YANG
D
I
S
U
S
U
N
OLEH
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
T.A 2018/2019
LEMBAR PENGESAHAN
PADA KLIEN Nn. M DENGAN DIAGNOSA APENDISITIS
MENGESAHKAN
CI LAHAN CI INSTITUSI
( …………….……………………………) ( …………….……………………………)
A. Konsep Medis
1. Defenisi
Apendisitis akut adalah penyebab paling umum inflamasi akut pada kuadran
bawah kanan rongga abdomen, penyebab paling umum untuk bedah
abdomen darurat (Smeltzer, 2001).
Apendisitis adalah kondisi di mana infeksi terjadi di umbai cacing. Dalam
kasus ringan dapat sembuh tanpa perawatan, tetapi banyak kasus
memerlukan laparotomi dengan penyingkiran umbai cacing yang terinfeksi.
Bila tidak terawat, angka kematian cukup tinggi, dikarenakan oleh peritonitis
dan shock ketika umbai cacing yang terinfeksi hancur. (Anonim, Apendisitis,
2007)
Apendisitis adalah peradangan akibat infeksi pada usus buntu atau umbai
cacing (apendiks). Infeksi ini bisa mengakibatkan pernanahan. Bila infeksi
bertambah parah, usus buntu itu bisa pecah. Usus buntu merupakan saluran
usus yang ujungnya buntu dan menonjol dari bagian awal usus besar atau
sekum (cecum). Usus buntu besarnya sekitar kelingking tangan dan terletak
di perut kanan bawah. Strukturnya seperti bagian usus lainnya. Namun,
lendirnya banyak mengandung kelenjar yang senantiasa mengeluarkan
lendir. (Anonim, Apendisitis, 2007)
Apendisitis merupakan peradangan pada usus buntu/apendiks (Anonim,
Apendisitis, 2007).
2. Etiologi
Berbagai faktor dianggap sebagai predisposisi timbulnya apendisitis akut,
termasuk fekolit (feses yang keras akibat dehidrasi dan pengerasan) dan
residu makanan, hiperplasia limfoid (seperti yang terjadi pada anak disertai
infeksi virus), divertikulosis apendiks, dan terdapatnya tumor karsinoid.
Radang spesifik dapat juga mengenai apendiks, dan yang paling sering akibat
Yersinia pseudotuberculosis, tifoid, tuberkulosis dan aktinomikosis.Apendiks
juga dapat terkena oleh kolitis ulseratif dan penyakit Crohn.
3. Patofisiologi
Penyebab utama appendiksitis adalah obstuksi penyumbatan yang dapat
disebabkan oleh hiperplasia dari polikel lympoid merupakan penyebab
terbanyak adanya fekalit dalam lumen appendik.Adanya benda asing seperti :
cacing,striktur karenan fibrosis akibat adanya peradangan sebelunnya.Sebab
lain misalnya : keganasan (Karsinoma Karsinoid).
Mukus yang terkumpul itu lalu terinfeksi oleh bakteri menjadi nanah,
kemudian timbul gangguan aliran vena, sedangkan arteri belum terganggu,
peradangan yang timbul meluas dan mengenai peritomium parietal setempat,
sehingga menimbulkan rasa sakit dikanan bawah, keadaan ini disebut
dengan appendisitis supuratif akut.
Bila kemudian aliran arteri terganggu maka timbul alergen dan ini disebut
dengan appendisitis gangrenosa.Bila dinding apendiks yang telah akut itu
pecah, dinamakan appendisitis perforasi.
Tand Rovsing dapat timbul dengan melakukan palpasi kuadran bawah kiri,
yang secara paradoksial menyebabkan nyeri yang terasa pada kuadran
bawah kanan. Apabila appendiks telah ruptur, nyeri dan dapat lebih
menyebar ; distensi abdomen terjadi akibat ileus paralitik dan kondisi klien
memburuk.
5. Pemeriksaan diagnostic
1. Pemeriksaan fisik
- Inspeksi : akan tampak adanya pembengkakan (swelling) rongga
perut dimana dinding perut tampak mengencang (distensi)
- Palpasi : didaerah perut kanan bawah bila ditekan akan terasa
nyeri dan bila tekanan dilepas juga akan terasa nyeri (blubing sign)
yang mana merupakan kunci dari diagnosis apendisitis akut.
