaan tertentu lainnya yang memastikan adanya urgensi atas suatu
rancangan peraturan daerah yang dapat disetujui bersama oleh badan
legislasi daerah dan biro hukum.

Paragraf 2
Persiapan

Pasal 9

(1) SKPD pemrakarsa menyusun rancangan peraturan daerah yang telah


diusulkan dalam Prolegda dilengkapi dengan penjelasan atau keterangan
dan/atau Naskah Akademik.
-6-

(2) Dalam rangka penyusunan rancangan peraturan daerah sebagaimana


dimaksud pada ayat (1), SKPD pemrakarsa dapat membentuk tim yang
beranggotakan SKPD terkait.
(3) Tim sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat melibatkan akademisi
dan/atau pakar hukum.
(4) Penyusunan rancangan peraturan daerah sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) harus sesuai dengan teknis penyusunan perundang-undangan.
(5) Format rancangan Peraturan Daerah sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) sebagaimana tercantum dalam Lampiran II yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Gubernur ini.

Pasal 10

Dalam hal rancangan peraturan daerah mengenai:


a. APBD;
b. pencabutan peraturan daerah; atau
c. perubahan peraturan daerah yang hanya terbatas mengubah beberapa
materi,
hanya disertai dengan penjelasan atau keterangan yang memuat pokok pikiran
dan materi muatan yang diatur.
Pasal 11

Pimpinan SKPD pemrakarsa mengajukan rancangan peraturan daerah beserta


penjelasan atau keterangan dan/atau Naskah Akademis kepada Gubernur
melalui sekretaris daerah.
Pasal 12

(1) Rancangan peraturan daerah sebelum diajukan ke DPRD dikoordinasikan


biro hukum untuk pengharmonisasian, pembulatan, dan pemantapan
konsepsi.
(2) Pengharmonisasian, pembulatan, dan pemantapan konsepsi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dapat mengikutsertakan instansi vertikal sesuai
dengan kebutuhan.
Pasal 13

(1) Untuk rancangan peraturan daerah di luar Prolegda, Pimpinan SKPD


menyampaikan usul rancangan peraturan daerah kepada Gubernur
melalui sekretaris daerah dengan disertai rancangan peraturan daerah
dan keterangan/penjelasan yang memuat pokok pikiran dan materi
muatan yang diatur.
(2) Biro hukum melakukan harmonisasi, sinkronisasi, dan pembulatan
konsepsi terhadap rancangan peraturan daerah sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), setelah mendapatkan persetujuan Gubernur.

Pasal 14

(1) Pimpinan SKPD pemrakarsa mengajukan rancangan peraturan daerah


yang telah diharmonisasikan kepada Gubernur melalui sekretaris daerah.
(2) Rancangan peraturan daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
terlebih dahulu diparaf koordinasi oleh kepala biro hukum dan pimpinan
SKPD terkait.
-7-

Pasal 15

(1) Sekretaris daerah dapat melakukan perubahan dan/atau penyempurnaan


terhadap rancangan peraturan daerah yang disampaikan SKPD
pemrakarsa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14.
(2) Sekretaris daerah mengembalikan rancangan peraturan daerah
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada Pimpinan SKPD pemrakarsa
untuk disempurnakan.
(3) Hasil penyempurnaan rancangan peraturan daerah sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) disampaikan Pimpinan SKPD pemrakarsa kepada
sekretaris daerah setelah dilakukan paraf koordinasi oleh kepala
biro hukum serta pimpinan SKPD terkait.
(4) Sekretaris daerah menyampaikan rancangan peraturan daerah
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) kepada Gubernur.

Pasal 16

Gubernur menyampaikan rancangan peraturan daerah sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 15 kepada pimpinan DPRD untuk dilakukan pembahasan.

Paragraf 3
Pembahasan dengan DPRD

Pasal 17

(1) Gubernur membentuk tim asistensi pembahasan rancangan


peraturan daerah bersama DPRD.
(2) Tim asistensi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diketuai
oleh sekretaris daerah atau pejabat yang ditunjuk oleh Gubernur.

