Anda di halaman 1dari 13

TUGAS

KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA ANAK

DISUSUN OLEH

KELOMPOK :1
KELAS : PROGSUS A III
NAMA-NAMA KELOMPOK :
NUR DJANA SETIARINI HENAULU
WA HELLO
AFRIANY LOPPIS
WATI RAHAYAAN
VOLTER JESAYAS
CHARLES PANGANDAHE
DAYANTO BUTON
RATNA SARI
FITRI A. TOMISIO
IRMA BIN SYEH ABUBAKAR

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) MALUKU HUSADA
TAHUN 2018/2019
SATUAN ACARA PELAKSANAAN

I. PENGANTAR
Mata Ajar : Keperawatan Modalitas Behaviour
Pokok Bahasan : Pelaksanaan Terapi Komunikasi Terapeutik
Sub Pokok Bahasan : Pelaksanaan Terapi Komunikasi Terapeutik Pada
Anak Usia Sekolah
Sasaran : 7B
Hari/Tanggal : senin,5 November 2015
Waktu : 20 menit
Pemeran : Kelompok 1
Tempat : Ruang Kelas
II. Struktur Organisasi
Ketua Tim : Nur Djana Setiarini Henaulu
Sekertaris : Wa Hello
Narator : Irma Bin Syeh Abubakar
Pemeran :
 Afriany Loppis
 Wati Rahayaan
 Ratna Sari
 Fitri A. Tomisio
 Volter Jesayas

III. Tujuan
Tujuan Umum
Setelah melakukan roleplay pelaksanaan terapi komunikasi terapeutik
terhadap anak usia sekolah selama 1 x 20 menit, mahasiswa kelas 7B, mampu
menjelaskan.
Tujuan Khusus
Setelah melakukan roleplay pelaksanaan terapi komunikasi terapeutik
terhadap anak usia sekolah selama 1 x 20 menit, mahasiswa kelas 7B, mampu
menjelaskan tentang komunikasi terapeutik pada anak usia sekolah dan
mampu menjelaskan langkah – langkah komunikasi terapeutik pada anak usia
sekolah dengan benar.
IV. MATERI
Terlampir
V. METODE
a. Bermain peran
VI. MEDIA
a. Materi SAP
b. Naskah drama

VII. KEGIATAN PEMBELAJARAN

Tahap Kegiatan Penyuluh Kegiatan peserta Waktu


Pembukaan  Mengucapkan salam  Menjawab 1 Menit
 Penyampaian salam
maksud dan tujuan  Mendengarkan
role play dan
memperhatikan

Proses  Mendengarkan
 Memerankan
dan menyimak 15 Menit
pelaksanaan terapi
pemeran
komunikasi
terapeutik pada anak
usia sekolah.
Evaluasi  Bertanya dan
 Menanyakan
menjawab 3 Menit
kembali terapi
pertanyaan
komunikasi
terapeutik pada anak
usia sekolah.
Penutup Mengucapkan Menjawab salam 1 Menit
terimakasih dan salam.
VIII. SETTING TEMPAT

B C

Keterangan gambar :
A = Pemeran
B = Sasaran (Kelas 7B)
C = Narator

IX. PENGESAHAN

Ambon, 5 November 2018


Sasaran Ketua kelompok

Kelas 7B Nur Djana S.Henaulu

Mengetahui,
Dosen Pembimbing

Ns. Supriyanto,S.Kep
X. EVALUASI
a. Pertanyaan
1. Apa yang dimaksud dengan terapi komunikasi terapeutik pada anak
usia sekolah ?
2. Apa tujuan dari terapi komunikasi terapeutik pada anak usia sekolah ?
b. Kritik dan saran

