A. Latar Belakang
Pada era pasar modal sekarang ini, banyak negara Muslim (seperti Arab
Saudi, Mesir,Iran, Pakistan, Malaysia, dan Indonesia) ikut mewujudkan berbagai
bentuk instrumen pasar uang dan modal, baik dalam bentuk bonds dan equity,
maupun dalam bentuk pertukaran uang asing (sharfu). Dan sebagai salah satu
produk bisnis yang dapat memberikan nilai lebih dalam segala hal, sukuk tidak
saja berbiaya pengelolaan murah dan beresiko rendah, tapi juga bebas dari loan
for interest. Di era ini produk bisnis seperti sukuk dapat memberikan keuntungan
lebih bagi pelaku bisnis dan akan semakin diminati sekiranya ia dapat
memberikan keuntungan (profit), biaya manajemen yang rendah (low cost
management), meminimalkan resiko pembiayaan (minimal financing risks), dan
mudah pengelolaanya.
Bank Syariah merupakan salah satu alternativ jasa keuangan yang paling
diminati oleh pasar dunia saat ini, termasuk Indonesia. Hal ini selain memberikan
keuntungan yang tidak kalah dengan Bank Konvensional, Bank Syariah juga
dapat lebih menenangkan. Selain itu, dengan adanya akad perjanjian disetiap
bentuk produknya memberikan kepastian yang lebih jelas dan menambah
ketenganan bagi nasabah yang menggunakan jasanya.
Agar dapat lebih berkembang dan maju sehingga dapat lebih mendukung
perkembangan perekonomian saat ini, perbankan syariah dituntut untuk dapat
lebih mengembangkan produk yang telah ada. Oleh karena itu perlu adanya
landasan yang dapat melindungi perkembangan tersebut, di Indonesia sendiri,
Bank Syariah dilindungi oleh Undang-Undang No 21 tahun 2008 yang menjadi
landasan hukum pengembangan industri syariah.
Page | 1
B. Rumusan masalah
1. Apa pengertian obligasi syariah (sukuk) ?
2. Apa landasan hukum obligasi syariah ?
3. Apa saja karakteristik obligasi syariah ?
4. Apa saja resiko dalam obligasi syariah ?
5. Apa saja jenis produk investasi dalam perbankan syariah ?
6. Bagaimana peluang dan potensi investasi di Bank Syariah ?
C. Tujuan
Untuk mengetahui :
1. Apa pengertian obligasi syariah (sukuk)
2. Apa landasan hukum obligasi syariah
3. Apa saja karakteristik obligasi syariah
4. Apa saja resiko dalam obligasi syariah
5. Apa saja jenis produk investasi dalam perbankan syariah
6. Bagaimana peluang dan potensi investasi di Bank Syariah
Page | 2
PEMBAHASAN
Page | 3
muslimin terikat dengan syarat-syarat mereka kecuali syarat yang mengharamkan
yang halal atau menghalalkan yang haram.” (HR. Tirmidzi)
Kaidah Fiqih:
“ Hukum asal dalam adat/ kebiasaan adalah boleh, kecuali apa-apa yang
diharamkan oleh Allah.”
“ Hukum asal muamalah itu adalah boleh kecuali jika ada dalil yang
mengharamakn”
“ Sesuatu yang berlaku berdasarkan kebiasaan sama dengan sesuatu yang berlaku
berdasarkan syara’ (selama tidak bertentangan)1
Ketiga, jenis industri yang dikelola oleh emiten serta hasil pendapatan
perusahaan penerbit obligasi harus terhindar dari unsur nonhalal.
1
https://hanialfarouqy.wordpress.com/2013-sukuk-dalam-pengkajian-ekonomi-islam/ diakses 15
Maret 2017 pukul 22.30
Page | 4
1. Obligasi syariah haruslah berdasarkan konsep syariah yang hanya
memberikan pendapatan kepada pemegang obligasi dalam bentuk bagi
hasil atau revenue sharing serta pembayaran utang pokok pada saat jatuh
tempo.
2. Obligasi syariah mudharabah yang diterbitkan harus berdasarkan pada
bentuk pembagian bagi hasil keuntungan yang telah disepakati
sebelumnya serta pendapatan yang diterima harus bersih dari unsur
nonhalal.
3. Nisbah (rasio) bagi hasil) harus ditentukan sesuai kesepakatan sebelum
penerbitan obligasi tersebut.
4. Pembagian pendapatan dapat dilakukan secara periodik atau sesuai
ketentuan bersama, dan saat jatuh tempo hal itu diperhitungkan secara
keseluruhan.
5. Sistem pengawasan aspek syariah dilakukan oleh Dewan Pengawas
Syariah atau oleh Tim Ahli Syariah yang ditunjuk oleh Dewan Syariah
Nasional MUI.