Pasal 18

(1) Rancangan peraturan daerah yang telah diajukan Gubernur dibahas


oleh DPRD dan Gubernur untuk mendapatkan persetujuan bersama.
(2) Pembahasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan melalui
2 (dua) tingkat pembicaraan, yaitu pembicaraan tingkat I
dan pembicaraan tingkat II.
Pasal 19

Pembicaraan tingkat I meliputi:


a. dalam hal rancangan peraturan daerah berasal dari Gubernur
dilakukan dengan:
1. penjelasan gubernur dalam rapat paripurna mengenai rancangan
peraturan daerah;
2. pemandangan umum fraksi terhadap rancangan peraturan daerah; dan
3. tanggapan dan/atau jawaban gubernur terhadap pemandangan umum
fraksi.
b. dalam hal rancangan peraturan daerah berasal dari DPRD dilakukan
dengan:
1. penjelasan pimpinan komisi, pimpinan gabungan komisi, pimpinan
Balegda, atau pimpinan panitia khusus dalam rapat paripurna
mengenai rancangan peraturan daerah;
-8-

2. pendapat gubernur terhadap rancangan peraturan daerah; dan


3. tanggapan dan/atau jawaban fraksi terhadap pendapat gubernur.
c. Pembahasan dalam rapat komisi, gabungan komisi, atau panitia khusus
yang dilakukan bersama dengan Gubernur atau pejabat yang ditunjuk
untuk mewakilinya.
Pasal 20

Pembicaraan tingkat II meliputi:


a. pengambilan keputusan dalam rapat paripurna yang didahului dengan:
1. penyampaian laporan pimpinan komisi/pimpinan gabungan
komisi/pimpinan panitia khusus yang berisi pendapat fraksi dan hasil
pembahasan; dan
2. permintaan persetujuan dari anggota secara lisan oleh pimpinan rapat
paripurna.
b. pendapat akhir gubernur.
Pasal 21

(1) Gubernur memerintahkan kepala biro hukum untuk menyusun:


a. penjelasan gubernur dan tanggapan dan/atau jawaban gubernur
terhadap pemandangan umum fraksi, dalam hal rancangan peraturan
daerah yang dibahas berasal dari Gubernur;
b. pendapat gubernur terhadap rancangan peraturan daerah dalam hal
rancangan peraturan daerah yang dibahas berasal dari DPRD; dan
c. pendapat akhir gubernur untuk rancangan peraturan daerah yang
dibahas berasal dari DPRD dan Gubernur.
(2) Kepala biro hukum dalam penyusunan penjelasan gubernur dan
tanggapan dan/atau jawaban gubernur terhadap pemandangan umum
fraksi, pendapat gubernur dan pendapat akhir gubernur dapat melibatkan
SKPD terkait.
Pasal 22

(1) Rancangan peraturan daerah dapat ditarik kembali sebelum dibahas


bersama oleh DPRD dan Gubernur.
(2) Penarikan rancangan peraturan daerah sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) oleh Gubernur, disampaikan dengan surat gubernur disertai
alasan penarikan.
Pasal 23

(1) Rancangan peraturan daerah yang sedang dibahas hanya dapat ditarik
kembali berdasarkan persetujuan bersama DPRD dan Gubernur.
(2) Penarikan rancangan peraturan daerah sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) hanya dapat dilakukan dalam rapat paripurna DPRD yang dihadiri
oleh Gubernur.
(3) Rancangan peraturan daerah yang ditarik tidak dapat diajukan lagi pada
masa sidang yang sama.
Pasal 24

Dalam hal rancangan peraturan daerah tidak mendapat persetujuan bersama


antara DPRD dan Gubernur, rancangan peraturan daerah tersebut tidak dapat
diajukan lagi dalam persidangan DPRD masa itu.
-9-

Pasal 25

(1) Rancangan peraturan daerah yang telah disetujui bersama oleh DPRD dan
Gubernur disampaikan oleh pimpinan DPRD kepada Gubernur untuk
ditetapkan menjadi Peraturan Daerah.
(2) Penyampaian rancangan peraturan daerah sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilakukan dalam jangka waktu paling lambat 7 (tujuh) hari
terhitung sejak tanggal persetujuan bersama.

