Anda di halaman 1dari 31

KATA - PENGANTAR

Bedasarkan kenyataan yang ada, permasalahan ketenagakerjaan semakin lama


semakin baik dari segi kuantitas maupun kualitasnya. Pada kondisi yang demikian,
jumlah pegawai fungsional pengawas yang menangani masalah ketenagakerjaa
dirasakan masih kurang.

Salah satu langkah untuk mempersiapkan sumber daya manusia yang profesional,
antara lain dengan memberikan pendidikan dan pelatihan pengawasan
ketenagakerjaan bagi para calon pegawai pengawas ketenagakerjaan. Berkaitan
dengan hal tersebut agar Program Diklat Pengawasan Ketenagakerjaan dapat
berdayaguna dan berhasilguna, maka dalam persiapan diklat ini telah diupayakan
penulisan dan penyempurnaan modul yang merujuk pada kurikulum berdasarkan
kompetensi yang harus dimiliki seorang pegawai pengawas ketenagakerjaan.

Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, maka disusun modul pengawasan


ketenagakerjaan yang dibuat dengan tujuan untuk mempermudah peserta diklat
dalam proses belajar mengajar. Diharapkan dengan membaca modul ini
sebelumnya, peserta diklat mendapatkan wawasan dan pemikiran sebagai bahan
diskusi dalam proses pembelajaran di kelas dengan pengajar/widyaiswara.

Modul ini berisi substansi dasar dan teknis yang seyogyanya dapat dikuasai oleh
calon pengawas ketenagakerjaan. Untuk memperluas wawasan, diharapkan peserta
diklat membaca buku-buku referensi atau daftar pustaka dan sumber-sumber
lainnya.

Diharapkan dengan berpedoman pada modul ini, para peserta dan pengajar Diklat
Pengawasan Ketenagakerjaan mempunyai kesamaan pemahaman terhadap seluruh
kompetensi. Akhirnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan
modul ini, disampaikan terima kasih dan semoga bermanfaat dalam mendukung
kelancaran pelaksanaan tugas.

Jakarta, Januari 2016


Kepala Pusdiklat Pegawai,

Drs. Suhartono, MM.

NIP. 19630808 198403 1 002

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar --------------------------------------------------------------------------------------- i

Daftar Isi ------------------------------------------------------------------------------------------------ ii

BAB I PENDAHULUAN --------------------------------------------------------------------------- 1

A. Latar Belakang------------------------------------------------------------------------------------- 1

B. Tujuan Pembelajaran ---------------------------------------------------------------------------- 1

1. Tujuan Pembelajaran Umum (TPU)------------------------------------------------------- 1

2. Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK)------------------------------------------------------ 1

C. Ruang Lingkup-------------------------------------------------------------------------------------- 2

D. Metode Pembelajaran---------------------------------------------------------------------------- 2

E. Komponen Jam Pelajaran ---------------------------------------------------------------------- 2

BAB II POKOK BAHASAN

A. Sejarah Perkembangan K3------------------------------------------------------------------------ 3

B. Pengertian, Tujuan K3 Dan Faktor Penyebab Kecelakaan-------------------------------- 4

C. Pencegahan Kecelakaan--------------------------------------------------------------------------- 6

D. Undang-Undang Keselamatan Kerja----------------------------------------------------------- 8

E. Objek Pengawasan Norma K3------------------------------------------------------------------- 20

F. Manajemen Operasional Norma K3------------------------------------------------------------ 22

G. Manajemen Risiko----------------------------------------------------------------------------------- 23

BAB III PENUTUP-------------------------------------------------------------------------------------- 25

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Seirama dengan derap langkah pembangunan negara dewasa ini, industrialisasi


terusberkembang. Proses industrialisasi yang maju ditandai antara lain dengan
mekanisasi, elektrifikasi dan modernisasi. Dengan kedaan yang demikian maka
penggunaan mesin-mesin, pesawat-pesawat, instalasi-instalasi modern serta bahan-
bahan berbahaya semakin meningkat. Hal tersebut disamping memberi kemudahan
proses produksi dapat pula menambah jumlah dan ragam sumber bahaya di tempat
kerja.

Di dalam hal lain, akan terjadi pula lingkungan kerja yang kurang memenuhi syarat,
proses dan sifat pekerjaan yang berbahaya serta peningkatan intensitas kerja
operasionil tenaga kerja. Masalah tersebut diatas akan sangat mempengaruhi dan
mendorong peningkatan jumlah maupun tingkat keseriusan kecelakaan kerja, penyakit
akibat kerja dan pencemaran lingkungan.

Salah satu tugas Pengawas Ketenaqakerjaan adalah melaksanakan pengawasan


keselamatan dan kesehatan kerja ( K3 ). Agar terdapat keseragaman dalam
pengertian, pemahaman dan persepsi K3 maka perlu disusun modul ini sebagai materi
pengantar K3 agar lebih memudahkan untuk mempelajari lebih jauh tentang K3.

B. TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Tujuan Pembelajaran Umum ( TPU )
Setelah mengikuti pembelajaran ini diharapkan peserta dapat memahami
dasar- dasar keselamatan dan kesehatan kerja ( K3).
2. Tujuan Pembelajaran Khusus
Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta diharapkan dapat menjelaskan :
a. Sejarah perkembangan K3
b. Pengertian dan tujuan K3
c. Faktor penyebab kecelakaan kerja dan pencegahannya.
d. Prinsip dasar pencegahan kecelakaan
e. Undang-undang keselamatan kerja
f. Objek pengawasan norma K3
g. Manajemen operasional pengawasan K3 h. Manajemen risiko

Modul Pengawasan Dasar-dasar K3 1


C. RUANG LlNGKUP
Ruang lingkup pembahasan mata diklat ini meliputi sejarah perkembangan K3,
pengertian dan tujuan K3, faktor penyebab kecelakaan kerja dan pencegahannya,
undang-undang keselamatan kerja, objek pengawasan norma K3, manajemen
operasional pengawasan K3 dan manajemen risiko.

D. METODE PEMBELAJARAN
Metode pembelajaran yang akan diterapkan meliputi:
a. Ceramah
b. Tanya jawab
c. Diskusi

E. KOMPONEN JAM PELAJARAN

Waktu pembelajaran tersedia 8 JP, digunakan secara proporsional dalam bentuk


penyampaian materi termasuk tanya jawab dan diskusi.

Modul Pengawasan Dasar-dasar K3 2


BAB II

POKOK BAHASAN

A. SEJARAH PERKEMBANGAN K3

Sejak jaman purba pada awal kehidupan manusia, untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya manusia bekerja. Pada saat bekerja mereka mengalami kecelakaan
dalam bentuk cidera atau luka. Dengan akal pikirannya mereka berusaha mencegah
terulangnya kecelakaan dalam bentuk cidera atau luka. Dengan akal pikirannya
mereka berusaha mencegah terulangnya kecelakaan yang serupa dan kemudian la
dapat mencegah kecelakaan secara preventip.

Kurang lebih 1700 tahun sebelum masehi, Raja Hamurabi dari kerajaan Babylonia
dalam kitab undang-undangnya menyatakan bahwa II Bila seorang ahli bangunan
membuat rumah untuk seseorang dan pembuatannya tidak dilaksanakan dengan baik
sehingga rumah itu roboh dan menimpa pemilik rumah hingga mati, maka ahli
bangunan tersebut dihukum bunuh ".