6. Apabila perusahaan penerbit obligasi melakukan kelalaian atau melanggar
syarat perjanjian, wajib dilakukan pengembalian dana investor dan harus
dibuat surat pengakuan utang.
7. Apabila emiten berbuat kelalaian atau cedera janji maka pihak investor
dapat menarik dananya.
8. Hak kepemilikan obligasi syariah mudharabah dapat dipindahtangankan
kepada pihak lain sesuai kesepakatan akad perjanjian.
Page | 5
melakukan investasi, seorang investor diharapkan telah mengetahui setiap risiko
investasinya tersebut. Setiap tindakan investasi mempunyai tingkat risiko dan
keuntungan yang berbeda-beda. Ada karakter investor yang menginginkan tingkat
keuntungan cukup tinggi di atas rata-rata keuntungan normal, sehingga harus siap
mendapatkan potensi tingkat resiko yang tinggi juga. Begitu pula investor yang
mengharapkan tingkat keuntungan relatif sedikit cenderung akan mendapatkan
tingkat risiko yang relatif kecil juga.2
2
Adrian Sutedi, Aspek Hukum Obligasi & Sukuk, Jakarta: Sinar Grafika, 2009, hlm. 127-129.
Page | 6
Risiko ketidaksesuaian syariah dapat terjadi apabila sukuk yang
diterbitkan tidak mengikuti kaidah atau prinsip-prinsip syariah yang telah
ditentukan dalam fatwa, baik oleh dewan syariah maupun ahli-ahli syariah.
Kesesuaian dengan syariah dapat mencakup pada struktur sukuk yang
digunakan, dokumen hukum penerbitan sukuk, underlying asset yang
digunakan , serta penggunaan dana hasil penerbitan sukuk.3
1. Deposito Mudharabah
Dalam system perbankan konvensional, menabung uang di bank akan
mendatangkan keuntungan berupa bunga deposito pada nasabah. Ini berbeda
halnya dalam investasi syariah karena dalam produk deposito bank syariah
digunakan akad mudharabah, dimana kita sebagai nasabah mempercayakan dana
kita kedalam rekening nasabah bersama atau dana tabbaru yang akan dikelola
kembali oleh bank syariah berupa investasi kesektor-sektor riil.
2. Asuransi Syariah
Perbedaan asuransi konvensional dengan asuransi syariah terletak pada
sumber dana lokasi premi yang dibayarkan oleh nasabah kepada perusahaan
asuransi. Pada asuransi konvensional, premi yang dibayarkan nasabah menjadi
milik si perusahaan, demikian juga pembayaran kepada nasabah sewaktu terjadi
klaim diambil dari dana perusahaan asuransi. Sedangkan pada asuransi syariah,
premi yang dibayarkan oleh nasabah dikumpulkan dan dialokasikan oleh bank
3
http://akucintakeuangansyariah.com/21622/5-risiko-investasi-sukuk/ diakses 15 Maret 2017
pukul 23.00
Page | 7
syariah kedalam dana tabbaru yang rekening ini juga digunakan untuk membantu
ketika nasabah lain mengalami musibah berupa pembayaran klaim. Asuransi
syariah termasuk dalam investasi karena di akhir periode dilakukan bagi hasil
keuntungan bank syariah dari dana premi nasabah yang diolah kembali oleh
bank syariah.
3. Reksadana Syariah
Investasi reksadanann syariah memiliki mekanisme yang sama dengan reksadana
konvensional. Bedanya, pada reksadana syariah transaksi dilakukan berdasarkan
prinsip ekonomi Islam, yaitu ada agen reksadana (bank syariah), pembeli
(nasabah), lalu disepakati bersama melalui akad. Selain itu dalam reksadana
syariah, dana nasabah akan diinvestasikan oleh manager investasi yang paham
dengan hokum ekonomi Islam, sehingga hasil keuntungan investasi yang
dibagikan kepada para investor bersih dari riba dan unsur lain yang tidak halal.4
Secara garis besar produk perbankan syariah dapat dibagi menjadi 3 yaitu
produk penghimpunan dana, produk penyaluran dana dan produk jasa
yang diberikan bank kepada nasabahnya.
4
Yogie Respatie, Mengenal Tiga Produk Investasi di Perbankan Syariah,
http://mysharing.co/mengenal-tiga-produk-investasi-di-perbankan-syariah/, (10 Maret 2017).