- Dengan tindakan tungkai kanan dan paha ditekuk kuat / tungkai
diangkat tinggi-tinggi, maka rasa nyeri diperut semakin parah
- Suhu dubur (rectal) yang lebih tinggi dari suhu ketiak (axilla), lebih
menunjang lagi adanya radang usus buntu
2. Pemeriksaan laboratorium
Kenaikan dari sel darah putih (leukosit) hingga sekitar 10.000-
18.000/mm3. Jika terjadi peningkatan yang lebih dari itu, maka
kemungkinan apendiks sudah mengalami parforasi (pecah)
3. Pemeriksaan radiologi
- Foto polos perut dapat memperlihatkan adanya fekalit (jarang
membantu)
- Ultrasonografi (USG). CT scan.
- Kasus kronik dapat dilakukan rontgen foto abdomen, USG
abdomen dan apendikogram
6. Penatalaksanaan
Pada appendiksitis akut, pengobatan yang paling baik adalah operasi
appendiks. Dalam waktu 48 jam harus dilakukan. Penderita di obsevarsi,
istirahat dalam posisi fowler, diberikan antibiotik dan diberikan makanan yang
tidak merangsang persitaltik, jika terjadi perforasi diberikan drain di perut
kanan bawah.
7. Komplikasi
Komplikasi apendisitis akut ialah keadaan yang terjadi akibat perforasi,
seperti peritonitis generalisata, abses dan pembentukan fistula, dan
konsekuensi penyebaran melalui pembuluh darah, pieloflebitis supuratif
(radang dan trombosis vena porta), abses hepar dan septikemia.Radang
dapat menjadi kronis, atau obstruksi pada leher apendiks yang menyebabkan
retensi mukus dan kemudian menimbulkan mukokel.Ini sering tidak
menimbulkan masalah klinis tetapi walaupun jarang, dapat terjadi ruptura dan
sel epitel yang mensekresi mukus dapat menyebar ke kavum peritoneum.
B. Konsep Keperawatan
a. Pengkajian
Identitas Pasien
Identitas klien Nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama,
suku/bangsa, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, alamat, dan nomor
register.
Riwayat Keperawatan
1. Riwayat Kesehatan saat ini : keluhan nyeri pada luka post operasi
apendektomi, mual muntah, peningkatan suhu tubuh, peningkatan
leukosit.
2. Riwayat Kesehatan masa lalu
Pemeriksaan Fisik
1. Sistem kardiovaskuler : Untuk mengetahui tanda-tanda vital, ada tidaknya
distensi vena jugularis, pucat, edema, dan kelainan bunyi jantung.
2. Sistem hematologi : Untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan leukosit
yang merupakan tanda adanya infeksi dan pendarahan, mimisan
splenomegali.
3. Sistem urogenital : Ada tidaknya ketegangan kandung kemih dan keluhan
sakit pinggang.
4. Sistem muskuloskeletal : Untuk mengetahui ada tidaknya kesulitan dalam
pergerakkan, sakit pada tulang, sendi dan terdapat fraktur atau tidak.
5. Sistem kekebalan tubuh : Untuk mengetahui ada tidaknya pembesaran
kelenjar getah bening.
Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan darah rutin : untuk mengetahui adanya peningkatan leukosit
yang merupakan tanda adanya infeksi.
2. Pemeriksaan foto abdomen : untuk mengetahui adanya komplikasi pasca
pembedahan.
b. diagnose keperawatan
4. Mengurangi kecemasan
5. Menghindari infeksi
d. Evaluasi
1. Melaporkan berkurangnya nyeri
Melaporkan nyeri hilang atau terkontrol
Klien tampak rileks, mampu tidur/istirahat
2. Cairan tubuh seimbang
Mempertahankan urine output sesuai dengan usia dan BB, BJ urine
normal, HT normal.
Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas normal.
Tidak ada tanda-tanda dehidrasi, elastisitas, turgor kulit, membran
mukosa lembab.
Tidak ada rasa haus yang berlebihan
3. Nutrisi terpenuhi
Mempertahankan berat badan.
Toleransi terhadap diet yang dianjurkan.
Menunjukan tingkat keadekuatan tingkat energi.
Turgor kulit baik.
4. Kecemasan berkurang
Klien tampak tenang
Klien mengatakan mengerti tentang penyakitnya dan prosedur tindakan
yang akan dilakukan
5. Menunjukan tidak ada tanda infeksi
Luka sembuh tanpa tanda infeksi
Cairan yang keluar dari luka tidak purulen
DAFTAR PUSTAKA