Dalam zaman Mozai + 5 abad setelah Hamurabi, dinyatakan bahwa ahli bangunan
bertanggung jawab atas keselamatan para pelaksana dan pekerjanya, dengan
menetapkan pemasangan pagar pengaman pada setiap sisi luar atap rumah.

+ 80 tahun setelah masehi, Plnius seorang ahli Ecyclopedia bangsa Roma


mensyaratkan agar para pekerja tambang diharuskan memakai tutup hidung. Tahun
1450 Dominico Fontana diserahi tugas membangun obelisk ditengah lapangan
St.Pieter Romala selalu mensyaratkan agar para pekerja memakai topi baja.

Sejak terjadinya revolusi industri tahun 1825, di Inggris terjadi banyak kecelakaan kerja
yang menimbulkan korban , tetapi para pengusaha waktu itu berpendapat bahwa hal
tersebut adalah bagian dari risiko pekerjaan, dimana waktu itu pengusaha dengan
menanggulanginya dengan jalan mempekerjakan tenaga kerja yang baru.
Pada akhirnya banyak orang berpendapat bahwa membiarkan korban berjatuhan
apalagi tidak ada ganti rugI bagi korban adalah tidak manusiawi. Para pekerja
mendesak pengusaha untuk mengambil langkah-Iangkah yang positip untuk
menanggulangi masalah tersebut, kemudian ada usaha memberikan perawatan
kepada para korban dimana motifnya adalah berdasarkan kemanusiaan.

Modul Pengawasan Dasar-dasar K3 3


Pada tahun 1931 di Amerikat Serikat diberlakukan Undang-undang "Works
Compensation Low" yang antara lain menegaskan bahwa tidak memandang apakah
kecelakaan tersebut terjadi akibat kesalahan si korban atau tidak, yang bersangkutan
berhak atas gantI rugi jika kecelakaan terjadi dalam pekerjaan. Undang-undang ini
menandai permulaan usaha pencegahan kecelakaan yang lebih terarah.

Di Inggris pada mulanya peraturan perundangan yang hampir sama telah juga
diberlakukan namun harus dibuktikan bahwa kecelakaan tersebut bukanlah terjadi
karena kesalahan si korban, dimana jika terbukti bahwa kecelakaan yang terjadi
akibat kelalaian si korban maka ganti rugi tidak diberikan. Berhubung karena pekerja
pada posisi yang lemah maka pembuktian salah tidaknya pekerja yang bersangkutan
sering merugikan si korban, oleh karena itu pada akhirnya peraturan perundangan
tersebut diubah tanpa memandang apakah si korban salah atau tidak.
HW.Heinrich (1931, dalam bukunya yang terkenal "tnaustriei Accident Porevention"
dianggap sebagai suatu titik awal yang bersejarah bagi semua gerakan K3 yang
terorganisir secara terarah. Pada hakekatnya prinsip-prinsip yang dikemukakannya
adalah merupakan unsur dasar bagi program Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang
berlaku saat ini.

Upaya pencegahan terjadinya kecelakaan


pada saat bekerja

sudah ada bersamaan dengan adanya


kehidupan manusia.

Upaya K3 terus berkembang sejak dar;


jaman sebelum

B. PENGERTIAN, TUJUANmasehi
K3 DAN FAKTOR
hingga PENYEBAB
sekarang, terbuktiKECELAKAAN
dengan
adanya penegakan
Secara filosofi, keselamatan dan kesahatan kerja ( K3) ialah suatu pernikiran dan
upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah atau rokhaniah
Peraturan perundang undangan K3 yang
tenaga kerja pada khususnya dan manusia pada
berlaku umumnya,
saat ini hasil karya
dan budayanya menuju masayarakat adil dan makmur.
Secara keilmuan, K3 ialah ilmu pengetahuan dan penerapannya dalam usaha
mencegah kemungkinan terjadinya
kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Sedangkan secara praktis, K3 ialah merupakan
suatu upaya perlindungan agar tenaga kerja selalu dalam keadaan selamat dan sehat
selama melakukan pekerjaan di tempat kerja serta bagi orang lain yang memasuki
tempat kerja maupun sumber produksi dapat dipergunakan dan dipakai secara
Modul Pengawasan Dasar-dasar K3 4
aman, serta proses produksi dapat berjalan secara efisien.
Kecelakaan ialah suatu kejadian yang tidak diduga semula dan tidak dikehendaki
yang mengacaukan proses yang telah diatur dari suatu aktivitas dan dapat
menimbulkan kerugian baik korban manusia dan atau harta benda. Sedangkan yang
dimaksud "arnan" ialah kondisi tiada ada kemungkinan malapetaka ( bebas
dari bahaya Sebagaimana dinyatakan dalam pengertian K3 secara filosofi bahwa K3
ditujukan untuk menjamin kesempurnaan jasmani dan rohani tenaga kerja serta hasil
karya dan budayanya. Oleh karena itu K3 yang bertujuan untuk mencegah dan
mengurangi terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja dan menjamin :
1. Setiap tenaga kerja dan orang lainnya yang berada di tempat kerja mendapat
perlindungan atas keselamatannya.
2. Setiap sumber produksi dapat dipakai dan dipergunakan secara aman dan
efisien.
3. Proses produksi berjalan lancar.
Kondisi tersebut diatas dapat dicapai antara lain bila kecelakaan termasuk kebakaran,
peledakan dan penyakit akibat kerja dapat dicegah dan ditanggulangi, oleh karena itu
setiap usaha keselamatan dan kesehatan kerja tidak lain adalah usaha pencegahan
dan penanggulangan kecelakaan di tempat kerja.
Pencegahan dan penanggulangan kecelakaan kerja haruslah ditujukan untuk
mengenal dan menemukan sebab-sebabnya untuk kemudian sedapat mungkin
menghilangkan atau mengeliminirnya.
Pencegahan kecelakaan adalah ilmu dan seni karena menyangkut masalah sikap
dan perilaku manusia, masalah teknis seperti peralatan dan mesin serta masalah
lingkungan.
Pengawasan diartikan sebagai petunjuk atau usaha yang bersifat koreksi terhadap
permasalahan tersebut. Usaha pencegahan kecelakaan adalah faktor penting dalam
setiap tempat kerja untuk menjamin keselamatan dan kesehatan tenaga kerja dan
mencegah adanya kerugian.
Sebelum mulai melakukan usaha pencegahan kecelakaan rangkaian kejadian dan
faktor penyebab kejadian kecelakaan harus dapat diidentifikasi untuk dapat
menentukan faktor penyebab yang paling dominan. Rangkaian kegiatan dan faktor
penyebab kecelakaan dikenal dengan "teori domino".

