Salah satu langkah untuk mempersiapkan sumber daya manusia yang profesional,
antara lain dengan memberikan pendidikan dan pelatihan pengawasan
ketenagakerjaan bagi para calon pegawai pengawas ketenagakerjaan. Berkaitan
dengan hal tersebut agar Program Diklat Pengawasan Ketenagakerjaan dapat
berdayaguna dan berhasilguna, maka dalam persiapan diklat ini telah diupayakan
penulisan dan penyempurnaan modul yang merujuk pada kurikulum berdasarkan
kompetensi yang harus dimiliki seorang pegawai pengawas ketenagakerjaan.
Modul ini berisi substansi dasar dan teknis yang seyogyanya dapat dikuasai oleh
calon pengawas ketenagakerjaan. Untuk memperluas wawasan, diharapkan peserta
diklat membaca buku-buku referensi atau daftar pustaka dan sumber-sumber
lainnya.
Diharapkan dengan berpedoman pada modul ini, para peserta dan pengajar Diklat
Pengawasan Ketenagakerjaan mempunyai kesamaan pemahaman terhadap seluruh
kompetensi. Akhirnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan
modul ini, disampaikan terima kasih dan semoga bermanfaat dalam mendukung
kelancaran pelaksanaan tugas.
i
DAFTAR ISI
A. Latar Belakang------------------------------------------------------------------------------------- 1
C. Ruang Lingkup-------------------------------------------------------------------------------------- 2
D. Metode Pembelajaran---------------------------------------------------------------------------- 2
C. Pencegahan Kecelakaan--------------------------------------------------------------------------- 6
G. Manajemen Risiko----------------------------------------------------------------------------------- 23
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Di dalam hal lain, akan terjadi pula lingkungan kerja yang kurang memenuhi syarat,
proses dan sifat pekerjaan yang berbahaya serta peningkatan intensitas kerja
operasionil tenaga kerja. Masalah tersebut diatas akan sangat mempengaruhi dan
mendorong peningkatan jumlah maupun tingkat keseriusan kecelakaan kerja, penyakit
akibat kerja dan pencemaran lingkungan.
B. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Tujuan Pembelajaran Umum ( TPU )
Setelah mengikuti pembelajaran ini diharapkan peserta dapat memahami
dasar- dasar keselamatan dan kesehatan kerja ( K3).
2. Tujuan Pembelajaran Khusus
Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta diharapkan dapat menjelaskan :
a. Sejarah perkembangan K3
b. Pengertian dan tujuan K3
c. Faktor penyebab kecelakaan kerja dan pencegahannya.
d. Prinsip dasar pencegahan kecelakaan
e. Undang-undang keselamatan kerja
f. Objek pengawasan norma K3
g. Manajemen operasional pengawasan K3 h. Manajemen risiko
D. METODE PEMBELAJARAN
Metode pembelajaran yang akan diterapkan meliputi:
a. Ceramah
b. Tanya jawab
c. Diskusi
POKOK BAHASAN
A. SEJARAH PERKEMBANGAN K3
Sejak jaman purba pada awal kehidupan manusia, untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya manusia bekerja. Pada saat bekerja mereka mengalami kecelakaan
dalam bentuk cidera atau luka. Dengan akal pikirannya mereka berusaha mencegah
terulangnya kecelakaan dalam bentuk cidera atau luka. Dengan akal pikirannya
mereka berusaha mencegah terulangnya kecelakaan yang serupa dan kemudian la
dapat mencegah kecelakaan secara preventip.
Kurang lebih 1700 tahun sebelum masehi, Raja Hamurabi dari kerajaan Babylonia
dalam kitab undang-undangnya menyatakan bahwa II Bila seorang ahli bangunan
membuat rumah untuk seseorang dan pembuatannya tidak dilaksanakan dengan baik
sehingga rumah itu roboh dan menimpa pemilik rumah hingga mati, maka ahli
bangunan tersebut dihukum bunuh ".
Dalam zaman Mozai + 5 abad setelah Hamurabi, dinyatakan bahwa ahli bangunan
bertanggung jawab atas keselamatan para pelaksana dan pekerjanya, dengan
menetapkan pemasangan pagar pengaman pada setiap sisi luar atap rumah.