XI. LAMPIRAN MATERI

1. DEFINISI

Komunikasi pada anak usia sekolah meruIbuan suatu proses penyampaian


dan transfer informbai yang melibatkan anak usia sekolah, baik sebagai
pengirim pesan maupun penerima pesan. Dalam proses ini melibatkan usaha-
usaha untuk mengelompokkan, memilih dan mengirimkan lambang- lambang
sedemikian rupa yang dapat membantu seorang pendengar atau penerima
berita mengamati dan menyusun kembali dalam pikirannya arti dan makna
yang terkandung dalam pikiran komunikator.
Pada anak usia sekolah, komunikasi yang terjadi mempunyai perbedaan
bila dibandingkan dengan yang terjadi pada usia bayi, balita, remaja, maupun
orang dewasa. Hal ini disebabkan oleh karakteristik khusus yang dimiliki
anak tersebut sesuai usia dan perkembangannya.
Komunikasi pada anak usia sekolah sangat penting karena pada proses
tersebutmereka dapat saling mengekspresikan perasaan dan pikiran, sehingga
dapat diketahui oleh orang lain. Disamping itu dengan berkomunikasi anak -
anak dapat bersosialisasi dengan lingkungannya.
Jadi,terapi komunikasi terapeutik pada anak usia sekolah adalah sebuah
treapi komunikasi yang dilakukan oleh terapis klien (anak usia sekolah ),
yang direncanakan secara sadar , bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk
kesembuhan klien .
2. TEORI YANG MENDASARI
Teori yang mendasari komunikasi berasal dari beberapa tokoh ahli, antara
lain :
1. Shannon-Weaver Model
Dalam model Shannon, komunikasi dipresentasikan sebagai suatu
system,dimana memilih sumber informbai yang diformulasi ke dalam
suatu pesan. Pesan kemudian ditransmisikan dengan signal melalui chanel
ke receiver. Penerima/receiver menginterpretasikan pesan dan
mengirimkan ke tujuan . Bentuk unik dari konsep ini adalah adanya
noise/gangguan. Noise adalah faktor-faktor yang mempengaruhi atau
mengganggu transfer pesan dari sumber ke tujuan yang akan dicapai.
Dalam model komunikasi manusia, noise dapat berupa distorsi persepsi
misalnya: interpretasi psikologis, suara yang tidak terdengar.
Salah satu keunggulan dari model ini adalah kesamaan jalur dalam
pengiriman komunikasi yaitu dari sumber ke penerima. Kekurangannya
adalah tidak menunjukkan hubungan transaksi antara sumber dan
receiver. Model ini sifatnya linear yang berarti jalurnya satu arah. Model
ini dibatasi oleh omitting komponen feed back dan tidak secara jelas
mengilustrasikan fungsi proses.
2. Leary Model
Dalam komunikasi transaksional dan model multidimensional,
menguatkan aspek interaksional dalam komunikasi. Dimana komunikasi
manusia adalah proses dua orang dimana satu dan lainnya saling
dipengaruhi dan mempengaruhi. Leary mengembangkan teori ini dari
hasil pengalamannya sebagai terapis pada pasien psikoterapi. Tingkah
laku Leary berbeda saat menghadapi tiap pasien dan Leary menemukan