Deretan faktor-faktor penyebab kejadian kecelakaan dapat dijelaskan sbb :


1. Kebijakan dan keputusan manajemen ( Lack of control management) Pengawasanini
diartikan sebagai fungsi manajemen yaitu perencanaan, pengorganisasian,
kepemimpinan ( pelaksana ) dan pengawasan. Pertisipasi aktif manajemen
sangat menentukan keberhasilan usaha pencegahan kecelakaan seorang
pimpinan unit disamping memahami tugas operasional tetapi juga harus
Modul Pengawasan Dasar-dasar K3 5
mampu :
a. Memahami program pencegahan kecelakaan
b. Memahami standar, dan cara memenuhi standar
c. Membina, mengukur dan mengevaluasi performance bawahannya
2. Sebab-sebab dasar
Pada hakekatnya ini merupakan sebab yang paling mendasar
terhadap kejadian kecelakaan yang meliputi antara lain:
a. Faktor manusia J pribadi misalnya :
1) Kurang pengetahuan dan ketrampilan serta pengalaman
2) Tidak adanya motivasi, dan
3) Masalah fisik dan mental.
b. Faktor lingkungan I pekerjaan misalnya :
1) Kurang/tidak adanya standar
2) Desain dan pemeliharaan yang kurang memadai
3) Pemakaian yang abnormal
3. Sebab yang merupakan gejala ( Sympton )
Sedangkan sebab yang merupakan gejala ( symptom) yaitu masih adanya
substandard practices and conditions yang mengakibatkan terjadinya kesalahan
yaitu : tindakan tidak aman ( unsafe action) dan kondisi tidak aman ( unsafe condition
). Kedua faktor ini sebenarnya adalah sympton (gejala) atau pertanda bahwa ada
sesuatu yang tidak beres apakah pada system ataukah
pada manajemen.

Tujuan K3 yaitu melindungi para


pekerja dan orang lain di tempat kerja,
menjamin agar setiap sumber produksi
dapat dipakai seeara aman dan efisien,
serta menjamin proses produksi
berjalan lanear.

C. PENCEGAHAN KECELAKAAN

Pencegahan kecelakaan adalah merupakan program terpadu koordinasi dari berbagai


aktivitas, pengawasan yang terarah yang didasarkan atas "sikap pengetahuan dan
kernarnpuan".
Menurut International Labour Office ( ILO), langkah-Iangkah yang dapat ditempuh
untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja antara lain:

Modul Pengawasan Dasar-dasar K3 6


1. Peraturan Perundang-undangan, antara lain melalui:
a. Adanya ketentuan dan syarat-syarat K3 yang selalu mengikuti perkembangan
ilmu pengetahuan, teknik dan teknologi.
b. Penerapan semua ketentuan dan persyaratan keselamatan dan kesehatan
kerja sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku sejak tahap
rekayasa.
c. Penyelenggaran pengawasan dan pemantauan pelaksanaan K3 melalui
pemeriksaan -pemeriksaan langsung di tempat kerja.
2. Standarisasi.
Standarisasi merupakan suatu ukuran terhadap besaran-besaran I nilai. Oengan
adanya standar K3 yang maju akan menentukan tingkat kemajuan K3, karena ada
dasarnya baik buruknya K3 di tempat kerja diketahui melalui pemenuhan standar
K3.
3. Inspeksi
Pada dasarnya inspeksi adalah merupakan kegiatan-kegiatan yang dilakukan
dalam rangka pemeriksaan dan pengujian terhadap tempat kerja, mesin, pesawat,
alat dan instalasi, sejauh mana masalah-masalah ini masih memenuhi ketentuan
dan persyaratan K3.
4. Riset
Riset yang dilakukan dapat meliputi antara lain: teknis, medis, psychologis dan
statistik, dimaksudkan antara lain untuk menunjang tingkat kemajuan bidang K3
sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknik dan teknologi.
5. Pendidikan dan Pelatihan
Sangat penting untuk meningkatkan kesadaran akan arti pentingnya K3, disamping
untuk meningkatkan kualitas pengetahuan dan ketrampilan K3.
6. Persuasi
Merupakan suatu cara pendekatan K3 secara pribadi dengan tidak menerapkan dan
memaksakan melalui sangsi-sangsi.
7. Asuransi
Dapat ditetapkan dengan pembayaran premi yang lebih rendah terhadap
perusahaan yang memenuhi syarat K3 dan mempunyai tingkat kekerapan dan
keparahan yang kecil di perusahaannya.
8. Penerapan K3 di tempat kerja
Langkah-Iangkah tersebut harus dapat diaplikasikan di tempat kerja dalam upaya
memenuhi syarat-syarat K3 di tempat kerja.

Modul Pengawasan Dasar-dasar K3 7


Menurut ILO upaya pencegahan kecelakaan
dapat ditempuh sebagai berikut : 1)Peraturan
perundang­undangan; 2)Standarisasi; 3)lnspeksi;
4)Riset (teknik medis, statistik, psikologi);
5)Pendidikan dan pelatihan6)Persuasi;
7)Asuransi; 8)Penerapan K3 di tempat kerja

D. UNDANG-UNDANG KESELAMATAN KERJA


Pada dasarnya setiap tenaga kerja maupun perusahaan tidak ada yang menghendaki
terjadinya kecelakaan. Hal tersebut merupakan naluri yang wajar dan bersifat
universa bagi setiap mahluk hidup di dunia. Namun karena adanya perbedaan status
sosial tenaga kerja dengan pengusaha sebagai pemberi keria dalam melakukan
hubungan kerja, terutama saat melakukan kontrak perikatan dan melakukan hal-hal
lain selama berlangsungnya hubungan kerja, maka diperlukan intervensi pemerintah
untuk memberikan batas minimal yang harus dipenuhi dalam persyaratan keselamatan
dan kesehatan kerja. Batas minimal atau persya ratan minimal tersebut dituangkan
dalam Undang-undang Keselamatan Kerja (UUKK) No.1 Tahun 1970.

Tempat kerja dirumuskan sebagai tiap ruangan, tertutup atau terbuka, bergerak atau
tetap, dimana tenaga kerja bekerja atau yang sering dimasuki tenaga kerja untuk
keperluan suatu usaha dan dimana terdapat sumber-sumber bahaya sebagaimana
dirinci dalam pasal 2 UUKK.

Termasuk tempat kerja ialah semua ruangan, lapangan, halaman, dan sekelilingnya
yang merupakan bagian-bagian atau yang berhubungan dengan tempat kerja.
Tempat kerja pada dasarnya adalah tempat untuk bekerja dimana terdapat 3 unsur
pokok yaitu tenaga kerja, adanya bahaya kerja dan tempat tersebut digunakan untuk
suatu usaha .

3 unsur pokok tempat kerja, yaitu :


Tenaga kerja, Potensi bahaya, dan
Digunakan untuk usaha.

Modul Pengawasan Dasar-dasar K3 8


Tenaga kerja yang bekerja disini tidak harus selalu berada terus menerus
ditempat kerja tersebut, tetapi dapat juga berada di tempat kerja hanya bersifat
sewaktu-waktu (sewaktu-waktu memasuki ruang kerja untuk mengontrol

menyetel, menjalankan peralatan dan lain-lain yang kemudian ditinggalkan kembali).


Yang dimaksud dengan digunakan untuk suatu usaha dalam hal ini tidak
harus usaha yang bermotifkan ekonomi atau keuntungan, tetapi dapat juga
merupakan usaha yang bersifat sosial.