Page | 8
Wadiah berarti titipan dari satu pihak kepihak lain,baik individu maupun
badan hukum yang harus dijaga dan dikembalikan oleh yang penerimaan
titipan,kapan pun si penitip menghendaki. Wadiah dibagi atas dua,yaitu wadiah
yad-dhamanah dan wadiah yad-amanah. Wadiah yad-dhamanah adalah titipan
yang selama belum dikembalikan kepada penitip dapat dimanfaatkan oleh
penerima titipan. Apabila dari hasil pemanfaatan tersebut diperoleh keuntungan,
maka seluruhnya menjadi hak penerima titipan. Prinsip titipan wadiah yad-
amanah adalah penerima titipan tidak boleh memanfaatkan barang titipan tersebut
sampai si penitip mengambil kembali titipannya.
Mudharabah adalah perjanjian atas suatu jenis kerja sama usaha dimana
pihak pertama menyediakan dana dan pihak kedua bertanggung jawab atas
pengelolaan usaha. Pihak yang menyediakan dana biasa disebut dengan istilah
shahibul maal,sedangkan pihak yang mengelola usaha biasa disebut dengan istilah
mudharib. Keuntungan hasil usaha dibagikan sesuai dengan nisbah bagi hasil
yang disepakati bersama sejak awal . akan tetapi, jika terjadi kerugian, shahibul
maal akan kehilangan sebagian imbalan dari hasil kerjanya selama proyek
berlangsung. Berdasarkan PSAK 105, mudharabah dibagi atas tiga, yaitu
mudharabah muthalaqah, mudharabah muqayyadah,dan mudharabah
musytarakah. Mudharabah muthlaqah adalah mudharabah yang memberi kuasa
kepada mudharib secara penuh untuk menjalankan usaha tanpa batasan apa pun
yang berkaitan dengan usaha tersebut. Batasan yang dimaksud berupa jenis
usaha,tempat,pemasok,dan konsumen usaha. Mudharabah muqayyadah, yaitu
shahibul maal, memberi batasan kepada mudharib dalam pengelolaan dana berupa
jenis usaha, tempat, pemasok, maupun konsumen. Mudharabah musytarakah
adalah bentuk mudharabah dimana pengelola dana menyertakan modal atau
dananya dalam kerja sama investasi. Akad musytarakah ini merupakan perpaduan
antara akad mudharabah dan akad musyarakah. Dalam mudharabah musytarakah,
pengelola dana berdasarkan akad (mudharabah) menyertakan juga dananya dalam
invetasi bersama (musyarakah).
Page | 9
B. Prinsip Penyaluran Dana Bank Syariah
Prinsip jual beli terdiri atas tiga,yaitu murabahah, salam, dan istishna’.
Jual beli dengan skema murabahah adalah jual beli dengan menyatakan
harga perolehan dan keuntungan yang disepakati oleh penjual dan pembeli.
Skema ini dapat digunakan oleh bank untuk nasabah yang hendak memiliki suatu
barang, sedang nasabah yang bersangkutan tidak memiliki uang pada saat
pembelian. Pada pembiayaan dengan skema murabahah, bank adalah penjual,
sedang nasabah yang memerlukan barang margin atau selisih antara barang yang
dijual oleh bank dengan harga pokok pembelian barang. Setelah barang diperoleh
nasabah, barang tersebut dapat dibayar secara tunai maupun secara angsuran
kepada bank dalam jangka waktu yang disepakati.
Jual beli dengan skema salam adalah jual beli yang pelunasannya
dilakukan terlebih dahulu oleh pembeli sebelum barang pesanan diterima. Skema
ini dapat digunakan oleh bank untuk nasabah yang memiliki cukup dana, sedang
yang bersangkutan kurang memiliki bargaining power dengan penjual dibanding
sekiranya pembelian barang 5dilakukan oleh bank. Dalam skema ini , bank
sebagai penjual memperoleh keuntungan dari selisih harga jual kepada nasabah
dengan harga pokok pembelian barang yang dilakukan pada pemasok.
5
Yaya Rizal.dkk,Akuntansi perbankan syariah(Salemba Empat,Jakarta,2009)hal.58
Page | 10
c. Jual beli dengan skema istishna’
Jual beli dengan skema istishna’ adalah jual beli yang didasarkan atas
penugasan oleh pembeli kepada penjual yang juga produsen untuk menyediakan
barang atau suatu produk sesuai dengan spesifikasi yang disyaratkan pembeli dan
menjualnya dengan harga yang disepakati. Berbeda dengan murabahah, barang
yang diperjualbelikan pada saat transaksi istishna’ dilakukan belum ada dan
memerlukan waktu untuk membuatnya terlebih dahulu. Skema ini dapat
digunakan bank untuk membantu nasabah yang memerlukan produk konstruksi
seperti bangunan,kapal, dan pesawat terbang yang belum jadi dan memerlukan
waktu cukup lama untuk menyelesaikannya. Oleh karena itu bank hanya sebagai
penjual, sedang pembuatan produk dilakukan oleh pihak lain, yaitu produsen,
bank biasanya juga melakukan kontrak istishna’ dengan produsen untuk membeli
produk sebagaimana diinginkan oleh nasabah pembiayaan. Skema double
istishna’ ini biasa disebut dengan istishna’ paralel. Cara pembayaran skema ini
dapat berupa pembayaran di muka, cicilan, atau ditangguhkan sampai jangka
waktu akad.