bahwa pasien juga terpengaruh tingkah laku Leary. Leary menyimpulkan
bahwa tingkah laku orang meruIbuan respon dari tingkah laku yang kita
tampilkan, misalnya bila kita bertingkah dominan maka kita kondisikan
orang lain bertingkah submisive. Dalam perspektif Leary, setiap pesan
komunikasi dapat dilihat melalui dua dimensi : Dominan-Submision dan
Hate-Love.
3. Health communication model.
a. Transaksi
Transaksi adalah elemen mayor ke-dua dalam model komunikasi
kesehatan. Transaksi meruIbuan suatu interaksi antara partisipan yang
terlibat.Transaksi ini melibatkan individu tentang informbai yang
mencakup verbal dan non verbal. Transaksi kesehatan meruIbuan
bentuk keseIbuatan bagaimana klien itu mencari dan mempertahankan
kesehatannya sepanjang hidup.
Transaksi kesehatan meruIbuan suatu proses yang
berkesinambungan ,dinamis dan bukan suatu yang statis, dimana
terdapat feed back yang continue yang partisipan mampu untuk
menempatkan diri dalam berkomunikasi.
b. Konteks
Elemen ke-tiga model komunikasi kesehatan adalah konteks, yaitu
setting/tempat dimana proses terjadi yang punya pengaruh besar
dalam komunikasi antara health professional - client - anggota
keluarga dan orang lain yang terlibat dalam konteks. Salah satu unsur
konteks adalah tempat dimana perawatan kesehatan dilaksanakan,
seperti : rumah sakit, klinik, ruang rawat jalan, atau ruang intensive
yang mempengaruhi pola komunikasi didalamnya. Unsur yang lain
adalah jumlah partisipan yang terlibat dalam komunikasi (lingkungan
perawatan ) misalnya dalam bentuk group kecil atau interaksi antar
individu atau kelompok besar. Jumlah partisipan yang ada
mempengaruhi situasi yang ada di dalamnya.
Dari berbagai macam model komunikasi, yang sesuai untuk
diterapkan pada klien anak usia sekolah adalah model komunikasi
kesehatan (Health Communication Model) karena pada model ini
penekanan pada proses relationship terdapat empat tipe relationship
yang ada, yaitu hubungan antara: professional-professional,
profesional-client, professional-significant others, dan client-
significant others.
Sesuai dengan teori perkembangan Jean Peaget, pada fase ini anak
dapat mengetahui konsep baru ( merasakan sakit) tetapi belum dapat
berpikir tentang hal-hal yang abstrak sehingga untuk mencapai proses
perawatan diperlukan significant othes / keluarga / teman untuk
membantu profesional kesehatan mengekspresikan hal abstrak yang
dirasakan oleh klien.
Sedangkan menurut teori Erickson, pada fase ini anak belajar untuk
dilibatkan dalam aktifitas dan berusaha untuk menyelesaikan
tugasnya, mulai belajar aturan-aturan baru melalui proses belajar dan
berhubungan dengan orang lain sehingga mendukung profesional
kesehatan untuk melakukan tindakan – tindakan keperawatan pada
klien.