Beberapa pengertian lain yang terkait dengan tempat kerja :


Yang dimaksudkan dengan pengurus ialah orang yang mempunyai tugas memimpin
langsung tempat kerja atau bagian tempat kerja yang berdiri sendiri. Dalam Undang-
undang Keselamatan Kerja pengurus tempat kerjalah yang berkewajiban dan
bertanggung jawab terhadap pelaksanaan semua ketentuan keselamatan dan
kesehatan kerja di tempat kerjanya. Pengurus dalam pengertian umum adalah puncak
pimpinan tertinggi di suatu tempat kerja dan mempunyai wewenang untuk
memutuskan tentang apa yang ada di tempat kerja tersebut.

Yang dimaksudkan dengan pengusaha berbeda dengan pengurus. Pengusaha adalah


orang atau badan hukum yang mewakili pemilik suatu tempat kerja. Adakalanya
pengusaha dan pengurus merupakan satu orang. Hal ini dapat terjadi pada
perusahaan berskala kecil.

Pengertian direktur sebagaimana yang diuraikan dalam pasal undang-undang


cukup jelas. Namun demikian dalam praktek operasionalnya yang dimaksudkan
dengan direktur adalah Direktur Jenderal Bina Hubungan Ketenagakerjaan dan
Pengawasan Norma Kerja (sekarang Direktur Jenderal Bina Hubungan Industrial dan
Pengawasan Ketenagakerjaan) sesuai dengan Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi No.Kep.-79/MEN/1997.
Pegawai pengawas, dalam pengertian pegawai pengawas perlu dijelaskan yang
dimaksudkan berkeahlian khusus. Berkeahlian khusus dalam hal ini artinya menguasai
pengetahuan dasar dan praktis dalam bidang keselamatan dan kesehatan kerja.
Pengalaman tersebut tidak cukup dari praktek dan pengalaman kerja saja, tetapi
juga harus dilengkapi pengetahuan yang diperoleh melalui proses pendidikan.

Oleh karena itu untuk menjadi pegawai pengawas terlebih dahulu harus mengikuti
proses pendidikan tertentu. Ketentuan tentang persyaratan dan penunjukan pegawai
pengawas diatur dalam peraturan Menteri Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Koperasi
Modul Pengawasan Dasar-dasar K3 9
NO.03/MEN/1978. Dalam perkembangannya pegawai pengawas keselamatan dan
kesehatan kerja merupakan bagian atau spesialisasi tersendiri bagi sistem pengawasan
ketenagakerjaan sebagaimana dimaksud dalam peraturan Menteri Tenaga Kerja
NO.03/MEN/1984.
Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja (Ahli K3), adalah personil yang berada
diluar Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi karena mempunyai keahlian
tertentu (khusus) dibidang keselamatan dan kesehatan kerja yang ditunjuk oleh
Menteri Tenaga Kerja untuk membantu mengawasi ditaatinya undang-undang
keselamatan kerja.

Dalam prakteknya pengertian, tugas, dan fungsi Ahli Keselamatan dan Kesehatan
Kerja masih sering menjadi perdebatan baik dikalangan para ahli sendiri maupun
antara ahli dengan pegawai pengawas. Tata cara penunjukan kewajiban dan
wewenang Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja diatur dalam peraturan Menteri
Tenaga Kerja No.02/MEN/1992.

Latar belakang pemikiran atau konsep tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja
adalah karena Kementrian Tenaga Kerja dan Transmigrasi tidak mungkin mampu
mengadakan dan membentuk pegawai pengawas dalam jumlah yang cukup maupun
yang memiliki kemampuan dalam bidang keahlian sesuai dengan perkembangan
teknologi. Dengan demikian walaupun pelaksanaan pengawasan telah
didesentralisasikan namun kebijakan nasional keselamatan dan kesehatan kerja tetap
berada di tangan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi.
Tujuan UUKK (Undang-Undang Keselamatan Kerja) adalah bahwa setiap tenaga kerja
berhak mendapatkan perlindungan keselamatannya dalam melakukan pekerjaan untuk
kesejahteraan dan meningkatkan produksi serta produktivit

Tujuan Undang-Undang Keselamatan Kerja


yaitu bahwa. setiap tenaga kerja berhak
mendapatkan perlindungan keselamatannya
dalam melakukan pekerjaan untuk
kesejahteraan dan kesejahteraan dan
produktivitas.

Modul Pengawasan Dasar-dasar K3 10


Pengertian dalam melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan terkait dengan komitmen
negara sebagaimana tertuang dalam pasal 27 ayat (2) UUO 1945. Pemahaman
tentang meningkatkan produksi serta produktivitas nasional adalah bahwa
produktivitas nasional akan meningkat seiring dengan meningkatnya produktivitas
individu. Peningkatan produktivitas nasional diperlukan untuk meningkatkan Gross
National Produk (GNP) atau GOP. Secara sederhana dapat dijelaskan bahwa GNP
dibagi dengan jumlah penduduk adalah pendapatan rata­ rata penduduk (income
percapita).

Dengan demikian apabila pendapatan perkapita naik, maka berarti tingkat


kesejahteraan juga naik. Disamping itu tujuan undang-undang yang lainnya adalah
bahwa setiap orang lain yang berada di tempat kerja perlu dijamin pula
keselamatannya. Hal ini terkait dengan tanggung jawab dan kewajiban pengurus
tempat kerja yang diberikan undang-undang. Selain itu juga bahwa setiap sumber
produksi perlu dipakai dan dipergunakan secara aman dan efisien.

Hal ini mempunyai hubungan dengan pengertian atau definisi tentang kecelakaan
yang dianut dalam teori keselamatan kerja bahwa tidak harus terdapat korban
manusia (injury accident), dan pemahaman setiap gangguan terhadap proses
produksi akan mengganggu proses produksi dan mengganggu produktivitas yang
direncanakan.

Landasan hukum peraturan perundang-undangan di bidang ketenagakerjaan di


Indonesia mengacu kepada Undang-Undang Dasar 1945, pada pasal 27 ayat (2) yang
menyatakan bahwa "Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan
yang layak bagi kemanusiaan". Disamping itu tujuan undang-undang yang lainnya
adalah bahwa setiap orang lain yang berada di tempat kerja perlu dijamin pula
keselamatannya.

Hal ini terkait dengan tanggung jawab dan kewajiban pengurus tempat kerja yang
diberikan undang-undang.

Selain itu juga bahwa setiap sumber produksi perlu dipakai dan dipergunakan
secara aman dan efisien. Hal ini mempunyai hubungan dengan pengertian atau
definisi tentang kecelakaan yang dianut dalam teori keselamatan kerja bahwa tidak
harus terdapat korban manusia (injury accident), dan pemahaman setiap gangguan
terhadap proses produksi akan mengganggu proses produksi dan mengganggu
produktivitas yang direncanakan.

Modul Pengawasan Dasar-dasar K3 11


Landasan hukum peraturan perundang-undangan di bidang ketenagakerjaan di
Indonesia mengacu kepada Undang-Undang Dasar 1945, pada pasal 27 ayat (2) yang
menyatakan bahwa "Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan
yang layak bagi kemanusiaan".