Bagian Kedua
Penyusunan Peraturan Gubernur dan Peraturan Bersama Gubernur

Paragraf 1
Penyusunan
Pasal 26
(1) Pimpinan SKPD menyusun rancangan peraturan gubernur dan rancangan
peraturan bersama gubernur.
(2) Penyusunan rancangan peraturan gubernur dan rancangan peraturan
bersama gubernur sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sesuai dengan
teknik penyusunan peraturan perundang-undangan.
(3) Format rancangan peraturan gubernur dan rancangan peraturan bersama
gubernur sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam
Lampiran II yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Gubernur ini.
Pasal 27

Pimpinan SKPD mengajukan rancangan peraturan gubernur dan rancangan


peraturan bersama gubernur kepada Gubernur melalui sekretaris daerah.

Paragraf 2
Penelitian/Koreksi dan Pembahasan

Pasal 28

(1) Dalam rangka harmonisasi dan sinkronisasi, terhadap rancangan


peraturan gubernur dan rancangan peraturan bersama gubernur
dilakukan penelitian/koreksi.
(2) Penelitian/koreksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh
biro hukum.
Pasal 29

(1) Dalam hal materi muatan rancangan peraturan gubernur dan rancangan
peraturan bersama gubernur berkaitan dengan tugas dan fungsi SKPD
lainnya dan/atau intansi terkait, harus dilakukan pembahasan yang
melibatkan SKPD/instansi terkait tersebut.
(2) Pembahasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan sesuai
dengan kebutuhan.
Pasal 30

(1) Dalam rangka pembahasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29,


Gubernur membentuk tim.
-10-

(2) Tim sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Keputusan
Gubernur.
(3) Ketua tim sebagaimana dimaksud pada ayat (1) melaporkan
perkembangan rancangan peraturan gubernur dan rancangan peraturan
bersama gubernur kepada sekretaris daerah.

Pasal 31

Rancangan peraturan gubernur dan rancangan peraturan bersama gubernur


yang telah diteliti/dikoreksi atau dibahas bersama tim sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 28 dan Pasal 29 dikembalikan kepada SKPD pemrakarsa untuk
dilakukan penyempurnaan.
Pasal 32

(1) Pimpinan SKPD pemrakarsa menyampaikan rancangan peraturan


gubernur dan rancangan peraturan bersama gubernur yang telah
disempurnakan kepada sekretaris daerah, setelah mendapat paraf
koordinasi dari pimpinan SKPD terkait dan kepala biro hukum.
(2) Sekretaris daerah dapat melakukan perubahan dan/atau penyempurnaan
terhadap rancangan peraturan gubernur dan rancangan peraturan
bersama gubernur sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
(3) Sekretaris daerah mengembalikan rancangan peraturan gubernur dan
rancangan peraturan bersama gubernur sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) kepada pimpinan SKPD pemrakarsa untuk disempurnakan.
(4) Pimpinan SKPD pemrakarsa menyerahkan hasil penyempurnaan
rancangan peraturan gubernur dan rancangan peraturan bersama
gubernur sebagaimana dimaksud pada ayat (2) kepada sekretaris daerah
setelah dilakukan paraf koordinasi oleh kepala biro hukum dan pimpinan
SKPD terkait.
Bagian Ketiga
Penyusunan Keputusan Gubernur

Paragraf 1
Tahap Penyusunan

Pasal 33

(1) Pimpinan SKPD pemrakarsa menyusun rancangan keputusan gubernur


sesuai dengan tugas dan fungsi.
(2) Format rancangan keputusan gubernur sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) tercantum dalam Lampiran II yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Gubernur ini