2. Prinsip Investasi
Prinsip investasi dalam pembiayaan oleh bank syariah terdiri atas investasi
dengan skema mdharabah dan investasi dengan skema musyaraah.
Page | 11
Investasi dengan skema musyarakah adalah kerja sama investasi para
pemilik modal yang mencampurkan modal mereka pada suatu usaha tertentu
dengan pembagian keuntungan berdasarkan nisbah yang telah disepakati
sebelumnya, sedangkan apabila terjadi kerugian ditanggung semua pemilik modal
berdasarkan porsi modal masing-masing. Pada skema ini, hubungan antara bank
dengan nasabah pembiayaan adalah hubungan kemitraan sesama pemilik modal.
Dalam hal ini, bank dan mitra sama-sama menyediakan modal untuk membiayai
suatu usaha tertentu baik yang sudah berjalan maupun yang baru berjalan.
Selanjutnya, mitra dapat mengembalikan modal tersebut beserta bagi hasil yang
telah disepakati secara bertahap atau sekaligus kepada bank.
3. Prinsip Sewa
Prinsip sewa terdiri atas dua skema, yaitu skema ijarah dan skema ijarah
muntahiya bittamlik.
Page | 12
tertentu sesuai dengan akad sewa. Berbeda dengan transaksi ijarah, transaksi
ijarah muntahiyya bittamlik memberi hak pilih pada penyewa untuk memiliki
barang yang disewa.
a. Prinsip Wakalah
b. Prinsip Kafalah
c. Prinsip Hawalah
Page | 13
transaksi hawalah, pada saat A (muhal) memberi pinjaman kepada B (muhil), B
masih mempunyai hutang kepada C (muhal ‘alaih). Begitu B tidak mampu
membayar hutangnya kepada A, ia lalu mengalihkan utangnya tersebut kepada C,
C harus membayar hutang B kepada A sedangkan hutang C sebelumnya kepada B
dianggap selesai.
d. Prinsip Sharf
Prinsip Sharf adalah prinsip yang digunakan dalam transaksi jual beli mata
uang, baik antar mata uang sejenis maupun antar mata uang berlainan jenis.
Berdasarkan fatwa DSN nomor 28 tahun 2002, terdapat beberapa syarat transaksi
jualbeli mata uang, yaitu:
e. Prinsip ijarah
Page | 14
Menurut karim(2004), ijarah dapat dibedakan menjadi dua, yaitu ijarah
yang pembayarannya bergantung pada kinerja yang disewa (ju’alah), dimana
orang bersangkutan memperoleh succes fie dan ijarah yang pembayarannya tidak
bergantung pada kinerja yang disewa atau yang disebut dengan ijarah yang mana
orang berasngkutan memperoleh gajih atau upah. Dalam praktek perbankan,
transaksi berikut banyak diimplementasikan dengan menggunakan skema ijarah.
1. Kartu ATM
2. Sms banking
3. Pembayaran tagihan
4. Pembayaran gaji elektronik
F. Peluang dan Potensi Investasi di Bank Syariah
Peluang pengembangan Perbankan Syariah di Indonesia di masa datang jauh
lebih menarik.
6
A. Riawan Amin, Menata Perbankan Syariah di Indonesia, (Jakarta: UIN Press, 2009),
hlm. 104-105.
Page | 15
PENUTUP
A. SIMPULAN
1. Deposito Mudharabah
2. Asuransi Syariah
3. Reksadana Syariah
Peluang dan potensi investasi di Bank Syariah akan sangat terbuka lebar
dan menjanjikan karena didukung oleh banyak aspek yang memungkinkan
berkembangnya Bank Syariah sehingga akan menarik minat dan akan semakin
banyak pihak yang terlibat dalam hal investasi di Bank Syariah.
B. SARAN
Adapun saran yang dapat kami sampaikan melalui makalah ini, yaitu agar
pembaca dapat memahami isi makalah ini dan mengaplikasikannya dalam
kehidupan serta dengan mempelajari Prencanaan Keuangan Syariah, kita sebagai
mahasiswa dapat menambah wawasan kita dan pengetahuan kita terhadap obligasi
syariah dan produk perbankan syariah.
Page | 16