Disamping itu tujuan undang-undang yang lainnya adalah bahwa setiap orang lain yang
berada di tempat kerja perlu dijamin pula keselamatannya. Hal ini terkait dengan
tanggung jawab dan kewajiban pengurus tempat kerja yang diberikan undang-undang.
Selain itu juga bahwa setiap sumber produksi perlu dipakai dan dipergunakan
secara aman dan efisien.

Hal ini mempunyai hubungan dengan pengertian atau definisi tentang kecelakaan
yang dianut dalam teori keselamatan kerja bahwa tidak harus terdapat korban
manusia (injury accident), dan pemahaman setiap gangguan terhadap proses
produksi akan mengganggu proses produksi dan mengganggu produktivitas yang
direncanakan.

Landasan hukum peraturan perundang-undangan di bidang ketenagakerjaan di


Indonesia mengacu kepada Undang-Undang Dasar 1945, pada pasal 27 ayat (2) yang
menyatakan bahwa "Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan
yang layak bagi kemanusiaan".

Bila dikaitkan dengan sumber daya manusia adalah bahwa setiap warga negara
berhak untuk mendapatkan pekerjaan agar dapat hidup layak bagi kemanusiaan,
adalah pekerjaan yang upahnya cukup dan tidak menimbulkan kecelakaan atau
penyakit. Seperti disebutkan dalam konsiderans undang-undang bahwa tenaga kerja
merupakan modal utama serta pelaksana dari pembangunan masyarakat untuk
mencapai tujuan terpenting dari pembangunan yaitu kesejahteraan masyarakat
termasuk tenaga kerja.
Untuk itu tenaga kerja sebagai pelaksana pembangunan harus dijamin haknya dan
diatur kewajibannya serta dikembangkan daya gunanya. Dalam hal pembinaan
perlindungan tenaga kerja diatur dalam Undang-undang No.14 tahun 1969 BAB IV
pasal 9 dan 10, sebagai berikut :
Pasal 9 : Tiap tenaga kerja berhak mendapat perlindungan atas keselamatan,
kesehatan, kesusilaan, pemeliharaan moril kerja serta perlakuan yang sesuai dengan
martabat manusia dan moral agama.

Modul Pengawasan Dasar-dasar K3 12


Pasal 10 : Pemerintah membina norma perlindungan tenaga kerja yang meliputi;
1. Norma keselamatan kerja.
2. Norma kesehtan dan higiene perusahaan.
3. Norma kerja
4. Pemberian ganti kerugian, perawatan dan rehabilitasi dalam hal kecelakaan
kerja.
Pembinaan norma dalam hal ini pemerintah memiliki kewajiban untuk menyusun
kebijaksanaan yang dapat dituangkan dalam bentuk peraturan dan ketentuan
pelaksanaannya, serta melakukan upaya agar segala ketentuan tersebut dapat
dijalankan ( UU.No.14/1969 telah dicabut dan diganti dengan UU.No.13 tahun 2003,
mengenai K3 diatur pada pasal 86 dan 87 ).

Undang-undang No.12 Tahun 1948 merupakan undang-undang pokok (lex generalis),


memuat aturan dasar tentang pekerjaan anak, orang muda dan orang wanita, waktu
kerja, istirahat dan tempat kerja.
Anak-anak ditentukan tidak boleh menjalankan pekerjaan (pasal 2) dengan
maksud menjaga keselamatan, kesehatan dan pendidikan si anak, larangan tersebut
bersifat mutlak.

Orang muda pada dasarnya diperbolehkan melakukan pekerjaan. Namun untuk


menjaga keselamatan, kesehatan dan kemungkinan perkembangan jasmani dan
rohani, pekerjaan tersebut dibatasi.

Orang wanita pada dasarnya tidak dilarang melakukan pekerjaan, tetapi hanya
dibatasi berdasarkan pertimbangan bahwa fisik wanita biasanya lemah serta untuk
menjaga kesehatan dan kesusilaannya.

Orang wanita tidak boleh menjalankan pekerjaan pada malam hari, kecuali pekerjaan
itu menurut sifat, tempat dan keadaan seharusnya dijalankan oleh orang wanita
dan atau pekerjaan itu tidak dapat dihindarkan berhubungan dengan kepentingan
atau kesejahteraan umum (pasal 7). Malam hari ialah waktu antara jam 18.00 samapi
dengan 06.00.

Orang wanita tidak boleh menjalankan Pekerjaan di dalam tambang, lubang dalam
tanah atau tempat lain untuk mengambil logam dari dalam tanah (pasal 8)

Orang wanita tidak boleh menjalankan pekerjaan yang berbahaya bagi kesehatan atau
keselamatannya, demikian pula pekerjaan yang menurut sifat, tempat dan keadaannya

Modul Pengawasan Dasar-dasar K3 13


berbahaya bagi kesusilaannya (pasal 9).

Lain dari itu, pasal 13 memuat pula ketentuan yang khusus yang ditujukan bagi orang
wanita, yaitu mengenai haid dan melahirkan. Dasar tentang pekerjaan anak, orang
muda, orang wanita, waktu kerja, istirahat dan tempat kerja.

UUKK (Undang-Undang Keselamatan Kerja) merupakan undang-undang yang bersifat


umum dan nasional, sedangkan Undang-undang dan Peraturan Uap 1930 (Stoom
Ordonantie, STSL. No. 225 Tahun 1930) mengatur keselamatan kerja secara
khusus (lex spesialist). Peraturan tersebut dikeluarkan lebih dahulu dari Undang-
Undang Keselamatan Kerja. Hal tersebut dimungkinkan apabila kita melihat
penjelasan historis peraturan tersebut.

Undang-undang Timah Putih Kering (Loodwit Ordonantie, STBL, No. 509, Tahun
1931) mengatur tentang larangan membuat, memasukkan, menyimpan atau menjual
timah putih kering kecuali untuk kepentingan ilmiah dan pengobatan atau dengan ijin
dari pemerintah.

Undang-undang Petasan (STBL NO. 143, Tahun 1932 jo STBL No.9 Tahun 1930)
mengatur tentang petasan buatan yang diperuntukan untuk kegembiraan/keramaian
kecuali untuk keperluan pemerintah. Yang diatur dalam undang-undang ini termasuk
ketentuan tentang :
 Pemasukan dari luar negeri.
 Pembuatan dan perdagangan.
 Petasan berbahaya.
 Mempunyai persediaan/menyimpan dan memasang petasan
berbahaya.

Undang-undang ReI Industri (Industrie Baan Ordonantie, STBL No. 593, Tahun
1938) mengatur tentang pemasangan, penggunaan jalan-jalan rei guna keperluan
perusahaan pertanian, kehutanan, pertambangan, kerajinan dan perdagangan. Materi
yang diatur termasuk ganti rugi guna pemakaian bidang tanah dan jalan-jalan raya,
pemakaian jalan rei industri untuk pihak lain, pengangkutan lewat jalan rei industri,
persilangan dan persinggungan, perubahan pada jalan raya, pengawasan.