Pasal 34

(1) Pimpinan SKPD pemrakarsa menyampaikan rancangan keputusan


gubernur kepada Gubernur melalui sekretaris daerah.
(2) Dalam rangka harmonisasi dan sinkronisasi, terhadap rancangan
keputusan gubernur dilakukan penelitian/koreksi.
(3) Penelitian/koreksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh
biro hukum.
-11-

Pasal 35

Rancangan keputusan gubernur yang telah diteliti/dikoreksi dikembalikan


kepada SKPD pemrakarsa untuk dilakukan penyempurnaan sesuai dengan
hasil penelitian/koreksi Biro Hukum.

Pasal 36

(1) Pimpinan SKPD pemrakarsa menyampaikan rancangan keputusan


gubernur yang telah disempurnakan kepada sekretaris daerah, setelah
mendapat paraf koordinasi dari pimpinan SKPD terkait dan kepala biro
hukum.
(2) Sekretaris daerah dapat melakukan perubahan dan/atau penyempurnaan
terhadap rancangan keputusan gubernur sebagaimana dimaksud pada
ayat (1).
(3) Sekretaris daerah mengembalikan rancangan keputusan gubernur
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada pimpinan SKPD pemrakarsa
untuk disempurnakan.
(4) Pimpinan SKPD pemrakarsa menyerahkan hasil penyempurnaan
rancangan keputusan gubernur sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
kepada sekretaris daerah setelah dilakukan paraf koordinasi oleh kepala
biro hukum dan pimpinan SKPD terkait.

BAB IV
EVALUASI DAN FASILITASI RANCANGAN PERATURAN DAERAH

Bagian Kesatu
Evaluasi

Pasal 37

(1) Gubernur menyampaikan rancangan peraturan daerah kepada menteri


dalam negeri paling lama 3 (tiga) hari setelah mendapatkan persetujuan
bersama dengan DPRD, untuk mendapatkan evaluasi.
(2) Rancangan peraturan daerah yang disampaikan untuk dievaluasi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah:
a. rancangan peraturan daerah tentang anggaran pendapatan dan
belanja daerah beserta rancangan peraturan gubernur tentang
penjabaran anggaran pendapatan dan belanja daerah;
b. rancangan peraturan daerah tentang perubahan anggaran pendapatan
dan belanja daerah beserta rancangan peraturan gubernur tentang
penjabaran perubahan anggaran pendapatan dan belanja daerah;
c. rancangan peraturan daerah tentang pertanggungjawaban
pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja daerah beserta
rancangan peraturan gubernur tentang penjabaran
pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran pendapatan dan
belanja daerah;
d. rancangan peraturan daerah tentang pajak daerah;
e. rancangan peraturan daerah tentang retribusi daerah; dan
f. rancangan peraturan daerah tentang tata ruang daerah.
-12-

Pasal 38

(1) Hasil evaluasi terhadap rancangan peraturan daerah sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 37 disampaikan menteri dalam negeri kepada
Gubernur paling lambat 15 (lima belas) hari kerja terhitung sejak
diterimanya rancangan peraturan daerah dimaksud.
(2) Gubernur harus menindaklanjuti hasil evaluasi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) paling lambat 7 (tujuh) hari kerja sejak diterimanya hasil
evaluasi.
Bagian Kedua
Fasilitasi

Pasal 39

(1) Gubernur menyampaikan rancangan peraturan daerah tentang organisasi


perangkat daerah kepada menteri dalam negeri untuk mendapatkan
fasilitasi.
(2) Fasilitasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan paling lama
15 (lima belas) hari kerja setelah diterima rancangan peraturan daerah.
(3) Apabila dalam tenggang waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
menteri dalam negeri tidak memberikan fasilitasi, maka rancangan
peraturan daerah dapat ditetapkan menjadi Peraturan Daerah.