Sejak terjadinya revolusi industri tahun 1825, di Inggris terjadi banyak kecelakaan kerja
yang menimbulkan korban , tetapi para pengusaha waktu itu berpendapat bahwa hal
tersebut adalah bagian dari risiko pekerjaan, dimana waktu itu pengusaha dengan
menanggulanginya dengan jalan mempekerjakan tenaga kerja yang baru.
Pada akhirnya banyak orang berpendapat bahwa membiarkan korban berjatuhan
apalagi tidak ada ganti rugI bagi korban adalah tidak manusiawi. Para pekerja
mendesak pengusaha untuk mengambil langkah-Iangkah yang positip untuk
menanggulangi masalah tersebut, kemudian ada usaha memberikan perawatan
kepada para korban dimana motifnya adalah berdasarkan kemanusiaan.
Di Inggris pada mulanya peraturan perundangan yang hampir sama telah juga
diberlakukan namun harus dibuktikan bahwa kecelakaan tersebut bukanlah terjadi
karena kesalahan si korban, dimana jika terbukti bahwa kecelakaan yang terjadi
akibat kelalaian si korban maka ganti rugi tidak diberikan. Berhubung karena pekerja
pada posisi yang lemah maka pembuktian salah tidaknya pekerja yang bersangkutan
sering merugikan si korban, oleh karena itu pada akhirnya peraturan perundangan
tersebut diubah tanpa memandang apakah si korban salah atau tidak.
HW.Heinrich (1931, dalam bukunya yang terkenal "tnaustriei Accident Porevention"
dianggap sebagai suatu titik awal yang bersejarah bagi semua gerakan K3 yang
terorganisir secara terarah. Pada hakekatnya prinsip-prinsip yang dikemukakannya
adalah merupakan unsur dasar bagi program Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang
berlaku saat ini.
B. PENGERTIAN, TUJUANmasehi
K3 DAN FAKTOR
hingga PENYEBAB
sekarang, terbuktiKECELAKAAN
dengan
adanya penegakan
Secara filosofi, keselamatan dan kesahatan kerja ( K3) ialah suatu pernikiran dan
upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah atau rokhaniah
Peraturan perundang undangan K3 yang
tenaga kerja pada khususnya dan manusia pada
berlaku umumnya,
saat ini hasil karya
dan budayanya menuju masayarakat adil dan makmur.
Secara keilmuan, K3 ialah ilmu pengetahuan dan penerapannya dalam usaha
mencegah kemungkinan terjadinya
kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Sedangkan secara praktis, K3 ialah merupakan
suatu upaya perlindungan agar tenaga kerja selalu dalam keadaan selamat dan sehat
selama melakukan pekerjaan di tempat kerja serta bagi orang lain yang memasuki
tempat kerja maupun sumber produksi dapat dipergunakan dan dipakai secara
Modul Pengawasan Dasar-dasar K3 4
aman, serta proses produksi dapat berjalan secara efisien.
Kecelakaan ialah suatu kejadian yang tidak diduga semula dan tidak dikehendaki
yang mengacaukan proses yang telah diatur dari suatu aktivitas dan dapat
menimbulkan kerugian baik korban manusia dan atau harta benda. Sedangkan yang
dimaksud "arnan" ialah kondisi tiada ada kemungkinan malapetaka ( bebas
dari bahaya Sebagaimana dinyatakan dalam pengertian K3 secara filosofi bahwa K3
ditujukan untuk menjamin kesempurnaan jasmani dan rohani tenaga kerja serta hasil
karya dan budayanya. Oleh karena itu K3 yang bertujuan untuk mencegah dan
mengurangi terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja dan menjamin :
1. Setiap tenaga kerja dan orang lainnya yang berada di tempat kerja mendapat
perlindungan atas keselamatannya.
2. Setiap sumber produksi dapat dipakai dan dipergunakan secara aman dan
efisien.
3. Proses produksi berjalan lancar.
Kondisi tersebut diatas dapat dicapai antara lain bila kecelakaan termasuk kebakaran,
peledakan dan penyakit akibat kerja dapat dicegah dan ditanggulangi, oleh karena itu
setiap usaha keselamatan dan kesehatan kerja tidak lain adalah usaha pencegahan
dan penanggulangan kecelakaan di tempat kerja.
Pencegahan dan penanggulangan kecelakaan kerja haruslah ditujukan untuk
mengenal dan menemukan sebab-sebabnya untuk kemudian sedapat mungkin
menghilangkan atau mengeliminirnya.