Undang-Undang No.3 Tahun 1969 Tentang Persetujuan Konvensi ILO No.120


Mengenai Higiene Dalam Pemiagaan Dan Kantor-Kantor mengatur kebersihan,
ventilasi, suhu, penerangan, ergonomi, persediaan air minum, tempat mencuci dan
Modul Pengawasan Dasar-dasar K3 14
sanitair, tempat mengganti dan menyimpan pakaian, penggunaan alat perlindungan
diri, kegaduhan serta getaran dan sebagainya. Konvensi ini berlaku bagi :
 Badan-badan perniagaan.
 Badan, lembaga dan kantor pemberi jasa diman pekerja-pekerjanya terutama
melakukan pekerjaan kantor.
 Setiap bagian dari badan, lembaga atau kantor, sejauh mereka tidak tunduk
pada undang-undang atau peraturan atau ketentuan-ketentuan lain yang bersifat
nasional tentang higene dalam industri, pertambangan, pengangkutan atau
pertanian.

Undang-undangNo.3 Tahun 1992 Tentang jaminan sosial tenaga kerja


(JAMSOSTEK) dikeluarkan dengan maksud memberikan perlindungan jaminan sosial
kepada setiap tenaga kerja melalui mekanisme asuransi. Ruang lingkupnya meliputi:
 Jaminan Kecelakaan Kerja.
 Jaminan Kematian.
 Jaminan Hari Tua.
 Jaminan Pemeliharaan Kesehatan.

Selain dari itu di dalam pasal II menyebutkan bahwa daftar jenis penyakit yang timbul
karena hubungan kerja serta perubahannya ditetapkan dengan Keputusan Presiden
Tentang jaminan pemeliharaan kesehatan yang dimaksudkan untuk meningkatkan
produktvitas tenaga kerja sehingga dapat melaksanakan tugas sebaik-baiknya dan
merupakan upaya kesehatan di bidang penyembuhan (kuratif).

Oleh karena penyembuhan membutuhkan dan yang tidak sedikit dan memberatkan
apabila dibebankan ke perorangan. Maka selayaknya diupayakan penanggulangan
kemampuan masyarakat melalui program jamsostek. Pengusaha juga berkewajiban
mengadakan pemeliharaan kesehatan tenaga kerja yang meliputi upaya peningkatan
(promotif), pencegahan (preventif), penyembuhan (kuratif) dan pemulihan
(rehabilitatif).

Dengan demikian diharapkan tercapainya derajat kesehatan tenaga kerja yang optimal
sebagai potensi yang produktif bagi pembangunan. Selain untuk tenaga kerja, jaminan
pemeliharaan kesehatan juga berlaku untuk keluarganya.

Undang-undang Keselamatan Kerja No.1 Tahun 1970 mulai berlaku dan


diundangkan tanggal 12 Januari 1970 sebagai pengganti dari veiligheids reglement
(Stbl. 1910 No.406). Undang-undang ini adalah sebagai undang­ undang pokok
Modul Pengawasan Dasar-dasar K3 15
yang memuat aturan-aturan dasar atau ketentuan-ketentuan umum tentang
keselamatan kerja dalam segala tempat kerja, baik di darat, di dalam tanah, di
permukaan air, di dalam air maupun di udara yang berada di bawah kekuasan
hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sebagaimana yang tertuang dalam
pokok-pokok pertimbangan dikeluarkannya Undang-undang Keselamatan Kerja No.1
Tahun 1970 tentang keselamatan kerja, maka K3 bertujuan untuk :
 Agar tenaga kerja dan setiap orang yang berada di lingkungan kerja selalu dalam
keadaan sehat dan selamat.
 Agar sumber-sumber produksi dapat dipakai dan digunakan secara efisien.
 Agar proses produksi dapat berjalan secara lancar tanpa danya hambatan .

Undang-undang Keselamatan Kerja No.1


Tahun 1970 mulai berlaku dan diundangkan
tanggal12 Januari 1970sebagai pengganti
dari veiligheids reglement Stbl. 1910No.406)

Asas nationaliteit yang digunakan dalam Undang-undang Keselamatan Kerja No.1


Tahun 1970 memberlakukan undang-undang tersebut kepada setiap warga negara
yang berada di wilayah hukum Indonesia (termasuk Kedutaan Indonesia dan kapal
berbendera Indonesia).
Asas teritorial memberlakukan Undang-undang Keselamatan Kerja memberlakukan
kepada setiap orang yang berada di wilayah teritorial Indonesia termasuk warga
negara asing (kecuali yang mendapat kekebalan diplomatik). Ruang lingkup
pemberlakuan Undang-undang Keselamatan Kerja dibatasi dengan adanya 3 unsur
yang harus dipenuhi secara kumulatif terhadap tempat kerja, yaitu :
 Tempat kerja dimana dilakukan pekerjan bagi suatu usaha.
 Adanya tenaga kerja yang bekerja disana.
 Adanya bahaya kerja di tempat itu.
Setiap tempat kerja sebagaimana dirumuskan dalam ketentuan pasal 2 ayat (2)
dimana di dalamnya terdapat bahaya kerja yang berhubungan dengan :
 Keadaan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan lain sebagainya
 Lingkungan kerja
 Sifat pekerjaan
 Cara kerja, dan
 Proses
Modul Pengawasan Dasar-dasar K3 16
Ketentuan pasal 2 ayat (3) merupakan escape clausul dalam menetapkan ruang
lingkup tambahan apabila diperlukan di kemudian hari dan belum diatur oleh
Undang-undang Keselamatan Kerja. Karena dimungkinkan untuk waktu yang akan
datang ditemukan tempat kerja baru selain yang terinci pada ayat (2) sehubungan
dengan perkembangan teknik dan teknologi.

Dalam penjelasan pasal 2 diisyaratkan bahwa peraturan organik sebagai peraturan


pelaksanaan Undang-undang Keselamatan Kerja digolongkan dalam pembidangan
teknik dan sektoral, baik dalam bentuk peraturan pemerintah maupun peraturan
Menteri.

Dalam pasal 3 ayat (1) ditetapkan syarat-syarat keselamatan kerja. Ketentun tersebu
berisikan arah dan sasaran yang akan dicapai melalui Undang-undang Keselamatan
Kerja No.1 Tahun 1970.

Sedangkan ayat berikutnya merupakan escape clausul sebagaiman dengan yang


diatur dalam pasal 2 ayat (3). Dengan ketentuan tersebut dapat dirubah rincian yang
ada dalam pasal 3 ayat (1) sesuai dengan perkembang ilmu pengetahuan, teknik dan
teknologi serta penemuan-penemuan di kemudian hari.

Syarat-syarat keselamatan dan kesehatan kerja diterapkan sejak tahap perencanaan,


pembuatan, pengangkutan, peredaran, perdagangan, pemasangan, pemakaian,
penggunaan, pemeliharaan dan penyimpanan bahan, barang, produk teknis dan
aparat produksi yang mengandung dan menimbulkan bahaya kecelakaan.

Dengan demikian sangat jelas dapat dipahami sifat preventif dari Undang-undang
Keselamatan Kerja merupakan salah satu perbedaan yang bersifat prinsipil bila
dibandingkan dengan undang-undang yang digantikannya.
Dalam pasal 4 ayat (2) juga mengatur tentang modifikasi persyaratan teknis
keselamatan dan ksehatan kerja yang memuat prinsip-prinsip teknis ilmiah menjadi
satu kumpulan ketentuan yang disusun secara teratur, jelas dan praktis.