3. TUJUAN TERAPI KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANAK USIA


SEKOLAH

Adapun tujuan yang diharapkan dalam melakukan komunikasi


terapeutik pada anak adalah :
1. Membantu anak untuk memperjelas dan mengurangi beban
perasaan dan pikiran serta dapat mengambil tindakan untuk mengubah
situasi yang ada bila klien percaya pada hal- hal yang diperlukan.
2. Mengurangi keraguan , membantu dalam hal mengambil tindakan
yang efektif dan mempertahankan kekuatan egonya.
3. Mempengaruhi orang lain , lingkungan fisik dan dirinya sendiri.

4. INDIKASI TERAPI KOMUNIKASI TERAPEUTIK

Terapi komunikasi terapeutik di indikasikan untuk seluruh klien baik


sehat maupun sakit.
5. LANGKAH – LANGKAH TERAPI KOMUNIKASI TERAPEUTIK
Menurut Stuart and Sudeen (2006), langkah-langkah komunikasi
terapeutik adalah sebagai berikut :
1. Tahap preinteraksi
Fase preinteraksi dimulai sebelum kontrak pertama dengan
klien. Perawat mengumpulkan data tentang klien, mengekplorasi
perasaan, fantasi, dan ketakutan diri dan membuat rencana pertemuan
dengan klien.
2. Fase orientasi
Fase ini dimulai dengan pertemuan dengan klien. Hal utama
yang perlu dikaji adalah alasan klien minta pertolongan yang akan
mempengaruhi terbinanya hubungan perawat – klien. Dalam memulai
hubungan tugas pertama adalah membina rasa percaya, penerimaan
dan penerimaan, komunikasi yang terbuka dan perumusan kontrak
dengan klien. Pada tahap ini perawat melakukan kegiatan sebagai
berikut: memberi salam dan senyum pada klien, melakukan validasi
(kognitif, psikomotor, afektif), memperkenalkan nama perawat,
menanyakan panggilan kesukaan klien, menjelaskan kegiatan yang
akan dilakukan, menjelaskan waktu yang dibutuhkan untuk
melakukan kegiatan, menjelaskan kerahasiaan.
3. Fase kerja
Pada tahap kerja dalam komunikasi terapeutik, kegiatan yang
dilakukan adalah kesempatan pada klien untuk bertanya, menanyakan
keluhan utama, memulai kegiatan dengan cara yang baik, melakukan
kegiatan sesuai rencana.
4. Fase terminasi
Pada tahap terminasi dalam komunikasi terapeutik kegiatan
yang dilakukan oleh perawat adalah menyimpulkan hasil
wawancara, tindak lanjut dengan klien, melakukan kontrak (waktu,
tempat dan topik), mengakhiri wawancara dengan cara yang baik.
6. KELEBIHAN TERAPI KOMUNIKASI TERAPEUTIK
1. Dapat Mendorong dan menganjurkan kerjasama antara terapis dan
pasien.
2. Dapat mengidentifikasi, mengungkap perasaan dan mengkaji
mbaalah serta mengevaluasi tindakan yang dilakukan oleh terapis.
3. Dapat memberikan pengertian tingkah laku pasien dan membantu
pasien mengatasi mbaalah yang dihadapi.
4. Dapat mencegah tindakan yang negatif terhadap pertahanan diri
pasien.

5. KEKURANGAN TERAPI KOMUNIASI TERAPEUTIK

1. Jika tidak terjadi hubungan saling percaya, maka komunikasi


terapeutik tidak dapat berjalan secara lancar.

XII. DAFTAR PUSTAKA


Dalami,Ermawati.2009. Buku Saku Komunikasi Keperawatan. Jakarta :
Trans Info Media
Suparyanti, R. 2008. Handout Komunikasi Terapeutik.
Suryani (2005). Komunikasi Terapeutik: Teori dan praktik. Jakarta, EGC.
XIII. LAMPIRAN NASKAH

Narator : Irma Bin Syeh Abubakar


Kepala Bangsal : Wati Rahayaan
Perawat : Ratna Sari
Pasien : Fitri A. Tomisio
Ibu pasien : Afriany Loppis