Pencegahan kecelakaan adalah ilmu dan seni karena menyangkut masalah sikap
dan perilaku manusia, masalah teknis seperti peralatan dan mesin serta masalah
lingkungan.
Pengawasan diartikan sebagai petunjuk atau usaha yang bersifat koreksi terhadap
permasalahan tersebut. Usaha pencegahan kecelakaan adalah faktor penting dalam
setiap tempat kerja untuk menjamin keselamatan dan kesehatan tenaga kerja dan
mencegah adanya kerugian.
Sebelum mulai melakukan usaha pencegahan kecelakaan rangkaian kejadian dan
faktor penyebab kejadian kecelakaan harus dapat diidentifikasi untuk dapat
menentukan faktor penyebab yang paling dominan. Rangkaian kegiatan dan faktor
penyebab kecelakaan dikenal dengan "teori domino".
C. PENCEGAHAN KECELAKAAN
Tempat kerja dirumuskan sebagai tiap ruangan, tertutup atau terbuka, bergerak atau
tetap, dimana tenaga kerja bekerja atau yang sering dimasuki tenaga kerja untuk
keperluan suatu usaha dan dimana terdapat sumber-sumber bahaya sebagaimana
dirinci dalam pasal 2 UUKK.
Termasuk tempat kerja ialah semua ruangan, lapangan, halaman, dan sekelilingnya
yang merupakan bagian-bagian atau yang berhubungan dengan tempat kerja.
Tempat kerja pada dasarnya adalah tempat untuk bekerja dimana terdapat 3 unsur
pokok yaitu tenaga kerja, adanya bahaya kerja dan tempat tersebut digunakan untuk
suatu usaha .
Oleh karena itu untuk menjadi pegawai pengawas terlebih dahulu harus mengikuti
proses pendidikan tertentu. Ketentuan tentang persyaratan dan penunjukan pegawai
pengawas diatur dalam peraturan Menteri Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Koperasi
Modul Pengawasan Dasar-dasar K3 9
NO.03/MEN/1978. Dalam perkembangannya pegawai pengawas keselamatan dan
kesehatan kerja merupakan bagian atau spesialisasi tersendiri bagi sistem pengawasan
ketenagakerjaan sebagaimana dimaksud dalam peraturan Menteri Tenaga Kerja
NO.03/MEN/1984.
Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja (Ahli K3), adalah personil yang berada
diluar Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi karena mempunyai keahlian
tertentu (khusus) dibidang keselamatan dan kesehatan kerja yang ditunjuk oleh
Menteri Tenaga Kerja untuk membantu mengawasi ditaatinya undang-undang
keselamatan kerja.
Dalam prakteknya pengertian, tugas, dan fungsi Ahli Keselamatan dan Kesehatan
Kerja masih sering menjadi perdebatan baik dikalangan para ahli sendiri maupun
antara ahli dengan pegawai pengawas. Tata cara penunjukan kewajiban dan
wewenang Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja diatur dalam peraturan Menteri
Tenaga Kerja No.02/MEN/1992.
Latar belakang pemikiran atau konsep tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja
adalah karena Kementrian Tenaga Kerja dan Transmigrasi tidak mungkin mampu
mengadakan dan membentuk pegawai pengawas dalam jumlah yang cukup maupun
yang memiliki kemampuan dalam bidang keahlian sesuai dengan perkembangan
teknologi. Dengan demikian walaupun pelaksanaan pengawasan telah
didesentralisasikan namun kebijakan nasional keselamatan dan kesehatan kerja tetap
berada di tangan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi.
Tujuan UUKK (Undang-Undang Keselamatan Kerja) adalah bahwa setiap tenaga kerja
berhak mendapatkan perlindungan keselamatannya dalam melakukan pekerjaan untuk
kesejahteraan dan meningkatkan produksi serta produktivit
Hal ini mempunyai hubungan dengan pengertian atau definisi tentang kecelakaan
yang dianut dalam teori keselamatan kerja bahwa tidak harus terdapat korban
manusia (injury accident), dan pemahaman setiap gangguan terhadap proses
produksi akan mengganggu proses produksi dan mengganggu produktivitas yang
direncanakan.
Hal ini terkait dengan tanggung jawab dan kewajiban pengurus tempat kerja yang
diberikan undang-undang.