Modul Pengawasan Dasar-dasar K3 17


UU No.1 Tahun 1970 pasal 2 memuat tentang
ruang lingkup (tempat kerja) yang diatur
dalam UU ini , sedangkan pasal 3 dan 4
memuat tentang syarat - syarat keselamatan
kerja

Kewajiban pengurus dalam melaksanakan keselamatan dan kesehatan kerja meliputi:


 Memeriksakan kesehatan badan, kondisi mental dan kemampuan fisik baik
secara awal bagi tenaga kerja yang baru masuk maupun yang akan dipindahkan
ke bagian atau jenis pekerjaan lainnya.
 Memeriksakan seperti yang tersebut dalam butir pertama secara berkala kepada
semua tenaga kerjanya, dimaksudkan untuk mendeteksi secara dini timbulnya
penyakit akibat kerja.
 Pemeriksaan kesehatan tenaga kerja harus dilakukan oleh dokter pemeriksa atau
penguji kesehatan tenaga kerja sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja
dan Transmigrasi No.02/MEN/1980. Dan untuk meningkatkan kondisi kesehatan
kerja tenaga kerja, pengurus wajib pengurus wajib memberikan pelayanan
kesehatan kerja sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi
No.03/MEN/1982.
 Menunjukan dan menjelaskan tentang kondisi-kondisi dan bahaya-bahaya yang
dapat timbul di tempat kerjanya, semua alat perlindungan diri yang harus
dikenakan dalam tempat kerjanya, alat-alat perlindungan diri bagi tenaga kerja,
cara-cara kerja dan sikap kerja yang aman dalam melaksanakan pekerjaannya.
 Hanya dapat mempekerjakan tenaga kerja yang memahami syarat-syarat tersebut
diatas.melakukan pembinaan bagi tenaga kerjanya tentang pecegahan
kecelakaan, pemberantasan kebakaran, P3K, hal-hal lain dalam rangka
meningkatkan keselamatan dan kesehatan di tempat kerjanya.

Kewajiban lainnya meliputi :


 Memenuhi dan mentaati semua syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan yang
berlaku bagi usaha dan tempat yang dijalankan.
 Membentuk Penitia Pembina Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (P2K3) sesuai
dengan peraturan Menteri Tenaga Kerja No.04/MEN/1987.

Modul Pengawasan Dasar-dasar K3 18


 Melaporkan setiap kecelakaan yang terjadi dalam tempat kerja yang
dipimpinnya pada pejabat yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja. Tata cara
pelaporan sebagaimana sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja
No.03/MEN/1998.
 Secara tertulis menempatkan semua syarat-syarat keselamatan dan kesehatan
kerja yang diwajibkan pada tempat-tempat yang mudah dilihat dan
terbaca menurut petunjuk pegawai pengawas dan Ahli K3.
 Memasang semua gambar keselamatan dan kesehatan kerja yang diwajibkan
pada tempat-tempat yang mudah dilihat dan terbaca menu rut petunjuk
pegawai pengawas dan Ahli K3.
 Menyediakan secara cuma-Cuma semua alat perlindungan diri yang diwajibkan
disertai dengan petunjuk yang diperlukan menurut petunjuk pegawai
pengawas dan ahli K3.

Sedangkan kewajiban tenaga kerja meliputi :


 Memberikan keterangan yang benar bila dimintai oleh pegawai pengawas
dan Ahli K3.
 Memakai Alat Perlindungan Diri (APD) yang diwajibkan.
 Memenuhi dan mentaati semua syarat-syarat keselamatan dan kesehatan
kerja yang diwajibkan.
 Meminta kepada pengurus agar dilaksanakan semua syarat-syarat
keselamatan dan kesehatan kerja yang diwajibkan
 Menyatakan keberatan kerja apabila syarat-syarat keselamatan dan
kesehatan kerja serta Alat Perlindungan Diri (APD) yang diwajibkan
diragukan olehnya. Kecuali ditentukan lain oleh pegawai pengawas dalam
batas yang masih dapat dipertanggung jawabkan .

UU No.1 Tahun 1970, beberapa pasalnya


memuat tentang kewajiban pengurus
perusahaan dan juga kewajiban tenaga
kerja

Demikian juga dengan setiap orang yang memasuki tempat kerja diwajibkan
untuk mentaati semua petunjuk keselamatan dan kesehatan kerja serta memakai
APD.

Modul Pengawasan Dasar-dasar K3 19


Direktur melakukan pelaksanaan umum terhadap Undang-undang Keselamatan
Kerja, sedangkan pegawai pengawas dan Ahli K3 melakukan pengawasan
langsung dan membantu pelaksanaannya

Wewenang dan kewajiban direktur ditetapkan dalam Peraturan Menteri Tenaga


Kerja No. Kep. 79/MEN/1977, wewenang dan kewajiban Pegawai pengawas
ditetapkan dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.03/MEN/1978, sedangkan
wewenang dan kewajiban Ahli K3 ditetapkan dalam Peraturan Menteri Tenaga
Kerja No.02/MEN/1992.

Terkait dengan wewenang dan kewajiban direktur dalam melaksanakan Undang­


Undang Keselamatan Kerja, diatur tentang lembaga banding yang disebut Panitia
Banding. Ketentuan menetapkan barang siapa tidak puas dengan keputusan
direktur, dapat mangajukan permohonan banding, keputusan panitia banding
bersifat final.

Pegawai Pengawas Dan Ahli K3 meskipun mempunyai kedudukan yang sama,


dalam pelaksanaannya terdapat perbedaan wewenang antara pegawai pengawas
dan Ahli K3.

Undang-undang juga memberikan ancaman pidana bagi pelanggarannya,


ancaman hukumannya adalah hukuman kurungan selama-Iamanya 3 bulan atau
denda setinggi-tingginya Rp. 100.000. proses projustisia dilaksanakan sesuai
dengan Undang-undang No.8 tahun 1981 tentang KUHP.

Peraturan pelaksanaan Undang-Undang Keselamatan Kerja dikelompokan menjadi


dua, yaitu pelaksanaan yang bersumber dari Vellelgheidsreglement (VR) 1910
berupa peraturan khusus yang masih diberlakukan berdasarkan pasal 17

Undang-Undang Keselamatan Kerja dan peraturan pelaksanaannya yang


dikeluarkan berdasarkan Undang-Undang Keselamatan Kerja sendiri sebagai
peraturan organiknya.