BAB V
NOMOR REGISTER

Pasal 40

(1) Khusus untuk Produk Hukum Daerah yang berbentuk Peraturan Daerah,
7 (tujuh) hari setelah disetujui bersama dalam rapat paripurna wajib
disampaikan kepada menteri dalam negeri untuk mendapatkan
nomor register.
(2) Tata cara permohonan nomor register dilaksanakan sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan.

BAB VI
PENCETAKAN PRODUK HUKUM DAERAH

Pasal 41

Rancangan peraturan daerah yang akan ditetapkan menjadi Peraturan Daerah


dicetak dalam 4 (empat) rangkap.
Pasal 42

Rancangan peraturan gubernur dan rancangan keputusan gubernur yang


akan ditetapkan menjadi Peraturan Gubernur dan Keputusan Gubernur
dicetak 3 (tiga) rangkap.
Pasal 43

(1) Rancangan peraturan bersama gubernur yang akan ditetapkan dicetak


4 (empat) rangkap.
(2) Dalam hal penandatanganan Peraturan Bersama Gubernur melibatkan
lebih dari 2 (dua) daerah, Peraturan Bersama Gubernur dicetak sesuai
kebutuhan.
-13-

Pasal 44

(1) Produk Hukum Daerah dicetak dalam kertas khusus.


(2) Kertas khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dengan ketentuan
sebagai berikut:
a. ukuran F4 (folio);
b. kertas dengan gambar burung garuda emas dan frasa Gubernur
Kalimantan Selatan ditulis dalam huruf kapital pada bagian atas serta
nomor kode klasifikasi di bagian belakang kertas digunakan untuk
halaman pertama Produk Hukum Daerah; dan
c. kertas polos dengan nomor kode klasifikasi di bagian belakang
digunakan untuk halaman selanjutnya.
(3) Pencetakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh
biro hukum.
(4) Ketentuan mengenai kode klasifikasi kertas khusus dan tata cara
pencetakan produk hukum daerah diatur oleh kepala biro hukum.

BAB VII
PENETAPAN/PENGESAHAN, PENOMORAN, PENGUNDANGAN,
DAN AUTENTIFIKASI

Bagian Kesatu
Penetapan/Pengesahan Produk Hukum Daerah

Pasal 45

Produk Hukum Daerah yang telah dicetak disampaikan oleh pimpinan SKPD
pemrakarsa kepada Gubernur melalui sekretaris daerah untuk mendapat
penetapan.
Pasal 46

(1) Gubernur menetapkan Produk Hukum Daerah dengan membubuhkan


tanda tangan.
(2) Dalam hal Gubernur berhalangan sementara atau berhalangan tetap,
penandatanganan Produk Hukum Daerah yang bersifat pengaturan
dilakukan oleh pelaksana tugas, pelaksana harian, atau pejabat gubernur.
(3) Penandatanganan Produk Hukum Daerah yang bersifat penetapan dapat
didelegasikan kepada:
a. wakil gubernur;
b. sekretaris daerah; dan/atau
c. kepala SKPD.
(4) Format dan tata cara penandatanganan sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) dan ayat (3) sesuai dengan ketentuan tata naskah di lingkungan
Pemerintah Daerah.
Pasal 47

(1) Rancangan peraturan daerah yang dapat ditetapkan menjadi peraturan


daerah terdiri atas:
a. yang telah disetujui bersama oleh DPRD dan Gubernur dan telah
mendapatkan nomor registrasi; dan
-14-

b. yang telah disempurnakan sesuai hasil evaluasi/fasilitasi untuk


rancangan peraturan daerah yang harus dievaluasi/difasilitasi dan
telah mendapatkan nomor registrasi.
(2) Penandatanganan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan paling
lambat 30 (tiga puluh) hari sejak rancangan peraturan daerah disetujui
bersama oleh DPRD dan Gubernur, untuk rancangan peraturan daerah
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a.
(3) Dalam hal rancangan peraturan daerah sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) huruf b, penandatanganan dilakukan setelah diterbitkannya
persetujuan DPRD atas penyempurnaan rancangan peraturan daerah
sesuai hasil evaluasi/fasilitasi.