Selain itu juga bahwa setiap sumber produksi perlu dipakai dan dipergunakan
secara aman dan efisien. Hal ini mempunyai hubungan dengan pengertian atau
definisi tentang kecelakaan yang dianut dalam teori keselamatan kerja bahwa tidak
harus terdapat korban manusia (injury accident), dan pemahaman setiap gangguan
terhadap proses produksi akan mengganggu proses produksi dan mengganggu
produktivitas yang direncanakan.
Disamping itu tujuan undang-undang yang lainnya adalah bahwa setiap orang lain yang
berada di tempat kerja perlu dijamin pula keselamatannya. Hal ini terkait dengan
tanggung jawab dan kewajiban pengurus tempat kerja yang diberikan undang-undang.
Selain itu juga bahwa setiap sumber produksi perlu dipakai dan dipergunakan
secara aman dan efisien.
Hal ini mempunyai hubungan dengan pengertian atau definisi tentang kecelakaan
yang dianut dalam teori keselamatan kerja bahwa tidak harus terdapat korban
manusia (injury accident), dan pemahaman setiap gangguan terhadap proses
produksi akan mengganggu proses produksi dan mengganggu produktivitas yang
direncanakan.
Bila dikaitkan dengan sumber daya manusia adalah bahwa setiap warga negara
berhak untuk mendapatkan pekerjaan agar dapat hidup layak bagi kemanusiaan,
adalah pekerjaan yang upahnya cukup dan tidak menimbulkan kecelakaan atau
penyakit. Seperti disebutkan dalam konsiderans undang-undang bahwa tenaga kerja
merupakan modal utama serta pelaksana dari pembangunan masyarakat untuk
mencapai tujuan terpenting dari pembangunan yaitu kesejahteraan masyarakat
termasuk tenaga kerja.
Untuk itu tenaga kerja sebagai pelaksana pembangunan harus dijamin haknya dan
diatur kewajibannya serta dikembangkan daya gunanya. Dalam hal pembinaan
perlindungan tenaga kerja diatur dalam Undang-undang No.14 tahun 1969 BAB IV
pasal 9 dan 10, sebagai berikut :
Pasal 9 : Tiap tenaga kerja berhak mendapat perlindungan atas keselamatan,
kesehatan, kesusilaan, pemeliharaan moril kerja serta perlakuan yang sesuai dengan
martabat manusia dan moral agama.
Orang wanita pada dasarnya tidak dilarang melakukan pekerjaan, tetapi hanya
dibatasi berdasarkan pertimbangan bahwa fisik wanita biasanya lemah serta untuk
menjaga kesehatan dan kesusilaannya.
Orang wanita tidak boleh menjalankan pekerjaan pada malam hari, kecuali pekerjaan
itu menurut sifat, tempat dan keadaan seharusnya dijalankan oleh orang wanita
dan atau pekerjaan itu tidak dapat dihindarkan berhubungan dengan kepentingan
atau kesejahteraan umum (pasal 7). Malam hari ialah waktu antara jam 18.00 samapi
dengan 06.00.
Orang wanita tidak boleh menjalankan Pekerjaan di dalam tambang, lubang dalam
tanah atau tempat lain untuk mengambil logam dari dalam tanah (pasal 8)
Orang wanita tidak boleh menjalankan pekerjaan yang berbahaya bagi kesehatan atau
keselamatannya, demikian pula pekerjaan yang menurut sifat, tempat dan keadaannya
Lain dari itu, pasal 13 memuat pula ketentuan yang khusus yang ditujukan bagi orang
wanita, yaitu mengenai haid dan melahirkan. Dasar tentang pekerjaan anak, orang
muda, orang wanita, waktu kerja, istirahat dan tempat kerja.
Undang-undang Timah Putih Kering (Loodwit Ordonantie, STBL, No. 509, Tahun
1931) mengatur tentang larangan membuat, memasukkan, menyimpan atau menjual
timah putih kering kecuali untuk kepentingan ilmiah dan pengobatan atau dengan ijin
dari pemerintah.
Undang-undang Petasan (STBL NO. 143, Tahun 1932 jo STBL No.9 Tahun 1930)
mengatur tentang petasan buatan yang diperuntukan untuk kegembiraan/keramaian
kecuali untuk keperluan pemerintah. Yang diatur dalam undang-undang ini termasuk
ketentuan tentang :
Pemasukan dari luar negeri.
Pembuatan dan perdagangan.