E. OBJEK PENGAWASAN NORMA K3


Berdasarkan Peraturan Perundang-undangan K3 yang berlaku, objek pengawasan
norma K3 sebagai berikut :
1. Pesawat uap
2. Bejana tekan

Modul Pengawasan Dasar-dasar K3 20


3. Pesawat tenaga dan produksi
4. Pesawat angkat dan angkut
5. Instalasi listrik
6. Penyalur petir
7. Pesawat lift
8. Alat pemadam api ringan
9. Instalasi alarm kebakaran otomatic dan sarana penanggulangan kebakaran lainnya
10. K3 pada kegiatan konstruksi bangunan
11. Lingkungan kerja
12. K3 pada penggunaan bahan kimia berbahaya
13. Penyelenggaraan pelayanan kesehatan kerja
14. Pemeliharaan kesehatan tenaga kerja
15. Pencegahan dan penanggulangan penyakit menular di tempat kerja
16. Sarana dan fasilitas K3
17. Kelembagaan dan keahlian K3
18. Penerapan SMK3
19. Operator pesawat uap
20. Welder pesawat uap dan bejana tekan
21. Operator pesawat angkat angkut
22. Operator pesawat tenaga dan produksi
23. Teknisi lift
24. Tknisi listrik
25. Koordinator unit penanggulangan kebakaran
26. Regu penanggulangan kebakaran
27. Petugas peran kebakaran
28. Ahli K3 spesialis penanggulangan kebakaran
29. Ahli K3 spesialis konstruksi bangunan
30. Ahli K3 kimia
31. Petugas K3 kimia
32. Dokter pemeriksaan kesehatan tenaga kerja
33. Dokter penanggungjawab pelayanan kesehatan kerja
34. Dokter perusahaan
35. Tenaga paramedis perusahaan
36. Perusahaan katering
37. Tenaga kerja yang menangani makanan bagi tenaga kerja di tempat kerja.
38. Petugas P3K

Modul Pengawasan Dasar-dasar K3 21


Objek pengawasan norma K3 meliputi
alatlmesin
produksi, sarana dan fasilitas K3, serta
personil yang terkait didalamnya.

F. MANAJEMEN OPERASIONAL PENGAWASAN K3


Pengawasan K3 dilaksanakan oleh Pengawas Ketenagakerjaan di Pusat, Propinsi dan
atau Kota IKabupaten sesuai dengan aturan perundangan otonomi daerah yang
berlaku.

Pengawasan K3 secara umum mengenai apakah peralatan telah memiliki Akte Izin
pemakaian, sertifikat atau pengesahan dilakukan serta apakah telah dilakukan
pemeriksaan berkala I khusus tepat waktu wajib dilakukan oleh Pengawas
Ketenagakerjaan Umum , demikian pula apakah jenis dan penempatan Alat Peladam
Api Ringan (APAR) dan kotak K3 ditempat kerja telah sesuai dengan ketentuan,
apakah sarana dan fasilitas K3 telah tersedia sesua dengan ketentuan.

Selain tersebut juga pengawasan terhadap para personil K3 diperusahaan apakah


telah memenuhi syarat administrasi dan teknis. Demikian pula untuk memeriksa
dokumen pemeriksaan kesehatan tenaga kerja, dan syarat­
syarat kebersihan, kesehatan dan penerangan di tempat kerja.
Pengawas Ketenagakerjaan spesialis K3 disamping berwenang melaksanakan
Pengawasan K3 secara umum sebagaimana yang menjadi wewenang Pengawas
Ketenagakerjaan Umum juga berwenang melakukan pengujian peralatan di tempat
kerja sesuai dengan spesialisasinya, baik pengujian pertama, berkala dan atau khusus.

Jika Pengawas Ketenagakerjaan Umum maupun Pengawas Ketenagakerjaan spesialis


K3 menemukan pelanggaran dalam pemeriksaan yang dilakukan di suatu tempat
kerja maka wajib memberikan syarat-syarat dalam Buku Akte Pengawasan
Ketenagakerjaan di perusahaan yang bersangkutan, dan sesampainya di Kantor
segera menyiapkan Nota Pemeriksaan serta segera memproses pengirimannya ke
Pimpinan perusahaan yang bersangkutan.
Tindak lanjut dari Nota Pemeriksaan yang tidak dipatuhi oleh Pimpinan perusahaan
adalah, Pengawas sKetenagakerjaan tersebut membuat Laporan Kejadian dan
disampaikannya kepada Penyidik PNS di Kantornya dengan berkoordinasi terlebih

Modul Pengawasan Dasar-dasar K3 22


dahulu dengan Pimpinan langsungnya. Untuk selanjutnya dilakukan penyidikan oleh
PPNS yang ditugaskan oleh Pimpinan untuk melakukan Penyidikan sebagaimana
mestinya.

Dalam melaksanakan pengawasan Ketenagakerjaan ke Perusahaan-perusahaan salah


satu hal penting yang wajib diterapkan adalah : Setiap bulan Pengawas
Ketenagakerjaan menyiapkan rencana kerja dan pelaksanaan tugas pemeriksaan
ke perusahaan-perusahaan harus melengkapi diri dengan Surat Perintah dari
pimpinan sebagaimana mestinya. Pengawasan K3 yang dilakukan internal
perusahaan, dilaksanakan oleh AK3 yang ada di perusahaan masing-masing.
Sedangkan menurut Permenaker No.Per.04/Men/1995 tentang Perusahaan Jasa K3,
pengujian peralatan di tempat kerja dapat dilakukan juga oleh AK3 spesialis di
Perusahaan Jasa K3 sesuai dengan kewenangan yang tercantum dalam SKP-nya

Setiap bulan Pengawas Ketenagakerjaan


menyiapkan perusahaan-perusahaan
di/engkapi dengan Surat
Perintah dari pimpinan sebagaimana
mestinya.

G. MANAJEMEN RISIKO
Manajemen risiko sangat penting bagi kelangsungan suatu usaha atau kegiatan. Jika
terjadi suatu bencana, seperti kebakaran atau kerusakan, perusahaan akan mengalami
kerugian yang sangat besar, yang dapat menghambat, mengganggu bahkan
menghancurkan kelangsungan usaha atau kegiatan operasi. Manajemen risiko
merupakan alat untuk melindungi perusahaan dari setiap kemungkinan yang
merugikan.
Manajemen risiko dapat diaplikasikan untuk berbagai kegiatan baik di tempat kerja dan
lain-lain. Manajemen risiko dapat diaplikasikan dalam setiap tahapan aktivitas atau
daur hidup suatu proyek yaitu :
1. Tahap konseptual
2. Tahap rancang bangun
3. Tahap konstruksi
4. Tahap operasi
5. Tahap pemeliharaan
6. Tahap pasca operasi.

Modul Pengawasan Dasar-dasar K3 23


Jenis-jenis risiko ada beberapa macam yaitu sbb :
1. Risiko finansial
2. Risiko pasar
3. Risiko alam
4. Risiko operasional
a. Risiko Ketenagakerjaa
b. Risiko Tektonologi
c. Risiko K3.
5. Risiko keamanan.
6. Risiko sosiat.

Menurut standar AS/NZS 4360 tentang standar manajemen risiko, proses


manajemen risiko mencakup langkah-Iangkah sbb :
1. Menemukan konteks
2. Identifikasi risiko
3. Penilaian risiko
4. Pengendalian risiko

Modul Pengawasan Dasar-dasar K3 24


BAB III
PENUTUP

Dalam paparan dasar-dasar K3 ini juga akan disampaikan contoh-contoh obyek


pengawasan K3, contoh-contoh kecelakaan kerja dan analisisnya serta upaya­
Preventip dan Represip yang telah dilakukan pihak pemerintah serta pihak
perusahaan guna terwujudnya K3 di tempat-tempat kerja secara lebih baik

Modul Pengawasan Dasar-dasar K3 25

Anda mungkin juga menyukai