Di Rumah Sakit Haulussy terdapat pasien anak usia sekolah umurnya 8


tahun dengan didampingi ibunya, dia bernama Fitri. Fitri sudah 3 hari di rawat di
ruang Teratai no.10, dia dirawat karena keracunan makanan yang dibelinya saat di
Sekolah. Pagi hari perawat Ratna bertugas untuk memberikan obat kepada pasien
Fitri. Sebelum perawat Ratna menemui pasien Fitri, terlebih dahulu dia izin ke
kepala bangsal.
Perawat Ratna : “ Selamat pagi Ibu ?”
Kepala bangsal : “ Selamat pagi, silahkan duduk. Ada apa yah mba ?”
Perawat Ratna : “ Begini Ibu, menurut catatan rekam medis yang ada,
bahwa pasien Fitri yang dirawat di ruang Teratai nomor
10 pagi ini jadwalnya untuk minum obat. Saya akan
membantunya minum obat. Bagaimana Ibu, apakah saya
diizinkan ?
Kepala bangsal : “ Baik, kalau begitu lakukan sesuai prosedur yang ada yah
Mba”.
Perawat Ratna : “ Baik Ibu, terimakasih. Kalau begitu saya permisi dulu”.
Kepala bangsal : “Iya, silahkan”
Perawat Ratna menghampiri pasien Fitri di ruang Teratai nomor 10 dengan
membawa obat. Namun mengetahui bahwa Fitri akan disuapin obat, dia ketakutan
karena tidak suka dengan rasa pahit obat tersebut.
Perawat Ratna : “Assalamu’alaikum, selamat pagi Ibu”
Ibu Fitri : “Waalaikum salam mba”
Perawat Ratna : “ Perkenalkan bu, nama saya perawat Ratna. Saya
bertugas
dari jam 07.00 sampai jam 14.00 siang nanti. Anak ibu
namanya dek Fitri yah bu?. Kebetulan hari ini saya yang
akan merawat anak ibu. Hari ini saya akan memberikan
obat kepada anak ibu, tujuannya supaya rasa nyeri pada
perut anak ibu bisa berkurang. Nanti ibu bisa tolong
membantu saya supaya anak ibu mau meminum obat.
Bagaimana bu, apakah ibu bersedia?
Ibu Fitri : “Oh begitu yah mba, yasudah nanti saya akan bantu
supaya anak saya cepet sembuh”.
Perawat Ratna : “Baik bu, sejauh ini bagaimana keadaan dek Fitri, bu ?”
Ibu Fitri : “Ya begini lah mba, rewel disuruh minum obat ngga mau”
Perawat Ratna : “Oh begitu yah. Nah, dek Fitri apa kabar ?”
Fitri : “Baik mba, aku sehat”
Perawat Ratna : “Wah dek fitri sudah sehat yah. Biar dek Fitri tambah
sehat, dek Fitri minum obat ini dulu yah”.
Fitri : “Apa itu mba, aku ngga mau minum obat, obatnya pahit !”
Ibu Fitri : “ Fitri yang nurut yah, biar Fitri cepet pulang kerumah.
Nanti fitri bisa sekolah lagi.
Perawat Ratna : “Iya dek Fitri, ini syrup. Dek Fitri pernah minum syrup
yang rasa strawberry kan? Ini manis kok. Coba dulu yuk.
Coba sedikit aja. Manis kok dek.
Fitri : “ Beneran ngga pahit mba ? mba dulu coba yang minum.

Perawat Ratna menuangkan madu pada sendok dan diminumnya supaya


pasien Fitri percaya dan mau meminum obat. Lalu, perawat Ratna meminta
pasien Fitri untuk meminumna satu tetes.
Perawat Ratna : “Hemm, tuh, manis kan dek? Engga pahit?”
Fitri : “Iya mba, enak.”
Perawat Ratna : “Nah sekarang dek Fitri minum lagi yah, tadi kan Cuma
minum sedikit”.

Perawat Ratna menuangkan obat yang sebenarnya diminum pasien Fitri


pada sendok yang sudah disiapkan, tidak menaruh madu lagi.

Fitri : (merasa kepahitan)

Fitri merasa kepahitan dengan obat yang diminumnya. Lalu perawat Ratna
memberi madu lagi supaya Fitri tidak merasa pahit lagi. Setelah pemberian obat
selesai, perawat Ratna pamit kepada Ibu Fitri dan pasien Fitri.
Ibu Fitri : “Makasih yah mba, mba sudah membantu anak saya
minum obat. Dari kemaren dia nangis terus, perutnya
kesakitan. Alhamdulilah setelah dibantu mba, dia nurut
minum obat”.
Perawat Ratna : “Iya bu, sama-sama. ini sudah menjadi tugas saya untuk
membantu dek Fitri minum obat, dan saya jug senang
membantunya. Dek Fitri cepet sembuh yah, biar bias
sekolah lagi, main sama teman-teman dek Fitri lagi.
Fitri : “Iya mba”.
Perawat Ratna : “Kalau begitu saya permisi dulu yah Bu. Nanti jam 12.00
saya akan kesini lagi untuk melihat keadaan dek Fitri
selanjutnya, sekaligus mengantarkan makanan untuk dek
Fitri. Semisal ibu perlu bantuan saya lagi sebelum jam
12.00, ibu bisa memencet tombol yang ada disamping
tempat tidur dek Fitri atau ibu bisa menemui saya di
ruang keperawatan yah bu. Assalamu’alaikum bu”
Ibu Fitri : “Waalaikum salam”.

Anda mungkin juga menyukai