Pasal 48

(1) Dalam hal Gubernur tidak menandatangani rancangan peraturan daerah


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 47, rancangan peraturan daerah
tersebut sah menjadi Peraturan Daerah dan wajib diundangkan dalam
lembaran daerah.
(2) Rancangan peraturan daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dinyatakan sah dengan kalimat pengesahannya berbunyi: peraturan
daerah ini dinyatakan sah.
(3) Kalimat pengesahan yang berbunyi sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
harus dibubuhkan pada halaman terakhir Peraturan Daerah sebelum
pengundangan naskah Peraturan Daerah ke dalam lembaran daerah.

Pasal 49

(1) Sebelum ditandatangani oleh Gubernur, pejabat eselon II, eselon III, dan
eselon IV SKPD pemrakarsa yang membidangi memberikan paraf
per lembar di pojok kanan bawah pada rangkap pertama naskah produk
hukum daerah yang telah dicetak.
(2) Selain paraf sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pada halaman/lembar
penetapan rangkap pertama naskah produk hukum daerah sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diberikan paraf hierarki dan paraf koordinasi.
(3) Paraf hierarki sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diberikan oleh kepala
SKPD pemrakarsa, asisten yang membidangi, dan sekretaris daerah.
(4) Paraf koordinasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diberikan oleh
kepala SKPD terkait dan kepala biro hukum.
(5) Paraf koordinasi yang diberikan oleh kepala SKPD terkait sebagaimana
dimaksud pada ayat (5) merupakan bentuk tanggung jawab atas
materi muatan produk hukum daerah sesuai dengan tugas dan fungsinya
masing-masing.
(6) Paraf koordinasi yang diberikan oleh kepala biro hukum sebagaimana
dimaksud pada ayat (5) merupakan bentuk tanggung jawab atas format
dan teknik penulisan produk hukum daerah.
(7) Format dan tata cara pemberian paraf sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dan ayat (2) sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan mengenai tata naskah dinas.
(8) Proses pemarafan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)
dikoordinasikan oleh SKPD pemrakarsa.
-15-

Pasal 50

(1) Dalam hal rancangan peraturan daerah berasal dari DPRD, pejabat
eselon II, eselon III, dan eselon IV di sekretariat DPRD yang membidangi
memberikan paraf per lembar di pojok kanan bawah pada rangkap
pertama naskah rancangan peraturan daerah yang telah dicetak.
(2) Selain paraf sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pada halaman/lembar
penetapan rangkap pertama naskah rancangan peraturan daerah
diberikan paraf hierarki dan paraf koordinasi.
(3) Pemberian paraf hierarki sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sesuai
dengan ketentuan yang berlaku di lingkungan DPRD.
(4) Paraf koordinasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diberikan oleh
kepala SKPD terkait dan kepala biro hukum.

Bagian Kedua
Penomoran Produk Hukum Daerah

Pasal 51

(1) Penomoran Produk Hukum Daerah dilakukan oleh biro hukum.


(2) Penomoran dilakukan terhadap Produk Hukum Daerah yang telah
ditandatangani oleh Gubernur.
(3) Penomoran Produk Hukum Daerah yang bersifat pengaturan
menggunakan nomor bulat.
(4) Penomoran Produk Hukum Daerah yang bersifat penetapan menggunakan
nomor kode klasifikasi.
(5) Penomoran sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan ayat (4) dicatat
dalam buku penomoran Produk Hukum Daerah.