Petasan berbahaya.
Mempunyai persediaan/menyimpan dan memasang petasan
berbahaya.
Undang-undang ReI Industri (Industrie Baan Ordonantie, STBL No. 593, Tahun
1938) mengatur tentang pemasangan, penggunaan jalan-jalan rei guna keperluan
perusahaan pertanian, kehutanan, pertambangan, kerajinan dan perdagangan. Materi
yang diatur termasuk ganti rugi guna pemakaian bidang tanah dan jalan-jalan raya,
pemakaian jalan rei industri untuk pihak lain, pengangkutan lewat jalan rei industri,
persilangan dan persinggungan, perubahan pada jalan raya, pengawasan.
Selain dari itu di dalam pasal II menyebutkan bahwa daftar jenis penyakit yang timbul
karena hubungan kerja serta perubahannya ditetapkan dengan Keputusan Presiden
Tentang jaminan pemeliharaan kesehatan yang dimaksudkan untuk meningkatkan
produktvitas tenaga kerja sehingga dapat melaksanakan tugas sebaik-baiknya dan
merupakan upaya kesehatan di bidang penyembuhan (kuratif).
Oleh karena penyembuhan membutuhkan dan yang tidak sedikit dan memberatkan
apabila dibebankan ke perorangan. Maka selayaknya diupayakan penanggulangan
kemampuan masyarakat melalui program jamsostek. Pengusaha juga berkewajiban
mengadakan pemeliharaan kesehatan tenaga kerja yang meliputi upaya peningkatan
(promotif), pencegahan (preventif), penyembuhan (kuratif) dan pemulihan
(rehabilitatif).
Dengan demikian diharapkan tercapainya derajat kesehatan tenaga kerja yang optimal
sebagai potensi yang produktif bagi pembangunan. Selain untuk tenaga kerja, jaminan
pemeliharaan kesehatan juga berlaku untuk keluarganya.
Dalam pasal 3 ayat (1) ditetapkan syarat-syarat keselamatan kerja. Ketentun tersebu
berisikan arah dan sasaran yang akan dicapai melalui Undang-undang Keselamatan
Kerja No.1 Tahun 1970.
Dengan demikian sangat jelas dapat dipahami sifat preventif dari Undang-undang
Keselamatan Kerja merupakan salah satu perbedaan yang bersifat prinsipil bila
dibandingkan dengan undang-undang yang digantikannya.
Dalam pasal 4 ayat (2) juga mengatur tentang modifikasi persyaratan teknis
keselamatan dan ksehatan kerja yang memuat prinsip-prinsip teknis ilmiah menjadi
satu kumpulan ketentuan yang disusun secara teratur, jelas dan praktis.
Demikian juga dengan setiap orang yang memasuki tempat kerja diwajibkan
untuk mentaati semua petunjuk keselamatan dan kesehatan kerja serta memakai
APD.
Pengawasan K3 secara umum mengenai apakah peralatan telah memiliki Akte Izin
pemakaian, sertifikat atau pengesahan dilakukan serta apakah telah dilakukan
pemeriksaan berkala I khusus tepat waktu wajib dilakukan oleh Pengawas
Ketenagakerjaan Umum , demikian pula apakah jenis dan penempatan Alat Peladam
Api Ringan (APAR) dan kotak K3 ditempat kerja telah sesuai dengan ketentuan,
apakah sarana dan fasilitas K3 telah tersedia sesua dengan ketentuan.
G. MANAJEMEN RISIKO
Manajemen risiko sangat penting bagi kelangsungan suatu usaha atau kegiatan. Jika
terjadi suatu bencana, seperti kebakaran atau kerusakan, perusahaan akan mengalami
kerugian yang sangat besar, yang dapat menghambat, mengganggu bahkan
menghancurkan kelangsungan usaha atau kegiatan operasi. Manajemen risiko
merupakan alat untuk melindungi perusahaan dari setiap kemungkinan yang
merugikan.
Manajemen risiko dapat diaplikasikan untuk berbagai kegiatan baik di tempat kerja dan
lain-lain. Manajemen risiko dapat diaplikasikan dalam setiap tahapan aktivitas atau
daur hidup suatu proyek yaitu :
1. Tahap konseptual
2. Tahap rancang bangun
3. Tahap konstruksi
4. Tahap operasi
5. Tahap pemeliharaan
6. Tahap pasca operasi.