Bagian Ketiga
Pengundangan Produk Hukum Daerah

Pasal 52

(1) Pengundangan merupakan pemberitahuan secara formal suatu Produk


Hukum Daerah yang bersifat pengaturan sehingga mempunyai daya ikat
pada masyarakat.
(2) Pengundangan dilakukan oleh sekretaris daerah dengan membubuhkan
tanda tangan.
(3) Produk Hukum yang bersifat pengaturan yang harus diundangkan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:
a. Peraturan daerah;
b. Peraturan Gubernur;
c. Peraturan Bersama Gubernur; dan
d. Peraturan DPRD.
Pasal 53

(1) Sebelum ditandatangani oleh sekretaris daerah, pada lembar


pengundangan diberikan paraf hierarki.
-16-

(2) Paraf hierarki sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan oleh pejabat
eselon III yang membidangi/pejabat yang ditunjuk oleh pimpinan SKPD
pemrakarsa, pimpinan SKPD pemrakarsa, dan asisten yang membidangi.
(3) Paraf hierarki sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk Peraturan
DPRD sesuai dengan ketentuan yang berlaku di lingkungan DPRD.
(4) Tata cara pemberian paraf sebagaimana dimaksud pada pada ayat (2) dan
ayat (3) sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(5) Proses pemarafan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3)
dikoordinasikan oleh SKPD pemrakarsa/sekretaris DPRD.

Pasal 54

(1) Peraturan Daerah yang telah ditetapkan, diundangkan dalam


lembaran daerah.
(2) Penjelasan peraturan daerah dimuat dalam tambahan lembaran daerah.
(3) Tambahan lembaran daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dicantumkan nomor tambahan lembaran daerah.
(4) Tambahan lembaran daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
ditetapkan bersamaan dengan pengundangan Peraturan Daerah.
(5) Nomor tambahan lembaran daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
merupakan kelengkapan dan penjelasan dari lembaran daerah.
(6) Lembaran daerah dan tambahan lembaran daerah sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dan ayat (2) merupakan penerbitan resmi pemerintah
daerah.
Pasal 55

(1) Peraturan Gubernur dan Peraturan Bersama Gubernur yang telah


ditetapkan, diundangkan dalam berita daerah.
(2) Penjelasan peraturan gubernur dan penjelasan peraturan bersama
gubernur dimuat dalam tambahan berita daerah.
(3) Tambahan berita daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dicantumkan nomor tambahan berita daerah.
(4) Tambahan berita daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (2), ditetapkan
bersamaan dengan pengundangan Peraturan Gubernur dan Peraturan
Bersama Gubernur.
(5) Nomor tambahan berita daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
merupakan kelengkapan dan penjelasan dari berita daerah.
(6) Berita daerah dan tambahan lembaran daerah sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dan ayat (2) merupakan penerbitan resmi Pemerintah
Daerah.
Bagian Keempat
Autentifikasi

Pasal 56

(1) Produk Hukum Daerah yang telah ditandatangani dan diberi penomoran
selanjutnya dilakukan autentifikasi.
(2) Autentifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh kepala
biro hukum.
-17-

BAB VIII
KLARIFIKASI

Pasal 57

(1) Produk Hukum Daerah yang bersifat pengaturan disampaikan kepada


menteri dalam negeri paling lama 7 (tujuh) hari setelah ditetapkan untuk
mendapatkan klarifikasi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
(2) Untuk peraturan daerah yang harus melalui proses evaluasi, penyampaian
kepada menteri dalam negeri dalam rangka klarifikasi dilakukan paling
lama 7 (tujuh) hari setelah diundangkan.

BAB IX
PENDOKUMENTASIAN

Pasal 58

Pendokumentasian naskah asli Perda dilakukan oleh:


a. DPRD;
b. sekretaris daerah;
c. biro hukum berupa minute; dan
d. SKPD pemrakarsa.
Pasal 59

Pendokumentasian naskah asli Peraturan Bersama Gubernur oleh:


a. sekretaris daerah masing-masing daerah;
b. biro hukum berupa minute; dan
c. masing-masing SKPD pemrakarsa.

Pasal 60

Pendokumentasian naskah asli Peraturan Gubernur dan Keputusan Gubernur


oleh:
a. sekretaris daerah;
b. biro hukum berupa minute; dan
c. SKPD pemrakarsa.

BAB X
PENGGANDAAN DAN PENYEBARLUASAN

Pasal 61

(1) Penggandaan dan pendistribusian Produk Hukum Daerah dilakukan


biro hukum dan SKPD pemrakarsa.
(2) Pembiayaan yang berkaitan dengan penggandaan dan pendistribusian
Produk Hukum Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibebankan
pada anggaran pendapatan dan belanja daerah.
-18-

Pasal 62

(1) Naskah Produk Hukum Daerah yang disebarluaskan harus merupakan


salinan naskah yang telah diautentifikasi dan diundangkan dalam
lembaran daerah, tambahan lembaran daerah, dan berita daerah.
(2) Salinan naskah Produk Hukum Daerah sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) diberikan tanda khusus.
(3) Tanda khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (2) adalah kata salinan
yang ditulis dalam huruf kapital dan diletakkan pada pojok kanan atas
halaman pertama salinan naskah Produk Hukum Daerah.
(4) Pada salinan naskah Produk Hukum Daerah sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) tidak disertai dengan lembar penetapan/pengundangan yang
memuat tanda tangan Gubernur/sekretaris daerah.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai pemberian tanda salinan naskah Produk
Hukum Daerah dan lembar penetapan/pengundangan yang disertakan
untuk salinan naskah Produk Hukum Daerah diatur oleh kepala
biro hukum.
BAB XI
KETENTUAN LAIN-LAIN

Pasal 63

(1) Produk Hukum Daerah ditulis menggunakan jenis huruf dan angka
bookman old style dengan ukuran 12.
(2) Penulisan halaman untuk Peraturan Daerah, Peraturan Gubernur dan
Peraturan Bersama Gubernur menggunakan jenis angka bookman old
style dengan ukuran 12.
(3) Penulisan angka sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dimulai pada
halaman kedua dengan angka 2 dan diletakkan di bagian atas kertas
di tengah margin.
(4) Penulisan halaman untuk penjelasan peraturan daerah, penjelasan
peraturan gubernur dan penjelasan peraturan bersama gubernur
menggunakan jenis angka bookman old style dengan ukuran 12.
(5) Penulisan angka sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dimulai pada
halaman kesatu dan diletakkan di bagian atas kertas di tengah margin.

Pasal 64

Terhadap keputusan gubernur tentang kepegawaian berlaku teknik


penyusunan dan format peraturan perundang-undangan di bidang
kepegawaian.

Pasal 65

Proses penyusunan, penyempurnaan, penetapan, penomoran, autentifikasi,


pencetakan, pendokumentasian, penggandaan, dan penyebarluasan keputusan
gubernur tentang kepegawaian dikelola oleh badan kepegawaian daerah.
-19-

BAB XII
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 66

Pada saat Peraturan Gubernur ini mulai berlaku, maka Peraturan Gubernur
Nomor 025 Tahun 2012 tentang Peraturan Gubernur Nomor 025 Tahun 2012
tentang Pedoman Pembentukan Produk Hukum Daerah di Lingkungan
Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan (Berita Daerah Provinsi Kalimantan
Selatan Tahun 2012 Nomor 25), dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 67

Peraturan Gubernur ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.


Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan
Peraturan Gubernur ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Provinsi
Kalimantan Selatan.

Ditetapkan di Banjarmasin
pada tanggal 24 September 2014

GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN,

H. RUDY ARIFFIN
Diundangkan di Banjarbaru
pada tanggal 24 September 2014

SEKRETARIS DAERAH PROVINSI


KALIMANTAN SELATAN,

MUHAMMAD ARSYADI

BERITA DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN


TAHUN 2014 NOMOR 63

Anda mungkin juga menyukai